PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat
komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap kondisi (faktor
predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau
komplikasi dalam masa nifas, memberikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu
yang mengalami infeksi nifas, melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah
atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan, jangan pulangkan
penderita apabila masa kritis belum terlampau, memberi catatan atau intruksi untuk asuhan
mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya (Saifuddin, 2006).
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi nifas terutama
pada infeksi daerah genetalia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori dari infeksi nifas.
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis pada pasien dengan infeksi nifas yang
meliputi pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan.
(Saifuddin, 2006)
Infeksi masa nifas (peurperalis) adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis
setelah persalinan. Suhu 38o C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 10 postpartum dan
diukur peroral sedikitnya empat kali sehari. (Siti Saleha : 2009, 96)
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-
kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. (Eny Retna : 2008, 122)
Infeksi nifas (infeksi puerperalis) adalah infeksi luka jalan lahir pasca persalinan,
biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar
disebabkan infeksi nifas, maka demam dalam nifas merupakan gejala penting penyakit ini.
Demam dalam nifas sering juga disebut morbiditas nifas merupakan index kejadian infeksi
nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pyelitis,
Infeksi jalan pernafasan, malaria, typhus dan lain-lain. (Krisnadi, R. Sofie, 2005)
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman kuman ke dalam alat alat genital pada waktu persalinan dan nifas.Masuknya
kuman kuman dapat terjadi dapat terjadi dalam kehamilan, waktu persalinan dan nifas.
Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Morbiditas puerpuralis
adalah kenaikan suhu badan sampai 38C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
postpartum, kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4 kali sehari secara oral (dari mulut).
(Wiknjosastro, 2006)
Infeksi masa nifas (pireksia nifas) didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh sampai
38C atau lebih, yang berlangsung selama 24 jam atau kambuh kembali sejak akhir 1 sampai
akhir hari ke 10 setelah melahirkan atau abortus. (Jones, L. Derek, 2002)
Infeksi puerperalis merupakan infeksi bakteri pada trakus genetalia yang teradi
sesudah melahirkan. Sinonim yang digunakan sebelumnya tetapi kurang tepat adalah demam
puerpuralis, spsis puerpuralis dan demam melahirkan. Infeksi, bersama-sama dengan
preeklampsia dan perdarahan obstetrik, merupkan trias keadaan yang terjadi penyebab
kematian maternal selama beberapa desawarsa dalam abad ini. Untungnya, akhir-akhir ini
kematian meternal akibat infeksi menadi semakin berkurang (Rochat dkk., 1988; Sachs
dkk., 1988).
1 Periode-periode Nifas
Nifas dibagi menjadi 3 periode :
a Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
b Puerperium intermedia yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk perih dan sehat bagi
semua ibu nifas terutama bila selama 1 hari atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
(Mochtar Rostam (1998)
Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, verniks kaseosa, lanugo dan
mekanium selama 2 hari pasca persalinan
Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lender keluar pada hari ke 3-7 pasca
persalinan
Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi keluar pada hari ke 7-14 pasca
persalinan
Lochea alba
Keluar cairan putih setelah 2 minggu
Lochea purulenta
Terjadi infeksi,keluar cairan nanah berbau busuk
Lochea statis
Lochea tidak lancar keluarnya
3 Klinis Nifas
Keadaan umum ibu :
a Suhu dapat meningkat 36,50 C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 380 C
b Nadi berkisar 60-80x / menit
c Miksi : pembentukan air seni ileh hginjal meningkat
Ibu sering kesulitan BANK karena perasaan ingin BAK berkurang
b Istirahat
Anjurkan ibu agar istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali beraktivitas rumah tangga secara
perlahan-lahan tidur siang / istirahat selagi bayi tidur
c Latihan
Dengan dada terlentang dengan lengan disamping menarik otot perut selagi
menarik nafas tahan nafas kedalam dab angkat dagu ke dada tahan hitungan 1
sampai ke 5
d Gizi
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori / hari. Makan dengan
diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
Minum sedikitnya 3 liter air / hari. Pil fe harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari PP minum capsul vitamin A 200.000 untuk agar bisa
memberikan vitamin A pada bayi melalui ASI
e Menyusui
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna memberi
perlindungan terhadap infeksi selalu segar bersih dan siap diminum, untuk
meningkatkan suplai ASI ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
f Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu. Menggunakan
BH yang menyokong payudara kompres dengan air hangat dan dingin tiap pagi
sore
D. KLASIFIKASI
Infeksi yang menyerang pada organ genetalia dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada luka (perineum, vulva, vagina, serviks, endometrium)
antara lain:
a. Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi
di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan
bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
nanah.
b. Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan
mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari
daerah ulkus.
c. Servitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum
dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d. Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum
dan bersifat naik turun. Kumankuman memasuki endometrium (biasanya pada luka
insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada
infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama
bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas
keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium
dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
d. Peritonitis
E. PATOFISIOLOGI
Setelah persalinan, tempat bekas perlekatan plasenta pada dinding rahim merupakan
luka yang cukup besar untuk masuknya mikroorganisme.
Patologi infeksi puerperalis sama dengan infeksi luka. Infeksi itu dapat:
1. Terbatas pada lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks, atau endometrium).
2. Infeksi itu menjalar dari luka jaringan sekitarnya (tromboflebitis, parametritis,
salpingitis, dan peritonitis). (Krisnadi, 2005)
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter kira kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol benjol karena banyaknya
vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya
kuman kuman dan masuknya jenis jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks
sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina, dan perineum,
yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman kuman patogen. Proses radang
dapat terbatas pada luka luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Faktor presdiposisi
Infeksi Puerperalis
ibu cemas dengan
keadaannya dan bayinya
ibu mendapatkan
perawatan di rumah pemberian ASI pada
sakit bayi tidak eksklusif dan Ansietas
adekuat
bayi terpisah
Diskontinuitas
dengan ibu
Pemberian ASI
A. DATA FOKUS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
a. Kemungkinan klien pernah menderita infeksi tenggorokan
2) Riwayat kesehatan sekarang
a. Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak,
badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi
tenggorokan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas / istirahat
Biasanya klien mengeluh malaise, letargi, kelelahan / keletihan yang terus
menerus (persalinan lama, stressor pasca partum multiple)
2) Sirkulasi
Biasanya tachikardi dari berat sampai bervariasi
3) Eliminasi
Biasanya BAB klien diare / konstipasi
4) Makanan / Cairan
Biasanya anoreksia, mual / muntah, haus, membran mukosa kering, distensi
abdomen, kekakuan, nyeri lepas
5) Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
6) Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat / dangkal
7) Nyeri / Ketidaknyamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan / nyeri local, disuria,
ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala
8) Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
9) Keamanan
Biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda infeksi dan
dapat pula terjadi menggigil berat atau berulang
10) Seksualitas
Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan lama, subinvolusi uterus
mungkin ada, lochea bau busuk dan banyak / berlebihan, tepi insisi kemerahan,
edema, keras, nyeri tekan / memisah dengan drainase purulen.
d. Kebiasaan Sehari hari
1) Kebiasaan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga sehingga kuman kuman
mudah masuk / pathogen ada dalam tubuh.
2) Makan / Minum
Biasanya klien mengeluh anoreksia, mual / muntah, sering merasahaus.
3) Tidur
Biasanya tidur klien mengalami gangguan karena suhu badan meningkat dan
badan menggigil
e. Data Sosial Ekonomi
Biasanya penyakit ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah dengan stressor
bersamaan
f. Data Psikologis
Biasanya klien dengan penyakit ini gelisah karena terjadinya peningkatan suhu
tubuh dan nyeri tekan pada abdomen
2. Head to Toe
a. Payudara dan puting susu
1) Simetris/tidak
2) Konsistensi ada pembengkakan/tidak
3) Puting menonjol/tidak, lecet/tidak
b. Abdomen
1) Uterus
Normal :
a) kokoh, berkontraksi baik
b) tidak berada diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
Abnormal :
a) lembek
b) diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
3. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap patogen
4. Ansietas berhubungan dengan infeksi
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kesalahan intepretasi informasi
6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan poliuria
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan infeksi: lesi, abses, episiotomi
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera
C. PERENCANAAN