Anda di halaman 1dari 28

Soal :

1. Jelaskan perbedaan pemberian materi PKN antara sd, smp, sma, dan perguruan tinggi !
berikan contohnya !
2. Buat makalah tentang analisis :
a. Peran mahasiswa dalam kehidupan berbngsa dan bernegara di era reformasi ! beri
contoh nyata !
b. Hak asasi manusia dan pendidikan

Jawab :

1. * Dalam pendidikan tingkat dasar ( SD ) ilmu pendidikan kewarganegaraan yang sering


disingkat ( PKN ) mempelajari tentang Norma-norma, Pancasila, dan tentang Perilaku-
perilaku yang baik dalam masyarakat, Dan lain sebagainya.
Contoh : bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua

* Dalam Pendidikan tingkat menengah pertama ( SMP ) ilmu pendidikan


kewarganegaraan mempelajari tentang isi Undang-undang dasar , struktur Negara,
Hukum-hukum ketatanegaraan, dan lain sebagainya.
Contoh : mengajarkan tentang organisasi seperti OSIS.

* Di jenjang pendidikan tingkat Sekolah menengah Atas ( SMA ) ilmu pengetahuan


kewarganegaraan lebih mempelajari tentang hubungan internasional, keterbukaan dan
keadilan,dan lain sebgainya.
Contoh : mengajarkan tentang bagaimana bersikap adil terhadap sesama dan tidak
membeda- bedakan satu sama lain.

*Sedangkan pada jenjang Perguruan Tinggi lebih berfokus pada kesimpulan, analisis, dan
mencari pengetahuan lebih luas tentang PKN itu sendiri.
Contoh : sebagai mahasiswa kita membuat suatu analisis mengapa PKN harus dipelajari
dan memberikan gagasan-gagasan untuk memperbaiki system pembelajaran pada bidang
studi PKN.
2. A. Peran mahasiswa dalam kehidupan berbngsa dan bernegara di era reformasi ! beri
contoh nyata !

MAKALAH PPKN
Disusun Oleh

Bagas Adi Nugraha (8111415296)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


BAB I

A. LATAR BELAKANG

Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia,
baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan
pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita
pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. The founding leaders Indonesia telah
meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD
1945.

Kita mendirikan negara Republik Indonesia untuk maksud melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut, bangsa kita telah pula
bersepakat membangun kemerdekaan kebangsaan dalam susunan organisasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai Negara Hukum yang bersifat demokratis (democratische rechtsstaat)
dan sebagai Negara Demokrasi konstitutional (constitutional democracy) berdasarkan Pancasila.

Dalam upaya mewujudkan cita-cita itu, tentu banyak permasalahan, tantangan, hambatan,
rintangan, dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus kita hadapi
itu beraneka ragam corak dan dimensinya. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa
lalu, banyak pula masalah-masalah baru yang terjadi sekarang ataupun yang akan datang dari
masa depan kita. Dalam menghadapi beraneka persoalan tersebut, selalu ada kecemasan,
kekhawatiran, atau bahkan ketakutan-ketakutan sebagai akibat kealfaan atau kesalahan yang kita
lakukan atau sebagai akibat hal-hal yang berada di luar jangkauan kemampuan kita, seperti
karena terjadinya bencana alam atau karena terjadinya krisis keuangan di negara lain yang
berpengaruh terhadap perekonomian kita di dalam negeri.

Dalam perjalanan bangsa kita selama 100 tahun terakhir sejak kebangkitan nasional,
selama 80 tahun terakhir sejak sumpah pemuda, selama 63 tahun terakhir sejak kemerdekaan,
ataupun selama 10 tahun terakhir sejak reformasi, telah banyak kemajuan yang telah kita capai,
tetapi masih jauh lebih banyak lagi yang belum dan mesti kita kerjakan. Saking banyaknya
permasalahan yang kita hadapi, terkadang orang cenderung larut dalam keluh kesah tentang
kekurangan, kelemahan, dan ancaman-ancaman yang harus dihadapi yang seolah-olah tidak
tersedia lagi jalan untuk keluar atau solusi untuk mengatasi keadaan.

Lebih-lebih selama 4 tahun terakhir ini, demikian banyak bencana yang datang bertubi-
tubi, baik karena faktor alam maupun karena faktor kesalahan manusia. Bencana alam seperti
tsunami di Aceh dan Nias dipandang sebagai bencana kemanusiaan yang tergolong sangat luar
biasa skalanya dalam sejarah umat manusia. Bencana tsunami itu disusul pula oleh berbagai
gempa bumi di berbagai daerah dan meletusnya Gunung Merapi yang juga menimbulkan banyak
korban di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Segala jenis bencana alam tersebut tentunya juga sangat
berpengaruh terhadap kondisi perekonomian rakyat, tidak saja di daerah bencana, tetapi juga
secara luas di seluruh Indonesia.

Namun, belum lagi usai pahit getirnya akibat bencana-bencana tersebut sekarang muncul
lagi bencana baru berupa ancaman krisis perekonomian sebagai akibat terjadinya krisis keuangan
dan Amerika Serikat. Tidak realistis untuk menganggap bahwa krisis keuangan di Amerika
Serikat itu tidak akan berpengaruh ke dalam perekonomian bangsa kita di Indonesia. Tidaklah
bertanggungjawab jika kita hanya berpangku tangan atau bersikap tidak perduli, meskipun kita
juga tidak boleh menjadi panik sebagai akibat gejolak yang sedang terjadi di dunia.

Di samping perkembangan yang bersifat eksternal tersebut di atas, kita pun perlu terus
mencermati dinamika perkembangan politik, ekonomi, dan sosial budaya di daerah-daerah dan di
tingkat nasional kita sendiri. Perkembangan kegiatan berpemerintahan dan bernegara setelah
sepuluh tahun terus menerus bergerak cepat, memerlukan langkah-langkah konsolidasi yang
tersistematisasikan. Berbagai fungsi yang bersifat tumpang tindih perlu ditata ulang. Berbagai
kegiatan yang alfa dikerjakan, perlu ditangani dengan cara yang lebih baik.

Penting bagi kita semua, terutama kaum muda Indonesia, membiasakan diri yaitu untuk
mengerjakan apa saja yang semestinya kita kerjakan guna memperbaiki keadaan dan
meningkatkan produktifitas kita sebagai bangsa dan negara. Setiap anak bangsa perlu bertekad
melaksanakan tugas dan kewajiban masing-masing melebihi apa yang seharusnya dikerjakan,
dengan hanya mengambil hak tidak melebihi hak yang memang seharusnya diterima.
B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dan sampaikan kepada pembaca dalam penyusunan
makalah ini diantaranya sebagai berikut:

1. Membangkitkan kembali rasa cinta tanah air di kalangan para pemuda dan mahasiswa sebagai
bentuk tanggung jawab moral untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

2. Menanamkan jiwa patriotisme dan rela berkorban di antara sesama Warga Negara Indonesia
dalam rangka menjaga keutuhan NKRI.

