Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-
daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
Contohnya : Daun, kayu, kulit telur, bangkai hewan, bangkai tumbuhan, kotoran hewan dan
manusia, Sisa makanan, Sisa manusia. kardus, kertas dan lain-lain.
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersial atau sampah yang laku dijual
untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah
plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan
kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
Berdasarkan bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang.
Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai:
Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair.
Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan
lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung
bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun
dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi
menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah
pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi.
Dapat dibagi lagi menjadi:
o Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
o Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
lain-lain.
Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung
patogen yang berbahaya.
Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan
tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam
dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi
biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal
juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir
semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang
kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi.
Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami,
seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar,
sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan
pemukiman.
Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-
hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit
yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia
adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang
higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa
(plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem
urinoir tanpa air.
Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang,
dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah
yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih
jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan
industri.
Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium
dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu
sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan
aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau
jarang namun kadang masih dilakukan).mpah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.
engertian Sampah
Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari
hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa
zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil
saja dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah
lepas dari sampah. Terutama penumpukan sampah yang terjadi di tempat-
tempat umum seperti di pasar-pasar.
Jenis-jenis Sampah
Jenis-jenis sampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam,
ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar,
sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah
peternakan, sampahninstitusi/kantor/sekolah, dan sebagainya.
Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu
sebagai berikut :
Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam sampah atau limbah
yaitu : limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh limbah cair yaitu air
cucian, air sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah padat yaitu bungkus
snack, ban bekas, botol air minum, dll. Contoh limbah gas yaitu karbon dioksida
(CO2), karbon monoksida (CO), HCl, NO2, SO2 dll.
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan
lingkungan yaitu:
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga
beberapa spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis. Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat meledak.
Terimakasih
mpah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan
dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan
prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa
yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul
organik, dan planet-planet sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi
beberapa penemuan baru memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik
adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan
yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).
alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya
dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar
buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik
sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat
beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya
anorganik.
mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan
yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang
dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih
tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut
terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan
efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat
mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud mikrobia disini
bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik disini merupakan bahan untuk baku
kompos ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ternak dan sebagainya.
orang, mutu yang diinginkan, jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia
a) Kelembaban timbunan bahan kompos. Kegiatan dan kehidupan mikrobia sangat dipengaruhi
oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering maupun basah atau tergenang.
b) Aerasi timbunan. Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu anaerob
mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati atau terhambat
pertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk ke dalam timbunan bahan
c) Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 60 0C). Selama pengomposan
selalu timbul panas sehingga bahan organik yang dikomposkan temperaturnya naik bahkan
sering temperatur mencampai 60 0C. Pada temperatur tersebut mikrobia mati atau sedikit
sekali yang hidup. Untuk menurunkan temperatur umumnya dilakukan pembalikan timbunan
bakal kompos.
kapur, dolomit atau abu. Pemberian abu tidak hanya menetralisasi tetapi juga menambah hara
pupuk yang mengandung hara terutama P. Perkembangan mikrobia yang cepat memerlukan
dan kegiatannya menjadi lebih cepat. Pemberian hara ini juga meningkatkan kualitas kompos
yang dihasilkan karena kadar P dalam kompos lebih tinggi dari biasa, karena residu P sukar
sisa-sisa makanan, dan EM-4. Sedangkan alat yang digunakan adalah wadah plastik, pisau,
Persiapan Tempat
Sebaiknya tempat penyimpanan kompos tidak terbuka atau terkena sinar matahari
langsung, seperti di bawah pohon atau tempat yang beratap agar proses pengomposan
berjalan optimal.
Sampah dikumpulkan dan dipilah ke dalam dua tempat yaitu untuk sampah organik
dan sampah anorganik. Pengomposan hanya dilakukan untuk sampah organik saja seperti
daun-daunan, rumput, sayur-sayuran, kulit buah, dan sisa-sisa makanan. Dari proses
pemilahan ini dapat diketahui seberapa persen komposisi sampah organik yang dapat
dikomposkan. Proses pengumpulan dan pemilahan sampah dapat dilihat pada gambar 1 dan 2
di bawah ini.
Sampah organik seperti daun-daunan, rumput, sayur-sayuran, dan kulit buah dipotong-
potong kurang lebih 5-10 cm supaya proses pengomposan lebih cepat. Proses pencacahan
dalam suatu wadah plastik. Sampah organik yang akan dikomposkan dicampur terlebih
dahulu atau pada saat pembentukan tumpukan dilakukan secara berlapis. Proses pencampuran
4. Penyemprotan EM-4
sprayer sederhana. Penyemprotan EM-4 dilakukan secara merata ke seluruh adonan sampah
organik sambil diaduk-aduk sampai kandungan air adonan mencapai 50% (bila adonan
dikepal dengan tangan air tidak keluar dari adonan). Penyemprotan ini hanya dilakukan sekali
pada awal pembuatan kompos. Fungsi penambahan EM-4 adalah untuk mempercepat proses
5. Pembalikan
Pembalikan tumpukan dilakukan dengan cara membalik posisi sampah atau mengaduk-
aduk untuk memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan. Hal ini dilakukan untuk
meratakan proses pelapukan di setiap tumpukan serta membantu penghancuran bahan organik
menjadi partikel yang lebih kecil. Pembalikan dilakukan secara manual 1 kali dalam
seminggu.
