Anda di halaman 1dari 95

Perilaku Kekerasan

Disusun Oleh :

Ilul Nuri Uswatul Khasanah ( 201401186)

Restia Juniar Theana (201401187)

Maria Suci Lestari (201401188)

Khoirotun Nisak (201401189)

Ikhasotun Nadhiroh (201401190)

Cahyani Retno yuniar (201401191)

Nur Aini Husniyah (201401239)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
2016

1
2

Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya penulis
telah menyelesaikan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan dengan judul Perilaku
Kekerasan . Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 2
program studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.

Dalam laporan pendahuluan ini penulis telah mendapat bantuan, dukungan dari
berbagai pihak baik dalam materi maupun moral. Sehingga pada kesempatan ini dengan
rendah hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Windu Santoso, S. Kep. M. Kep. Selaku ketua STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
2. Duwi Basuki, M. Kep, selaku kepala prodi S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI
Mojokerto.
3. Lilik Marifatul Azizah, S. Kep, Ns, M. Kes. Selaku dosen Keperawatan Jiwa 2 yang
telah membimbing penulis sehingga laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
pada klien dengan pelaku kekerasan ini dapat terselesaikan.
4. Segenap dosen dan staff di lingkungan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang turut
membantu menyediakan fasilitas belajar serta arahan arahan yang telah diberikan.
5. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta semua keluarga yang
telah mendukung, mendorong, serta memberikan fasilitas kepada penulis sehingga
terselesaikannya laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada klien dengan
perilaku kekerasan ini.
6. Rekan rekan mahasiswa STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto, khususnya kelompok
5 kelas 3 E yang telah membantu terselesaikannya laporan pendahuluan ini.

Pnulis menyadari dalam penulisan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan dan
perbaikan laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku
kekerasan ini.

Mojokerto, 19 April2016

Penulis

Daftar iiIsi
3

Halaman Judul..............................................................................................i

Kata Pengantar.............................................................................................ii

Daftar Isi......................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan................................................................................... 1

1 Latar belakang ............................................................................... 1


2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
3 Tujuan ............................................................................................ 2
4 Manfaat ........................................................................................ 2
BAB 2 Tinjauan Pustaka perilaku kekerasan ........................................ 3

1 Definisi ........................................................................................... 3
2 Proses terjadinya masalah ............................................................. 3
a. Etiologi .................................................................................... 3
b. Pathway ................................................................................... 6
c. Rentang respon ....................................................................... 6
3 Tanda dan gejala ........................................................................... 7
4 Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................... 9
a. Pengkajian ............................................................................... 9
a) Identitas ............................................................................. 9
b) Alasan masuk .................................................................... 9
c) Faktor predisposisi ............................................................ 9
d) Pemeriksaan fisik .............................................................. 10
e) Psikososial ........................................................................ 10
f) Status mental ..................................................................... 12
g) Kebutuhan rencana pulang................................................. 13
h) Analisa data ....................................................................... 14
i) Masalah keperawatan ........................................................ 15
j) Pohon masalah .................................................................. 15
k) Diagnose keperawatan ...................................................... 15
b. Rencana keperawatan.............................................................. 15
c. Implementasi ........................................................................... 27
d. Evaluasi ................................................................................... 28
iii
Daftar Pustaka ............................................................................................. 30
BAB 3 Tinjauan kasus perilaku kekerasan............................................. 31
1 Kasus perilaku kekerasan............................................................... 31
2 Pembahasan .................................................................................. 32
BAB 4 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ............................. 53
1. Analisa Proses Interaksi ( API ) .................................................... 77
2. Terpi Aktivitas Kelompok ( TAK) ................................................ 81
BAB 5 Penutup...........................................................................................103
1. Kesimpulan ...................................................................................103
4

2. Saran .............................................................................................103

BAB 1
iv

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kemarahan adalah suatu perasaan / emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat yang di rasakan sebagai ancaman.Marah juga merupakan
reaksi / ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan seperti kecewa,
tidak puas, tidak tercapai keinginan. Pengungkapan marah secara konstruktif akan
menimbulkan perasaan lega.Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif
dan menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara demikian dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan tingkah laku yang
2

destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain
maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri sendiri.
Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang timbul
sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan memicu
individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Perilaku
kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu agresif
memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan
ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat melukai sampai pada perilaku
kekerasan atau gaduh gelisah.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai


berikut:
1. Pengertian perilaku kekerasan.
2. Proses terjadinya perilaku kekerasan.
a. Etiologi.
b. Rentan respon.
c. Proses kemarahan.
d. Pathway.
e. Tanda dan gejala.

3. Proses Keperawatan Perilaku kekerasan.


a. Pengkajian.
b. Pohon masalah.
c. Masalah keperawatan.
d. Diagnosa keperawatan.
e. Rencana keperawatan (NCP).
f. Strategi Pelaksanaan.

1.3Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memahami pengertian perilaku kekerasan.
2. Untuk memahami proses terjadinya perilaku kekerasan .
3. Untuk memahami proses keperawatan perilaku kekerasan.

1.4Manfaat
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA PERILAKU KEKERASAN

2.1 Definisi Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons marah yang diekspresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak
lingkungan.Respons tersebut biasanya muncul akibat adanya stresor. Respons ini dapat
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang
sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) di sisi lain. (Yosep, Iyus. 2007).
Suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami perilaku yang dapat
melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (towsend,1998).
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan
klien sendiri,lingkungan termasuk orang lain dan barang- barang. (marmis,2004).
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stresor yang dihadapi oleh
seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan,baik pada diri
4

sendiri maupun orang lain,secara verbal maupun non verbal,bertujuan untuk melukai
orang secara fisik maupun psikologis.(berkowitz,2000).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.

2.2 Proses Terjadinya Masalah.

2.2.1 Etiologi.

1. Adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal.


a. Stressor internal seperti penyakit, hormonal, dendam, kesal.
b. Stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya
benda berharga,tertipu, penggusuran, bencana, dan sebagainya.
2. Kehilangan harga diri karena tidak dapat memenuhi kebutuhan sehingga
individu tidak berani bertindak, cepat tersinggung, dan lekas marah.
3. Frustasi akibat tujuan tidak tercapai atau terhambat, sehingga individu merasa
cemas dan terancam.
4. Kebutuhan aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan
ketegangan dan membuat individu cepat tersinggung.

a. Faktor predopsisi
a. Biologis

Dalam otak sistem limbic berfungsi sebagai regulator / pengatur


perilaku.Adanya lesi pada hipotalamus dan amigdala dapat mengurang
atau meningkatkan perilaku agresif.Perangsangan pada sistem
neurofisiologis dapat menimbulkan respon respon emosional dan
ledakan agresif. Penurunan norepinerifrin dapat menstimulasi perilaku
agresif misalnya pada peningkatan kadar hormone testosterone atau
progresteron. Pengaturan perilaku agresif adalah dengan mengatur jumlah
metabolism biogenic amino norepinetrin.

b. Psikologis

Menurut Lorenz, agresif adalah pembawaan individu sejak lahir


sebagai respons terhadap stimulasi yang diterima. Respon tersebut berupa
5

pertengkaran atau permusuhan.Gangguan ekspresi marah disebabkan


karena ketidakmampuan menyelesaikan agresif yang menyebabkan
individu berprilaku destruktif. Sedangkan Freud menyatakan bahwa sejak
dilahirkan individu akan mengalami ancaman yang perlu diekspresikan.
Perilaku destruktif terjadi apabila ancaman tersebut menguasai individu.
Menurut Freud, agresi berasal dari rasa frustasi akibat ketidakmampuan
individu mencapai tujuan. Bila individu tidak mampu mengekspresikan
perasaannya individu akan marah pada dirinya. Frustasi dirasakan sebagai
ancaman yang menimbulkan kecemasan sehingga individu merasa harga
dirinya terganggu.Konflik juga merupakan ancaman bagi individu yang
dapat mencetuskan perilaku agresif.Persepsi yang salah terhadap konflik
yang terjadi dapat membuat individu menjadi agresi.Teori eksistensi yang
dikemukakan oleh Fromm menyatakan bahwa tingkah laku individu
didasarkan pada kebutuhan hidup. Bila tidak dapat mematuhi
kebutuhannya dengan cara konstruktif individu akan berprilaku agresif.
Perilaku destruktif juga dapat disebabkan oleh kegagalan mendapatkan
eksistensi akibat kondisi sosial yang tidak sejalan dengan niat dan alasan
individu.

c. Sosiokultural
Norma norma kultural dapat digunakan untuk membantu
memahami ekspresi agresif individu. Teori lingkungan sosial
mengemukakan bahwa norma yang memperkuat perilakunya disebabkan
oleh ekspresi marah yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Madden,
orang orang yang pernah memiliki riwayat ditipu cenderung mudah
marah : yang disebut Acting Out terhadap marah. Bila privacy / pribadi
terganggu oleh kondisi sosial maka responnya berupa agresif / amuk.
Teori belajar sosial menurut Robert : yang di sempurnakan oleh Militer
dan Dollar, mengemukakan bahwa tingkah laku agresif dipelajari sebagai
bagian dari proses sosial. Agresi dipelajari dengan cara imitasi terhadap
pengalaman langsung. Pola subcultural cenderung menyebabkan imitasi
tingkah laku agresi yang mengarah pada amuk.Ahli teori sosial
berpendapat bahwa komponen biologi tingkah laku agresif berhubungan
dengan aspek aspek psikososial.
6

b. Stessor presipitasi
1. Ancaman terhadap fisik : Pemukulan, penyakit fisik.
2. Ancaman terhadap konsep diri : Frustasi, harga diri rendah.
3. Ancaman eksternal :Serangan fisik, kehilangan orang /
benda yang berarti.
4. Ancaman internal : Kegagalan, kehilangan perhatian.

2.2.2 Pathway.

Ancaman terhadap kebutuhan

Stress
Cemas

1. verbal
Mengungkapkan secara Merasa tidak kuat
Merasa kuat (HDR)
2.
Menjaga keutuhan
menantang orang lain Menarik diri
3.
Masalah tidak Lega Mengingkari
selesai marah
Ketegangan menurun Marah tidak terungkap
Marah berkepanjangan
Rasa Marah teratasi

Muncul rasa bermusuhan Marah pada orang


lain Marah pada diri sendiri

Rasa bermusuhan menahun Depresi (Psikosomatik)


Agresif / amuk

2.2.3Rentang respon.

Adaptif Maladaptive

Asertif Frustasi Pasif Agresif Violence


7

Asertif : Mengemukakan pendapat / ekspresi tidak senang / tidak


setuju tanpa menyakiti lawan bicara. Hal ini menimbulkan
ketegangan.
Frustasi : Respon akibat gagal mencapai tujuan, kepuasan atau rasa
aman. Individu tidak dapat menunda sementara atau
menemukan alternative lain.
Pasif : Perilaku yang ditandai dengan perasaan tidak mampu untuk
memngungkapkan perasaannya sebagai usaha
mempertahankan hak haknya. Merasa kurang mampu, HDR,
pendiam, malu, sulit diajak bicara.
Agresif : Suatu perilaku yang menyertai marah merupakan dorongan
mental untuk bertindak dan masih terkontrol.
Violence : Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
control diri sehingga dapat merusak diri dan lingkungan.

Respon marah dapat diungkapkan dengan cara :

1. Mengungkapkan secara verbal / langsung pada saat itu sehingga dapat


melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaannya.
2. Menekan kemarahan atau pura pura tidak marah. Hal ini mempersulit
diri dan mengganggu hubungan interpersonal.
3. Menentang atau melarikan diri. Cara ini akan menimbulkan rasa
bermusuhan dan bila dipakai terus menerus kemarahan kemarahan
dapat diekspresikan pada diri sendiri atau orang lain sehingga akan
tampak sebagai psikosomatis atau agresi / amuk

2.3 Tanda Dan Gejala.

Perawat dapat mengidentifikasikan dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku


kekerasan:

1. Fisik
a. Muka merah dan tegang.
b. Mata melotot / pandangan tajam.
c. Tangan mengepal.
d. Wajah memerah dan tegang.
e. Postur tubuh kaku.
8

f. Mengatupkan rahang dengan kuat.


g. Jalan mondar-mandir.
2. Verbal
a. Bicara kasar.
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak.
c. Mengancam secara verbal atau fisik.
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor.
e. Suara keras.
f. Ketus.
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/ orang lain.
b. Menyerang orang lain.
c. Melukai diri sendiri/ orang lain.
d. Merusak lingkungan.
e. Amuk/ agresif.
4. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

5. Fisiologi

Tekanan darah meningkat, RR meningkat, napas dangkal, tonus otot


meningkat, muka memerah, perubahan kadar HCl lambung, peningkatan frekuensi
berkemih, dilatasi pupil.

