Anda di halaman 1dari 21

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PERILAKU KEKERASAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan BHSP dan kontrak dengan klien tentang nama mahasiswa, kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengkajian dengan nama klien, nama panggilan, tujuan, waktu,
tempat pertemuan, topic yang akan dibicarakan, catat dan tanyakan usia klien, no RM, tanggal
pengkajian dan sumber data yang di dapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan lien melakukan kekerasan.
3. Factor predisposisi
Menanyakan apakah klien mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah klien pernah mengalami penganiayaan fisik maupun seksual, dan
penolakan dari ligkungan, menanyakan pada klien tentang pengalaman tidak menyenangkan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa TTV, tinggi badan, berat badan dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan klien. Pada klien dengan perilaku kekerasan TD meningkat, RR meningkat dan nafas
dangkal, muka memerah, tonus otot meningkat, dan dilatasi pupil .
5. Psikososial
a) Genogram
Menggambarkan klien dengan keluarga yang dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan, dan pola asuh. Pada klien perilaku kekerasan perlu dikaji polas asuh keluarga
dalam menghadapi klien
b) Konsep diri
a. Gambaran diri
Gambaran diri pada Klien dengan perilaku kekerasan ialah pandangan mata tajam,
tangan mengepal, muka memerah.
b. Identitas diri
Klien dengan perilaku kekerasan identitas dirinya biasanya moralnya kurang karena
menunjukkan pendendam, pemarah dan bermusuhan.
c. Fungsi peran
Pada klien perilakau kekerasan fungsi peran terganggu adanya perilaku yang
menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan.
d. Ideal diri
Koien dengan PK jika kenyataan tidak sesuai denagn harapan maka ia cenderung
menunujukkan amarahnya, lakukan pengkajian mengenai posisi, tugas dan peran klien
dalam keluarga, dan bagaimana klien jika harapannnya tidak sesuai dengan kenyataan.
e. Harga diri
Harga diri yang dimiliki leh klien dengan PK ialah harga diri rendah karena penyebab
awal klien PK marah adalah tidak bisa menerima kenyataan dan memiliki sifat labil
yang tidak terkontrol dan beranggapan bahwa dirinya tidak berharga.
c) Hubungan social
Hubungan social ppada klien perilaku kekerasan terganggu karena adanya rresiko
menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya serta memiliki amarah yang tidak
terkontrol
d) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/ menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan.

6. Statusmental
a. Penampilan
Cara berpakaian pada klien perilaku kekerasan tidak seperti biasanya , kemampuan klien
dalam berpakaian kurang, klien tidak mampu merawat penampilannya, rambut kotor dan
seperti tidak pernah disisir, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam.
b. Pembicaraan
Pada klien perilaku kekerasan cara bicara kasar, suara tinggi, membenntak, ketus, dan
berbicara dengan kata-kata kotor
c. Aktivitas motorik
Agresif, menyerang diri sendiri, orang lain dan menyerang objek yang disekitarnya, terlihat
tegang dan gelisah, muka merah, jalan mondar-mandir.
d. Afek dan emosi
Untuk perilaku kekerasan afek dan emosinya labil, emosi klien cepat berubah-ubah dan
cenderung mudah mengamuk, membanting barang-barang/ melukai diri sendiri dan
berteriak-teriak
e. Interaksi swlama wawancara
Biasanya klien perilaku kekerasan selama wawancara mudah marah, kasar, merasa dirinya
paling benar, curiga, sinis, dan menolak dengan kasar .
f. Presepsi sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami presepsi sensori sebagai
penyebabnya
g. Proses pikir
- Proses pikir (arus dan bentuk pikir)
- Isi pikir
Pada klien perilaku kekerasan cenderung memiliki pemikiran curiga dan tidak percaya
kepada orang lain dan merasa dirinya aman
h. Tingkat kesadaran
Tidak sadar, bingung dan apatis, terjadi disorientasi orang, tempat dan waktu. Bingung
untuk menghadapi kenyataan dan mengalami kegelisahan
i. Memori
Masih dapat menginngat kejjadian jangka panjang dan janga pendek.
j. Tingkat konsentrasi
Mudah beralih dari satu obje ke objek lainnya, selalu menatap penuh kecemasan tegang
dan gelisah
k. Kemampuan penilaian/ pengambilan keputusan
Klien perilaku kekerasan tidak dapat mengambil keputusan yang konstruktif dan adaptif
l. Daya titik
Klien tidak menyadari gejala fisik pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan
orang lain, klien menyangkal adanya penyakit
m. Mekanisme koping
Cara penyelesaian masalah , tekhnik relaksasi, aktivitas konstruktif, olahraga dll

