Anda di halaman 1dari 3

Bedah Buku Humanisme Mangunwijaya

RBSS ,6 Juni 2017.

Romo mangun adalah seorang yang sangat multidemensi,dimana kita tidak dapat memandang
Romo Mangun dalam satu background saja.Namun dalam berbagai bidang,dengan tujuan yang sama yaitu
kemanusiaan.Hal tersebut terlihat dalam kegiatan kepastor-an beliau.Posisi beliau sebagai seorang
pastor,semata-mata dilakukan karena kepedulian beliau terhadap masyarakat kelas bawah,sehingga
dengan posisi dan pengaruhnya beliau dapat lebih mudah masuk dalam dalam berbagai macam
kepentingan dengan keberpihakan pada masyarakat kelas bawah.Selain itu,Romo Mangun ingin
membayar hutang kepada rakyat yang paling besar pengorbananya untuk kemerdekaan.
Romo Mangun juga memiliki banyak gagasan besar terhadap pendidikan,namun patut di
sayangkan bahwa gagasan-gagasanya belum begitu banyak di kembangkan dalam suatu wacana
public.Sehingga menuntut beliau untuk langsung berinisiatif mengaplikasikanya dalam sebuah sekolah
yang ia kelola sendiri,yaitu SDKE Mangunan.Pendidikan adalah hal yang sudah sejak kecil benar-benar
membuatnya tertarik,Sekolah yang ia ibaratkan sorga itu memberi bukan hanya kecerdasan,tapi
keterampilan seperti teater,membaca puisi,mengungkapkan pendapat,dan membuat cerita.
Namun hal yang harus digaris bawahi yaitu bahwa Romo Mangun bukanlah ilmuwan dalam arti
rigoris yang menggunakan catatan kaki secara njelimet.Romo Mangun lebih menekankan terhadap suatu
kritik social,yang banyak beliau tuangkan dalam karya-karyanya.Romo Mangun membahas suatu hal
secara luas dan abstrak,sehingga lebih cocok untuk sebuah permulaan dan perlu di tindak lanjuti oleh para
ahli-ahli di bidangnya masing-masing.

Konsep Humanisme Romo Mangun

Romo Mangun memiliki konsep-konsep tentang Humanisme yang cukup fress dan original,sehingga
layak untuk kita jadikan sebagai acuan dalam memandang isu-isu yang berhubungan dengan
kemanusiaan.Pendidikan adalah salah satu alat yang digunakan Romo Mangun untuk menyebarkan faham
kemanusiaanya,karena bagi beliau pendidikan di Indonesia hanyalah suatu alat untuk mensosialisasikan
kepentingan-kepentingan penguasa.Kelas-kelas di sekolah bukanlah suatu ruang untuk berdialektika
bersama,dan peran guru hanyalah mengantarkan murid pada kepentingan kurikulum yang telah
dibuat.Padahal Romo Mangun begitu memercayai bahwa konsep pendidikan amat sangat berkaitan
dengan konsep manusia di suatu wilayah.Sebagai contoh adalah konsep manusia di Jawa yang
menyebutkan bahwa manusia adalah citra wayang belaka pada kelir jagad cilik ( mikro-kosmos).Jadi
manusia hanya bayangan saja,tidak sejati.Segala peristiwa kehidupan manusia wus dhasar pinasthi
karsaning gusti (sudah diniscayakan oleh kehendak para dewa).Oleh karena itu konsep pendidikan di
Jawa lebih focus pada penyadaran posisi,status,serta kewajiban murid/orang muda dalam piramida
tatanan hierarkis yang sudah di tentukan oleh nasib.Oleh karena itu kita perlu mengetahui konsepsi
manusia menurut Romo Mangun untuk mengetahui konsep pendidikan yang beliau kehendaki.
Manusia Religius
Religiositas menurut Romo Mangun tidak dikaitkan dengan ajaran agama tertentu,melainkan adanya
kecenderungan manusia terhadap sesuatu yang illahi.Suatu keadaan dimana manusia menyadari status
kemakhlukanya dan selalu bergantung pada sesuatu di sekelilingnya.Bagi Romo Mangun seorang atheis
saja belum tentu tidak memiliki sifat religiousitas.Sehingga Romo Mangun mengusulkan untuk
menyeimbangkan pendidikan agama dengan pendidikan religiusitas yang akan mengecilkan sekat antar
agama di Indonesia.Ditambah lagi dengan adanya diskriminasi terhadap beberapa agama dan kepercayaan
yang sudah diakui maupun belum diakui di Indonesia.Oleh karena itu Romo Mangun setuju dengan
konsepsi Muhammad Arkaund dari Mesir tentang Negara secular pluralis yang menempatkan kedudukan
suatu Negara untuk bersikap sama terhadap seluruh agama dan keperercayaan yang ada.Dibandingkan
Negara sekular natural,dimana Negara dan agama benar-benar dipisahkan dan Negara tidak berurusan
sama sekali dengan agama.