6. Emosi

Labil, tidak sadar, ekspresi wajah tegang, pandangan tajam, merasa tidak
aman, bermusuhan, marah, bersikeras, dendam, menyerang, takut, cemas, merusak
benda.

7. Intelektual
Bicara mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan, konsentrasi menurun,
persuasive.
8. Social
Menarik diri, sinis, curiga, agresif, mengejek, menolak kasar.
9. Spiritual

Ragu-ragu, moral kurang.

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan.

2.4.1 Pengkajian.
9

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian


terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat,
Budi Ana, 1998 : 3 ). Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :

1. Identitas.

Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama


mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu,
tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien
dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.

2. Alasan masuk.

Tanyakan kepada klien atau keluarga/pihak yang berkaitan dan tuliskan


hasilnya apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit?Apa yang sudah
dilakukan oleh klien atau keluarga sebelumnya atau dirumah untuk mengatasi
masalah ini. Dan bagaimana hasilnya. Pada klien dengan perilaku kekerasan
alasan masuknya adalah mengamuk dan membanting barang barang yang ada
di sekitarnya tidak memperdulikan berhagra atau tidak barang tersebut.

3. Faktor predisposisi.

Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana


hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah
ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan. Pada klien dengan perilaku kekerasan
faktor predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan
adanya riwayat penganiayaan.

4. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ tubuh


( dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi, dan hasil pengukuran ).
10

Pada klien dengan perilaku kekerasan tekanan darah meningkat, RR meningkat,


nafas dangkat, muka memerah, tonus otot meningkat, dan dilatasi pupil.

5. Psikososial.
a. Geogram.

Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola


komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.Penelusiran genetic yang
menyebabkan / menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit
dilakukan hingga saat ini.
b. Konsep diri.
Konsep diri adalah semua jenis pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungan dengan orang lain. Konsep diri terdiri dari :
1. Gambaran diri.
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai. Pada klien dengan perilaku kekerasan tangan selalu
mengepal, pandangan selalu tajam karena semua dianggap musuh, selalu
melempar atau memukul benda benda ke orang lain, dan dapat melukai
diri sendiri.
2. Identitas diri.
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status posisinya, kepuasan klien sebagai laki laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan
posisinya. Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung
menyerang, merasa dirinya tidak aman, berbicara kasar, menolak dengan
kasar, agresif, dan marah marah.
3. Fungsi peran.
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana
perasaan klien akibat perubahan tersebut. Pada klien dengan perilaku
kekerasan klien tampak ketus, curiga, sering mengamuk, dan
menganggap semua orang adalah musuh.
4. Ideal diri.
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
11

lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika


kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan perilaku
kekerasan klien cenderung marah marah, membanting barang barang
jika kenyataan yang diharapkan tidak sesuai dengan harapannya.
5. Harga diri.
Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar dalam
menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah melakukan kesalahan,
kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai orang yang penting
dan berharga. Pada klien dengan perilaku kekerasan klien merasa selalu
ingin menarik diri dan melarikan diri.
c. Hubungan sosial.
Dalam setiap interaksi dengan klien, perawat harus menyadari luasnya
dunia kehidupan klien, memahami pentingnya kekuatan sosial dan budaya
bagi klien, mengenal keunikan aspek ini dan menghargai perbedaan klien.
Hubungan sosial dapat dikaji sebagai berikut :
a. Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien,tempat mengadu, bicara,
minta bantuan atau dukungan baik secara material maupun non
material.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat , kelompok sosial apa
saja yang diikuti di lingkungannya dan sejauh mana dia terlibat.
Hambatan apa saja dalam berhubungan dengan orang lain / kelompok
tersebut.

Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung curiga, agresif,


sinis, menarik diri, mengejek, dan menolak dengan kasar.

d. Spiritual.
Adapun aspek spiritual dapat dikaji meliputi sebagai berikut :
a. Apa agama dan keyakinan klien / keluarganya. Bagaimana nilai, norma,
pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat
tentang gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang
dianutnya.
b. Kegiatan keagamaan, ibadah dan keyakinan apa saja yang dikerjakan
klien di rumah / lingkungan sekitarnya baik secara individu maupun
kelompok, pendapat klien / keluarga tentang ibadah tersebut.
12

Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung ragu ragu dan
moral kurang.

6. Status mental.
a. Penampilan.
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah
ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian
tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak
ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status
psikologis klien. Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya klien tidak
mampu merawat penampilannya, biasanya penampilan tidak rapi,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
rambut kotor, rambut seperti tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning,
kuku panjang dan hitam.
b. Pembicaraan.
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap,
sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu
memulai pembicaraan. Pada klien perilaku kekerasan cara bicara klien kasar,
suara tinggi, membentak, ketus, berbicara dengan kata kata kotor.

c. Aktivitas motoric.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien cenderung agresif, dapat
secara tiba tiba menyerang orang lain dan dapat melukai diri sendiri.
d. Afek dan emosi.

Pada klien dengan perilaku kekerasan cenderung labil, ekspresi


wajah tegang, pandangan tajam dan merasa tidak aman.
e. Interaksi dan wawancara.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien biasanya mudah marah,
nada bicara keras, agresif, curiga, sinis.
f. Persepsi sensori.
Pada klien dengan perilaku kekerasan sangat beresiko tinggi untuk
mengalami halusinasi dikarenakan emosi pada kien dengan perilaku
kekerasan yang tidak dapat mereda dengan cepat.
g. Proses pikir.
a. Proses pikir ( arus dan bentuk pikir ).
Pada klien dengan perilaku kekerasan konsentrasi menurun,
nada bicara keras, suka berdebat.
b. Isi pikir.
13

Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran


curiga, dan tidak percaya kepada orang lain dan merasa dirinya tidak
aman.

7. Kebutuhan rencana pulang.


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan.
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL).
Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai perilaku yang
ditampilkan klien. Hal ini dapat dianalisa dari perbandingan berikut:
Aspek Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif, Positif Menyombongkan
pembicaraa merendahkan menawarkan diri, diri, merendahkan
n diri, Misalnya : misalnya : orang lain,
Bisakah saya saya mampu, misalnya :
melakukan hal saya bisa, anda kamu pasti tidak
itu? Bisakah boleh, anda dapat bisa, kamu selalu
anda melaggar, kamu
melakukannya ? tidak pernah
menurut, kamu tidak
akan bisa.
Tekanan Lambat, Sedang Keras ngotot
suara mengeluh
Posisi badan Menundukkan Tanggap dan Kaku, condong
kepala santai kedepan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siakp dengan jarak
dengan sikap jarak yang akan menyerang
mengabaikan nyaman orang lain
Penampilan Loyo, tidak Sikap tenang Mengancam, posisi
dapat tenang menyerang
Kontak Sedikit/sama Mempertahankan Mata melotot dan
mata sekali tidak kontak mata dipertahankan.
sesuai dengan
hubungan.

8. Analisa data.

Masalah Data yang perlu di kaji


14

keperawatan
1 Perilaku Subjektif:
kekerasan 1 Klien mengancam
2 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor.
3 Klien mengatakan dendam dan jengkel
4 Klien mengatakan ingin berkelahi.
5 Klien menyalahkan dam menuntut.
6 Klien meremekan.

Objektif :
1 Mata melotot / pandangn tajam.
2 Tangan mengepal
3 Rahang mengatup.
4 Wajah memerah dan tegang.
5 Postur tubuh kaku.
6 Suara keras.

9. Masalah keperawatan.
a Perilaku kekerasan.
b Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c Harga diri rendah.

7 Pohon masalah.
Stuart dan sundeen (1997) mengidentifikasi pohon masalah kekerasan
sebagai berikut :

(Effect) Resti Mencederai


Tinggi

(Core Problem) Perilaku Kekerasan

(Causal)
Halusinasi
8 Diagnosa keperawatan.

Perilaku kekerasan

2.4.2 Rencana Keperawatan.

Tg Diagnosis Perencanaan Intervensi


Tujuan Kriteria Hasil
l Keperawatan
Perilaku Tujuan 1 Klien mau 1 Beri salam / panggil
kekerasan. Umum : Klien membalas nama.
15

tidak salam. a Sebut nama


2 Klien mau
mencederai diri. perawat.
menjabat b Jelaskan maksud
Tujuan Khusus
tangan. hubungan
:
3 Klien mau
interaksi.
1 Klien dapat
menyebut nama. c Jelaskan akan
membina 4 Klien mau
kontrak yang akan
hubungan tersenyum.
dibuat.
5 Klien mau
saling d Beri rasa aman
kontak mata.
percaya. dan sikap empati.
6 Klien mau
e Lakukan kontak
mengetahui
singkat tapi
nama perawat.
sering.
2 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Berikan kesempatan
mengidentifi mengungkapkan untuk
kasi perasaannya. mengungkapkan
2 Klien dapat
penyebab perasaannya.
mengungkapkan 2 Bantu klien untuk
perilaku
penyebab mengungkapkan
kekerasan.
perasaan penyebab perasaan
jengkel / kesal jengkel / kesal.
(dari diri
sendiri,
lingkungan,
atau orang lain).
3 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Anjurkan klien
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan apa
kasi tanda perasaan saat yang dialami dan
dan gejala marah / jengkel. dirasakan saat marah /
2 Klien dapat
perilaku jengkel.
menyimpulkan 2 Observasi tanda dan
kekerasan.
tanda dan gejala gejala perilaku
jengkel / kesal kekerasan pada klien.
3 Simpulkan bersama
yang
klien tanda dan gejala
dialaminya.
jengkel / kesal yang
16

dialami.
4 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Anjurkan klien untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan
kasi perilaku perilaku perilaku kekerasan
kekerasan kekerasan yang yang biasa dilakukan
yang biasa bisa dilakukan. klien (verbal, pada
2 Klien dapat
dilakukan. orang lain, pada
bermain peran
lingkungan, dan pada
sesuai perilaku
diri sendiri).
kekerasan yang 2 Bantu klien bermain
biasa dilakukan. peran sesuai dengan
3 Klien dapat
perilaku kekerasan
mengetahui cara
yang biasa dilakukan.
yang biasa 3 Bicarakan dengan
dilakukan untuk klien, apakah dengan
menyelesaikan cara yang klien
masalah. lakukan masalahnya
selesai.
5 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Bicarakan akibat /
mengidentifi menjelaskan kerugian dari cara
kasi akibat akibat dari cara yang dilakukan klien.
2 Bersama klien
perilaku yang digunakan
menyimpulkan akibat
kekerasan. klien :
a Akibat pada dari cara yang
klien dilakukan oleh klien.
3 Tanyakan pada klien
sendiri.
b Akibat pada Apakah ia ingin
orang lain. mempelajari cara baru
c Akibat pada
yang sehat.
lingkungan.
6 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Diskusikan kegiatan
demostrasika menyebutkan fisik yang biasa
n cara fisik contoh dilakukan klien.
2 Beri pujian atas
untuk pencegahan
kegiatan fisik klien
mencegah perilaku
yang biasa dilakukan.
perilaku kekerasan
3 Diskusikan dua cara
17

kekerasan. secara fisik : fisik yang paling


a Tarik nafas
mudah dilakukan
dalam.
untuk mencegah
b Pukul kasur
perilaku kekerasan,
dan bantal.
c Dll : yaitu : tarik nafas
kegiatan dalam dan puluk
fisik. kasur serta bantal.
2 Klien dapat 1 Diskusikan cara
mendemonstrasi melakukan nafas
kan cara fisik dalam dengan klien.
2 Beri contoh klien
untuk mencegah
tentang cara menarik
perilaku
nafas dalam.
kekerasan.
3 Minta klien mengikuti
contoh yang diberikan
sebanyak 5 kali.
4 Beri pujian positif
atas kemampuan klien
mendemonstrasikan
cara menarik nafas
dalam.
5 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai.
6 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang telah dipelajari
saat marah / jengkel.
7 Lakukan hal yang
sama dengan no. 1
sampai no. 6 untuk
cara fisik lain di
pertemuan yang lain.
3 Klien 1 Diskusikan dengan
mempunyai klien mengenai
jadwal untuk frekuensi latihan yang
melatih cara akan dilakukan
18

pencegahan sendiri oleh klien.