3. Mengajak para pemuda dan mahasiswa untuk berfikir kritis dalam menanggapi setiap
perubahan yang terjadi di sekeliling kita terutama hal-hal yang berkaitan dengan keutuhan NKRI
dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia.

C. RUMUSAN MASALAH

Berikut ini batasan masalah yang akan dibahas pada makalah ini.

1. mengidentifikasi definisi pemuda dan mahasiswa.

2. mengidentifikasi sebab dikatakannya mahasiswa sebagai pelopor suatu bangsa.

3. mengidentifikasi peranan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. mencari hubungan antara pemuda, mahasiswa dan perubahan.

5. mengetahui bagaimana cara mengasah kemampuan reflektif, membangun kebiasaan bertindak


efektif serta melatih kemampuan kerja teknis.

6. mengetahui peranan dan fungsi mahasiswa di era reformasi.

D. METODE PENULISAN

Dalam menyusun makalah ini, penyusun melakukan pencarian data dan mempelajari
wacana-wacana yang berkaitan dengan batasan tema yang telah diberikan melalui media internet.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PEMUDA DAN MAHASISWA

1. Definisi Pemuda

Definisi yang pertama, Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang
mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional,
sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa
datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Secara
internasional, WHO menyebut sebagai young people dengan batas usia 10-24 tahun,
sedangkan usia 10-19 tahun disebut adolescenea atau remaja. International Youth Year yang
diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok
pemuda.

Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan
bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda
menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural.

Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang berusia antara
18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa perkembangan secara
biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan
aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut
dengan semangat pembaharu.

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda
dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki
definisi beragam. Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan kategori
usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana pemuda/ generasi muda/kaum muda
adalah mereka yang memiliki semangat pembaharu dan progresif.

2. Definisi Mahasiswa

Definisi mahasiswa diambil dari suku kata pembentuknya. Maha dan Siswa, atau pelajar yang
paling tinggi levelnya. Sebagai seorang pelajar tertinggi, tentu mahasiswa sudah terpelajar, sebab
mereka tinggal menyempurnakan pembelajarannya hingga menjadi manusia terpelajar yang
paripurna.

Apakah yang diharapkan dari seorang mahasiswa ? Memang harapan ini terbagi pada stratanya,
yaitu untuk strata S1, seorang mahasiswa diharapkan mampu memahami suatu konsep, dapat
memetakan permasalahan dan memilih solusi terbaik untuk permasalahan tersebut sesuai
pemahaman mendalam konsep yang telah dipelajari. Untuk strata S2, mahasiswa diharapkan
mampu merumuskan sesuatu yang berguna atau bernilai lebih untuk bidangnya. Sedangkan S3
diharapkan mampu menyumbang ilmu baru bagi bidangnya.

Dari semua strata ada hal yang harus terus secara konsisten diperlihatkan oleh
mahasiswa. Yaitu dalam menghadapi permasalahan, seorang mahasiswa harus melakukan analisa
terhadap masalah itu. Mencari bahan pendukung untuk lebih memahami permasalahan tersebut.
Kemudian memunculkan alternatif solusi dan memilih satu solusi dengan pertimbangan yang
matang. Dan pada akhirnya harus mampu mempresentasikan solusi yang dipilih ke orang lain
untuk mempertanggung jawabkan pemilihan solusi tersbut.

B. MENGASAH KEMAMPUAN REFLEKTIF

Dalam mengembangkan perannya, kaum muda Indonesia perlu mengasah kemampuan


reflektif dan kebiasaan bertindak efektif. Perubahan hanya dapat dilakukan karena adanya
agenda refleksi (reflection) dan aksi (action) secara sekaligus. Daya refleksi kita bangun
berdasarkan bacaan baik dalam arti fisik melalui buku, bacaan virtual melalui dukungan
teknologi informasi maupun bacaan kehidupan melalui pergaulan dan pengalaman di tengah
masyarakat. Makin luas dan mendalam sumber-sumber bacaan dan daya serap informasi yang
kita terima, makin luas dan mendalam pula daya refleksi yang berhasil kita asah. Karena itu,
faktor pendidikan dan pembelajaran menjadi sangat penting untuk ditekuni oleh setiap anak
bangsa, terutama anak-anak muda masa kini.

C. MEMBANGUN KEBIASAAN BERTINDAK EFEKTIF

Di samping kemampuan reflektif, kaum muda Indonesia juga perlu melatih diri dengan
kebiasaan untuk bertindak, mempunyai agenda aksi, dan benar-benar bekerja dalam arti yang
nyata. Kemajuan bangsa kita tidak hanya tergantung kepada wacana, public discourse, tetapi
juga agenda aksi yang nyata. Jangan hanya bersikap NATO, Never Action, Talking Only
seperti kebiasaan banyak kaum intelektual dan politikus amatir negara miskin. Kaum muda masa
kini perlu membiasakan diri untuk lebih banyak bekerja dan bertindak secara efektif daripada
hanya berwacana tanpa implementasi yang nyata.

D. MELATIH KEMAMPUAN KERJA TEKNIS

Hal lain yang juga perlu dikembangkan menjadi kebiasaan di kalangan kaum muda kita
ialah kemampuan untuk bekerja teknis, detil atau rinci. The devil is in the detail, bukan
semata-mata dalam tataran konseptual yang bersifat umum dan sangat abstrak. Dalam suasana
sistim demokrasi yang membuka luas ruang kebebasan dewasa ini, gairah politik di kalangan
kaum muda sangat bergejolak. Namun, dalam wacana perpolitikan, biasanya berkembang luas
kebiasaan untuk berpikir dalam konsep-konsep yang sangat umum dan abstrak. Pidato-pidato,
ceramah-ceramah, perdebatan-perdebatan di ruang-ruang publik biasanya diisi oleh berbagai
wacana yang sangat umum, abtrask dan serba enak didengar dan indah dipandang. Akan tetapi,
semua konsep-konsep yang bersifat umum dan abstrak itu baru bermakna dalam arti yang
sebenarnya, jika ia dioperasionalkan dalam bentuk-bentuk kegiatan yang rinci.

Sebaiknya, kaum muda Indonesia, untuk berperan produktif di masa depan, hendaklah
melengkapi diri dengan kemampuan yang bersifat teknis dan mendetil agar dapat menjamin
benar-benar terjadinya perbaikan dalam kehidupan bangsa dan negara kita ke depan. Bayangkan,
jika semua anak muda kita terjebak dalam politik dan hanya pandai berwacana, tetapi tidak
mampu merealisasikan ide-ide yang baik karena ketiadaan kemampuan teknis, ketrampilan
manajerial untuk merealisasikannya, sungguh tidak akan ada perbaikan dalam kehidupan
kebangsaan kita ke depan.