Manusia Pasca Indonesia


Sebelum lebih jauh kita membahas hal tersebut,ada sebuah alasan mengapa Romo Mangun lebih
memilih kata Pasca dari pada Post.Bagi Romo Mangun kata Pasca dianggap lebih memiliki semangat
keberlanjutan dibandingkan kata Post.Karena bagi Romo Mangun Revolusi bangsa Indonesia belum
selesai,selain revolusi nasional pada tahun 1945 masih perlu adanya revolusi sosial yang ditandai dengan
perjuangan dan perlawanan terhadap perbuatan perbuatan yang menindas dan tidak humanis.Bedanya,jika
dulu serba berbendera tapi sekarang hanyalah esensi dari sifat menindas tersebut.Juga revolusi mental
yang berbentuk perlawanan terhadap sikap buruk manusia Indonesia yang menurut Moechtar Lubis
adalah sebagai berikut,hipokratis/munafik,segan dan enggan bertanggung jawab,memiliki jiwa feodal
tinggi/ABS (asal bapak senang),percaya takhayul,tidak berprinsip,boros,tidak bekerja keras,dan
dengki.Serta lebih mengoptimalkan sifat-sifat baik manusia Indonesia yang menurut Moechtar Lubis
adalah sebagai berikut,artistik,gotong royong,berhati lembut,memiliki kecerdasan tinggi,dan terampil.
Menurut Romo Mangun alasan bangsa Indonesia tidak kunjung mencapai revolusi mental dan
nasional karena selama orde baru pendidikan di Indonesia tidak berorientasi pada semangat kemanusiaan
tetapi lebih berorientasi pada feodalisme dalam bentuk baru.
Romo Mangun juga menggaris bawahi bahwa setiap kurang lebih dua tahun sekali bangsa Indonesia
mengalami pergantian generasi,dan beliau meyakini bahwa angkatan 1928 memiliki keunggulan
dibandingkan dengan angkatan lain.Karena angkatan 1928 disebut sebagi pembaharu yang melahirkan
banyak intelektual dan pemikir nasionalis.Dari angkatan ini lahir sumpah pemuda yang menyatukan
bangsa Indonesia,yang ba hkan sudah terpecah sebelum devide et impera.Ciri khas dari angkatan 1928
adalah generasi yang lebih menekankan perjuangan lewat intelektualitas,daya kritis,dan kemampuan
diplomasi.Hal tersebut terbentuk dengan pendidikan barat yang berasal dari konsep manusia barat yang
ditandai dengan metamorfosa dari manusia kolektivistis-feodal hierarkis ke manusia renaisans yang
telah terbebas dari masa-masa kegelapan abad pertengahan.Yang menempatkan manusia hanya
sebagai objek kekuasaan para bangsawan saja.
Angkatan-angkatan lain seperti 1945,1965,dan agak terlambat 1998 lebih menekankan dengan
penggunaan system komando yang berorientasi pada kekuatan massa,hal tersebut dibentuk oleh system
pendidikan saat itu dimana kekuatan tradisonal dan feodal berkuasa,tumbuhnya militerisme,fasisme,dan
neo kapitalisme.Sedangkan angkatan 1908 lebih menekankan kearah budaya dengan berdirinya Budi
Utomo

Manusia Pasca Einstein


Manusia pasca Einstein menurut Romo Mangun adalah manusia yang memiliki sudut pandang
multidimensionalitas,bukan dari satu atau dua sudut pandang saja tetapi melalui berbagai macam hal
yang memungkinkan untuk mempengaruhi.Manusia pasca Einstein bukanlah manusia yang berfikir
lurus-lurus saja atau bermatra tunggal tetapi bermatra gatra,karena menurut teori relativitas Einstein
setiap hal,kecuali cahaya melaju dengan kecepata yang berbeda tergantung situasi yang berbeda.

Konsep Pendidikan Mangunwijaya

(1) pendidikan harus terbuka kearah masa depan,untuk menghasilkan pembaruan.bukan hanya
melakukan sosialisasi dan penerusan ide serta moralitas lama.
(2) pemberian kebebasan kepada anak didik untuk berkreasi.tidak hanya menyebarkan program
pemerintah yg formal dan birokratis.berbau brainwashing.
(3) hubungan Guru murid harus diperbaiki dgn memberikan keleluasan pd murid u/ bercerita,serta
membina kerja sama bukan persaingan.

Sastra Romo Mangun

Dalam Novel balada becak menggambarkan jelas keberpihakan room mangun pada rakyat
bawah,dimana tokoh yusuf sebagai pengangguran menjadi tokoh utama yang mempengaruhi setiap
cerita.

Anda mungkin juga menyukai