2 Susun jadwal
fisik yang telah
kegiatan untuk
dipelajari
melatih cara yang
sebelumnya.
telah dipelajari.
4 Klien 1 Klien mengevaluasi
mengevaluasi pelaksanaan latihan,
kemampuan cara pencegahan
dalam perilaku kekerasan
melakukan cara yang telah dilakukan
fisik sesuai dengan mengisi
jadwal yang jadwal kegiatan
telah disusun. harian (selft
evolution).
2 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan.
3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
4 Tanyakan kepada
klien Apakah
kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah.
7 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Diskusikan bicara
mendemonst menyebutkan yang baik dengan
rasikan cara cara bicara klien.
2 Beri contoh cara
sosial untuk (verbal) yang
bicara yang baik.
mencegah baik dalam
a Meminta dengan
perilaku mencegah
baik.
kekerasan. perilaku b Menolak dengan
kekerasan. baik.
a Meminta c Mengungkapkan
dengan baik. perasaan dengan
19

b Menolak baik.
dengan baik.
c Mengungka
pkan
perasaan
dengan baik.
2 Klien dapat 1 Meminta klien
mendemonstrasi mengikuti contoh cara
kan cara verbal bicara yang baik.
a Meminta dengan
yang baik.
baik : Saya minta
uang untuk beli
makan.
b Menolak dengan
baik : Maaf, saya
tidak bisa
melakukan karena
ada kegiatan lain.
c Mengungkapkan
perasaan dengan
baik : Saya kesal
karena permintaan
saya tidak
dikabulkan
disertai nada suara
rendah.
2 Meminta klien
mengulang sendiri.
3 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
3 Klien 1 Diskusikan dengan
mempunyai klien tentang waktu
jadwal untuk dan kondisi cara
melatih cara bicara yang dapat
bicara yang dilatih di ruangan,
baik. misalnya : meminta
20

obat, baju, dll. :


menolak ajakan
merokok, tidur tidak
tepat pada waktunya,
menceritakan
kekesalan pada
perawat.
2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
4 Klien 1 Klien mengevaluasi
melakukan pelaksanaan latihan
evaluasi cara bicara yang baik
terhadap dengan mengisi
kemampuan jadwal kegiatan (self
cara bicara yang evaluation).
2 Validasi kemampuan
sesuai dengan
klien dalam
jadwal yang
melakukan latihan.
telah disusun.
3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
4 Tanyakan kepada
klien Bagaimana
perasaan Budi setelah
latihan bicara yang
baik ? Apakah
keinginan marah
berkurang ?.
8 Klien 1 Klien dapat 1 Diskusikan dengan
mendemonst menyebutkan klien kegiatan ibadah
rasikan cara kegiatan ibadah yang pernah
spiritual yang biasa dilakukan.
2 Bantu klien menilai
untuk dilakukan.
kegiatan ibadah yang
mencegah
dapat dilakukan di
21

perilaku runag perawat.


3 Bantu klien memilih
kekerasan.
kegiatan ibadah yang
akan dilakukan.
4 Meminta klien
mendemostrasikan
kegiatan ibadah yang
dipilih.
5 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
2 Klien dapat 1 Klien mengevaluasi
mendonstrasika pelaksanaan kegiatan
n cara beribadah ibdah dengan mengisi
yang dipilih. jadwal kegiatan (self
evaluation).
2 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih kegiatan
ibadah.
3 Klien 1 Klien mengevaluasi
mempunyai pelaksanaan kegiatan
jadwal untuk ibadah dengan
melatih mengisi jadwal
kegiatan ibadah. kegiatan harian (self
evaluation).
2 Validasi kemampuan
klien dalam
melakukan validasi.
3 Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
4 Tanyakan kepada
klien : Bagaimana
perasaan Budi
setelah teratur
melakukan ibadah ?
Apakah keinginan
22

marah berkurang ?.
9 Klien 1 Klien 1 Diskusikan dengan
mendemonst melakukan klien tentang jenis
rasikan evaluasi obat yang
kepatuhan terhadap diminumnya (nama,
minum obat kemampuan warna, besarnya) :
untuk melakukan waktu minum obat
mencegah kegiatan ibadah. (jika 3 kali : pukul
perilaku 07.00, 13.00, 19.00) :
kekerasan. cara minum obat.
2 Diskusikan dengan
klien tentang manfaat
minum obat secara
teratur :
a Beda perasaan
sebelum minum
obat dan sesudah
minum obat.
b Jelaskan bahwa
dosis obat hanya
boleh diubah oleh
dokter.
c Jelaskan
mengenai akibat
minum obat yang
tidak teratur,
misalnya
penyakitnya
kambuh.
10 Klien dapat 1 Klien dapat 1 Diskusikan tentang
mengikuti menyebutkan proses minum obat.
a Klien meminta
TAK : jenis, dosis, dan
obat kepada
Stimulasi waktu minum
perawat (jika
persepsi obat serta
dirumah sakit),
pencegahan manfaat dari
kepada keluarga
23

perilaku obat itu (prinsip (jika dirumah).


b Klien memeriksa
kekerasan. 5 benar : benar
obat sesuai
orang, benar
dosisnya.
obat, dosis,
c Klien meminum
waktu, dan cara
obat pada waktu
pemberian).
yang tepat.
2 Susun jadwal minum
obat bersama klien.
11 Klien 1 Klien 1 Klien mengevaluasi
mendapatkan mendemonstrasi pelaksanaan minum
dukungan kan kepatuhan obat dengan mengisi
keluarga minum jadwal kegiatan
dalam obatsesuai harian (self
melakukan jadwal yang evaluation).
2 Validasi pelaksanaan
cara ditetapkan.
minum obat klien.
pencegahan
3 Beri pujian atas
perilaku
keberhasilan klien.
kekerasan. 4 Tanyakan kepada
klien, Bagaimana
perasaan Budi dengan
minum obat secara
teratur ? Apakah
keinginan untuk
marah berkurang ?.
2 Klien 1 Anjurkan klien untuk
mengevaluasi ikut TAK : Stimulasi
kemampuannya persepsi pencegahan
dalam perilaku kekerasan.
2 Klien mengikuti
mematuhi
TAK : Stimulasi
minum obat.
persepsi pencegahan
perilaku kekerasan
(kegiatan mandiri).
3 Diskusikan dengan
klien tentang kegiatan
24

selama TAK.
4 Fasilitasi klien untuk
mempraktikkan hasil
kegiatan TAK dan
beri pujian atas
keberhasilannya.
3 Klien mengikuti 1 Diskusikan dengan
TAK : Stimulasi klien tentang jadwal
persepsi TAK.
2 Masukkan jadwal
pencegahan
TAK ke dalam jadwal
perilaku
kegiatan harian.
kekerasan.
3 Beri pujian atas
kemampuan
mengikuti TAK.
4 Tanyakan kepada
klien : Bagaimana
perasaan Budi setelah
ikut TAK ?.
4 Klien 1 Identifikasi
mempunyai kemampuan keluarga
jadwal klien dalam merawat klien
melakukan sesuai dengan yang
evaluasi telah dilakukan
terhadap keluarga terhadap
pelaksanaan selama ini.
2 Jelaskan keuntungan
TAK.
peran serta keluarga
dalam merawat klien.
3 Jelaskan cara cara
merawat klien.
a Terkait dengan
cara mengontrol
perilaku marah
secara kontruktif.
b Sikap dan rasa
bicara.
25

c Membantu klien
mengenal
penyebab marah
dan pelaksanaan
cara pencegahan
perilaku
kekerasan.
5 Keluarga dapat 1 Bantu keluarga
mendemonstrasi mendemonstrasikan
kan cara cara merawat klien.
2 Bantu keluarga
merawat klien.
mengungkapkan
perasaannya setelah
melakukan
demonstrasi.
3 Anjurkan keluarga
mempraktikkan pada
klien selama dirumah
sakit dan
melanjutkannya
setelah pulang
kerumah.
2.4.3 Implementasi.

DiagnosaKe
Pasien Keluarga
perawatan
Perilaku SP 1 SP1
kekerasn a. Menyebutkan penyebab a. Menyebutkan pengertian perilaku
perilaku kekerasan. kekerasan dan proses terjadinya
b. Menyebutkan tanda dan
masalah perilaku kekerasan.
gejala perilaku kekerasan. b. Menyebutkan cara merawat
c. Menyebutkan perilaku
pasien perilaku kekerasan.
kekerasan yang dilakukan.
d. Menyebutkan akibat perilaku
kekerasan.
e. Menyebutkan cara
mengontrol perilaku
26

kekerasan.
f. Mempraktikkan latihan cara
mengontrol fisik I.

SP2 SP 2
a. Mempraktikkan latihan a. Mempraktikkan cara merawat
cara fisik II dan pasien perilaku kekerasan.
memasukkan kedalam
jadwal.
SP3 SP 3
a. Mempraktikkan latihan cara a. Membuat jadwal akitivitas dan
verbal dan memasukkan minum obat untuk klien.
kedalam jadwal.
b. Mempraktikkan latihan cara
spiritual dam memasukkan
kedalam jadwal.
c. Mempraktikkan latihan cara
minum obat dan
memasukkan kedalam
jadwal.

2.4.4 Evaluasi.

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data


subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan
langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.(Santosa,
1989).Hasil yang diharapkan adalah :
a Pada klien
1 Klien mampu menggunakan cara yang sehat jika kesal / jengkel (fisik,
verbal, sosial, spiritual).
2 Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.
3 Klien menggunakan obat dengan benar.
4 Klien mampu melakukan kegiatan sehari hari.

b Pola keluarga :
27

1 Keluarga mampu merawat klien.


2 Keluarga mengetahui kegiatan yang perlu klien laukan dirumah (boleh
diluar jadwal).
3 Keluarga mengetahui cara pemberian obat dengan benar dan waktu follow
up.

Daftar Pustaka

Azizah, Lilik Marifatul. 2011. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.


28

Dalami, Ernawari, Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan gangguan Jiwa. Jakarta :
Trans Info Media.

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( Lp dan Sp ). Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, Budi Ana, Dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

BAB 3

TINJAUAN KASUS PERILAKU KEKERASAN

3.1 Kasus perilaku kekerasan.


32

Ny.B usia 35 tahun, masuk RSJ 2 hari yang lalu. karena mengamuk dan
membanting barang barang, gelisah tidak bisa tidur, berendam dikamar mandi
berjam-jam (3 jam).Sudah satu kali dirawat dengan alasan sama yaitu mengamuk.
Hal itu disebabkan karena melihat mantan suaminya berjalan dengan
perempuan lain (data dari klien dan keluarga). Saat dikaji tentang perilaku mengamuk,
klien menolak dengan mengatakan bahwa dia tidak mengamuk dan tidak membanting
barang. Pandangan mata klien tampak tajam, dan wajah tampak tegang.Klien tampak
gelisah dan selalu mondar mandir diruang rawat. Saat marah klien selalu membanting
barang-barang yang ada disekitarnya.
Klien mengatakan kesal karena sering dibentak bentak oleh keluarganya dan
sering kesal jika mengingat peristiwa perceraian dengan suaminya 1 tahun lalu. Klien
mengatakan kesal karena suaminya selingkuh dan tak tahu harus bagaimana lagi
menyelesaikan masalahnya dengan suaminya. Klien beranggapan kalau perceraian itu
dikarenakan klien tidak bisa memiliki keturunan dari suaminya.
Menurut keluarga klien kalau marah sering melempar barang-barang milik
mantan suaminya keluar rumah dan menyobek-nyobek semua kenangan yang ada
tentang suaminya, dan tidak mau bertemu dengan orang lain. Bila sedang marah, ayah
klien tambah memarahinya sehingga klien menjadi mengamuk.Klien tidak mau mandi
bila tidak disuruh. Rambut tampak kotor, kusut, gigi kotor dan kuning, kuku hitam
dan panjang.
Rekam medis : klien pernah dirawat di RSJ 1,5 tahun yang lalu. Dengan alasan klien
sering membanting barang-barang yang ada dirumah.

TD : 150/90 mmHg, Nadi : 102 x/menit, Suhu : 36,5 C, RR : 24 x/menit.

3.2 Pembahasan

1. Model keperawatan
a) Model komunikasi
33

Didalam model komunikasi ini pesan dikomunikasikan dengan baik dan


jelas. Pola komunikasi dapat dianalisa dengan cara berfokus pada penerimaan dan
belajar untuk berkomunikasi dengan baik tanpa danya nada suara yang tinggi.

b) Model perilaku

Didalam model perilaku dapat di pelajari tentang penyimpangana perilaku


klien. Misalnya dalam perilaku kekerasan, saat klien marah kemungkinan besar
penyimpangan perilaku dapat muncul misalnya dengan melukai diri sendiri, orang
lain dll. Sehingga di dalam model perilaku ini terapis mengajarkan klien dengan
cara pendekatan perilaku kepada pasien.

c) Model sosial

Didalam model sosial dapat mengatasi sistem sosial dan interaksikrisis,


memanipulasi lingkungan, dukungan kelompok, dll. Didalam model sosial ini
lingkungan dapat berpengaruh bagi klien, karena lingkungan merupakan tempat
untuk model sosial.