E. PEMUDA, MAHASISWA DAN KESADARAN BERKONSTITUSI

Sekarang ini kita berada dalam suasana memperingati semangat sumpah pemuda yang
dikumandangkan pada tahun 1928, delapan puluh tahun yang silam. Sebagai anak bangsa kita
telah bersumpah setia untuk bersatu nusa, bersatu bangsa, dan berbahasa persatuan bahasa
Indonesia. Ada kekeliruan dalam kita memahami makna persatuan itu, yaitu seakan-akan bersatu
dalam uniformitas, termasuk dalam soal bahasa. Salah paham itu tercermin antara lain dalam
lagu yang biasa kita nyanyikan, yaitu satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa kita. Akibatnya,
sumpah pemuda kita maknai hanya mengenal satu bahasa saja, yaitu bahasa Indonesia, dengan
mengabaikan dan menafikan bahasa-bahasa daerah yang demikian banyak jumlahnya. Padahal,
teks asli sumpah pemuda itu menyatakan bahwa kita menjunjung bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan. Artinya, bahasa Indonesia itu adalah bahasa persatuan, bukan satu-satunya
bahasa yang diakui oleh bangsa dan negara.

Kita koreksi kesalahpahaman itu dengan menegaskan kembali bahwa kita harus bersatu
sebagai bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan bhineka-
tunggal-ika. Keanekaragaman bahasa, kemajemukan anutan agama, etnis dan bahkan perbedaan
rasial, merupakan kekayaan budaya bangsa kita yang tidak ternilai. Akan tetapi di tengah
keanekaan itu, kita telah bertekad untuk bersatu seperti tercermin dalam sila ketiga Pancasila,
yaitu Persatuan Indonesia. Kita bersatu dalam keragaman, unity in diversity, bhinneka
tunggal ika. Dalam semangat persatuan itu, kita beraneka ragam. Kita beraneka, tetapi tetap
kokoh bersatu.

Setelah masa reformasi dan terjadinya perubahan UUD 1945, semangat persatuan dalam
keragaman itu kembali dipertegas dalam rumusan pasal-pasal konstitusi kita. Prinsip otonomi
daerah yang sangat luas kita terapkan. Bahkan satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
istimewa seperti Papua, Aceh, dan Yogaykarta, atau pemerintahan daerah yang bersifat khusus
seperti DKI Jakarta, diberi ruang untuk tidak seragam atau diberi kesempatan untuk mempunyai
ciri-ciri yang khusus atau istimewa, yang berbeda dari daerah-daerah lain pada umumnya.
Demikian pula, kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat di seluruh nusantara diperkenankan
untuk hidup sesuai dengan keasliannya masing-masing. Pasal 18B ayat (2) UUD 1945
menegaskan, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak-hak tradisionalnya, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam undang-undang.

Di samping itu, diadakan pula penegasan mengenai status bahasa daerah dalam
hubungannya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan semangat untuk
menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, tidak berarti bahwa bahasa daerah
diabaikan. Karena itu, dalam Pasal 32 ayat (2) UUD 1945 ditegaskan, Negara menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Dengan perkataan lain, semangat
keanekaan atau kemajemukan kembali diberi tekanan dalam rangka pembinaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam wujudnya yang paling konkrit, prinsip kebersatuan dan persatuan itu juga kita
materialisasikan dalam konsepsi tentang negara konstitusional yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. UUD 1945 yang di dalamnya terkandung roh Pancasila itu merupakan piagam
pemersatu kita sebagai satu bangsa yang hidup dalam kesatuan wadah NKRI. Di dalam UUD
1945 itu, segala hak dan kewajiban kita sebagai warga negara dipersamakan satu dengan yang
lain antar sesama warga negara. Sebagai warga masyarakat, kita beraneka, tetapi sebagai warga
negara segala hak dan kewajiban kita sama satu dengan yang lain.

Karena itu, kaum muda Indonesia saya harapkan dapat membangun kesadaran hidup
berkonstitusi. Konstitusi adalah pemersatu kita dalam peri kehidupan bersama dalam wadah
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ini. Konstitusi negara itulah yang menjadi
sumber referensi tertinggi dalam kita membangun sistim aturan dalam kehidupan bernegara dan
berpemerintahan. Para pemimpin dan pejabat adalah tokoh-tokoh atau orang-orang yang datang
dan pergi. Kita taati keputusannya sepanjang ia mengikuti dan menaati sistim aturan yang telah
kita sepakati bersama berdasarkan UUD 1945. Oleh sebab itu, marilah kita membangun dan
melembagakan sistim aturan dalam kehidupan kolektif kita dalam kehidupan bernegara dan
berpemerintahan.

Pemuda dan mahasiswa adalah harapan bagi masa depan bangsa. Tugas anda semua
adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk mengambil peran dalam proses
pembangunan untuk kemajuan bangsa kita di masa depan. Estafet kepemimpinan di semua
lapisan, baik di lingkungan supra struktur negara maupun di lingkup infra struktur masyarakat,
terbuka luas untuk kaum muda Indonesia masa kini. Namun, dengan tertatannya sistim aturan
yang kita bangun, proses regenerasi itu tentu akan berlangsung mulus dan lancar dalam rangka
pencapaian tujuan bernegara. Oleh karena itu, orientasi pembenahan sistim politik, sistim
ekonomi, dan sistiim sosial budaya yang tercermin dalam sistim hukum yang berlaku saat ini
sangatlah penting untuk dilakukan agar kita dapat menyediakan ruang pengabdian yang sebaik-
baiknya bagi generasi bangsa kita di masa depan guna mewujudkan cita-cita bangsa yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta guna mencapai empat tujuan nasional
kita, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

F. PEMUDA, MAHASISWA DAN PERUBAHAN

Pemuda dan mahasiswa sama-sama diidentikkan dengan agent of change. Kata-kata


perubahan selalunya menempel dengan erat sekali sebagai identitas para mahasiswa yang juga
dikenal sebagai kaum intelektualitas muda. Dari mahasiswalah ditumpukan besarnya harapan,
harapan untuk perubahan dan pembaharuan dalam berbagai bidang yang ada di negeri ini.
Tugasnyalah melaksanakan dan merealisasikan perubahan positif, sehingga kemajuan di dalam
sebuah negeri bisa tercapai dengan membanggakan.

Peran sentral perjuanganya sebagai kaum intelektualitas muda memberi secercah sinar
harapan untuk bisa memperbaiki dan memberi perubahan-perubahan positif di negeri ini. Tidak
dipungkiri, bahwa perubahan memang tidak bisa dipisahkan dan telah menjadi sinkronisasi yang
mendarah daging dari tubuh dan jiwa para mahasiswa.