6. Pematangan
dimatangkan hingga 30-40 hari. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
Setelah 2 minggu kompos dikeluarkan dari wadahnya untuk dipilah kembali. Ternyata
pengomposan yang dilakukan belum sempurna, oleh karena itu semua bahan yang belum
Sistem pengelolaan sampah (kompos) selama 14 hari belum cukup optimal. Pada hari
ke-14 ternyata kompos belum dapat dipanen, semua bahan organik belum terkomposkan
dengan sempurna. Oleh karena itu, semua bahan organik yang belum terkomposkan (kompos
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai
berikut :
A. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
2. Berdasarkan Sumbernya
Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Sampah alam
2. Sampah manusia
3. Sampah konsumsi
4. Sampah nuklir
5. Sampah industri
6. Sampah pertambangan.
3. Berdasarkan Bentuknya
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan yang tidak dipergunakan lagi dan
dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi menjadi :
A. Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine
dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah
kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini
dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik
Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam
(biodegradability), maka sampah dapat dibagi lagi menjadi:
a) Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki
nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
b) Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan
lain-lain.
B. Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
1. Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri. Sampah ini
mengandung patogen yang berbahaya.
2. Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi
dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas
industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan,
manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah
pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah
konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik pabrik tidak membuang
limbah sembarangan misalnya membuang ke selokan.
C. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur
ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi
tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah,
misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
D. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah
manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan
sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada pada
setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang
disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi
biasa dikaitkan dengan polusi.
E. Limbah radioaktif
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat-
tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat
yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun
kadang masih dilakukan).
1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air
minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
4. Sampah beracun:
2. Rusaknya Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga
beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem
perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
3. Terjadinya Banjir
Sampah sungai berasal dari sampah rumah tangga dari warga yang
bertempat tinggal dipinggiran sungai, mereka tidak mempunyai tempat
pembuangan sampah resmi yang dikoordinir lingkungannya. Ini berkaitan juga
dengan kebiasaan warga/penduduk yang tidak mempunyai kesadaran artinya
polusi, tenggang rasa serta kebiasaan mau enaknya sendiri. Ini berkaitan budaya
masyarakat yang kurang pembinaan tentang artinya kebersihan lingkungan dan
cara mengatasi.
4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
5.Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika
sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai Daul-ulang. Ada beberapa cara daur ulang
yaitu pengampilan bahan sampah untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari
bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode baru dari Daur-
Ulang yaitu :
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang telah dibuang
contohnya kaleng minum alumunium, kaleg baja makanan / minuman, botol
bekas, kertas karton, koran, majalah dan kardus . Pengumpulan biasanya
dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah /
kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Jenis
sampah plastik lain yang dapat digunakan seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga
bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau
mobil lebih susah, karena bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan
menurut jenis bahannya.
Material sampah (organik), seperti zat makanan, sisa makanan / kertas, bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos atau dikenal dengan
istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai
pupuk dan gas yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
C. Pemulihan energi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pencemaran adalah masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain
ke dalam air atau udara yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Pencemaran juga bisa dikatakan berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara
oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
3. Jenis-jenis sampah secara umum terbagi menjadi 2, yaitu sampah organic dan
anorganik
4. Sampah menimbulkan beberapa masalah terhadap lingkungan hidup dimana
sampah menyebabkan kerusakan lingkungan, munculnya penyakit, terjadinya
banjir, sampai kerugian ekonomi.
5. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari sampah
ialah dengan mendaur ulang sampah, melak.ukan penimbunan sampah, dan
tentunya kesadaran dari masing-masing individu
3.2 Saran
Di harapkan kepada para mahasiswa dan pembaca makalah ini
khususnya program studi biologi untuk lebih mendalami ilmu tentang upaya-
upaya pengelolaan sampah untuk kelestarian lingkungan hidup. Karena
pencemaran oleh sampah sudah sangat mengkhawatirkan dimana lingkungan
yang kita huni ini sudah tercemar oleh berbagai jenis sampah, baik yang
berbahaya maupun tidak, baik yang dapat dimanfaatkan maupun tidak.
Untuk para mahasiswa yang ingin mengetahui lebih dalam/banyak
tentang makalah ini, di sarankan untuk mencari buku yang lebih khusus di
perpustakaan atau website yang relevan dan terpercaya di internet.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang yang telah dikemukakan dapat kita rumuskan
C. Tujuan
Berdasarkan dengan permasalahan diatas, Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah :
D. Manfaat penelitian
sampah bias menjadi berkah sampah juga dapat menjadi sumber berbagai
wabah penyakit.