2. Terapi modalitas
a) Terapi individual

Terapi individual cocok dengan kasus perilaku kekerasan diatas, karena


terapi tersebut menjalin hubungan terstruktur antara perawat dengan klien untuk
mengubah perilaku klien. Tujuan terapi ini untuk mengembangkan kemampuan
klien dalam menyelesaikan konflik yang sedang atau pernah dialami oleh pasien
atau pada saat stressor tersebut datang. Pasien dapat mengontrol perilaku yang
dimunculkan agar tidak sampai terjadi perilaku kekerasan.

b) Terapi lingkungan

Terapi lingkungan ini cocok untuk kasus diatas, karena pada terapi
lingkungan ini berbentuk pada menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku
pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif dengan
menggunakan sebagian dari lingkungan rumah sakit. Terapi ini bertujuan untuk
mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat luas.

c) Terapi kognitif
34

Didalam terapi kognitif kita bisa mencoba merubah pola fikir klien agar
klien bisa berfikir secara rasional kembali. Tujuan dari terapi ini adalah
membentuk kembali pikiran individu, membantu klien dalam mengidentifikasi
dan menganalisis kognisi negatif klien.

3. Analisa kasus
a. Pengkajian
a) Identitas klien
Nama : Ny.B
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 Tahun
b) Alasan masuk

Karena pasien mengamuk dan membanting barang-barang, gelisah,


tidak bisa tidur, terkadang berendam dikamar mandi berjam jam ( 3 jam )
dikarenakan hal itu disebabkan karena melihat mantan suaminya berjalan
dengan perempuan lain.

c) Faktor predisposisi
1) Riwayat gangguan jiwa

Klien pernah dirawat di RSJ 1,5 tahun yang lalu. Dengan alasan
klien sering membanting barang-barang yang ada disekelilingnya, dan
sekarang klien dimasukan ke RSJ karena klien mengamuk dan
membanting barang-barang yang ada disekelilingnya. hal itu disebabkan
karena melihat mantan suaminya berjalan dengan perempuan lain.

2) Riwayat pengobatan

Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah dibawa berobat


tetapi tidak ada perubahan ( kurang berhasil ).

3) Riwayat penganiayaan

Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual dan


tindakan criminal.

4) Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa


35

Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang


mengalami gangguan jiwa.

5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Peristiwa perceraian dengan suaminya 2 tahun lalu. Klien


mengatakan kesal karena suaminya selingkuh dan tidak tahu cara
mempertahankan rumah tangganya. Selama 10 tahun pernikahan tidak
diberi keturunan.

d) Pemeriksaan fisik
1) Tanda tanda vital
TD : 150/90 mmHg
RR : 24 x / menit
S : 36,5 C
N : 102 x / menit
2) Pemeriksaan fisik ( Head to toe )
1). Kepala
a. Rambut
a) Inspeksi : Tidak ada ketombe, tidak beruban, berwarna
hitam, tampak kotor, kusut.
b) Palpasi : Tidak ada benjolan.
b. Mata
a) Inspeksi : Fungsi penglihatan mata baik, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak icterus, pupil dilatasi.
c. Telinga : Simetris kanan-kiri
d. Mulut : Bau,
a) Inspeksi : Gigi tampak kotor dan kuning.

2). Dada
a. Inspeksi : Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada lesi.
b. Perkusi : Terdengar suara pekak pada jantung dan
resonan pada lapang paru,
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan di
daerah dada.
d. Auskultasi : Tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak
terdengar suara bunyi S3 maupun S4.
3). Abdomen
a. Inspeksi : Perut datar, tidak ada lesi didaerah abdomen.
b. Perkusi : Terdengar suara tympani.
c. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan disekitar
abdomen.
36

d. Auskultasi : Terdengar suara bising usus 10 kali per menit.


4). Ekstermitas
Inspeksi : Kuku hitam dan panjang
e) Psikososial
1) Geogram

Keterangan :
= Laki-laki = Perempuan

= Klien / Pasien = Tinggal serumah

2) Konsep diri
A) Gambaran diri

Klien mengatakan tubuhnya sehat, bagian tubuh yang tidak di


sukai yaitu semua anggota tubuh dikarenakan klien tidak bisa memiliki
keturunan.

B) Identitas diri

Ny. B berusia 35 tahun, berjenis kelamin permpuan. Ny. B


seorang Ibu Rumah Tangga.

C) Fungsi peran

Klien mengatakan bahwa selama menikah klien berusaha


menjadi istri yang baik.

D) Ideal diri

Klien mengatakan kesal karena suaminya selingkuh dan tidak


tahu bagaimana caranya untuk mempertahankan rumah tangganya
sehingga akhirnya bercerai.

E) Harga diri
37

Klien beranggapan kalau perceraian itu dikarenakan klien tidak


bisa memberi keturunan untuk suaminya.

F) Masalah keperawatan
Harga diri rendah.
3) Hubungan sosial
A) Orang yang berarti
Orang yang berarti yaitu suami klien.
B) Peran serta kegiatan kelompok / masyarakat

Klien mengatakan bahwa klien jarang mengikuti kegiatan


sosial di lingkungannya.

C) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Kalau marah klien terkadang mengurung diri dan berendam di


kamar mandi selama berjam jam dank lien tidak mau bertemu
dengan orang lain, karena merasa minder tidak bisa mempertahankan
rumah tangganya dan tidak bisa memberikan keturunan untuk
suaminya.

4) Spiritual

Klien mengatakan beragama islam, tetapi semenjak bercerai


dengan suaminya, dank lien tidak pernah menjalankan ibadah.

f) Status mental
1) Pembicaraan

Pembicaraan klien keras. Klien kelihatan sangat marah. Pandangan


mata klien tampak tajam, wajah tegang, ketika menceritakan masalahnya,
terutama saat menceritakan mantan suaminya yang selingkuh.

2) Aktivitas motoric

Aktivitas motoric klien tegang. Klien mengatakan mudah kesal dan


jengkel, sering membanting banting barang, dan klien merasa bahwa
semua barang itu sudah tidak ada harganya lagi.

3) Afek dan emosi


38

Afek dan emosi klien yaitu amarah. Klien mudah marah, cepat
tersinggung dan selalu merusak lingkungan ( membanting barang ), kalau
saat marah klien bisa mengurung diri di kamar mandi selama berjam
jam.

4) Interaksi selama wawancara

Selama wawancara klien mudah sekali tersinggung. Menurut


keluarga klien, klien mudah sekali tersinggung, mudah marah, dan selalu
membanting barang barang semenjak gagal dalam pernikahan dengan
mantan suaminya.

Masalah keperawatan : Resiko tinggi perilaku kekerasan

5) Persepsi sensori

Ny. B resiko tinggi mengalami gangguan sensori persepsi


halusinasi

6) Proses pikir
A) Bentuk

Klien tampak menyendiri, saat diajak berkomunikasi klien


terlihat pandangannya tajam.

B) Isi pikir

Klien saat ini berfikir pesimisme, dimana klien berpandangan


bahwa masa depan dirinya sudah suram karena perkawinannya yang
gagal.

b. Analisa data

Data Problem
Mengamuk, membanting barang barang, Resiko mencederai diri dan orang lain.
berendam di kamar mandi berjam jam ( 3
jam ).
Ds : Perilaku kekerasan.
Mudah kesal dan jengkel, membanting
banting barang, merasa semua barang itu
39

tidak ada harganya lagi.


Do :
Pandangan mata klien tampak tajam dan
wajah tampak tegang saat menceritakan
masalahnya.
Klien beranggapan bahwa perceraiannya Harga diri rendah.
itu dikarenakan suaminya selingkuh dan
akibat dari klien tidak bisa memberikan
keturunan untuk suaminya.
Saat marah klien terkadang mengurung diri Deficit perawatan diri.
di kamar mandi dan tidak mau bertemu
dengan orang lain. Karena klien merasa
minder, karena klien tidak bisa
mempertahankan rumah tangganya. Kilen
juga jarang mandi, kuku hitam dan
panjang, gigi kuning dan bau mulut,
rambut kotor dan lusuh,
Klien tidak mendapat dukungan dari Kopping keluarga tidak efektif.
keluarga hal ini dibuktikan dengan pada
saat klien mengamuk, keluarganya malah
tambah membentak klien sehingga klien
bertambah marah.
Klien gelisah tidak bisa tidur. Gangguan pola istirahat tidur.

c. Masalah keperawatan
a) Resiko mencederai diri dan orang lain.
b) Perilaku kekerasan.
c) Harga diri rendah.
d) Deficit perawatan diri.
e) Kopping keluarga tidak efektif.
f) Gangguan pola istirahat tidur.

d. Pohon masalah

(Effect)
Resiko tinggi mencederai
( Core Problem )
Perilaku Kekerasan
( Causal )
Harga Diri Rendah
e. Diagnose keperawatan
40

Perilaku kekerasan.

f. Rencana tindakan keperawatan ( NCP )

Tg Diagnosis Perencanaan Intervensi


Tujuan Kriteria Hasil
l Keperawatan
Perilaku Tujuan 7 Klien mau 3 Beri salam / panggil
kekerasan. Umum : Klien membalas nama.
f Sebut nama
tidak salam.
8 Klien mau perawat.
mencederai diri.
g Jelaskan maksud
menjabat
Tujuan Khusus
hubungan
tangan.
:
9 Klien mau interaksi.
2 Klien dapat h Jelaskan akan
menyebut nama.
membina 10 Klien mau kontrak yang akan
hubungan tersenyum. dibuat.
11 Klien mau i Beri rasa aman
saling
kontak mata. dan sikap empati.
percaya.
12 Klien mau j Lakukan kontak
mengetahui singkat tapi
nama perawat. sering.
4 Klien dapat 3 Klien dapat 12 Berikan kesempatan
mengidentifi mengungkapkan untuk
kasi perasaannya. mengungkapkan
4 Klien dapat
penyebab perasaannya.
mengungkapkan 13 Bantu klien untuk
perilaku
penyebab mengungkapkan
kekerasan.
perasaan penyebab perasaan
jengkel / kesal jengkel / kesal.
(dari diri
sendiri,
lingkungan,
atau orang lain).
14 Klien dapat 3 Klien dapat 4 Anjurkan klien
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan apa
kasi tanda perasaan saat yang dialami dan
dan gejala marah / jengkel. dirasakan saat marah /
4 Klien dapat
41

perilaku menyimpulkan jengkel.


5 Observasi tanda dan
kekerasan. tanda dan gejala
gejala perilaku
jengkel / kesal
kekerasan pada klien.
yang
6 Simpulkan bersama
dialaminya.
klien tanda dan gejala
jengkel / kesal yang
dialami.
15 Klien dapat 4 Klien dapat 4 Anjurkan klien untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan
kasi perilaku perilaku perilaku kekerasan
kekerasan kekerasan yang yang biasa dilakukan
yang biasa bisa dilakukan. klien (verbal, pada
5 Klien dapat
dilakukan. orang lain, pada
bermain peran
lingkungan, dan pada
sesuai perilaku
diri sendiri).
kekerasan yang 5 Bantu klien bermain
biasa dilakukan. peran sesuai dengan
6 Klien dapat
perilaku kekerasan
mengetahui cara
yang biasa dilakukan.
yang biasa 6 Bicarakan dengan
dilakukan untuk klien, apakah dengan
menyelesaikan cara yang klien
masalah. lakukan masalahnya
selesai.
16 Klien dapat 2 Klien dapat 4 Bicarakan akibat /
mengidentifi menjelaskan kerugian dari cara
kasi akibat akibat dari cara yang dilakukan klien.
5 Bersama klien
perilaku yang digunakan
menyimpulkan akibat
kekerasan. klien :
d Akibat pada dari cara yang
klien dilakukan oleh klien.
6 Tanyakan pada klien
sendiri.
e Akibat pada Apakah ia ingin
orang lain. mempelajari cara baru
f Akibat pada
yang sehat.
42

lingkungan.
17 Klien dapat 5 Klien dapat 4 Diskusikan kegiatan
demostrasika menyebutkan fisik yang biasa
n cara fisik contoh dilakukan klien.
5 Beri pujian atas
untuk pencegahan
kegiatan fisik klien
mencegah perilaku
yang biasa dilakukan.
perilaku kekerasan
6 Diskusikan dua cara
kekerasan. secara fisik :
fisik yang paling
d Tarik nafas
mudah dilakukan
dalam.
e Pukul kasur untuk mencegah
dan bantal. perilaku kekerasan,
f Dll :
yaitu : tarik nafas
kegiatan
dalam dan puluk
fisik.
kasur serta bantal.
6 Klien dapat 8 Diskusikan cara
mendemonstrasi melakukan nafas
kan cara fisik dalam dengan klien.
9 Beri contoh klien
untuk mencegah
tentang cara menarik
perilaku
nafas dalam.
kekerasan.
10 Minta klien mengikuti
contoh yang diberikan
sebanyak 5 kali.
11 Beri pujian positif
atas kemampuan klien
mendemonstrasikan
cara menarik nafas
dalam.
12 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai.
13 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang telah dipelajari
saat marah / jengkel.
14 Lakukan hal yang
sama dengan no. 1
43

