1. Transformasi Fourier
Transformasi fourier adalah hubungan matematik antara representasi sinyal dalam domain
waktu dengan representasi sinyal dalam domain frekwensi, hubungan tersebut secara
matematis bisa merubah hasil suatu domain ke dalam domain lain [Smith,1999]. Secara
matematik transformasi fourier merupakan sejumlah eksponensial kompleks dari berbagai
magnitudo,frekwensi, dan phase. [Image Processing Toolbox User's Guide, The
MathWork,Inc.1984-2004].
Amplitudo merupakan besar perpindahan maksimum dari titik kesetimbangan (yaitu nilai
maksimum dari garis x pada gambar 2.1.) dan harganya selalu positif [Young &
Freedman,2002]. Sudut phase yang memberitahu pada titik apa dalam siklus,gerak berada
pada t = 0 [Young & Freedman,2002]. Sedangkan frekwensi adalah banyaknya siklus pada
satu satuan waktu [Young & Freedman,2002]. T adalah perioda yaitu komponen gelombang
yang merepresentasikan waktu dalam satuan detik pada suatu siklus. Perioda merupakan
kebalikan dari frekwensi yang seperti telah disebutkan diatas merupakan jumlah siklus pada
suatu waktu.
Page | 1
3. Sinyal & Spektrum
Spektrum adalah plot 2D untuk menggambarkan distribusi frekwensi dari power yang
terkandung di dalam sinyal berdasarkan serangkaian data tertentu [Smith,1999]. Contoh
sederhana distribusi frekwensi y=sin(x)
Page | 2
Jadi distribusi frekwensi menggambarkan penyebaran power pada saat tertentu. Untuk
melihat lebih jauh hubungan sinyal dengan spektrum diambil contoh dua sinyal sinus dengan
kosinus y1=sin(x) dan y2=cos(x) plotingnya di bawah ini:
untuk mencari spektrumnya digunakan penjumlahan kedua sinyal diatas dengan plotingnya
sebagai berikut:
Terdapat beberapa fungsi spesial dengan spektrum spesial. Impuls Dirac adalah
sebuah sinyal yang nol di mana-mana, kecuali di pusat sumbunya yang tak terbatas. Hal ini
sangat ideal untuk fungsi kontinyu [Vandevenne,2007]. Untuk suatu fungsi diskrit pada
Page | 3
komputer impuls Dirac bisa ditampilkan sama dengan puncak tunggal dengan tinggi
terhingga pada garis sumbu.
Sama halnya pada puncak suara dalam suatu sinyal audio yang memiliki semua frekwensi.
Karenanya spektrum terlihat seperti ini (garis horizontal hitam) :
Spektrum bernilai positif di mana-mana, jadi tiap frekwensi terkandung dalam sinyal.
Hal ini berarti juga bahwa untuk mendapatkan suatu sejumlah puncak fungsi sinus, maka
perlu ditambahkan secara tak terhingga fungsi sinus dasar dengan semua amplitudo yang
sama dan digeser dengan phase tertentu. Maka puncak tersebut akan saling menghilangkan,
kecuali pada pusat sumbu karena merupakan puncaknya. Dualitas diatas merupakan salah
satu sifat transformasi fourier.
Page | 4
Spektrum fungsi di atas adalah rectangular.
Page | 5
Karena dualitas antara sinyal dan spektrumnya maka sinyal waktu rectangular akan memiliki
fungsi sinc (x) sebagai spektrumnya.
3. Teknik Korelasi
Salah satu teknik dalam metode pencocokan citra berbasis area adalah dengan
mengkorelasikan antara citra acuan dengan citra pencarian. Dari pengkorelasian tersebut
dicari nilai koefisien korelasi yang paling maksimum.
Dalam teori probabilitas dan statistika, kekuatan hubungan korelasi atau disebut juga
koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan linier antara
dua peubah acak (random variable) [Sage,1999].
Salah satu jenis korelasi yang paling populer adalah koefisien korelasi momen-produk
Pearson, yang diperoleh dengan membagi kovarians kedua variabel dengan perkalian
simpangan bakunya. Meski memiliki nama Pearson, metode ini pertama kali diperkenalkan
oleh Francis Galton.
Page | 6
Korelasi linier antara 1000 pasang pengamatan. Data digambarkan pada bagian kiri
bawah dan koefisien korelasinya ditunjukkan pada bagian kanan atas. Setiap titik pengamatan
berkorelasi maksimum dengan dirinya sendiri, sebagaimana ditunjukkan pada diagonal
(seluruh korelasi = +1).