Dari mahasiswa dan pemudalah selaku pewaris peradaban munculnya berbagai gerakan-
gerakan perubahan positif yang luar biasa dalam lembar sejarah kemajuan sebuah bangsa dan
negara.

Sejarah telah menorehkan dengan tinta emas, bahwa pemuda khususnya mahasiswa
selalu berperan dalam perubahan di negeri kita, berbagai peristiwa besar di dunia selalu identik
dengan peran mahasiswa didalamnya.

Berawal dari gerakan organisasi mahasiswa Indonesia di tahun 1908, Boedi Oetomo.
Gerakan yang telah menetapkan tujuannya yaitu kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa
ini telah lahir dan mampu memberikan warna perubahan yang luar biasa positif terhadap
perkembangan gerakan kemahasiswaan untuk kemajuan bangsa Indonesia.Gerakan
kemahasiswaan lainnya pun terbentuk, Mohammad Hatta mempelopori terbentuknya organisasi
kemahasiwaan yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar di Belanda yaitu
Indische Vereeninging (yang selanjutnya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia). Kelahiran
organisasi tersebut membuka lembaran sejarah baru kaum terpelajar dan mahasiswa di garda
depan sebuah bangsa dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak
kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan.
Gerakan mahasiswa tidak berhenti sampai disitu, gerakannya berkembang semakin subur,
angkatan 1928 yang dimotori oleh beberapa tokoh mahasiswa diantaranya Soetomo
(Indonesische Studie-club),Soekarno (Algemeene Studie-club), hingga terbentuknya juga
Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan prototipe organisasi telah
menghimpun seluruh gerakan mahasiswa ditahun 1928, gerakan mahasiswa angkatan 1928
memunculkan sebuah idieologi dan semangat persatuan dan kesatuan diseluruh pelosok
Indonesia untuk meneriakkan dengan lantang dan menyimpannya didalam jiwa seluruh
komponen bangsa, kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu yaitu tumpah
darah Indonesia, berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa satu yaitu
bahasa Indonesia dan hingga kini kita kenal sebagai sumpah pemuda.

Gerakan perjuangan mahasiswa sebagai kontrol pemerintahan dan kontrol sosial terus
tumbuh dan berkembang, hinggalah gerakan perjuangan mahasiswa sampai pada terjadinya
peristiwa 10 tahun yang lalu yaitu tragedi trisakti mei 1998.

Lagi-lagi mahasiswa menjadi garda terdepan didalam perubahan terhadap negeri ini,
gerakan perjuangan ini menuntut reformasi perubahan untuk mengganti rezim orde baru yang
korupsi, kolusi, dan nepotisme serta tidak berpihak kepada rakyat dan memaksa turun presiden
soeharto dari kursi kekuasaannya yang telah digenggamnya selama hampir 32 tahun.

Gerakan perjuangan mahasiswa tidak semudah yang kita bayangkan, perubahan ini harus
dibayar mahal dengan meninggalnya empat mahasiswa universitas trisakti oleh timah petugas
aparat yang tidak mengharapkan perubahan itu terjadi.

Sejarah panjang gerakan mahasiswa merupakan salah satu bukti, kontribusinya,


eksistensinya, dan peran serta tanggungjawabnya mahasiswa dalam memberikan perubahan dan
memperjuangkan kepentingan rakyat.

Peran mahasiswa terhadap bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan
dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya dalam
melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi penerus
yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum, sebagai generasi
pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya, dan juga sebagai
generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan
negatif yang ada pada suatu kaum.

Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan terpartri didalam dada mahasiswa Indonesia
baik yang ada didalam negeri maupun mahasiswa yang sedang belajar diluar negeri. Apabila
peran ini bisa dijadikan sebagai sebuah pegangan bagi seluruh mahasiswa Indonesia, ruh
perubahan itu tetap akan bisa terus bersemayam dalam diri seluruh mahasiswa Indonesia.

Gerakan perjuangan Mahasiswa Indonesia tidak boleh berhenti sampai kapanpun


,gerakan perjuangan mahasiswa saat ini tidak hanya dengan bergerak bersama-sama untuk
berdemonstrasi dan berorasi dijalan-jalan saja, akan tetapi wahai para agent of change, cobalah
untuk bertindak bijak dengan intelektualisme, idealisme, dan keberanian mu untuk bisa
senantiasa menanamkan ruh perubahan yang ada dalam dirimu untuk bisa memberi kebaikan dan
berperan besar serta bertanggung jawab untuk memberikan kemajuan bangsa dan Negara
Indonesia, sehingga seperti Hasan al Banna katakan goreskanlah catatan membanggakan bagi
umat manusia.

G. MAHASISWA PELOPOR SEJARAH BANGSA

Mahasiswa telah terbukti selalu menjadi pelopor dalam sejarah suatu Bangsa. Pada
konteks Indonesia, pengalaman empirik juga membenarkan sekaligus mempertegas realitas
tersebut. Catatan sejarah memperlihatkan bahwa dengan kemahirannya dalam menjalankan
fungsi sebagai Intellectual Organic, mahasiswa telah berhasil menumbangkan rezim Orde Baru
dan menghantarkan Indonesia kedalam suatu era yang saat ini sedang bergulir, yakni: Orde
Reformasi.

Namun pada sisi yang lain, fakta juga membuktikan bahwa sampai dengan saat ini,
mahasiswa Indonesia belum mampu untuk mendongkel antek-antek Orde Baru dari jajaran elite
kekuasaan. Padahal sudah menjadi rahasia umum, bahwa kehadiran mereka di situ untuk
menutupi segala kebobrokan kolektif yang telah mereka lakukan di masa lalu.

Dengan kenyataan yang demikian, maka tidaklah mengherankan apabila proses reformasi
masih tersendat-sendat dan belum dapat berjalan secara linear. Menurut Sebastian de Grazia
(1966 : 72-74), kondisi seperti ini secara cepat atau lambat, otomatis akan menimbulkan suatu
situasi anomie yang kuat di dalam kehidupan ber-Masyarakat, ber-Bangsa dan ber-Negara, yang
pada akhirnya akan berdampak buruk bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Bertolak dari argumen di atas, maka mahasiswa dituntut/diharapkan dapat terjun ke arena
politik dalam rangka mengawal seluruh agenda reformasi, demi terwujudnya masyarakat
Indonesia yang adil di dalam kemakmuran dan makmur di dalam keadilan secara
demokratis.Akan tetapi, yang menjadi persoalannya adalah bagaimanakah seharusnya mahasiswa
berpolitik.??? dan aksi politik yang bagaimanakah yang harus dilakukan oleh mahasiswa.?