sampai no. 6 untuk


cara fisik lain di
pertemuan yang lain.
7 Klien 3 Diskusikan dengan
mempunyai klien mengenai
jadwal untuk frekuensi latihan yang
melatih cara akan dilakukan
pencegahan sendiri oleh klien.
4 Susun jadwal
fisik yang telah
kegiatan untuk
dipelajari
melatih cara yang
sebelumnya.
telah dipelajari.
8 Klien 5 Klien mengevaluasi
mengevaluasi pelaksanaan latihan,
kemampuan cara pencegahan
dalam perilaku kekerasan
melakukan cara yang telah dilakukan
fisik sesuai dengan mengisi
jadwal yang jadwal kegiatan
telah disusun. harian (selft
evolution).
6 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan.
7 Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
8 Tanyakan kepada
klien Apakah
kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah.
18 Klien dapat 5 Klien dapat 3 Diskusikan bicara
mendemonst menyebutkan yang baik dengan
rasikan cara cara bicara klien.
44

sosial untuk (verbal) yang 4 Beri contoh cara


mencegah baik dalam bicara yang baik.
d Meminta dengan
perilaku mencegah
baik.
kekerasan. perilaku
e Menolak dengan
kekerasan.
baik.
d Meminta
f Mengungkapkan
dengan baik.
perasaan dengan
e Menolak
baik.
dengan baik.
f Mengungka
pkan
perasaan
dengan baik.
6 Klien dapat 4 Meminta klien
mendemonstrasi mengikuti contoh cara
kan cara verbal bicara yang baik.
d Meminta dengan
yang baik.
baik : Saya minta
uang untuk beli
makan.
e Menolak dengan
baik : Maaf, saya
tidak bisa
melakukan karena
ada kegiatan lain.
f Mengungkapkan
perasaan dengan
baik : Saya kesal
karena permintaan
saya tidak
dikabulkan
disertai nada suara
rendah.
5 Meminta klien
mengulang sendiri.
6 Beri pujian atas
45

keberhasilan klien.
7 Klien 3 Diskusikan dengan
mempunyai klien tentang waktu
jadwal untuk dan kondisi cara
melatih cara bicara yang dapat
bicara yang dilatih di ruangan,
baik. misalnya : meminta
obat, baju, dll. :
menolak ajakan
merokok, tidur tidak
tepat pada waktunya,
menceritakan
kekesalan pada
perawat.
4 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
telah dipelajari.
8 Klien 5 Klien mengevaluasi
melakukan pelaksanaan latihan
evaluasi cara bicara yang baik
terhadap dengan mengisi
kemampuan jadwal kegiatan (self
cara bicara yang evaluation).
6 Validasi kemampuan
sesuai dengan
klien dalam
jadwal yang
melakukan latihan.
telah disusun.
7 Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
8 Tanyakan kepada
klien Bagaimana
perasaan Budi setelah
latihan bicara yang
baik ? Apakah
keinginan marah
46

berkurang ?.
19 Klien 4 Klien dapat 6 Diskusikan dengan
mendemonst menyebutkan klien kegiatan ibadah
rasikan cara kegiatan ibadah yang pernah
spiritual yang biasa dilakukan.
7 Bantu klien menilai
untuk dilakukan.
kegiatan ibadah yang
mencegah
dapat dilakukan di
perilaku
runag perawat.
kekerasan.
8 Bantu klien memilih
kegiatan ibadah yang
akan dilakukan.
9 Meminta klien
mendemostrasikan
kegiatan ibadah yang
dipilih.
10 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
5 Klien dapat 3 Klien mengevaluasi
mendonstrasika pelaksanaan kegiatan
n cara beribadah ibdah dengan mengisi
yang dipilih. jadwal kegiatan (self
evaluation).
4 Susun jadwal
kegiatan untuk
melatih kegiatan
ibadah.
6 Klien 5 Klien mengevaluasi
mempunyai pelaksanaan kegiatan
jadwal untuk ibadah dengan
melatih mengisi jadwal
kegiatan ibadah. kegiatan harian (self
evaluation).
6 Validasi kemampuan
klien dalam
melakukan validasi.
7 Berikan pujian atas
47

keberhasilan klien.
8 Tanyakan kepada
klien : Bagaimana
perasaan Budi
setelah teratur
melakukan ibadah ?
Apakah keinginan
marah berkurang ?.
20 Klien 2 Klien 3 Diskusikan dengan
mendemonst melakukan klien tentang jenis
rasikan evaluasi obat yang
kepatuhan terhadap diminumnya (nama,
minum obat kemampuan warna, besarnya) :
untuk melakukan waktu minum obat
mencegah kegiatan ibadah. (jika 3 kali : pukul
perilaku 07.00, 13.00, 19.00) :
kekerasan. cara minum obat.
4 Diskusikan dengan
klien tentang manfaat
minum obat secara
teratur :
d Beda perasaan
sebelum minum
obat dan sesudah
minum obat.
e Jelaskan bahwa
dosis obat hanya
boleh diubah oleh
dokter.
f Jelaskan
mengenai akibat
minum obat yang
tidak teratur,
misalnya
penyakitnya
48

kambuh.
21 Klien dapat 2 Klien dapat 3 Diskusikan tentang
mengikuti menyebutkan proses minum obat.
d Klien meminta
TAK : jenis, dosis, dan
obat kepada
Stimulasi waktu minum
perawat (jika
persepsi obat serta
dirumah sakit),
pencegahan manfaat dari
kepada keluarga
perilaku obat itu (prinsip
(jika dirumah).
kekerasan. 5 benar : benar
e Klien memeriksa
orang, benar
obat sesuai
obat, dosis,
dosisnya.
waktu, dan cara f Klien meminum
pemberian). obat pada waktu
yang tepat.
4 Susun jadwal minum
obat bersama klien.
22 Klien 1. Klien 5 Klien mengevaluasi
mendapatkan mendemonstrasi pelaksanaan minum
dukungan kan kepatuhan obat dengan mengisi
keluarga minum jadwal kegiatan
dalam obatsesuai harian (self
melakukan jadwal yang evaluation).
6 Validasi pelaksanaan
cara ditetapkan.
minum obat klien.
pencegahan
7 Beri pujian atas
perilaku
keberhasilan klien.
kekerasan. 8 Tanyakan kepada
klien, Bagaimana
perasaan Budi dengan
minum obat secara
teratur ? Apakah
keinginan untuk
marah berkurang ?.
2. Klien 5 Anjurkan klien untuk
mengevaluasi ikut TAK : Stimulasi
kemampuannya persepsi pencegahan
49

dalam perilaku kekerasan.


6 Klien mengikuti
mematuhi
TAK : Stimulasi
minum obat.
persepsi pencegahan
perilaku kekerasan
(kegiatan mandiri).
7 Diskusikan dengan
klien tentang kegiatan
selama TAK.
8 Fasilitasi klien untuk
mempraktikkan hasil
kegiatan TAK dan
beri pujian atas
keberhasilannya.
3. Klien mengikuti 5 Diskusikan dengan
TAK : Stimulasi klien tentang jadwal
persepsi TAK.
6 Masukkan jadwal
pencegahan
TAK ke dalam jadwal
perilaku
kegiatan harian.
kekerasan.
7 Beri pujian atas
kemampuan
mengikuti TAK.
8 Tanyakan kepada
klien : Bagaimana
perasaan Budi setelah
ikut TAK ?.
4. Klien 4 Identifikasi
mempunyai kemampuan keluarga
jadwal klien dalam merawat klien
melakukan sesuai dengan yang
evaluasi telah dilakukan
terhadap keluarga terhadap
pelaksanaan selama ini.
5 Jelaskan keuntungan
TAK.
peran serta keluarga
50

dalam merawat klien.


6 Jelaskan cara cara
merawat klien.
d Terkait dengan
cara mengontrol
perilaku marah
secara kontruktif.
e Sikap dan rasa
bicara.
f Membantu klien
mengenal
penyebab marah
dan pelaksanaan
cara pencegahan
perilaku
kekerasan.
5. Keluarga dapat 4 Bantu keluarga
mendemonstrasi mendemonstrasikan
kan cara cara merawat klien.
5 Bantu keluarga
merawat klien.
mengungkapkan
perasaannya setelah
melakukan
demonstrasi.
6 Anjurkan keluarga
mempraktikkan pada
klien selama dirumah
sakit dan
melanjutkannya
setelah pulang
kerumah.

4. Strategi perencanaan ( SP )

DiagnosaKe
Pasien Keluarga
perawatan
Perilaku SP 1 SP1
51

kekerasn g. Menyebutkan penyebab c. Menyebutkan pengertian perilaku


perilaku kekerasan. kekerasan dan proses terjadinya
h. Menyebutkan tanda dan
masalah perilaku kekerasan.
gejala perilaku kekerasan. d. Menyebutkan cara merawat
i. Menyebutkan perilaku
pasien perilaku kekerasan.
kekerasan yang dilakukan.
j. Menyebutkan akibat perilaku
kekerasan.
k. Menyebutkan cara
mengontrol perilaku
kekerasan.
l. Mempraktikkan latihan cara
mengontrol fisik I.

SP2 SP 2
b. Mempraktikkan latihan b. Mempraktikkan cara merawat
cara fisik II dan pasien perilaku kekerasan.
memasukkan kedalam
jadwal.
SP3 SP 3
d. Mempraktikkan latihan cara b. Membuat jadwal akitivitas dan
verbal dan memasukkan minum obat untuk klien.
kedalam jadwal.
e. Mempraktikkan latihan cara
spiritual dam memasukkan
kedalam jadwal.
f. Mempraktikkan latihan cara
minum obat dan
memasukkan kedalam
jadwal.

BAB 4
52

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

1. Pertemuan pertama

Hari/tgl :

Jam :

A. Proses Keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Pandangan mata klien tampak tajam, dan wajah tampak tegang.Klien tampak
gelisah dan selalu mondar mandir diruang rawat.Saat marah klien selalu
membanting barangbarang yang ada disekitarnya.
2) Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan Khusus :
a) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) TUK 2 :Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
c) TUK 3 :Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan.
d) TUK 4 : Klien dapat megidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan: (SP 1pasien)
a) Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan.
b) Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c) Menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan.

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
1) Salam Terapeutik
Selamat pagi, bu ?perkenalkan nama saya . . . , ibu bisa panggil saya
suster . . . . Saya mahasiswa dari STIKES Bina Sehat PPNI
Mojokerto.Kalau boleh tahu.Ibunamanya siapa? Dan senang dipanggil
siapa??.
2) Evaluasi / Validasi
53

Bagaimanakahperasaan ibu pagi ini?? Apakah saya boleh duduk di


samping ibu?Bu apakah ibu masih merasaan kesal atau marah? Kalau
boleh tau apa yang terjadi di rumahIbu ?.

3) Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau kita ngobrol ngobrol tentang perasaan
yang dialami ibu selama ini?.
b) Tempat: Ibu mau ngobrol ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
kalau di taman saja sambil duduk duduk?
c) Waktu : Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? bagaimana kalau
10 menit ? Apakah Ibu tidak keberatan ?.
b. Fase Kerja
Permisibu ... bagaimanakah perasaan ibu pagi ini?

Maaf bu, kalau boleh tau apa saja yang biasanya menyebabkan ibumarah?
Apakah sebelumnya ibupernah marahhingga seperti ini ?Lalu, apa
penyebabnya bu? Samakah dengan marah yang sekarang ibu alami ?.

Pada saat penyebab marah itu muncul, seperti saat teringat dengan mantan
suami ibu, apa yang iburasakan? Apakah ibu merasakan kesal kemudian
dadaibuberdebar debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, tangan
mengepal dan mudah marah? Setelah itu apa yang ibu lakukan ?.

