Rabu, 17 Maret 04
Peran Abu Bakar Shiddiq dalam peristiwa Hirjah ini sungguh besar.
Entah berapa dirham Abu Bakar menyewa tukang penunjuk jalan,
Abdullah Bin Uraiqith yang belum memeluk agama Islam, sampai
tidak tergiur memilih ikut sayembara hadiah 100 unta bila
menemukan/membunuh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Pengaruh
Abu Bakar terhadap anak-anaknya, Abdullah dan Asma', hingga
menjadi penyelidik khusus dan penjamin makan yang cukup
menanggung risiko dalam perjalanan Makkah-Gua Tsur. Usaha
maksimal Abu Bakar yang penuh risiko, baik jiwa maupun harta itu,
masih pula dilacak oleh kaum kafir Quraisy sampai di hadapan Abu
Bakar, di mulut gua. Maka, menangisnya Abu Bakar, sebagai
manusia, sangat bisa dimaklumi. Apalagi, yang didampingi adalah
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam yang akan dibunuh. Tentu saja Abu
Bakar amat khawatir, bagaimana nasib umat Islam yang telah
berada di negeri orang, di Madinah (Yatsrib). Siapa pengayom jiwa
mereka. Dan siapa lagi nanti yang akan membimbing menyiarkan
ajaran Islam yang baru embrio ini.
Pengaruh hijrah dan kemenangan perang Badr ini satu segi lebih
memantapkan muslimin Muhajirin dan Anshor, namun satu segi
menjadikan tokoh Madinah yang akan tergusur pengaruhnya serta
kaum Yahudi, menyikapi dengan tingkah lain. Memilih nifak atau
mengadakan makar. Abdullah bin Ubay bin memilih nifak, sedang
kaum Yahudi merencanakan makarnya untuk membunuh Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam. Dengan demikian, peristiwa hijriyah ini
disusul dengan problema yang cukup kompleks. Bukan sekadar
penggusuran secara fisik seperti di Makkah, namun lebih beragam
lagi' permusuhan licik, musuh dalam selimut, dan persekongkolan
jahat yang tak henti-hentinya.
Khutbah Kedua
.
. :
: {
} : .
{
}
} :
{.
.
.
.
.
. .
.
. .