Sebelum menjawab kedua pertanyaan di atas, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa
istilah politik dalam tulisan ini dipahami sesuai dengan konsep berpikirnya Antonio Gramsci,
sehingga di sini politik didefinisikan sebagai aktivitas pokok manusia dimana manusia dapat
mengembangkan kapasitas dan potensi dirinya. (Roger Simon, 1999 : 136).

Jika definisi di atas diejawantahkan dalam bentuk aksi, maka mahasiswa dapat berpolitik
dalam dua pengertian, yakni : Pertama, berpolitik dalam arti konsep (Concept). Disini mahasiswa
secara individual maupun kelompok, harus mengajukan gagasan, pikiran, solusi atau interpretasi
mengenai apa yang menjadi kehendak dari mayoritas rakyat. Kedua, berpolitik dalam arti
kebijakan (Belied). Di sini mahasiswa sebagai kelompok harus menjadi Pressure Groups yang
memperjuangkan aspirasi rakyat, dengan cara mempengaruhi orang-orang yang memegang
kebijakan ataupun yang menjalankan kekuasaan, dari luar sistem kekuasaan.

Apabila mahasiswa berpolitik dalam artian yang pertama, maka mahasiswa dituntut
untuk benar-benar memahami cara berpikir ilmiah, yaitu teratur dan sistematik. Sedangkan
apabila mahasiswa berpolitik dalam arti kebijakan (Belied), maka mahasiswa harus betul-betul
mengetahui posisi individu dalam kehidupan ber-Negara, posisi konstitusi dalam kehidupan ber-
Negara, posisi Negara dalam menjalin relasi dengan warganya, konstelasi politik terkini dan
menguasai manajemen aksi. Pada tataran ideal, mahasiswa seharusnya berpolitik dalam arti
konsep (Concept) maupun dalam arti kebijakan (Belied) secara bersamaan. Ini berarti,
mahasiswa harus berpolitik sebagai politisi ekstra perlementer.

H. PERANAN MAHASISWA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Apa yang terlintas dibenak kita ketika kita mendengar katamahasiswa, mungkin tidak
hanya satu jawaban yag akan terucap dari banyak orang dengan beranekaragam latar belakang
pendidikan. Mahasiswa merupakan sebuah status yang disandang seseorang ketika ia menjalani
pendidikan formal pada sebuah perguruan tinggi. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang
mahasiswa apabila ia tercatat sebagai mahasiswa secara administrasi sebuah perguruan tinggi
yang tentunya mengikuti kegiatan belajar dan mengajar serta kegiatan lainnya. Status ini menjadi
mutlak apabila kita berbicara dalam konteks pendidikan formal. Ternyata dbalik statusnya itu,
masih banyak sekali peranan seorang yang menyandang status mahasiswa untuk menunjukkan
peranannya pada kehidupan masyarakat terlebih lagi pada tingkat kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Sejarah membuktikan bagaimana kekuatan mahasiswa dalam pergantian rezim yang


diktator menuju perubahan kearah lebih baik, sebagai contoh gerakan mahasiswa bersama
komponen bangsa lainnya yang ketika itu masyarakat,parpol dan ABRI dalam menyuarakan
TriTura(Tiga Tuntutan Rakyat) yang berhasil menggantikan rezim kekuasaan saat itu yang dinilai
cenderung terlau berpihak pada haluan kiri. Kemudian bagaimana peristiwa Malari(Petaka Lima
Belas Januari) yang dimotori oleh Hariman Siregar yang notabene sebagai mahasiswa
kedokteran Universitas Indonesia, dan masih membekas diingatan kita ketika kekuatan
mahasiswa untuk menggulingkan rezim orde baru yang otoriter yang telah berkuasa selama 32
tahun. Itu merupakan bukti-bukti nyata dimana mahasiswa menunjukkan peranannya dikancah
perpolitikan nasional yang tentunya untuk menciptakan keselarasan menuju masyarakat yang
makmur sentosa, meskipun sampai sekarang buah tangan dari perjuangan mahsiswa tersebut
masih jauh panggang dari api. Sehinnga dapat disimpulkan bahwa kekuatan mahasiswa dalam
kancah perpolitikan nasional menjadi patut diperhitungkan sebagai gerakan yang murni membela
kepentingan rakyat semata.
Sekarang mari kita tengok aktivitas mahasiswa zaman sekarang, Amien Rais pernah
mengutarakan intensitas dan kualitas dari gerakan kemahasiswaan cenderung mengalami
penurunan seiring datangya era globalisasi ke negeri kita tercinta ini, kebanyakan dari
mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang kurang jelas
manfaatnya, forum-forum diskusi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kenegaraan tidak
pernah dijejali oleh mahasiswa sebaliknya tempat-tempat hiburan malah disesaki para
mahasiswa. Penulis tidak melarang tentunya sebatas itu tidak melanggar syariat, karena sebagai
manusia tentunya kita juga butuh yang namanya hiburan. Tetapi hal itu juga harus disaring
dengan kekuatan iman kita. Kembali kepada kualitas gerakan kemahsiswaan masa sekarang yang
cenderung menurun, maka sadar atupun tidak itu merupakan efek dari masuknya era globalisasi
ke indonesia tanpa diharmonisasi dengan manajemen waktu dan diri yang baik. Untuk
membangun citra mahasiswa sebagai agen pembaharu ataupun kaum intelektual yang mana
dipundaknya ada masa depan bangsa ini yang akan dilabuhkan dimana, maka kita harus
memupuk rasa persaudaraan dan senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita. Selain
itu tentunya kita perlu membangun konsep intelektual dalam gerakan yang sinergi dan terarah
menuju masyarakat yang adil dan makmur. Sehingga kedepan mahasiswa tidak hanya dikenal
lewat aktivitasnya ketika menjalani perkuliahan saja,tetapi sebagai elemen bangsa yang peka
terhadap kondisi permasalahan disekitarnya .Semoga.

I. PERANAN DAN FUNGSI MAHASISWA DALAM ERA REFORMASI

Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa.
Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi
di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi
pada penguasa, dengan cara mereka sendiri.

Dalam hal ini, secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu :

1. sebagai penyampai kebenaran (agent of social control)

2. sebagai agen perubahan (agent of change)

3. sebagai generasi penerus masa depan (iron stock)

Mahasiswa dituntut untuk berperan lebih, tidak hanya bertanggung jawab sebagai kaum
akademis, tetapi diluar itu wajib memikirkan dan mengembang tujuan bangsa. Dalam hal ini
keterpaduan nilai-nilai moralitas dan intelektualitas sangat diperlukan demi berjalannya peran
mahasiswa dalam dunia kampusnya untuk dapat menciptakan sebuah kondisi kehidupan kampus
yang harmonis serta juga kehidupan diluar kampus.

Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan :

1..Secara santun tanpa mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan.


2. Semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam jiwa
setiap mahasiswa.

3. Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk mencegah
berbagai penyelewengan yang terjadi terhadap perubahan yang telah mereka perjuangkan.

Dengan begitu, mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas
kerakyatan.

Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa dalam
kehidupan politik.

1. sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa mempunyai


horison yang luas diantara masyarakat.

2. sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai di
universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang diantara
angkatan muda.

3. kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di Universitas,
mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama terjalin dalam kegiatan
kampus sehari-hari.

4. mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan,
struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya merupakan elit di
dalam kalangan angkatan muda.

Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada saat itulah
kita yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Namun apabila hari ini
ternyata kita tidak berusaha mambangun diri kita sendiri apakah mungkin kita kan membangun
bangsa ini suatu saat nanti?

Jawabannya ada pada diri anda masing-masing.

Kemampuan yang harus dimiliki seorang mahasiswa

1. Soft skill (Kemampuan Kepribadian)

Soft Skill atau kemampuan kepribadian adalah salah satu faktor untuk sukses pada
pendidikan yang ditempuh dan juga penentu untuk masa depan seseorang dalam menjalani
hidupnya.Karena soft skill hampir 80 % menentukan keberhasilan seseorang.

Kemampuan soft skill yang perlu dimiliki seorang mahasiswa

a. Manajemen waktu
b. Kepemimpinan (leadership)

c. Tingkat kepercayaan yang tinggi (self confidence)

d. Selera humor yang tinggi (sense of humor)

e. Memiliki keyakinan dalam agama (spiritual capital)

2. Hard Skill (Kemampuan Intelektual)

Kemampuan intelektual hanya mendukung 20 % dari pencapaian prestasi dan


keberhasilan seseorangJika kemampuan soft skill ini kita punyai, maka kita akan menjadi orang
yang baik di masa depan, sebab saat ini yang terjadi banyak orang yang penting tapi sedikit yang
baikYakini pilihan anda, bahwa dalam dunia anda menekuni pendidikan tinggi anda bisa sukses
seperti yang anda cita-citakan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peran mahasiswa bagi bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan
dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya dalam
melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi penerus
yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum, sebagai generasi
pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya, dan juga sebagai
generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan
negatif yang ada pada suatu kaum.

Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan terpartri didalam dada mahasiswa Indonesia
baik yang ada didalam negeri maupun mahasiswa yang sedang belajar diluar negeri. Apabila
peran ini bisa dijadikan sebagai sebuah pegangan bagi seluruh mahasiswa Indonesia, ruh
perubahan itu tetap akan bisa terus bersemayam dalam diri seluruh mahasiswa Indonesia.

B. SARAN

Pada bagian ini penyusun ingin mengajak yang dalam hal ini ditujukan kepada para generasi
muda pelajar dan mahasiswa, para Dosen dan Guru, seluruh elemen pemerintah baik yang ada di
daerah maupun yang ada di pusat serta seluruh lapisan masyarakt Indonesia secara luas agar
tetap bersatu demi mempertahankan keutuhan NKRI. Terkadang masalah sepele akan menjadi
kompleks jika tidak ada solidaritas di antara sesama kita. Penyusun berharap tak akan ada lagi
perselisihan di negeri kita tercinta sehingga cita-cita bangsa Indonesia akan tercapai.

Pepatah dalam bahasa Inggris mengatakan Student Today, Leader Tomorrow. Penyusun meyakini
bahwa kunci tercapainya cita-cita itu ada di tangan para generasi muda. Oleh karena itu, tetaplah
semangat dalam meraih apa yang telah menjadi tujuan hidup kita.
DAFTAR PUSTAKA

http://theguhengine.blogspot.com/2013/05/peran-mahasiswa-dalam-membela-negara.html

http://psdsebelas.blogspot.co.id/2014/10/peran-mahasiswa-dalam-kehidupan_92.html

http://lp2m.iai-tribakti.ac.id/2014/11/peranan-fungsi-mahasiswa-dalam.html
B. Makalah HAM dan Pendidikan

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Asasai Manusia (HAM) mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, terutama
dalam hubungan antara negara dan warga negara, dan dalam hubungan antara sesama warga
negara. HAM merupakan hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan yang
diperoleh manusia dari Tuhan YME dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan. HAM tidak
dapat digganggu gugat oleh siapapun karena HAM bersifat kodrati dan berlaku sepanjang hidup
manusia.

Di Indonesia, HAM bersumber dan bermuara pada pancasila, diatur dengan UUD 1945
dan UU RI No.39 tahun 1999 tentang HAM. Bagi bangsa Indonesia, melaksanakan Hak Asasi
Manusia bukan berarti melaksanakan dengan sebebas-bebasnya, melainkan harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia,
yaitu Pancasila.

Akan tetapi dalam pelaksanaan pemenuhan hak tersebut sering terjadi suatu
penyimpangan yang menyangkut hak dan kewajiban warga Negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga dapat menimbulkan kasus-kasus pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM), kasus-kasus pelanggaran HAM bisa saja terjadi di berbagai bidang
kehidupan, tidak terkecuali di bidang pendididikan.
Berangkat dari pernyataan tersebut, makalah ini akan membahas masalah penegakan Hak
Asasi Manusia (HAM) di dunia pendidikan Indonesia. Pembahasan tersebut terkait dengan
pengertian dan jenis HAM, landasan hukum penegakan HAM di Indonesia, analisis kasus
pelanggaran HAM di dunia pendidikan Indonesia, serta upaya penegakan HAM di dunia
pendidikan Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan jenis Hak Asasi Manusia (HAM)?

2. Apa landasan hukum HAM di dunia pendidikan Indonesia?

3. Bagaimana analisa kasus pelanggaran HAM di dunia pendidikan Indonesia?

4. Bagaimana upaya penegakan HAM di dunia pendidikan Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis Hak Asasi Manusia (HAM).

2. Untuk mengetahui landasan hukum HAM di dunia pendidikan Indonesia.

3. Untuk mengetahui analisa kasus pelanggaran HAM di dunia pendidikan Indonesia.

4. Untuk mengetahui upaya penegakan HAM di dunia pendidikan Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Jenis Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia (HAM) sering disebut sebagai human. HAM dapat diartikan sebagai
hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir, sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak
dapat diganggu gugat atau dicabut oleh siapapun juga dan tanpa hak dasar itu manusia akan
kehilangan harkat dan martabat kemanusiaannya sebagai manusia. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia No. 39 tahun 1999 pasal 1 ayat (1):

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

.Dalam pelaksanaanya, Hak Asasi Manusia (HAM) dibagi atas berbagai jenis. Berikut ini
pembagian jenis Hak Asasi Manusia dunia, diantaranya:

1. Hak asasi pribadi / Personal Right

Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat

Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat

Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan


Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing

2. Hak asasi politik / Political Right

Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan

Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik
lainnya

Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right

Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns

Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum

4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths

Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli

Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak

Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll

Hak kebebasan untuk memiliki susuatu

Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights

Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan

Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan


penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan

Hak mendapatkan pengajaran

Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
B. Landasan Hukum HAM di dunia Pendidikan Indonesia

Hukum yang mengatur penegakan HAM di dunia pendidikan Indonesia antara lain:

1. UUD 1945 pasal 31 ayat 1-5 tentang hak mendapatkan pendidikan

Pasal 31 ayat 1

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Dari bunyi pasal tersebut sudah
jelas bahwa setiap anak harus mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan. Jika ada
salah satu warga atau siswa yang sengaja dibuat untuk tidak dapat mendapatkan pendidikan
karena alasan biaya yang terlalu mahal maka pemerintah wajib menetapkan kebijakan lain yang
dapat diterima oleh semua warga agar dapat bersekolah.