Pada saat ibu merasakan kesal, dada berdebar debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat dan tangan mengepal itu biasanya tanda tanda bahwa ibu
merasakan kemarahan yang memuncak sehingga ibu membanting barang
barang yang ada disektar ibu.

c. Terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif :
Bagaimana perasaan ibu sekarang, setelah berbincang bincang
dengan saya dan mengetahui tanda dan gejala dari perilaku
kekerasan?.
b) Evaluasi Obyektif :
Setelah kita berbincang bincang, apakah ibu masih ingat apa saja
tanda dan gejala jika ibu merasakan kemarahan? Sekarang coba ibu
sebutkan apa saja tanda gejala dari marah .
2) Rencana tindak lanjut
Baiklahbu, nanti kita bertemu lagi untuk mempelajari akibat dari marah
ibu jika ibu melakukan hal hal berbahaya saat ibu marah dan kesal.
54

3) Kontrak
a. Topik :
Bu nanti kita akan berbincang bincang lagimengenaiakibat dari
kebiasaan ibu jika ibu saat marah melakukan hal hal berbahaya.
Bagaimana bu apakah ibu bersedia ?.
b. Waktu :
Menurut ibu, nanti jam berapa kita bisa balajar mengenai akibat dari
kebiasaan ibu saat marah ? Bagaimana jika jam 15.00 WIB nanti
sore ?Bagaimana apakah ibu bisa?.
c. Tempat :
Dimana tempat buat kita belajar mengenai akibat dari kebiasaan
marah ibu tersebut ? Bagaimana kalau disini lagi saja bu? Baiklah
terima kasih bu atas kerjasamanya, sampai jumpa nanti.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

1 Pertemuan kedua

Hari/tgl :

Jam :

A. Proses Keperawatan
a) Pra Interaksi
1. Kondisi klien
Klien mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan. Klien tampak
sedikit gelisah, tangan mengepal, tatapan mata tajam.
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Keperawatan
Tujuan Umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan Khusus :
a. TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.
4. Rencana Tindakan Keperawatan: (SP 1pasien)
a) Menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


55

a) Orientasi
1. Salam Terapeutik
Assalamualaikum, selamat soreBu ? Sesuai janji saya tadi, sekarang kita
ketemu lagi.
2. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan ibusore ini? Bagaimana bu, apakah ibu sudah
mengerti mengenai tanda dan gejala jika kemarahan ibu muncul ?Apa yang
dirasakan ibu setelah mengetahui apa saja tanda dan gejala jika kemarahan
ibu mulai muncul ?.

3. Kontrak
a) Topik : Baiklah bu, seperti yang saya janjikan tadi pagi, sekarang
kita bertemu dan belajar mengenai akibat dari kebiasaan ibu jika marah
ibu muncul dan ibu membanting banting barang ?.
b) Tempat: Ibu mau ngobrol ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana
kalau di halamansaja sambil duduk duduk?
c) Waktu : Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? bagaimana kalau
10 menit ? Apakah Ibu tidak keberatan ?.

b) Fase Kerja
Maaf bu, kalau saya boleh tau, pada saat penyebab marah ibu muncul, seperti
saat teringat dengan mantan suami ibu, apa yang ibu lakukan selain membanting
barang barang ? Apakah ibumelakukan hal hal yang lain ?.

Jadi jika Ibu mengamuk ibu hanyamembanting barang barang yang ada
disekitar ibu saja ?. Apakah dengan cara ini masalah ibu terselesaikan?Pasti,
tidakakan terselesaikan. Apa keuntunganjika ibu marah dan membanting
banting barang di sekiar ibu ?Betul bu, tidak ada keuntungan jika ibu marah dan
membanting barang barang di sekitar ibu malah keluarga ibu jadi ketakutan
dan barang barang dirumah ibu jadi rusak karena ibu membantingnya.Apalagi
kalau barang barang yang ibu banting mengenai orang lain pasti akan ada
masalah yang terjadi, bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah
bu.

c) Terminasi
a. Evaluasi
1 Evaluasi Subjektif :
56

Bagaimana perasaan ibu sekarang, setelah berbincang bincang dengan


saya dan mengetahu apa saja akibat dari kebiasaan marah ibu yang
membanting barang barang di sekitar ibu ?
2 Evaluasi Obyektif :
Setelah kita berbincang bincang, apakah ibu masih ingat apa saja
akibat dari kebiasaan ibu jika ibu marah lalu membanting barang barang
yang ada di sekitar ibu .

b Rencana tindak lanjut


Baiklah bu, nanti kita akan mempelajari dan mempraktekan cara
selanjutnya untuk mengatasi masalah yang dialami dengan cara memukul
bantal atau guling untuk meluapkan kemarahan ibu tanpa ibu membanting
barang barang.

c Kontrak
1 Topik :
Bu nanti kita akan berbincang bincang lagi mengenaimengenai latihan
cara mengendalikan marah dengan belajar melampiaskan marah dengan
cara memukul kasur dan bantal. Bagaimana bu ?.
2 Waktu :
Menurut ibu, besok jam berapa kita bisa balajar cara mengendalikan
marah dengan cara memukul bantal atau guling ? Bagaimana jika jam
07.30 WIB ? Bagaimana apakah ibu bisa?.
3 Tempat :
Dimana tempat buat kita belajar teknik tersebut ? bagaimana kalau
didepan kamar ibusaja? Baiklah terima kasih bu atas kerjasamanya,
sampai jumpa besok bu.
57

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1 Pertemuan ketiga
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klien mengetahui penyebab dari marah klien. Klien tampak sedikit gelisah,
tatapan mata klien tajam.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
a) Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
b) Tujuan khusus :
TUK 6 : Klien dapat mendemonstasikan cara fisik untuk mencegah
perilaku kekerasan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 1 & 2 P)
a) Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
b) Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik I.
c) Mempraktikkan latihan cara fisik II dan memasukkan kedalam jadwal.
B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a) Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagiBu ? Sesuai janji saya kemarin, sekarang
kita bertemu lagi.
b) Validasi data
Bagaimana perasaan ibupagi ini?Bagaimana bu, sudah mengerti akibat dari
kebiasaan ibu membanting barang barang disekitar ibu saat marah ?.

c) Kontrak
Topik : : Baiklah bu, seperti yang saya janjikan kemarin, sekarang kita
bertemu dan belajar cara untuk mencegah perilaku kekerasan yakni dengan
cara memukul bantal atau kasur. Bagaimana bu apakah ibu mau?.
a. Tempat : Dimana kita mau berbincang bincang ? bagaimana kalau di
dalam kamar ibu saja ?.
b. Waktu : Ibu mau berapa lama buwaktunya ? apakah 10 menit cukup?.

2) Fase kerja
58

Ada beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan ibu, salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi, melalui kegiatan fisik, rasa marah
disalurkan.bagaimana kalau kita belajar cara fisik tersebut bu?

Beginibu, kalau tanda-tanda marah sudah mulai ibu rasakan, ibu segera
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengelurkan kemarahan. Ayo coba lagi,
tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.Nah, lakukan 5
kali.Bagus sekali, Ibu sudah bisa melakukannya.Bagaimana perasannya ibu
sekarang ?.

Selainnya napas dalam ibu juga dapat memukul kasur dan bantal. Sekarang,
mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Dimana tempat tidur ibu?Jadi
kalau nanti ibu kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.Nah, coba lakukan,
pukul kasur dan bantal.Ya, bagus sekali ibu melakukannya dengan benar.

Nah, cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah ibu
muncul.Kemudian jangan lupa rapikan tempat tidurnya setelah amarah ibu
sudah mereda.

Nah, sebaiknya latihan ini ibulakukan secara rutin sehingga bila sewaktu
waktu rasa marah itu muncul,Ibu sudah terbiasa melakukannya.

3) Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakaptentang cara
mencegah perilaku kekerasan dengan cara teknik nafas dalam dan
memukul bantal dan kasur?..
b) Evaluasi Objektif
Coba ibu sebutkan bagaimana cara mencegah perilaku kekerasan yang
tadi kita pelajari mulai dari teknik nafas dalam ?. Bagus dicoba terusya
bu?..
b. Rencana Tindak lanjut klien
Bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi bu?. Kita akan membahas
mengenai mengenai latihan cara mengendalikan marah dengan cara bicara
yang baik. Bagaimana bu ?.
59

c. Kontrak
a) Topik : Bunanti kita akan berbincang bincang lagi mengenaimengenai
latihan cara berbicara untuk mencegah marah ?.
b) Waktu : Bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi jam 15.00 WIB.
Bagaimana bu ?.
c) Tempat : Ibu ingin bercakap cakap dengan saya dimana ? apakah tetap
disini atau bagaimana bu ?. Baiklah kalau begitu kita sudahi
perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai jumpa dengan saya besok
ya bu.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1 Pertemuan keempat
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klien mengetahui cara mencegah perilaku kekerasan dengan cara teknik nafas
dalam dan memukul bantal dan kasur. Klien sudah tampak tenang, pandangan
mata tidak lagi tajam, klien sudah dapat sedikit mengontrol marah.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah
perilaku kekerasan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3)
a) Evaluasi SP 1 & 2
b) Mempraktikkan latihan cara verbal.
B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
60

a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat sorebu ? Sesuai janji saya tadi, sekarang kita
bertemu lagi.
b. Validasi data
Bagaimana bu,latihan apa saja yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
sekarang setelah melakukan latihan secara teratur? Bagaimana dengan rasa
marahnya?.
61

c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara berbicara untuk
mencegah marah bu??.
b) Tempat : Dimana enaknya kita berbincang bincang bu? Bagaimana
kalau di tamansaja ?.
c) Waktu : Berapa lama ibumau berbincang bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 10 menit?.

2) Fase kerja
Baiklah sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah ibu.
Jika marah sudah disalurkan melalui tarik napas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan perasaan ibu sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga cara bu untuk berbicara agar mencegah marah
diantaranya yaitu :
a) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata kata kasar. Misalnya ibu ingin meminta sesuatu
pada orang lain, harus dilakukan dengan perkataan yang baik tanpa nada
suara tinggi. Misalnya ibu meminta makanan dengan cara yang baik. Bu,
bolehkah saya minta makananitu ?karna saya lapar. Nanti bisa dicoba
disini untuk meminta baju, minta obat dan lain lain. Coba ibu praktekkan.
b) Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh ibu, dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakana saja bu, misalnya Maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba ibu praktikkan.
c) Mengungkapkan perasaan dengan baik. Misalnya Saya kesal karena
permintaan saya tidak dikabulkan disertai dengan nada yang rendah. Coba
ibu praktikkan bu.

3) Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakaptentang cara yang
kita pelajari tadi?.
b) Evaluasi Objektif
Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari tadi.

b. Rencana Tindak lanjut klien


Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi bu?. Besok kita akan
membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara
ibadah, apakah ibusetuju ?.
c. Kontrak
62

a) Topik : Bagaimana kalau besok kita membahas mengenaicara lain untuk


mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara ibadah dan kepatuhan minum
obat ?.
b) Waktu : Besok kita bertemu lagi jam 07.30 WIB. Apakah ibu tidak
keberatan ?.
c) Tempat : Bagaimana kalau nanti kita ketemu di teras saja bu ?. Baiklah
kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai
jumpa besok ya bu.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

1 Pertemuan kelima
Hari/tgl :
63

Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klien meampu berbicara dengan baik tanpa nada yang tinggi.Klien berbicara
dengan pelan tidak lagi berbicara dengan keras, klien tampak tenang.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 8 : Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk
mencegah perilaku kekerasan.
b. Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3 pasien)
a) Evaluasi SP 1 & 2.
b) Mempraktikkan latihan cara spiritual dam memasukkan kedalam jadwal.

B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagi bu ? Sesuai janji saya kemarin, sekarang
kita bertemu lagi.
64

b. Validasi data
Bagaimana bu,latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur?bagaimana rasa marahnya bu?.

c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk
mencegah rasa marah yaitu dengan cara ibadah?. Bagaimana bu ?.
b) Tempat : Dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana
kalau di sini saja bu?.
c) Waktu : Berapa lama mau ibumau berbincang bincang dengan saya ?
Bagaimana kalau 20 menit?.

c. Fase kerja
Sekarang kita akan melakukan kegiatan untuk latihan mencegah rasa marah
dengan melakukan ibadah.

Coba ceritakan bu, kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan ?Baik,yang mana
mau dicoba bu? .

Nah,kalau ibu sedang marah coba ibu langsung duduk dan tarik nafas dalam lalu
jika marahnya belum reda juga rebahkan badan ibu agar rileks dan jika masih
belum reda juga segera ambil air wudlu kemudian ibu lakukan shalat.

Ibu bisa melakukan shalat secara teratur untuk meredakan kemarahan ibu.Coba
ibu sebutkan shalat 5 waktu?.