Pohon masalah

Resiko menciderai diri (efek)

Perilaku kekerasan (core problem)

Gangguan harga diri ( HDR ) (causa)

Koping individu tidak efektif koping keluarga tidak efektif

B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri dan irang lain
2. Perilaku kekerasan
3. Perubahan persepsi snesori : halusinasi
4. Gangguan harga diri : HDR
5. Koping individu tidak efektif

C. Nursing care planning (NCP)

Perencanaan keperawatan
Klien dengan gangguan perilaku kekerasan
Tujuan kriteria hasil intervensi
TUM : 1.1 klien mau membalas 1. beri salam panggil nama
Klien tidak menciderai salam a. sebutkan nama
diri sendiri 1.2 klien mau menjabat perawat
TUK : tanngan b. jelaskan maksud
1. Klien dapat membina 1.3 klien mau menyebutkan hubungan
hubungan saling nama c. jelaskan kontrak yang
percaya . 1.4 klien mau tersenyum akan dibuat
1.5 klien mau kontak mata d. beri rasa aman dan
1.6 klien mau mengetahui rasa empati
nama perawat e. lakukan kontak
singkat tapi sering.
2. Klien dapat 2.1 klien dapat 2.1 berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan
penyebab perilaku perasaanya perasaannya
kekerasan 2.2 klien dapat 2.2 bantu klien untuk
mengungkapkan penyebab mengungkapkan penyebab
perasaan perasaan jengkel/kesal
jengkel/kesal(dari diri
sendiri)
3. klien dapat 3.1 klien dapat 3.1.1 anjurkan klien
mengidentifikasi mengungkapkan perasaan mengungkapkan apa
tanda gejala perilaku jengkel/ kesal yang dialami dan
kekerasan 3.2 klien dapat menyimpulkan dirasakan saat marah/
tanda dan gejala jengkel
jengkel/kesal yang dialami 3.1.2 observasi tanda dan
gejala perilaku
kekerasan
3.2.1 simpulkan dengan klien
tanda dan gejala
jengkel/kesal yang
dialami
4. klien dapat 4.1 klien dapat 4.1 anjurkan klien untuk
mengidentifikasi mnegungkapkan perilaku mengungkapkan perilaku
perilaku kekerasan kekerasan yang baisa kekerasan yang biasa
yang dilakukan dilakukan dilakukan kllien
4.2 klien bisa bermain peran (verbal,pada orang lain,
sesuai dengan perilaku pada lingkungan dan pada
kekerasan yang dilalkukan diri sendiri)
4.2 bantu klien bermain peran
sesuai dengan perilaku
4.3 klien dapat mengetahui
kekerasan yang biasa
cara yang biasa digunakan dilakukan
untuk menyelesaian 4.3 bicarakan dengaan klien
masalah apakah dengan cara yang
dilakukan klien masalah
dapat terselesaikan
5. klien dapat 5.1 klien dapat menjelaskan 5.1 bicarakan akibat dari cara
mengidentifikasi akibat dari cara yang yang digunakan klien
akibat perilaku digunakan klien. 5.2 bersama klien
kekerasan a. Akibat pada klien menyimpulkan akibat yang
sendiri dilakukan klien
b. Akibat pada orang lain 5.3 tanyakan kepada klien
c. Akibat pada apakah ia ingin memulai
lingkungan cara baru yang sehat