Pasal 31 ayat 2

Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Dari bunyi pasal tersebut sudah jelas bahwa pemerintah wajib membiayai
pendidikan bagi siapapun tanpa adanya perbedaan ras, suku, agama, jenis kelamin, dll. Tentunya
pihak sekolah tidak boleh sewenang-wenang dalam membuat anggaran biaya massuk sekolah di
setiap satuan pendidikan.

Pasal 31 ayat 3

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,yang


meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Dengan adanya pendidikan dan setiap
anak memperoleh pendidikan diharapkan bunyi pasal 31 ayat 3 dapat terwujud.

Pasal 31 ayat 4

Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20 % dari


anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional. Dengan adanya anggaran pendidikan
dari negara diharapkan dapat membantu dalam memberikan pendidikan bagi setiap warga dan
agar pihak sekolah tidak sewenang-wenang dalam menetapkan biaya sekolah.

Pasal 31 ayat 5

Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradapan kesejahteraan umat manusia.
Dengan pendidikan yang maju diharapkan semua warga dapat mengikuti perkembangan zaman.

2. UU RI No.39 tahun 1999 tentang HAM pasal 12 13

Pasal 12
Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas hidupnya agar
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggung jawab, berakhlak mulia, bahagia, dan
sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.

Pasal 13

Setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya sesuai dengan martabat manusia demi kesejahteraan
pribadinya, bangsa dan umat manusia.

3. Pasal 26 Deklarasi Universal HAM:

Pasal 26 ayat 1

Setiap orang berhak memperoleh pendidikan. Pendidikan harus dengan cuma-cuma,


setidak-tidaknya untuk tingkatan sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan rendah harus
diwajibkan. Pendidikan teknik dan kejuruan secara umum harus terbuka bagi semua orang, dan
pendidikan tinggi harus dapat dimasuki dengan cara yang sama oleh semua orang, berdasarkan
kepantasan.

Pasal 26 ayat 2

Pendidikan harus ditujukan ke arah perkembangan pribadi yang seluas-luasnya serta


untuk mempertebal penghargaan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan dasar.
Pendidikan harus menggalakkan saling pengertian, toleransi dan persahabatan di antara semua
bangsa, kelompok ras maupun agama, serta harus memajukan kegiatan Perserikatan Bangsa-
Bangsa dalam memelihara perdamaian.

Pasal 26 ayat 3

Orang tua mempunyai hak utama dalam memilih jenis pendidikan yang akan diberikan
kepada anak-anak mereka.

C. Analisis Kasus Pelanggaran HAM di Dunia Pendidikan

Kasus HAM yang terjadi pada dua tahun silam dalam dunia pendidikan yang melibatkan
empat siswa SMA Pangkal Pinang, Kepulauan Riau adalah salah satu contoh kasus penegakan
HAM yang dirasa masih belum memberikan keadilan bagi kedua belah pihak.

Bagaimana tidak, akibat pernyataan keempat siswa tersebut di jejaring social facebook
akhirnya mereka harus dikeluarkan dari sekolah. Mungkin sudah kelewatan jika empat siswa
SMA Tanjung Pinang tersebut menghina pihak sekolahnya di facebook yang bisa saja dibaja oleh
semua orang. Akan tetapi, apakah mereka pantas di keluarkan dari sekolah? Tidakkah hukuman
itu terlalu berat? Apakah kepala sekolah dan dewan guru tidak memiliki kebijakan lain?
Jika di telaah lebih dalam, keputusan sekolah untuk mengeluarkan keempat siswa SMA
Tanjung Pinang dari sekolah secara tidak langsung telah melanggar hak mereka untuk
mendapatkan pendidikan.

Bukankah dalam UUD 1945 sebagai landasan konstitusional penegakan HAM di


Indonesia telah ada jaminan mengenai hak pendidikan seperti yang tertuang dalam pasal 31 yang
berbunyi Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

Selain itu akses rakyat terhadap pendidikan juga telah dituangkan dalam pasal 5 UU
Sisdiknas yang menyatakan:

1. Setiap Warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.

2. Warga Negara yang memiliki fisik , emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus.

3. Warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan khusus.

4. Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.

5. Warga Negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang


hayat.

Dari pernyataan diatas, jelas bahwa hak setiap warga negara untuk memperoleh
pendidikan telah dijamin oleh konstitusi. Penegakan HAM sudah sepantasnya menjadi
tanggungjawab seluruh lapisan masyarakat, termasuk juga insan pendidikan.

Keputusan pihak sekolah untuk mengeluarkan empat siswa SMA Tanjung Pinang dari
sekolah kerena membuat pernyataaan tak sepantasnya mengenai pihak sekolah di facebook
dirasa masih kurang tepat. Bukan tidak mungkin nantinya setelah siswa di keluarkan dari
sekolah, mereka justru kesulitan untuk mendapatkan sekolah lain. Berdasarkan hal tersebut,
keputusan sekolah untuk mengeluarkan keempat siswanya dari sekolah secara tidak langsung
menghalang-halangi hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, dapat dikatakan apapun yang
menghalangi proses pemenuhan hak dasar sehingga tidak terlaksana dengan baik, maka itu
artinya telah melanggar hak asasi manusia.

Pihak sekolah merasa nama baik instansi sekolah menjadi tercemar akibat pernyataan
keempat siswa SMA Pangkal Pinang tersebut. Akan tetapi disini sekolah justru membuat
keputusan yang menimbulkan pelanggran HAM lainya, yaitu pelanggaran HAM atas pendidikan
keempat siswa tersebut.

D. Upaya Penegakan HAM di Dunia Pendidikan Indonesia


Pentingnya pendidikan selain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk memajukan
Hak Asasi Mnusia di Indonesia. Selain pendidikan sebagai suatu hak yang diberikan berdasarkan
konstitusi, pendidikan juga menjadi suatu kewajiban yang diberikan oleh negara kepada
rakyatnya. Pendidikan merupakan hak konstitusional, yang dijamin implementasinya secara
nasional berdasarkan konstitusi.