Selain sholat ibu juga bias melakukan dzikir bila rasa marah ibu muncul. Dengan
berdzikir insyaallah rasa marah ibu akan meredah bahkan hilang, serta jangan lupa
untuk selalu berdoa. Sekarang coba ibu sebutkan salah satu bacaan dzikir yang
bapak ketahui.Lakukan hal hal tadi ya bu, bila rasa marah ibu muncul atau
bahkan setiap saat ibu.Bagaimana ibu mau?
65

d. Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap cakaptentang cara yang
kita pelajari tadi?.

b) Evaluasi Objektif
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajaribu ?. Coba
ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu merasa marah
?sebutkan bu?.
b. Rencana Tindak lanjut klien
Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai dengan yang ibu bisa.Dan ibu dapat
melakukannya setiap hari.
c. Kontrak
a) Topik : Baiklah bu, kapan kita bisa bertemu lagi bu ?Baiklah nanti kita
akan bertemu untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan minum
obat ?.
b) Waktu : Besok kita ketemu lagi jam 15.00 WIB. Bagaimana bu ?.
c) Tempat : Bagaimana bu, kalau nanti kita ketemu di halaman taman
saja?. Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima
kasih sampai jumpa besok ya bu.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1 Pertemuan keenam
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
66

Klien sudah mengetahui beberapa cara mengontrol marah melalui teknik


nafas dalam dan memukul kasur dan bantal dan melakukan kegiatan
spiritual. Klien sudah tampak tenang, wajah tidak tegang, tangan sudah tidak
mengepal, tidak lagi ketus, berbicara dengan suara biasa tidak bernada tinggi.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
a) Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
b) Tujuan khusus :
TUK 9 :Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
TUK 10 : Klien dapat mengikuti TAK: stimulasi persepsi pencegahan
perilaku kekerasan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 1, 2, & 3 keluarga)
a) Evaluasi SP 1,2& 3 serta latihan spiritual yang telah dilakukan.
b) Mempraktikkan latihan cara minum obat.

B. Strategi komunikasi
1) Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagi bu ? Sesuai janji saya kemarin, sekarang
kita ketemu lagi.

b. Validasi data
Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta shalat? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?.
c. Kontrak
a) Topik : Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang jenis
obat, dosis, waktu minum obat serta kepatuhan minum obat untuk
mengontrol kemarahan ibu.
b) Tempat : Dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana
kalau di sini saja bu?.
c) Waktu : Berapa lama ibumau berbincang bincang? Bagaimana kalau
15menit cukup bu?.
2) Fase kerja
Apakah ibu sudah dapat obat dari dokter?.Berapa macam obat yang ibu
minum? Warnanya apa sajabu ? Jam berapa saja ibu minumobat ?.

Nanti sebelum ibu minum obat ibu lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama ibu tertulis disitu apa tidak, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
67

benar?.Disini minta obatnya pada suster ya bu, kemudian cek lagi apakah benar
obatnya.

Ibu, jangan pernah menghentikan minum obat ya, sebelum berkonsultasi


dengan dokter ibu, karena dapat terjadi kekambuhan dan supaya ibu cepat
sembuh. Dan sebaiknya ibu mematuhi minum obat secara teratur agar ibu
bisa segera sembuh.

3) Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?

b) Evaluasi Objektif
Coba ibu sebutkan lagi jenis obat yang ibu minum dan bagaimana
cara minum obat yang benar?.
Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari
bu?. Jangan lupa laksanakan semua cara mengontrol marah dengan
teratur ya bu..
b. Rencana Tindak lanjut klien
Baik, bagaimana kalau besok kita bertemu kembali untuk melihat sejauh
mana ibumelaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa
marah.
c. Kontrak
Topik : Baiklah, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali
ini bu. Besok saya akan berbincang bincang dengan keluarga ibu.
Waktu : Besoksaya bertemu dengan keluarga ibujam 07.30 WIB.
Tempat : Ibu ingin melakukan kegiatan ini dimana? Bagaimana jika
dikamar ibu saja ?. Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita hari
ini, terima kasih sampai jumpa besok ya bu.
68

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
1 Pertemuan ketujuh
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a Pra Interaksi
1 Kondisi klien
Klien mampu mengidentifikasi jenis dan warna, waktu obat yang klien
minum dan mengetahui manfaat mengkonsumsi obat secara rutin.
2 Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3 Tujuan keperawatan
a Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
b Tujuan khusus :
TUK 11 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan
cara pencegahan perilaku kekerasan.
4 Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 1, 2, & 3 keluarga)
a Menyebutkan pengertian perilaku kekerasan dan proses terjadinya
masalah perilaku kekerasan.
b Menyebutkan cara merawat pasien perilaku kekerasan.
c Mempraktikkan cara merawat pasien perilaku kekerasan.

B. Strategi komunikasi
a Fase orientasi
a) Salam terapeutik
Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya . . . , saya mahasiswa dari
STIKES BINA SEHAT PPNI yang sedang praktik di ruang ini, saya yang
merawat Ibu B. Nama ibu dan bapak siapa ? Senangnya di panggil siapa?
Boleh saya tahu ibu dan bapak siapanya Ibu B?.
b) Validasi data
Bagaimana perasaan ibu dan bapak hari ini? Bagaimana kondisi Ibu B hari
ini?.
c) Kontrak
69

Topik : Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah


yang ibu dan bapak hadapi selama ini dalam merawat Ibu B ?.
Tempat : Dimana enaknya kita berbincang bincang? Bagaimana kalau di
sini saja?
Waktu : Berapa lama bapak dan ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 30menit, apakah cukup?.
b Fase kerja
Ibu dan bapak, apa masalah yang dihadapi dalam merawat Ibu B ? Apa yang
ibu atau bapak lakukan selama ini ?.

Baikbu, pak, saya akan coba jelaskan tentang marah Ibu B dan hal hal yang
perlu diperhatikan.

Pak, marah adalah suatu perasaan yang wajar tetapi bila tidak disalurkan
dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.

Yang menyebabkan Ibu B marah dan mengamuk adalah kalau melihat mantan
suaminya berjalan dengan perempuan lain atau bila dia ingat peristiwa
perceraian dengan suaminya.

Kalau nanti wajah Ibu B tegang, memerah, dan tangan mengepal, lalu
kelihatan gelisah, itu artinya dia sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan
melampiaskannya dengan membanting banting perabot rumah tangga atau
memukul atau bicara kasar?.

Kalau ada perubahan yang terjadi pada Ibu B, apa yang biasa Ibu B
lakukan?.

Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu atau bapak tetap tenang, bicara lembut
tapi tegas,jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar
pasien seperti gelas, pisau dll. Jauhkan juga anak-anak kecil dari Ibu B.

BilaIbu B masih marah dan mengamuk, segera bawa ke puskesmas atau RSJ
dan laporkan kepada perawat jaga setelah sebelumnya diikat dulu. Jangan lupa
minta bantuan orang lain saat mengikat Ibu Bya bu, pak, saat
melakukannyadengan tidak menyakiti Ibu Bdan dijelaskan alasan mengikat
yaitu agar Ibu B tidak mencederai diri sendiri,orangt lain, dan lingkungan

Nahpak, bu, saya sudah menjelaskan kepada bapak dan ibu mengenai tanda-
tanda kemarahan ibu B. Ibu atau bapak bisa bantu ibu B dengan cara
70

mengingatkan cara mengontrol marah yang sudah dibuat, yaitu secara fisik,
verbal dan spiritual.

Kalau ibu B bisamelakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya pak,
bu.

c Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu, bapak setelah kita bercakap-cakap tentang
cara merawat Ibu B?.
b) Evaluasi Objektif
Cobaibu atau bapak sebutkan lagi cara merawat Ibu B.
b. Rencana Tindak lanjut klien
Baiklah, besok kita bertemu kembali untukmembuat jadwal akitivitas
minum obat untuk klien.
c. Kontrak
Topik : Baiklah kapan kita bisa bertemu lagi ibu, bapak ? Baiklah lusakita
akan bertemu untuk membuat jadwal akitivitas dan minum obat untuk
klien
Waktu : Baiklah pak, bu lusa kita bertemu lagi jam 09.30 WIB,
bagaimana pak, bu ?.
Tempat : Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja? Baiklah
kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih sampai
jumpa besok ya mbak/pak !! wassalamualaikum....!!!(sambil berjabat
tangan)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERILAKU
KEKERASAN
1 Pertemuan kedelapan
Hari/tgl :
Jam :
A. Proses keperawatan
a. Pra Interaksi
1) Kondisi klien
Klientelihat lebih tenang, wajah tidak tegang.
2) Diagnosa keperawatan
Perilaku Kekerasan
3) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
71

a) TUK 11 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan cara


pencegahan perilaku kekerasan.
4) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 3 keluarga)
a) Evaluasi (SP 1 & 2 keluarga).
b) Membuat jadwal akitivitas dan minum obat untuk klien.
b. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum pak, bu, karena besok Ibu B sudah boleh pulang,
maka sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal ibu
B selama di rumah. Bagaimana apakah bapak dan ibu bersedia ?.
b. Validasi data
Bagaimana pak, bu, selama ibu dan bapak membesuk apakah sudah
terus di latih cara merawat ibu B ? Apakah sudah dipuji
keberhasilannya?

c. Kontrak
a) Topik :Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang
jadwal akitivitas dan minum obat untuk ibu B.
b) Tempat :Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau di sini saja pak, bu?.
c) Waktu : Berapa lama mau ibu dan bapakmau berbincang-bincang
dengan saya? Bagaimana kalau 30 menitapakah cukup?.

2. Fase kerja
Bapak, ibu bagaimana setelah pertemuan dengan saya beberapa hari yang
lalu, apakah bapak dan ibu masih ingat dengan yang saya ajarkan pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya? Jika masih ingat, bisa di ulang sedikit
pada saya?

Pak, bu, jadwal yang telah dibuat selama Ibu B di rumah sakit tolong
dilanjutkan di rumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya,
jangan lupa tetap memberikan apresiasi berupa pujian terhadap Ibu B
nantinya.. Mari kita lihat jadwal ibu B.

Menurut Bapak, ibu ada tidak perbaikan perilaku atau perkembangan yang
terjadi pada ibu B setelah diberikan cara-cara mengontrol kemarahan? Ya
tentu saja mengalami perkembangan, oleh karena itu saya harapkan bapak,
ibu selalu mengingatkan kegiatan atau cara-cara yang sudah kita pelajari
72

Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang


ditampilkan oleh ibu B selama di rumah. Kalau misalnya menolak minum
obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi segera hubungi pihak rumah sakit atau petugas kesehatan yang ada di
puskesmas terdekat pak, bu. Bapak atau ibu sudah mempunyai nomor
televon rumah sakit ini belum ?ya sudah kalau bapak dan ibu sudah
mempunyai nomor telvon rumah sakit ini, nantinya bila terjadi hal hal yang
membahayakan untuk Ibu B bapak atau ibu langsung hubungi piha rumah
sakit saja melalui nomor tersebut.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
Baiklah pak, bu, pertemuan kita sudah selesai.Bagaimana perasaan
ibu dan bapak setelah kita membicarakan jadwal di rumah?
b) Evaluasi Objektif
Bisabapak atau ibu sebutkan lagi ada apa saja jadwal ibu B
dirumah?
b. Rencana Tindak lanjut klien

Rujukan pulang
73

Analisa Proses Interaksi (API)

Nama Mahasiswa :

Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Nama klien : Ny. B

Interaksi ke :1

Lingkungan : Taman bersebalahan dengan klien.

Deskripsi pasien : Pandangan mata klien tampak tajam, wajah tampak tegang.Klien
tampak gelisah dan selalu mondar mandir diruang rawat. Saat marah
klien selalu membanting barangbarang yang ada disekitarnya.

Tujuan : Klien tidak menciderai diri sendiri.

Komunikasi Komunikasi Analisa Analisa Rasional


Verbal Non Verbal Berpusat Pada Berpusat Pada
Perawat Klien
P : Selamat pagi P : Memandang P : Mencoba K : Klien Kalimat
Ny. B klien dengan mendekati klien tampak tegang pembuka dalam
tersenyum . dengan perlahan dan gelisah. memulai suatu
K : Menatap lahan. percakapan
perawat seperti merupakan
melihat musuh. salah satu cara
74

membina
hubungan saling
percaya.

K : Tidak K : Tidak ada P : Mencoba K : Klien


menjawab respon balik dari mendekati klien merasa tidak
perawat. klien. dengan perlahan aman.
P : Memandang lahan.
klien dengan
tersenyum.
P : Bagaimana K : Tidak P : Memandang K : Tampak Perhatian
perasaan ibu memandang klien dengan seperti orang merupakan
hari ini ? perawat. tersenyum. yang akan salah satu sikap
marah. untuk
meningkatkan
K : Baik P : Memandang P : Merasa K : Ekspresi hubungan saling
klien dan kontak senang karena klien datar. percaya
mata dengan klien mulai menandakan
tersenyum. berbicara. kita sungguh
sungguh.
K : Mulai mau
menjawab
pertanyaan
perawat.
P : Ibu mau K : Hanya P : Merasa K : Mulai ada Perhatian
ngobrol dengan memandang senang karena interaksi dengan merupakan
saya berapa perawat dengan klien mulai ada perawat. salah satu sikap
lama ? pandangan yang interaksi dengan untuk
bagaimana sinis. perawat. meningkatkan
kalau 10 hubungan saling
menit ? Apakah P : Memandang percaya
75

Ibu tidak klien dengan menandakan


keberatan ?. tersenyum. kita sungguh
sungguh.