4. Menambah nilai ekonomi rakyat tidak mampu, karna penjalan pupuk organik dapat
Menghasilkan uang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Sampah menurut bahasa merupakan konsep buatan manusia, sedangkan menurut istilah
Sampah merupakan material sisa yang tidak dinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Pengertian sampah menurut kamus lingkungan tahun 1994 sampah merupakan bahan yang
tidak memiliki nilai atau harga unnntuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi
atau pemakaian. Namun sekarang, sampah tidak dapat dipandang sebelah mata karna sampah
dapat menghasilkan pendapatan yang tidak bias dibilang sedikit. Disini sampah yang akan
Sampah organik adalah sampah yang tidak dipakai dan dibung oleh pemilik / pemakai
sebelumnya. Akan tetapi masih bias kita pakai jika dikelola dengan baik. Sampah organic
dapat berupa : rumput, dedaunan, sisa makanan, kulit telur, hasil serutan pensil, kotoran
hewan dan masih banyak lagi. Bahan- bahan ini dapat kita olah menjadi pupuk kompos.
Kompos merupakanm bahan organis yang telah menjadi lunak. Menurut J. H. Crowford
kompos merupakan hasil penguraian tidak lengkap yang dipercepat oleh berbagai macam
populasi mikroba dalam lingkungan yang hangat dan lembab. Sedangkan pengomposan
adalah proses dimana bahan- bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
1. Aktivitas warga sekolah, seperti : kegiatan belajar mengajar, administrasi kantor, kegiatan
sebagainya.
Sampah dilingkungan sekolah pada umumnya tidak berbeda jauh dengan sampah yang
1. Meningkatya jumlah sampah, hal ini disebabkan pola gaya hidup warga sekolah maupun
masyarakat yang senang memproduksi sampah dan menggunakan barang sekali pakai
(dipossable).
2. Membakar sampah sembarangan tanpa mempedulikan akibat yang ditumbulkan dari asap
penggangu, seperti : tikus, kecoa, lalat yang dapat berperan aktif dalam penularan penyakit
C. Solusi
Dilihat dari permasalahan diatas, sampah dapat ditanggulangi dengan melakukan hal-hal
sebagai berikut :
Sampah perlu kita olah menjadi barang yang berguna, salah satunya dengan mengolah
sampah organic menjadi pupuk kompos. Pengolahan kompos dapat dibuat dengan beberapa
metode yaitu : komposter, aerob, bokashi, sukunan dan masih banyak lagi. Namun metode
pengomposan yang penulis pakai yaitu metode bokashi, karna menurut penulis metode ini
Metode bokashi merupakan suatu metode pengomposan yang dapat menggunakan starter
aerobik maupun anaerobic untuk mengomposkan bahan oganik. Selain itu pengolahan
sampah menjadi pupuk kompos dengan metode bokashi juga seing dipakai pada lingkungan
sekolah, perkantoran, masyarakat. Mengapa sering dipakai ? karena bahan- bahan yang
Langkah - langkah pembuatan pupuk kompos dalam metode bokashi yaitu sebagai berikut :
letakan dilantai yang kedap air dan ditata setinggi 20 cm , kemudian ditaburi tipis tipis
dengan bebatuan yang halus, kemudian disiram dengan gembar dan merata dengan kadar
kebasahan 20%, setelah disiram bahan organik ditaburkan diatasnya dengan ketebalan + 2cm.
Taburi dengan dedak berupa hasil serutan gergaji, kemudian siram semua dengan feses
Pada bagian tengah terpal ( tumpukan) diberi saluran udara dengan bamboo agar
terjadi sirkulasi udara yang dibutuhkan bakteri untuk berkembang biak dan merombak bahan
organik tersebut menjadi pupuk kompos. Kompos sudah siap digunakan apabila kompos
sudah berubah warna menjadi kehitaman, bau tidak lagi menyengat, dan bila dipegang terasa
dingin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebersihan lingkungan sangat penting bagi kesehatan, karena jika lingkungan bersih maka
udara tidak tercemar dan dapat mencegh kita dari berbagai macam wabah penyakit.
2. Untuk menanggulani sampah sampah kita pelu mengolahnya menjadi barang yang berguna
sehingga sampah tersebut dapat kita gunakan kembali, & akan mengurangi volume sampah
B. Saran- Saran
Pada akhir karya tulis ini penulis dapat mengemukakan saran- saran sebagai berikut :
Perlu adanya kebijakan pemerintah untuk melaksanakan pengolahan sampah bagi warga
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Bambang Harimurti , ( 2008 ). Pengolahan Sampah Mandiri. Bapedalda provinsi DIY
ENDAHULUAN
A. Latar Belakang
MasalahSampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap
aktifitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah
sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita
gunakan sehari-hari. Demikianjuga dengan jenis sampah, sangat tergantung
dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak
bisa lepas juga dari pengelolaan gaya hidup masyrakat. Masalah sampahsudah
menjadi topik utama yang ada pada bangsa kita. Mulai dari lingkungan terkecil
sampai kepada lingkup yang besar. Banyak halyang menyebabkan terjadinya
penumpukan sampah ini. Namun yang pasti faktor individu sangatlah
berpengaruh dalam hal ini. Indonesia merupakan contoh nyata dalam hal
persoalan sampah.
