Anda di halaman 1dari 3

Kaum Agamis Yang Tak Beragama

ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim,


tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim,
karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia!
( Tan Malaka)
Agama menurut Emile Durkheim adalah sebuah solidaritas yang dibentuk secara
sengaja untuk membuat suatu pranata sosial yang damai,adil dan sejahtera dengan
menggunakan simbol-simbol metafisika sebagai pengikatnya.Sehingga pada dasarnya
agama yang ada saat ini di rintis oleh para leluhur kita untuk memberikan kedamaian
dalam masyarkat,dan menjadi kaidah-kaidah luhur untuk memberikan perbedaan
antara yang baik atau buruk,patut atau tidak patut guna tercapainya masyarakat yang
adil dan sejahtera.Semua agama di dunia ini tujuanya adalah mengajarkan tentang
kebaikan,namun tentu wajar jika dalam agama apapun terdapat manusia atau
individu-individu yang berjalan keluar dari norma-norma suci tersebut.Sebut saja
fenomena kelompok radikal ISIS yang menghancurkan citra Islam sebagai agama
kedamaian,kemudian Timothy McVeigh seorang kristiani yang meledakan bom mobil
di Oklahoma City,dan ditambah lagi serangan tanpa henti oleh Israel pada Palestina
yang tidak mungkin memukul rata penganut Yudaisme sebagai seorang
penjajah.Namun jelas tidak adil dan cerdas apabila kita menggeneralisir sebagian
kecil orang atau kelompok yang jelek kemudian mewakili ribuan bahkan jutaan orang
yang baik,karena masih banyak tokoh-tokoh perdamaian dari agama tersebut seperti
Muhammad
SAW,Isa
Almasih,Mussa,Konfusius,Nelson
Mandela,Mahatma
Gandhi,dan lain-lain.Bahkan Islam yang dianggap orang sebagai agama teroris adalah
pencetus pertama sebuah konstitusi yang didalamnya berisi perlindungan terhadap
kebebasan beragama yaitu Piagam Madinah,bahkan jauh sebelum Magna Charta di
Inggris dan Declaration of Independence di Amerika Serikat.Tapi seiring berjalanya
waktu, para pemeluk agama-agama ini malah mengabaikan kedamaian hanya untuk
eksistensi dan popularitas agamanya.Dalam praktek berbangsa dan bernegara dewasa
ini,kaum-kaum minoritas dalam hal jumlah maupun kekuasaan selalu menjadi objek
dari penindasan dan penodaan baik secara individu maupun kelompok.Bahkan di
Indonesia yang memakai ideologi Pancasila sebagai dasar dan filsafah negara,dimana
menekankan persatuan dan kesatuan sebagai tujuan utama dengan Bhineka Tunggal

ii

Ika sebagai jualan utama masih saja terjadi konflik horizontal dalam
masyarakat.Bahkan akhir-akhir ini sebuah ormas keagamaan yang menamakan
dirinya Front Pembela Islam ( FPI ) malah melakukan tindakan-tindakan yang
semakin mendiskreditkan Islam sebagai agama kedamaian.Ditambah lagi propaganda
tentang sistem khilafah yang terus-menerus digembor-gemborkan oleh kelompokkelompok yang buta wawasan kebangsaan,mereka tidak berfikir untuk menjadikan
perbedaan menjadi sebuah kekuatan tapi menjadi sebab pertikaian.Seolah-olah
mereka orang yang palih paham tentang agama tapi kenyataanya mereka adalah orang
yang tidak mengenal agama,mereka hanya tau kata-kata kafir,antek-antek
yahudi,haram,dan jihad.Mereka hanya orang-orang kolot yang tidak mau
mendapatkan kebenaran,karena bagi mereka kebenaran adalah keyakinan mutlak
yang tak butuh alasan.Dengan berbagai alasan yang tak masuk akal mereka menolak
hal-hal yang berbau barat,tapi begitu fanatik dengan sesuatu yang berbau arab.Namun
anehnya kelakuan mereka yang seperti ini seakan dilegitimasi dan diberikan
dukungan secara penuh oleh penguasa,toh pemerintah tak pernah melakukan tidakan
preventif maupun represih terhadap mereka.Lebih dari itu pemerintah malahah ikutikutan melakukan diskriminasi terhadap sekelompok orang yang memiliki agama dan
kepercayaan selain yang diakui oleh pemerintah,bukankah mereka juga warga negara
Indonesia yang syah sehingga berhak mendapatkan mensen rechten maupun ground
rechten seperti layaknya manusia yang merdeka.Para kaum penghayat kepercayaan
sebagai pewaris agama asli Indonesia tidak mendapatkan freedom of
religion,kebebasan beragama mereka dibatasi dengan Undang-undang Administrasi
Kependudukan Nomor 23 Tahun 2006 dimana hanya ada 6 agama yang syah.Padahal
dalam UUD 1945 pasal 28 E sebagai hukum tertinggi di Indonesia mengatakan
bahwa Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya,kemudian dalam UU No 39 Tahun 1999 Pasal 22 yang berbunyi (1)
Setiap orang bebas untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu,(2) Negara menjamin kemerdekaan setiap
orang untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.Sehingga sebenarnya sudah benar-benar jelas
bahwa kebebasan beragama seseorang adalah tidak terbatas,selain itu mereka juga
tidak mengurangi kebebasan orang lain dengan sikap mereka dalam
beragama.Ketidakadilan dan kesadaran palsu tentang agama inilah yang kemudian
memunculkan banyak sentiment negative terhadap agama,bahkan menurut laporan
dari BBC jumlah atheisme di Indonesia pada taun 2012 mencapai satu persen dari
ii

seluruh warga negara Indonesia.Tidak terbayang berapa jumlah atheis di Indonesia


saat ini dimana semakin kritisnya anak-anak muda,dengan tanpa di imbangi oleh
penjelasan yang logis dari ahli agama.Bahkan pada abad ke-18 seorang filsuf
bernama Friedrich Wilhelm Nietzsche menulis dalam bukunya the gay science (ilmu
kebahagiaan),tentang teori kematian tuhan.Nietzsche banyak menyampaikan
pemikiranya dengan sastra karena beliau adalah penikmat sastara,di dalam ceritanya
ada seseorang yang gila datang ke sebuah kerumunan dan berteriak-teriak mengenai
kematian Tuhan.Maka bukan tidak mungkin apabila akan muncul teori-teori yang
lebih gila lagi tentang ketuhanan apabila manusia hanya mengartikan tuhan dan
agama secara harfiah,tanpa mempertimbangkan kehidupan sosial yang adil dan sesuai
dengan zaman.

ii

Anda mungkin juga menyukai