6. klien dapat 6.1 klien dapat mnyebutkan 6.1.1 diskusikan kegiatan fisik
mentoleransikan contoh pencegahan yang bisa dilakukan
perilaku fisik untuk perilaku kekerasan secara klien
mencegah perilaku fisik 6.1.2 beri pujian atas kegiatan
kekerasan a. tarik nafas dalam fisik klien yang biasa
b. pukul kasur atau bantal dialkukan
c. kegiatan fisik lain 6.1.3 diskusikan dua cara fisik
yang paling mudah
dilakukan untuk
mencegah perilaku
kekerasan yaitu: tarik
nafas dalam, pukul
kasur/bantal dann
6.2 klien dapat kegiatan fisik lainnya
mengidentifikasikan cara 6.2.1 diskusikan dnegan klien
fisik untuk mencegah cara menarik nafas
perilaku kekerasan dalam
6.2.2 minta klien mengikuti
contoh yang telah
diberikan sebanyak 5
kali
6.2.3 tanyakan perasaan klien
setelah selesai
6.2.4 Anjurkan pada klien
untuk memakai cara
yang telah diberikan saat
6.3 klien mempunyai jadwal
merasa marah/ jengkel
untuk melatih cara
6.3.1 susun jadwal kegiatan
pencegahan fisik yang untuk melatih cara yang
telah dipelajari telah dilakukan
7. klien 7.1 klien dapat mnyebutkan 7.1.1 diskusikan dengan klien
dapat cara bicara yang baik kegiatan ibadah yang
mendemonstrasik dalam mencegah perilaku pernah dilakukan
an cara social kekerasan
untuk mencegah 7.2 klien melakukan evaluasi 7.2.1 susun jadwal kegiatan
perilaku terhadap kemmpuan cara untuk melatih kegiatan
kekerasan bicara yang sesuai dengan ibadah
jadwal yang disusun 7.2.2 berikan pujian atas
keberhasilan klien

D. STRATEGI PELAKSANAAN BERDASARKAN PERTEMUAN (SP)


1) SP 1 pasien
1. Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
2. Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Menyebutkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4. Menyebutkan akibat perilaku kekerasan
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
6. Mempraktikkan cara latihan mengontrol fisik
7. Masuk jadwak kegiatan pasien
2) SP 2 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu
2. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 2 Latih verbal (3 macam)
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
3) SP 3 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Mempraktikkan latihan cara verbal/sossial (3 macam)
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
4) SP 4 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2) dan verbal
2. Latian cara spiritual
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
5) SP 5 pasien
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (F1,2) , verbal (SP 3), spiritual
2. Latian patuh obat
3. Masuk jadwal kegiatan pasien
6) SP 1 keluarga
1. Mengidentifikasi maslah yang disarankankeluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan PK, penyebab, tanda dan gejala
3. Menjelaskan cara merawat PK
4. Latihan (simulasi) 2 cara merawat
5. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
7) SP 2 keluarga
1. Evaluasi SP 1
2. Latihan (simulasi) 2 cara lain untuk merawat
3. Latihan (simulasi) ke pasien
4. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
8) SP 3 keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1,2)
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. RTL keluarga dengan Flollow Up dan Rujukan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,


tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
mengontrol secara fisik I
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

ORIENTASI:
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, panggil saya yudi,
saya perawat yang dinas di ruangan 9 ini, Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?
Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
tamu?
KERJA:
Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab
lain yang membuat bapak marah
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau masalah
uang (misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan? (tunggu respons
pasien)
Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting
pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya,
tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang
pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.
Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan,
dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa
melakukannya. Bagaimana perasaannya?
Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?
Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........
(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak. Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak
mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?
Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, Selamat pagi

SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2


a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

ORIENTASI
Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya datang lagi
Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?
Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua
sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan tempatnya disini di
ruang tamu,bagaimana bapak setuju?
KERJA
Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,
mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal.
Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut
dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya,
bagus sekali bapak melakukannya.
Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.
Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?
Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!
Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau
jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam
15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak.
Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur
dan bantal serta tarik nafas dalam ini?
Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara
yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa&istirahat y pak

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan
baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
ORIENTASI
Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi
Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.
Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak
dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita
perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak
diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok. Nanti
bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan.
Bagus pak.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak
dapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu. Coba praktekkan. Bagus
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?
Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari
Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus
nanti dicoba ya Pak!
Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?
Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara
ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

ORIENTASI
Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi Baik, yang mana yang mau dicoba?
Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya
Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang
mana mau dicoba?
Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.
Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat.
Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.
Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan
caranya (untuk yang muslim).
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus.
Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah
Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi
Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?
Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar
nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur

ORIENTASI
Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi Bagaimana
pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta
sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek
kegiatannya.
Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?
Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit
FASEKERJA (perawat membawa obat pasien)
Bapak sudah dapat obat dari dokter?
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak
minum? Bagus!
Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran
tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam.
Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya
bapak bisa minum air putih yang tersedia di ruangan.
Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu
Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum.
Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek
lagi apakah benar obatnya!
Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,
karena dapat terjadi kekambuhan.
Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?
Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang
benar?
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya.
Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan
dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa

Kasus
Tn D (35 th) dibawa ke RSJ karena marah marah tanpa sebab. Saat pengkajian muka merah,
mata melotot, tangan mengepal. Menurut penuturan keluarga Tn D dirumah memukul anaknya.
Tn D mengalami perubahan perilaku sejak di PHK dan istri meninggalkannya 5 tahun yang lalu.

Pengkajian Fokus

Ruang rawat: Tanggal dirawat/MRS:

Identitas Klien
Nama :Tn. D (L)
Umur :35 thn
Nomor CM :

Alasan Masuk
Marah-marah tanpa sebab

Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
Ya
Tidak
2. Pengobatan sebelumnya:
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
3. Trauma:
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik Tahun
Aniaya seksual Tahun
Penolakan Tahun
Kekerasan dalam keluarga Tahun
Tindakan kriminal Tahun
Lain-lain Tahun

Diagnosa keperawatan :
Perubahan pertumbuhan dan
perkembangan
Sindroma trauma perkosaan
Berduka antisipasi
Risiko tinggi kekerasan
Berduka disfungsional
Respon pasca trauma

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa?


Ada
Tidak ada
Bila ada : Hubungan keluarrga :
Gejala :
Riwayat pengobatan :

Diagnosa keperawatan
Koping keluarga tidak efektif: ketidak mampuan
Koping keluarga tidak efektif: kompromi
Dan lain-lain

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?


Tn D sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa, pengobatan sebelumnya kurang
berhasil. Waktu berumur 8 tahun dia pernah dianiaya fisik oleh gurunya. Sebelumnya
keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Tn D memiliki pengalaman yang
sangat tidak menyenangkan karena di PHK dan istrinya meninggalkannya 5 tahun yang
lalu.
Masalah Keperawatan: resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Diagnosa keperawatan
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Berduka disfungsional
Berduka antisipasi
Respon pasca trauma

Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital : TD: 120 / 80 mmHg, N: 88 x / menit, S: 37oC, RR: 18 x / mnt.
b. Ukur : TB: 165 cm, BB: 60 kg.
c. Keluhan fisik :Klien merasa badannya sakit semua dan minta di lepas ikatannya.

6. Psikososial
a. Genogram
Pola asuh dalam keluarga tidak ada perbedaan diantara anak-anaknya, komunikasi dalam
keluarga baik, pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah (anggota keluarga),
tetapi untuk pengambilan keputusan masalah kesehatan jiwa masih kurang. Karena
keluarga tidak mampu merawat klien yang menderita penyakit gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Koping, keluarga tidak efektif : ketidakmampuan

b. Konsep diri
1. Gambaran diri
Klien menyatakan menyukai semua bagian tubuhnya
2. Identitas diri
Klien menyadari dirinya sebagai laki-laki, pendidikan hanya sampai SMA dan status
sekarang adalah pengangguran.
3. Peran
Klien berperan sebagai anak tunggal di rumahnya. Klien merasa belum mampu
memenuhi kebutuhannya anak dan istrinya,sejak di PHK kebutuhan keluarganya di
tanggung oleh orang tua klien
4. Ideal diri
Klien mengatakan kalau dirinya pengen dapat pekerjaan lagi..
5. Harga diri
Selama di rumah, klien merasa malu, minder, tidak percaya diri untuk bergaul dengan
orang lain karena klien di anggap orang stress dan merasa orang lain tidak suka
dengannya.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti dan paling dekat dengan klien adalah ibu nya. Klien menganggap
dia adalah orang yang paling dekat dengannya dan klien sering bercerita pada ibu nya.
2. Peran serta dalam kelompok atau masyarakat
Sebelum klien mengalami gangguan jiwa, klien mudah bergaul dengan tetangganya,
Setelah di PHK klien tidak mau bergaul dengan tetangganya.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mulai tidak mau bergaul dengan orang lain karena merasa orang lain tidak
menyukainya dan takut dengannya.
Masalah Keperawatan : Interaksi Sosial, perubahan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam. Menurut keluarga klien stress sejak di PHK.
b. Kegiatan ibadah
Selama dirawat klien belum menjalankan sholat lima waktu.