Sampai sekarang, pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan
paradigma lama: kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari
sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik.
Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas
dan tidak sustainable. Sehingga banyak tejadi pencemaran dimana-mana, hal ini
terlebih dalam kasus sampah, di mana gangguan bau yang menusuk dan
pemandangan (keindahan/kebersihan) sangat menarik perhatian panca indera
kita. Begitu dominannya gangguan bau dan pemandangan dari sampah inilah
yang telah mengalihkan kita dari bahaya racun dari sampah, yang lebih
mengancam kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita baik oleh bentuk, rupa,
maupun bau yang di timbulkan. Dampak kesehatannya yang berjangka panjang,
membuatnya lepas dari perhatian kita. Kita lebih risau dengan gangguan yang
langsung bisa dirasakan oleh panca indera kita dari pada efek jangka
panjangnya.
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah. Sampah terdiri dari dua bagian,
yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah
mencapai 80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan
yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat
semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan
akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke
udara. Jepara menghasilkan hampir 2500 ton sampah setiap harinya, di mana
sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton
dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jepara, di mana 95%-nya adalah
sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh
masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk
organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi,
2005).
Pengomposan adalah cara yang paling tepat untuk mengatasi masalah sampah
organik. Dengan pengomposan sampah organik akan di ubah menjadi pupuk
yang dapat di gunakan untuk menunjang kesuburan tanah ataupun tanaman.
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alaminnya.
Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan
teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi
sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan
teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang
terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga
pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi
pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi
permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-
kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Meskipun demikian, masih banyak warga dan masyarakat kita yang belum
mengerti apa manfaat sampah organik itu. Sehingga perlu adanya informasi atau
penyuluhan bagi masyarakat agar sumber daya yang ada di sekitah mereka
tidak terabai dan terbuang dengan percuma. Untuk itu, makalah dengan judul
Pemanfaatan Sampah Organik Untuk Pembuatan Kompos sangat menarik
untuk di simak.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai kompos?
2. Bagaimana pemanfaatan sampah organik sebagai kompos?
C. Tujuan Penelitian
1. mendeskripsikan tentang sampah organik dan pengomposannya.
2. menjelaskan pengertian kompos.
3. menjelaskan proses-proses pengomposan.
4. menjelaskan manfaat-manfaat sampah organik.
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat mengetahui manfaat sampah organik.
2. Masyakat menjadi tahu apa itu kompos dan bagaiman prosesnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Sampah Organik
Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai
dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau
dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang kokoh dan
relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa bahan-
bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet sejenis,
ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan baru
memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik adalah sampah
yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang
lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos).
2. Jenis-jenis Sampah Organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan.Sampah organik sendiri dibagi menjadi :
a. Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air
yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
b. Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik
lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya
kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
3. Prinsip Pengolahan Sampah
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.
Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
a. Mengurangi ( reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan.
Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang
dihasilkan.
b. Menggunakan kembali ( reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari
pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang ( disposable).
c. Mendaur ulang ( recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi.
Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak tidak resmi
(informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain.
d. Mengganti (replace)
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa
dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
4. Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik
atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sampah pasar khusus
seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam,
sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani.
Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara
umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aaerobik maupun
anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan
yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec,
SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan
SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna
mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan
sendiri-sendiri. Pengomposan sampah kota umumnya sama saja seperti
pengomposan bahan baku lainnya. Hanya yang patut dipikirkan adalah jumlah
bahan organik kering yang digunakan dalam pencampuran bahan baku proses
pengomposan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik
(menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Peran bahan organik
terhadap sifat fisik tanah di antaranya adalah :
1. merangsang granulasi.
2. memperbaiki aerasi tanah.
3. meningkatkan kemampuan menahan air.
Sedangkan peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah :
1. meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen
dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S.
Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah :
1. meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara
oleh tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa
kompos memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada
kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman
yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik
dibandingkan dengan NPK.
Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk cacing
(vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan
bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil. Indikatornya
terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek
apapun pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan
media tanam dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal.
Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga
meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh
tanah, walau tanah dalam keadaan masam.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang
dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum
officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga
bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada
peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur.
Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak
meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun
diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi
dan Tinjaun Pustaka. Metode observasi merupakan suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang secara langsung.
Sedangkan tinjaun pustaka adalah suatu metode dengan menggali sumber dari
berbagai sumber refrensi seperti buku, koran, majalah, kamus, internet ataupun
pendapat para ahli yang telah terbukti kebenarannya.