Di Indonesia hak ini diakui dan dijamin di dalam UUD 1945. Tanggung jawab negara di
dalam pendidikan dituangkan di dalam pasal-pasal dalam UUD 1945, dan sasaran pendidikan
secara konkret adalah .mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana yang tertuang di
dalam pembukaan UUD 1945.

Berangkat dari hal tersebut, sudah sepantasnya seluruh warga negara Indonesia
mengupayakan kemajuan pendidikan di Indonesia. Hal sentral yang perlu diperhatikan adalah
upaya memajukan pendidikan sangat erat kaitanya dengan pemenuhan hak atas pendidikan.
Kasus yang terjadi di Pangkal Pinang sekitar tahun 2011 lalu telah mengingatkan kita tentang
bagaimana hak atas pendidikan ini dipandang sebelah mata. Keputusan sekolah unuk
mengeluarkan keempat siswa yang membuat pernyataan tak sepantasnya di facebook dirasa
terlalu berlebihan sehingga menghalang-halangi mereka untuk memperoleh hak atas pendidikan
mereka.

Kasus keempat siswa SMA Pangkal Pinang tersebut seharusnya bisa diselesaikan dengan
cara yang lebih edukatif. Pemberian sanksi untuk mengeluarkan siswa hanya akan membuat hak
keempat siswa tersebut untuk mendapatkan pendidikan menjadi terhalangi. Pihak sekolah bisa
saja menyelesaikan kasus tersebut dengan cara mediasi antara kedua belah pihak, dalam kaitanya
dengan kasus ini adalah keempat siswa SMA Pangkal Pinang dan juga pihak sekolah yang
merasa nama baiknya tercemar. Bila perlu sekolah merangkul Dinas Pendidikan daerah setempat
unutuk menjadi mediator atas kasus tersebut. Dengan begitu mungkin kasus tersebut bisa
diselesaikan dengan lebih adil lagi bagi kedua belah pihak. Melalui mediasi, keempat siswa yang
bersangkutan dengan kasus tersebut dapat meminta maaf langsung kepada pihak yang
bersangkutan serta manjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya. Sementara pihak sekolah
yang bersangkutan diharapkan dapat berbesar hati untuk memaafkan keempat siswa tersebut.
Dengan mediasi tersebut, sekolah juga dapat mempertimbangkan keputusan sanksi yang seadil-
adilnya terhadap keempat siswa tersebut. Sanksi tidak harus berupa sanksi terberat yaitu
mengeluarkan siswa dari sekolah. Namun untuk membuat efek jera dan agar tindakan tersebut
tidak ditiru oleh siswa yang lain sanksi dapat berupa pemberian skorsing terhadap siswa. Perlu
juga diingat pemberian skorsing juga tidak bisa seenaknya saja, perlu ada pertimbangan yang
matang atas pemberian lama skorsing terhadap siswa. Pemeberian sanksi tersebut akan terlihat
lebih edukatif bagi siswa dan tentunya nama baik instansi sekolah juga akan tetap terjaga.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

HAM dapat diartikan sebagai hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir, sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak dapat diganggu gugat atau dicabut oleh siapapun juga
dan tanpa hak dasar itu manusia akan kehilangan harkat dan martabat kemanusiaannya sebagai
manusia. Dalam pelaksanaanya, Hak Asasi Manusia (HAM) dibagi atas berbagai jenis, yaitu hak
asasi pribadi / personal right, hak asasi politik / political right, hak azasi hukum / legal equality
right, hak azasi ekonomi / property rigths, hak asasi peradilan / procedural rights, hak asasi sosial
budaya / social culture right.

Hukum yang mengatur penegakan HAM di dunia pendidikan Indonesia antara lain:
UUD 1945 pasal 31 ayat 1-5, UU RI No.39 tahun 1999 pasal 12 13, Pasal 26 Deklarasi
Universal HAM.

Kasus pelanggaran HAM baik berat maupun ringan tidak bisa dihindarkan dalam
berbagai bidang kehidupan, temasuk di bidang pendidikan. Salah satu contoh kasus HAM ringan
yang terjadi di dunia pendidikan yang begitu kontroversial adalah kasus yang terjadi si sebuah
SMA di Pangkal Pinang tahun 2011 lalu. Kasus tersebut berujung pada dikeluarkanya keempat
siswa tersebut dari sekolah. Keputusan sekolah untuk mengeluarkan keempat siswa SMA
Tanjung Pinang dari sekolah secara tidak langsung telah melanggar hak mereka untuk
mendapatkan pendidikan. Dalam UUD 1945 juga telah dijelaskan dalam pasal 31 bahwa setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan. Seyogyanya sekolah dapat membuat kebijakan yang
lebih adil dalam penyelesaian kasus tersebut. Sekolah dapat mengupayakan penyelesaian kasus
tersebut dengan cara mengadakan mediasi antara kedua belah pihak. Melalui mediasi,
diharapkan kedua belah pihak dapat duduk bersama dalam penyelesaian kasus. Dengan mediasi
tersebut, sekolah juga dapat mempertimbangkan keputusan sanksi yang seadil-adilnya terhadap
keempat siswa tersebut. Sanksi tidak harus berupa keputusan untuk mengeluarkan siswa dari
sekolah. Namun untuk membuat efek jera dan agar tindakan tersebut tidak ditiru oleh siswa yang
lain sanksi dapat berupa pemberian skorsing terhadap siswa.

B. Saran

Dari salah satu kasus pelanggaran HAM di dunia pendidikan diatas, kita dapat bercermin
bagaimana penegakan HAM di negara kita masih kurang. Perlu adanya kesadaran semua pihak
untuk mengupayakan penegakan HAM. Tidak perlu hanya menggantungkan diri pada
pemerintah, tetapi seluruh lapisan rakyat Indonesia harus mengupayakan penegakan HAM.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Komarudin dan Azra, Azyumardi. 2008. Pendidikan Kewargaan ( Civic


Education). Jakarta : Kencana

Muladi, H. 2009. HAK ASASI MANUSIA. Bandung: PT.Refika Aditama

2012. http://emperordeva.wordpress.com/about/sejarah-hak-asasi-manusia/ (diakses


tanggal14 Desember 2013/ 19.00)

2012. http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1870538-hak-asasi-
manusia-ham/#(diakses tanggal14 Desember 2013/ 19.15)

2011. http://ivantoebi.wordpress.com/2009/03/29/perkembangan-ham-di-indonesia/
(diakses tanggal14 Desember 2013/ 19.30)

2011. http://pusham.uii.ac.id/ham/11_Chapter5.pdf (diakses tanggal 14 Desember 2013/


19.35)

Anda mungkin juga menyukai