6. Status Mental
a. Penampilan Fisik
Penampilan klien rapi, bersih, cara berjalan tergesa-gesa, kontak mata positif, klien ganti
pakaian dua kali sehari setelah mandi, roman muka tegang.
Masalah Keperawatan : -
b. Pembicaraan
Cara bicara cepat, volume sedang.
Masalah Keperawatan : -
c. Aktifitas motorik
Tingkat aktivitas klien terlihat tegang dan gelisah.
Masalah Keperawatan : -
d. Alam perasaan
Klien mengatakan saat ini perasaannya biasa saja. Klien hanya merasa sedih dan kecewa
karena di bawa ke RSJ ini.
Masalah Keperawatan : -
e. Afek
Afek klien sesuai dengan stimulus yang diberikan. Ekspresi wajah klien merah, mata
melotot,tangan mengepal saat dilakukan pengkajian.
Masalah Keperawatan : -
f. Interaksi selama wawancara
Kontak mata baik atau positif, klien kooperatif saat diajak bicara dan menjawab semua
pertanyaan yang diberikan. Pandangan mata klien melotot, postur tubuh cenderung maju
ke depan.
Masalah Keperawatan : -
g. Persepsi
Klien tidak mengalami gangguan persepsi.
Masalah Keperawatan : -
h. Proses fikir
Pembicaraan klien bisa dimengerti oleh perawat. Selama komunikasi dengan perawat dan
orang lain dapat diobservasi bahwa pembicaraan klien terarah, jawaban koheren dengan
pertanyaan yang diajukan, hanya saja pada saat awal-awal kontrak, terkadang jawaban
klien tidak sesuai dengan aslinya, tetapi setelah diklarifikasi lagi klien mengakuinya.
Tidak ada sirkumtansial, tangensial, blocking dan lain-lain.
Masalah Keperawatan : -
i. Isi pikiran
Klien tidak mengalami gangguan dalam isi pikir. Klien tidak mempunyai pikiran yang
aneh-aneh selama ini. Bila memikirkan sesuatu terlalu lama klien merasa pusing.
Masalah Keperawatan : -
j. Tingkat kesadaran
Klien dapat berorientasi terhadap tempat, waktu, dan orang-orang terdekat. Klien
mengetahui hari tanggal dan jam, klien mengetahui orang yang mengajak bicara. Klien
menyadari dirinya benar-benar berada di RSJ.
Masalah Keperawatan : -
k. Memori
Sebagian besar klien masih dapat mengingat kejadian lalu.
Masalah Keperawatan : -
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berhitung dengan urut, masih dapat berkonsentrasi dengan baik terbukti
bahwa klien bisa menyebutkan jumlahkeluarganya dan bisa menyebutkan sudah berapa
lama dia dirawat.
Masalah Keperawatan : -
m. Kemampuan penilaian
Pasien dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan.
Masalah Keperawatan : -

7. Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Makan
Klien makan 3 x sehari dengan menu yang disediakan di RSJ. Klien mau makan dengan
menu yang disediakan di RSJ dan tidak ada pantangan dalan makanan. Klien sudah
mampu untuk menyediakan dan membersihkan sendiri alat makannya.
Masalah Keperawatan : -
b. BAB/BAK
Klien mampu melakukan BAB dan BAK sendiri. Klien juga mampu membersihkan diri
setelah BAB dan BAK.
Masalah Keperawatan : -
c. Mandi
Klien selama di RSJ mandi 2 x sehari tanpa bantuan, ganti baju 2 x sehari, menggosok
gigi 2 x sehari. Klien juga mampu mencuci rambut sendiri.
Masalah Keperawatan : -
d. Bepakaian
Klien mampu mengenakan pakaian sendiri dan sesuai dengan pasangannya. Setiap kali
mandi klien ganti baju. Klien mampu menyisir rambutnya sendiri.
Masalah Keperawatan : -
e. Istirahat tidur
Klien selama sehari tidur + selama 7 jam, siang hari klien biasa tidur 1-2 jam, apabila
ingin tidur tidak ada persiapan khusus, klien jika merasa ngantuk langsung pergi tidur.
Masalah Keperawatan : -
f. Penggunaan obat
Selama di RSJ klien diberi obat sehari 2x yaitu sebelum makan siang dan setelah makan
malam. Obat yang dberikan pada klien selalu dimakan tidak pernah dibuang. Reaksi obat
yang dirasakan oleh klien adalah mengantuk.
Masalah Keperawatan : -
g. Pemeliharaan kesehatan :
Tekad keluarga sudah bulat dan berani menerima konsekwensinya, untuk mengobatkan
anaknya di RSJ ini. Keluarga akan mengunjungi klien satu minggu sekali. Klien
mengatakan jika sudah pulang nanti akan rutin kontrol di rumah sakit yang dekat dengan
rumahnya saja.
Masalah Keperawatan: -
h. Kegiatan didalam dirumah
Klien mengatakan nanti kalau sudah pulang ke rumah, dia akan membantu pekerjaan
orang tuanya di rumah seperti: mencuci baju, menyapu rumah ataupun yang lainnya.
Masalah Keperawatan : -
i. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan jika sudah sampai di rumah nanti klien akan dilanjutkan pemondokan
ke ponpes. Klien tidak pernah melakukan kegiatan di luar rumah.
Masalah Keperawatan : -
8. Mekanisme koping
Klien adalah seorang yang periang dan mudah bergaul, jika klien terdapat masalah, klien
hanya dipendam sendiri. Klien mengatakan apabila klien merasa kesal, jengkel, marah,
klien sering mengalihkannya dengan tiduran di kamar dan kadang meninggalkan rumah.
Keluarga mengatakan semenjak pulang dari rumah sakit baik sebentar, kemudian selang
satu bulan klien menjadi mudah tersinggung, jika klien terdapat masalah seperti dengan
orang tuanya ataupun tanpa sebab kenapa dia marah yang dilakukannya adalah bicara
kacau atau kasar, marah-marah,memukul anaknya, memecah barang-barang yang
terdapat disekitarnya Setelah klien marah-marah klien lebih sering hanya diam saja.
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Semenjak di tinggal pergi istrinya dan di PHK,klien jarang bergaul dengan
tetangganya,klien sering mengamuk apabila di suruh ibu nya untuk ber gaul dan kumpul-
kumpul dengan tetangganya.

10. Pengetahuan Kuranf Tentang


Keluarga menyatakan tidak mampu mengatasi penyakit yang diderita klien.
Pengetahuan yang kurang dari klien dan keluarga yaitu tentang: penyakit jiwa, faktor
predisposisi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik dan obat-obatan.

C. Diagnosa Keperawatan dan Tindakan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual dan potensial dari
individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan sebagai proses
kehidupan. (Carpenito, 1995).
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah utama
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam
melakukan intervensi yang tepat. Pada makalah ini akan diuraikan rencana tindakan
keperawatan pada diagnosa :
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
f. Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
g. Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
h. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
i. Klien dapat menggunakan obat yang benar.
Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya.
Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat,
ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi respon verbal dan non verbal,
bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai
dasar untuk intervensi selanjutnya.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam
menyelesaikan masalah yang konstruktif.
c. Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan
menolong pasien untuk sampai kepada akhir penyelesaian persoalan.
d. Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian
masalah yang konstruktif pula.
e. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk
intervensi.
f. Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
g. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.
h. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
i. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
k. Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
l. Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.
m. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.
n. Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.
o. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan
yang memerlukan tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif,
latihan manajemen perilaku kekerasan.
Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi
kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.
p. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
q. Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.
r. Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.
Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.
s. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
t. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.
u. Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah
dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.
v. Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan
perilaku klien.
w. Jelaskan cara-cara merawat klien. Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan
secara konstruktif. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas. Bantu keluarga mengenal
penyebab marah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.
x. Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.
y. Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.
z. Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ,
haloperidol, Artame.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.
. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat
penyembuhan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain :
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan
sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
b. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.
c. Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam
hidupnya.
d. Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
e. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.
f. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
g. Berikan pujian.
Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.
h. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang
dimiliki.
i. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.
j. Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.
k. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.
l. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan
respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.
m. Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
n. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.
o. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.
p. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan
harga diri rendah.
q. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien

Anda mungkin juga menyukai