C. Deskripsi Masalah
1. Pengertian Kompos dan Pengomposan
Menurut Indriani (2005) kompos merupakan semua bahan organik yang telah
mengalami penguraian sehingga bentuk dan wujudnya sudah tidak dikenali
bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau.
Dari definisi di atas, menurut gambaran saya, Kompos merupakan hasil
pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang,
sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang sudah tidak bisa di kenali lagi
bahan satu dengan yang lain dan proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan
manusia. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Pada dasarnya semua
bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah
tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,
limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas,
limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit
untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut. Cara pengkomposan
merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk yang mempunyai
nilai ekonomi. Sampah rumah tangga bisa diubah menjadi kompos yang berguna
untuk tumbuh-tumbuhan di pekarangan rumah sendiri. Sampah basah (organik)
bekas makanan-atau minuman sehari-hari dipisahkan dari sampah kering
(anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu kemudian ditumpuk
dalam sebuah lubang kecil di pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu
bagian paling bawah dalam tumpukan tersebut bisa diangkat kemudian
ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos. Pengolahan sampah menjadi
kompos, yang bisa dimanfaatkan memperbaiki struktur tanah, untuk
meningkatkan permeabilitas tanah, dan dapat mengurangi ketergantungan pada
pemakaian pupuk mineral (anorganik) seperti urea. Selain mahal, urea juga
dikhawatirkan menambah tingkat polusi tanah.
2. Manfaat Kompos
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah
tangga.
a. Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
b. mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat
tinggal.
c. Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
d. Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir
(TPA).
e. Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
f. Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau,
selokan macet, banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh
serangga dan binatang pengerat.
Beberapa manfaat kompos yang lain adalah Kompos memperbaiki struktur tanah
dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas
mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap
unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu
tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan
kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk
dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih
segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas
metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di
tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
C. Solusi Masalah
1. Cara Pembuatan Kompos
Berikut ini adalah proses pembuatan kompos dengan menggunakan cara yang
praktis:
Bahan yang diperlukan:
Bahan organik , misal: sisa sayur, sisa nasi, daun yang sudah kering dan
sampah organik lain yang telah dipotong dan dibasahi.
Cara membuat kompos:
1. Potong-potong bahan organik diatas sehingga berukuran kecil
2. Setelah itu, tumpuk dan taruh rumput di bagian atas pada wadah drum,
ember plastic, atau bisa juga menggunakan.
3. Buat tumpukan setebal 15 cm
4. Taruh kotoran ternak yang telah dibasahi pada bagian paling atas tumpukan,
kotoran ternak ini berfungsi sebagai mikroorganisme pengurai (atau bisa
menggunakan tumbuhan kompos).
5. Lakukan menggunakan cara yang sama sampai semua bahan habis.
6. Tumpuk semuanya sampai mencapai ketinggian maksimal 1,2 m
7. Jaga kelembaban dalam tumpukan bahan agar tetap lembab dan tidak
becek
8. Apabila pengomposan berlangsung baik, pada minggu ke 3-4 akan terjadi
kenaikan suhu. Gunakan tongkat kayu untuk mengetahui telah terjadi kenaikan
suhu dengan cara menusukkan tongkat kayu tersebut ke dalam tumpukan
kompos kemudian tarik dan lihat ujung tongkatnya, apakah sudah terasa lembab
dan hangat. Bila iya, berarti proses pengomposan berjalan dengan normal dan
baik. Jika ujung tongkat terasa kering, segera siramkan air ke dalam kompos. Bila
ujung tongkat terasa dingin, berarti pengomposan gagal dan harus diulang
kembali pembuatannya dari awal.
9. Setelah terjadi kenaikan suhu, maka suhu akan mengalami penurunan. Pada
saat inilah tumpukan kompos harus dibalik.
10. Sebulan setelah terjadi penurunan suhu dan kompos telah dibalik, maka
kompos telah jadi dan siap dipakai
3. Proses Pengomposan
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau
anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses
aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi
bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan
oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan,
karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap.
Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak
sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat,
puttrecine), amonia, dan H2S.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pemanfaatan sampah organik rumah tangga sebagai kompos dapat memberikan
fungsi ganda, selain menghasilkan pupuk juga membantu masyarakat hidup
bersih. Guna memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan ruang untuk
melestarikan lingkungan hidup menuju masyarakat sejahtera.
Kompos dapat di manfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman yang sekaligus
berperan dalam penyuburan tanah. Selain itu pemanfaatan sampah organik
sebagai kompos juga dapat menghemat banyak sumber daya. Contohnya,
sumber daya materi untuk pembelian pupuk bisa diganti dengan kompos atau
bisa juga sumber daya lahan yang awalnya sebagai tempat pembuangan bisa
dijadikan lahan perkebunan dan ladang.
B. Saran
1. Jagalah kebersihan lingkungan dari material-material yang merusak dan
mengurangi keindahannya. Sebagai contoh adalah sampah.
2. Sampah bukan sesuatu yang sudah tak ada artinya, namun sampah adalah
sebuah masalah yang harus di cari solusi dan jalan keluarnya.