K : Iya P : P : Merasa K : Tampak


Memperhatikan senang karena memperhatikan
wajah klien klien mulai ada perawat.
dengan interaksi dengan
tersenyum. perawat dengan
klien menjawab
K : Klien mulai pertanyaan
mau berinteraksi perawat.
dengan perawat.
P : Apa yang K : Hanya P : Memandang K : Seperti ingin Mengkaji
menyebabkan memandang klien dan kontak mengungkapkan penyebab klien
ibumarah ? perawat. mata dengan tetapi tertahan. marah sehingga
tersenyum. menjadikan
P : Memandang perilaku
klien dengan kekerasan.
senyum.

K : Teringat P : P : Mengamati K : Mulai mau


mantan suami. Memperhatikan raut wajah klien berbicara
raut wajah klien. dengan pernuh dengan perawat.
K : Melihat perhatian
perawat. dengan
tersenyum
P : Maukah ibu K : Memandang P : Merasa K : Mulai Mengajarkan
belajar cara perawat dengan senang karena merasa nyaman cara
mengungkapka muka tegang. klien mau untuk berbicara. mengungkapka
n kemarahan menjawab n kemarahan
dengan dengan P : Memandang pertanyaannya. dengan baik
baik tanpa klien dengan agar klien tidak
menimbulkan tersenyum. mencederai diri,
76

kerugian? orang lain


maupun
K : P : P : Merasa K : merusak
Mengangguk Memerhatikan senang karena menunjukkan lingkungan.
klien dengan klien mau keingin tahuan
senyum. mengetahui cara mengenai cara
K : Tampak mengungkapkan mengontrol rasa
menunjukkan rasa marah marah dengan
keinginan untuk dengan baik. baik.
mengetaui cara
mengungkapkan
rasa marah
dengan baik.
77

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

A. TOPIK
Perilaku Kekerasan

B. LANDASAN TEORI
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah Sakit
Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti
memukul anggota keluarga atau orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah
merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan
oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan
tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
a. Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang
tidak mudah rusak seperti bantal, kasur
b. Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan
pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.
c. Bantu melalui humor.
78

Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi
sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.

2. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.
Dengan terapy stimulasi persepsi, klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang
disediakan atau yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan
ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap
berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif, sehingga mampu untuk
membantu klien dengan perilaku kekerasan dalam mengendalikan amarah.

C. KLIEN
1. Kriteria
Klien yang tidak terlalu gelisah.

klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok

Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil

Klien tenang dan kooperatif

Kondisi fisik dalam keadaan baik

Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas

Klien yang dapat memegang alat tulis

Klien yang panca inderanya masih memungkinkan

2. Proses seleksi
Berdasarkan observasi klien sehari-hari
Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan mengenai prilaku klien
sehari-hari
Hasil diskusi kelompok
79

Berdasarkan asuhan keperawatan


Adanya kesepakatan dengan klien

D. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
a. Hari / tanggal : kamis 13 november 2014
b. Jam : 09 :30
c. Acara : 45 menit
- Pembukaan : 5 menit
- Perkenalan pada klien : 5 menit
- Perkenalan TAK : 5 menit
- Persiapan : 5 menit
- Pelaksanaan : 20 menit
- Penutup : 5menit
d. Tempat : Aula
e. Jumlah pasien : 4orang
2. Tim terapis
a. Leader
Bertugas :
- Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
- Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
- Menetapkan jalannya tata tertib
- Menjelaskan tujuan diskusi
- Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut .
- Kontrak waktu
Menyimpulkan hasil kegiatan
Menutup acara
b. Co leader
Bertugas :
- Mendampingi leader jika terjadi bloking
- Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
- Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
c. Observer
Bertugas :
- Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
- Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
- Mengobservasi perilaku pasien
d. Fasilitator
Bertugas :
- Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
- Mendampingi peserta TAK
- Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
- Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
3. Metode dan media
80

a. Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan tanya jawab
Permainan
b. Alat :
Kertas
Spidol
Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien
Bola
c. Setting
Terapis dan klien duduk bersama
Ruangan nyaman dan tenang.

rd
flto
p
n
ie
s
a

Co leader

observer
81

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

1. Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan


a. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah ( perilaku kekerasan ).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
b. Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1. Papan tulis / flipchart / whiteboard.
2. Kapur / spidol.
3. Buku catatan dan pulpen.
4. Jadwal kegiatan klien.
d. Metode
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi dan Tanya jawab.
3. Bermain peran / simulasi.
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapiutik.
a) Salam dari terapis kepada klien.
82

b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama ).


c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama ).

b. Evaluasi / validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
b) Menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampaiselesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
a) Tanyakan pengalaman tiap klien.
b) Tulis di papan tulis / flipchart / whiteboard.
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
a) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala).
b) Tulis di papan tulis / flipchart / whiteboard.
c. Mendiskusikan perilaku kekeasan yang pernah dilakukan klien ( verbal,
merusak lingkungan, mencederai / memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri ).
a) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
b) Tulis di papan tulis / flipchart / whiteboard.
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan.
e. Melakukan bermain peran / simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya ( terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan
perilaku kekersan ).
f. Menanyakan perilaku klien setelah selesai bermain peran / simulasi.
g. Mendiskusikan dampak / akibat perilaku kekerasan.
a) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
b) Tuliskan di papan tulis / flipchart / whiteboard.
h. Memberikan reininforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat
perilaku kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
83

b) Memberikan reinforcrmrnt positif terhadap perilaku klien yang positif.


b. Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,
yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku
kekerasan.
b) Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala, perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum di ceritakan.
c. Kontrak yang akan datang.
a) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
b) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada ahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemempuan yang diharapkan adalah mengetahui
penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1 : TAK

Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan psikologis

No Nama Klien Penyebab Memberi tanggapan tentang


Tanda dan Perilaku Akibat Perilaku
Perilaku
Gejala Perilaku Kekerasan Kekerasan
Kekerasan
Kekerasan
1.
2.
84

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penialian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya ( disalahkan dan
tidak di beri uang ), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan ( geregetan dan deg
degan ), perilaku kekerasan yang di lakukan ( memukul meja ), akibat yang dirasakan
( tangan sakit dan di bawa ke rumah sakit jiwa ). Anjurkan klien mengingat dan
menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah sakit.

2. Sesi 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik


a. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
b. Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1. Kasur / kantong tinju / gendang.
2. Papan tulis / flipchart / whiteboard.
3. Buku catatan dan pulpen.
4. Jadwal kegiatan klien.
d. Metode
85

1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi dan Tanya jawab.
3. Bermain peran / simulasi.
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan.
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi.
a. Salam terapiutik.
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan : penyebab, tanda dan
gejala, perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Konrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.
b) Menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja

Melakukan pemilihan peserta yang akan dilakukan tahap kerja


denganpermainan sederhana yaitu diputarkan music, kemudian klien memutar bola
yang dipegang, bila music dihentikan da nada peserta TAK yang masih memegang
bola berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk dilakukan tahap kerja
selanjutnya.

a. Mendiskusiakan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien.


a) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang biasa
dilakukan klien.
b) Tulis dipapan tulis / flipchart / whiteboard.
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat : tarik nafas dalam, menjemur / memukul kasur / bantal,
menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan
memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih.
a) Terapis mempraktikkan.
b) Klien melakukan redemonstrasi.
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara penyaluran kemarahan.
86

f. Memberikan pujian pada peran serta klien.


g. Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Menanyakan ulang cara baru yang sehat menceghah perilaku kekerasan.
b. Tindak lanjut.
a) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika stimulus
penyebab perlaku kekerasan.
b) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
c) Memasukkan pada jadwal kegiatam harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang
asertif.
b) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah 2 kemampuan
mencegah perilaku kekerasan secara fisik.Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 2 : Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan


Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No Nama Klien Mempraktikkan Cara Fisik Mempraktikkan Cara Fisik Yang
Yang Pertama Ke Dua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
87

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua cara fisik
untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien mampu dan tanda x jika
klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang di miliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan, klien mampu mempraktikkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu
mempraktikkan pukul kasur dan bantal. Ajarkan dan bantu klien mempraktikkan di ruang
rawat ( buat jadwal ).

3. Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan Sosial


a Tujuan
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa.
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.
b Setting
1. Terapis dank lien duduk bersamaan dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c Alat
1. Papan tulis / flipchart / whiteboard dan alat tulis.
2. Buku catatan dan pulpen.
3. Jadwal kegiatan klien.
d Metode
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi dan Tanya jawab.
3. Bermain peran / stimulasi.
e Langkah kegiatan
1. Persiapan.
a. Meningkatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi.
a. Salam terapiutik.
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
c) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
88

a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku


kekerasan.
b) Menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari orang
lain.
b. Menuliskan cara cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu Saya
perlu / ingin / minta , yang akan saya gunakan untuk .
d. Memilih 2 orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada poin
C.
e. Ulangi D sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemosntrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu Saya tidak dapat melakukan atau Saya tidak
menerima dikatakan atau Saya kesal dikatakan seperti .
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin D.
i. Ulangi H sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
c) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut.
a) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
b) Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
secara teratur.
c) Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang.
a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
b) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi
89

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah
perilaku kekerasan secara sosial.Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 3 : TAK

Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial

No. Nama Klien. Memperagakan Memperagakan Memperagakan Cara


Cara Meminta Cara Menolak yang Mengungkapkan
Tanpa Paksa. Baik. Kekerasan yang Baik.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, ber penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku
kekerasan secara sosial : meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda jika klien mampu dan tanda x
jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik
dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang rawat (buat jadwal).

4. Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan Spiritual


90

a. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur
b. Setting
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1. Papan tulis / flipchart / whiteboard dan alat tulis.
2. Buku catatan dan pulpen.
3. Jadwal kegiatan klien.

d. Metode
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi dan tanya jawab.
3. Bermain peran / simulasi.
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan.
a. Meningkatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi.
a. Salam terapiutik.
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
c) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan.
b) Menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja.
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.

4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
91

b. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah


dipelajari.
c. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b) Tindak lanjut
a. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
b. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
c. Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c) Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
b. Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap ke tiga.
Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang di harapkan adalah
perilaku 2 kegiatan ibdah untuk mencegah kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 4 : TAK

Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual

No. Nama klien Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan kegiatan ibadah


ibadah pertama ke dua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
92

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua kegiatan
ibadah pada saat TAK. Beri tanda jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mempu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya
secara teratur di ruangan ( buat jadwal ).

5. Sesi 5 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengkonsumsi


Obat
a Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kentungan patuh minum obat.
2. Klien dapat menyebutkan akibat / kerugian tidak patuh minum obat.
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
b Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c Alat
1. Papan tulis / flipchart / whiteboard dan alat tulis.
2. Buku catatan dan pulpen.
3. Jadwal kegiatan klien.
d Metode
1. Dinamika kelompok.
2. Diskusi dan tanya jawab.
3. Bermain peran / simulasi.
e Langkah kegiatan
1. Persiapan.
a. Meningkatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 2.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi.
a. Salam terapiutik.
a) Salam dari terapis kepada klien.
b) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
c) Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan.
c. Kontrak
93

a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku


kekerasan.
b) Menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan warna ( upayakan
tiap klien menyampaikan ).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis
obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum teratur minum obat (catat di
whiteboard).
h. Mendiskusikan peranan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard ).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan / kambuh.
j. Menjelaskan akibat / kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
perilaku kekerasan / kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
l. Memberi pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi.
a. Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Menanyakan jumlah cara penceghahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
c) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang banar.
b. Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif,
kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
b) Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang

Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati


jika klien perlu TAK yang lain.

Evaluasi dan Dokumentasi


94

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap ke tiga.
Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 5, kemampuan klien yang di harapkan adalah
perilaku 2 kegiatan ibdah untuk mencegah kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 5 : TAK

Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

No. Nama klien Menyebutkan lima Menyebutkan Menyebutkan akibat


benar minum obat keuntungan minum tidak patuh minum
obat obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang menyebutkan lima benar minum obat,
keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Beri tanda jika klien
mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan


tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien
mampu menyebutkan lima benar cara minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan
minum obat dan akibat tidak minum obat.anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara
minum obat, bantu klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.

BAB 5
95

Penutup

1. Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respons
tersebut muncul akibat adanya stressor.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau
ketakutan ( panik ). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri saling dipandang
sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan ( violence
) di sisi lain. ( Yosep, Iyus. 2007 ).
Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan diantaranya muka merah dan tegang,
mata melotot, tangan mengepal, bicara kasar dengan nada tinggi, ketus, menyerang orang
lain, melukai diri sendiri maupun orang lain, merusak lingkungan, agresif, dll.
2. Saran

Penulis menyadari dalam penulisan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
dan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan terutama bagi pembaca dan penulis.

Anda mungkin juga menyukai