3. Pemanfaatan sampah organik dapat membantu melestarikan lingkungan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Gunakan kompos sebagai pupuk bagi tanaman, yang lebih hemat dan
ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.suaramerdeka.tv/view/video/31665/manfaatkan-limbah-rumah-
tangga-menjadi-kompos| Rabu, 5 mei 2012 01:50
http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah_Organik, Rabu, 5 mei 2012 01 :15
http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/12/sampah-organik/ Senin, 3 mei 2012
22:22
http://berbagi-kuman.blogspot.com/2012/02/kompos-sampah-organik-rumah-
tangga.html, Senin, 3 mei 2012 20:27
http://id.masagri.com/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-pengomposan/
Minggu, 6 - Mei- 2012, 15:34:35
http://www.itb.ac.id/news/1833.xhtml, Minggu, 6 - Mei- 2012, 15:57:35
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan kami melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4 Manfaat
Penelitian yang kami lakukan ini kami harap akan bermanfaat untuk:
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari
sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan
sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi,
memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik
terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan
pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik
terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga
memengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980).
Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1.
Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis
protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan
N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk
sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama
jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu,
ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus,
misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan
menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang
lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi
akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan
(porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara
hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi
ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat,
maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat
ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan
kompos.
Porositas
Temperatur/suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi
oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi
dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC
menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan
membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan
hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-
benih gulma.
pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya
berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan
pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara
temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi
amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-
fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
1. Pemilahan Sampah
o Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik
(barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti
karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan
2. Pengecil Ukuran
3. Penyusunan Tumpukan
o Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran
kemudian disusun menjadi tumpukan.
o Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi
mengalirkan udara di dalam tumpukan.
4. Pembalikan
o Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan
udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap
bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran
bahan menjadi partikel kecil-kecil.
5. Penyiraman
o Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering
(kelembapan kurang dari 50%).
o Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka
tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan
pembalikan.
6. Pematangan
o Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
o Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan
pemasaran.
o Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan
terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur
dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa
oleh angin.
BAB III
METODE PENELITIAN
Note:
Percobaan 1
Kotoran hewan 15 kg
Bekatul 3 kg
Percobaan 2
Kotoran hewan 10 kg
Bekatul 2 kg
Percobaan 3
Kotoran hewan 5 kg
Bekatul 1 kg
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.3 Pembahasan
4.3.1 Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Proses Pengomposan Sampah
Dalam pembuatan kompos ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses
pengomposan sampah diantaranya:
1. Ukuran bahan
Proses pengomposan akan lebih baik dan cepat bila bahan mentahnya memiliki
ukuran yang lebih kecil. Karen aitu, bahan yang ukurannya besar perlu dicacah atau digiling
terlebih dulu sehingga ukurannya menjadi lebih kecil.bahan yang lebih kecil akan mudah
didekomposisi karena luas permukaannya meningkat dan mempermudah aktivitas
mikroorganisme perombak. Namun, ukurannya bahan tersebut jangan terlalu kecil. Ukuran
bahan mentah yang terlalu kecil akan menyebabkan rongga udara berkurang sehingga
timbunan menjadi lebih mampat dan pasokan oksigen kedalam timbunan akan semakin
berkurang. Jika pasokan oksigen berkurang mikroorganisme yang ada didalamnya tidak bisa
bekerja secara optimal.
2. Rasio C/N
Rasio C/N merupakan factor paling penting dalam proses pengomposan. Hal ini
disebabkan proses pengomposan terantung dari kegiatan mikroorganisme yang membutuhkan
karbon sebagai sumber energi dan pembentuk sel, dan nitrogen untuk membentuk sel.
Besarnya nilai C/N tergantung dari jenis sampah. Proses pengomposan yang baik akan
menghasilkan rsio C/N yang ideal sebesar 20 40, tetapi rasio paling baik adalah 30.
Jika rasio C/n tinggi, aktivitas mikroorganisme akan berkurang. Selain itu diperlukan
beberapa siklus mikroorganisme untuk menyelesaikan degradasi bahan kompos sehingga
waktu pengomposan akan lebih lama dan kompos yang dihasilkan akan bermutu rendah.
Jika rasio C/N terlalu rendah (kurang dari 30) kelebihan nitrogen (N) yang tidak
dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang memlaui volatisasi
sebagai ammonia atau terdenitrifikasi.
3. Kelembaban dan Aerasi
Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan melakukan aktivitas
metabolisme diluar sel tubuhnya. Sementara itu reaksi biokimia yang terjadi dalam selaput
airtersebut membutuhkan oksigen dan air. Karena itu dekomposisi bahan organic sangat
tergantung dari kelembaban lingkungan dan oksigen yang diperoleh dari rongga udara yang
terdapat diabtara partikel bahan yang dikomposkan. Dekomposisi secara aerobic dapat terjadi
pada kelembaban 30 -100% dengan pengadukan yang cukup.
Secara umum, kelembaban yang baik untuk berlangsungnya proses dekomposisi
secara aerobic adalah 50 -60 % dengan tingkat terbaik 50 %. Namun sebenarnya kelembaban
yang baik pada pengomposan tergantung dari jenis bahan organic yang digunakan dalam
campuran bahan kompos.
Kisaran kelembaban kompos yang baik harus dipertahankan karena jika tumpukan
bahan terlalu lembab, proses pengomposan akan terjadi lebih lambat. kelebihan kandungan
air akan menutupi rongga udara dalam tumpukan bahan kompos sehingga kadar oksigen yang
ada didalam tumpukan bahan kompos akan berkurang (kadar oksigen yang baik 10 80%
namun jika tumpukan terlalu kering proses proses pengoposan akan terganggu karena
mikroorganisme perombak sangat membutuhkan air sebagai tempat hidupnya.
Mikroorganisme yang berperan dalam pengomposan memerlukan oksigen. Bahan organic
yang ditimbun akan mengalami dekomposisi dengan cepat jika berada dalam keadaan aerob.
Aerasi yang tidak seimbang akan menyebabkan bau busuk dari gas yang banyak mengandung
belerang.
4. Temperature pengomposan
Proses pengomposan akan berjalan dengan baik jika bahan berada dalam temperature
yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme perombak. Tempertur optimum yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk merombak bahan adalah 35-55 derajat Celsius. Namun
setiap kelompok mikroorganisme memiliki temperature optimum pengomposan merupakan
integrasi dari berbagai jenis microorganisme yang terlibat.
Pada pengomposan secara aerobic akan terjadi kenaikan temperature yang cukup
cepat selama 3 -5 hari pertama dan temperature tersebut merupakan yang terbaik bagi
pertumbuhan microorganisme.pada kisaran temperature ini mikroorganisme dapat tumbuh
tiga kali lipat dibandingkan dengan temperature yang kurang dari 55 derajat selsius.selain itu
pada temperature tersebut enzim yang dihasilkan juga paling efektif mengurai bahan organic.
Penurunan rasio C/N juga dapat berjalan dengan sempurna.
Temperature yang tinggi berperan untuk membunuh mikroorganisme pathogen (bibit
penyakit) menetralisir bibit Mycobacterium tuberculosis biasa nya akan rusak pada hari ke 14
pada suhu 65 derajat Celsius. Virus volio akan mati jika berada pada temperature 54 derajar
selsius selama 30 menit. Salmonella akan menjadi tidak aktif jika berada pada temperature 60
derajat Celsius pada waktu 60 menit. Ascaris lumbricoides, cacing beracun yang ditemukan
pada saluran pencernaan babi akan terbunuh pada temperature 60 derajat selsius dalam waktu
60 meit proetein microorganisme yang mati ini akan digumpalkan. Karena itu keadaan
tetemperatur yang tinggi perlu dipertahankan minimum 15 hari berturut turut. Untuk
mempertahankan temperature pengomposan perlu diperhatikan ketinggian tumpukan bahan
mentah.
Ketinggian tumpukan yang baik adalah 1 1,2 dan tinggi maximum adalah 1,5 1,8
m. tumpukan bahan yang terlalu rendah akan membuat bahan lebih cepat kehilangan panas
sehingga temperature yang tinggi tidak akan tercapai. Selain itu,microorganisme pathogen
tidak akan mati dan proses dekomposisi oleh mikroorganisme termofilik tidak akan tercapai.
Jika timbunan yang dibuat terlalu tinggi akan menyebabkan pemadatan pada bahan dan
temperature pengomposan menjadi terlalu tinggi.
Pengomposan pada bahan yang memiliki rasio C/N tinggi seperti jerami padi atau
jerami gandum peningkatan temperature tidak dapat melebihi 52 derajat Celsius. Keadaan ini
menunjukkan bahwa peningkatan temperature juga tergantung dari tipe bahan yang
digunakan.
5. Derajat keasaman (pH) Pengomposan
Kisaran pH kompos yang optimal adalah 6,0 8,0 derajat keasaman bahan pada
permulaan pengomposan umumnya asam sampai dengan netral (pH 6,0 7,0) derajat
keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah
mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organic menjadi asam
organic. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme, dari jenis yang lain akan mengkonversi
asam organic yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi
dan mendekati netral.
Seperti factor lainnya derajat keasaman perlu dikontrol selama proses pengomposan
berlangsung. Jika derajat keasaman terlalu tinggi atau terlalu basa konsumsi oksigen akan
semakin naik dan akan memberikan hasil yang buruk bagilingkungan. Derajat keasaman yang
terlalu tinggi juga akan menyebabkan unsure nitrogen dalam bahan kompos berubah menjadi
ammonia (NH3) sebaliknya dalam keadaan asam (derajat keasaman rendah) akan
menyebabkan sebagian mikroorganisme mati.
Derajat keasaman yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan menambahkan kotoran
hewan, urea, atau pupuk nitrogen. Jika derajat keasaman terlalu rendah bisa ditingkatkan
dengan menambahkan kapur dan abu dapur kedalam bahan kompos.
6. Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan
Mikroorganisme merupakan factor terpenting dalam proses pengomposan karena
mikroorganisme ini yang merombak bahan organic menjadi kompos. Beberapa ratus spesies
mikroorganisme,terutama bakteri,jamur dan actinoycetes berperan dalam proses dekomposisi
bahan organic. Sebagian besar dari mikroorganisme yang melakukan dekomposisi berasal
dari bahan organic yang digunakan dan sebagian lagi berasal dari tanah.pengomposan akan
berlangsung lama jika jumlah mikroorganisme pada awalnya sedikit. Populasi
mikroorganisme selama berlangsungnya perombakan bahan organic akan terus berubah.
Mikroorganisme ini dapat diperbanyak dengan menambahkan starter atau activator.
Pada proses pengomposan dikenal adanya inokulan (starter atau activator) yaitu bahan
yang terdiri dari enzim, asam humat bahan dan mikroorganisme seperti kultur bakteri.
Berdasarkan kondisi habitatnya, terutama temperature, mikroorganisme yang terlibat dalam
pengomposan terdiri dari 2 golongan, yaitu mesofilik dan termofilik. Mikroorganisme
mesofilik adalah mikroorganisme yang hidup pada temperature rendah (10 45 derajat
Celsius) mikroorganismetermofilik adalah mikroorganisme yang hidup pada temperature
tinggi (45 65 derajat Celsius) pada temperature tumpukan kompos kurang dari 45 proses
pengomposan dibantu oleh mesofilik sedangkan ketika temperature tumpukan berada pada 65
organisme yang berperan adalah termofilik.
Dilihat dari fungsinya mikroorganisme mesofilik berfungsi untuk memperkecil
ukuran partikel bahan organik sehingga luas permukaan bahan bertambah dan mepercepat
pengomposan. Sementara itu, bakteri termofilik yang tumbuh dalam waktu terbatas berfungsi
untuk mengkonsumsi karbohidrat dan protein sehingga bahan kompos dapat terdegradasi
dengan cepat.
4.3.3 Peranan Sampah Dapat Digunakan sebagai Pupuk Kompos Pada Lingkungan
Pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos adalah upaya dalam menjaga
lingkungan dengan mengurangi jumlah sampah yang ada dan otomatis ini berdampak pada
lingkungan. Pembuatan kompos berperan penting dalam mencegah berbagai kerusakan
lingkungan yang diakibatkan banyaknya jumlah sampah. Berikut beberapa peranan
pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos pada lingkungan :
Banyak masyarakat yang berusaha menguarangi jumlah sampah yang ada dengan
melakukan pembakaran. Padahal kegiatan pembakaran tersebut menghasilkan gas polutan
yang mencemari udara. Dengan pembuatan kompos yang menggunakan sampah organik yang
tidak berguna tentu kita telah memperoleh suatu cara untuk mengatasi permasalahan sampah
dan cara itu tidak berbahaya pada lingkungan karena tidak menghasilkan zat pencemar
apapun.
Upaya pemerintah kota di Indonesia untuk mencari tempat pembuangan sampah yang
representatif mengalami kesulitan, karena pendekatannya bukan mengolah, melainkan
membuang sampah. Pada akhirnya hanya berupaya mencari lahan kosong dan kemudian
berpindah lagi jika telah penuh atau dianggap tidak layak Hal tersebut tentu membutuhkan
lahan yang banyak hanya untuk tempat penimbunan sampah. Dengan pemanfaatan sampah
sebagai pupuk kompos setidaknya telah mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
sampah karena sampah-sampah yang ada sudah dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.
Dengan pupuk kompos maka usaha reklamasi lahan bekas galian tambang yang
mengalami degradasi dapat dilakukan. Karena pemberian pupuk kompos sedikit demi sedikit
dapat memperbaiki lahan kritis yang ada. Lahan yang tanahnya rusak karena penggunaan
bahan kimia seperti pupuk sintesis dan pestisida bisa diatasi dengan pemberian pupuk
kompos dan mengembalikan unsur hara yang ada sebelumnya serta memperbaiki strukrur
tanah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan kami menyimpulksn bahwa:
1. Pemanfaatan sampah sebagai pupuk kompos adalah salah satu upaya dalam
mengurangi jumlah sampah yang ada di lingkungan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan sampah adalah ukuran bahan,
Rasio C/N, kelembaban dan Aerasi, temperature pengomposan, derajat
5.2 Saran
Karya tulis yang dibuat tentu masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
menyarankan untuk:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi
laju pengomposan beserta cara mengoptimalkan pembuatan pupuk kompos agar
diperoleh hasil yang besar dalam waktu yang cepat.
2. Melakukan penelitian mengenai pemanfaatan sampah tidak sebatas sampah organik
tetapi juga sampah anorganik seperti pendaur ulangan sampah atau teknologi
alternatif pembuatan bahan bakar (retrieve energy).
DAFTAR PUSTAKA