Korelasi X, Y antara dua peubah acak X dan Y dengan nilai yang diharapkan X dan
Y dan simpangan baku s X dan s Y didefinisikan sebagai:
Korelasi dapat dihitung bila simpangan baku terbatas dan keduanya tidak sama
dengan nol. Dalam pembuktian ketidaksamaan Cauchy-Schwarz, koefisien korelasi tak akan
melebihi dari 1 dalam nilai absolut. Korelasi bernilai 1 jika terdapat hubungan linier yang
positif, bernilai -1 jika terdapat hubungan linier yang negatif, dan antara -1 dan +1 yang
menunjukkan tingkat dependensi linier antara dua variabel. Semakin dekat dengan -1 atau +1,
semakin kuat korelasi antara kedua variabel tersebut. Suatu objek dapat dikatakan cocok
dengan objek lainnya jika nilai korelasinya > 0.7 [Wolf.2000].
Jika variabel-variabel tersebut saling bebas, nilai korelasi sama dengan 0. Namun
tidak demikian untuk kebalikannya, karena koefisien korelasi hanya mendeteksi
ketergantungan linier antara kedua variabel. Misalnya, peubah acak X berdistribusi normal
pada interval antara -1 dan +1, dan Y = X2. Dengan demikian nilai Y ditentukan sepenuhnya
oleh X, sehingga X dan Y memiliki dependensi, namun korelasi keduanya sama dengan nol
artinya keduanya tidak berkorelasi. Namun dalam kasus tertentu jika X dan Y berditribusi
normal bivariat, saling bebas ekuivalen dengan tak berkorelasi.
Page | 7
gelombang elektromagnetik mengenai suatu materi, akan terjadi suatu interaksi yang berupa
penyerapan energi (absorbsi) oleh atom-atom atau molekul-molekul dari materi tersebut.
Absorbsi sinar ultraviolet dan cahaya tampak oleh suatu materi akan mengakibatkan
tereksitasinya elektron dari tingkat energi (orbital) rendah ke tingkat-tingkat energi yang lebih
tinggi. Pada absorbsi radiasi infra merah oleh suatu materi, radiasi yang diserap tersebut tidak
cukup mengandung energi untuk mengeksitasi elektron, namun akan menyebabkan
membesarnya amplitudo getaran (vibrasi) dari atom-atom yang terikat satu sama lain yang
membentuk suatu ikatan molekul. Keadaan ini disebut dengan vibrasi tereksitasi (Fessenden
1982).
Spektroskopi FTIR (fourier transform infrared) merupakan salah satu teknik analitik
yang sangat baik dalam proses identifikasi struktur molekul suatu senyawa. Komponen utama
spektroskopi FTIR adalah interferometer Michelson yang mempunyai fungsi menguraikan
(mendispersi) radiasi inframerah menjadi komponen-komponen frekuensi. Penggunaan
interferometer Michelson tersebut memberikan keunggulan metode FTIR dibandingkan
metode spektroskopi inframerah konvensional maupun metode spektroskopi yang lain.
Diantaranya adalah informasi struktur molekul dapat diperoleh secara tepat dan akurat
(memiliki resolusi yang tinggi). Keuntungan yang lain dari metode ini adalah dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sampel dalam berbagai fase (gas, padat atau cair).
Kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam identifikasi dengan spektroskopi FTIR dapat
ditunjang dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode spektroskopi yang lain
(Harmita 2006).
Page | 8
inorganik). Teknik ini mengukur absorbsi panjang gelombang cahaya infrared yang
dipancarkan oleh material yang diuji. Pita absorbsi infrared ini menunjukkan struktur dan
komponen molekul tertentu.
Pita absorbsi berada dalam rentang bilangan gelombang 4000 - 1500 yang secara khusus
berhubungan dengan grup fungsional tertentu (misalnya -OH, C=O, N-H, CH 3, dan lain-lain).
Daerah antara bilangan gelombang 1500 - 400 menunjukkan daerah fingerprint untuk ikatan
tertentu. Pita absorbsi pada daerah ini secara umum menunjukkan fenomena intra-molekular
tertentu dan spesifik untuk tiap material. Speksifitas ikatan dibandingkan dengan data
komputer dengan spektrum yang diperoleh dari material yang diidentifikasi.
Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah waktu
atau daerah frekuensi. Perubahan gambaran intensitas gelombang radiasi elektromagnetik
dari daerah waktu ke daerah frekuensi atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier
Transform).
Selanjutnya pada sistem optik peralatan instrumen Fourier Transform Infra-Red dipakai
dasar daerah waktu yang non dispersif. Sebagai contoh aplikasi pemakaian gelombang radiasi
elektromagnetik yang berdasarkan daerah waktu adalah interferometer yang dikemukakan
oleh Albert Abraham Michelson (Jerman 1831).
Sistem optik Spektrofotometer FTIR seperti pada gambar di bawah ini dilengkapi dengan
cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi infra
merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak (M)
dan jarak cermin yang diam (F). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang
selanjutnya disebut sebagai retardasi (). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima
Page | 9
detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistem optik dari
Spektrofotometer IR yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut sebagai sistem
optik Fourier Transform Infra-Red.
Pada sistem optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi
infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih
baik.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS (Tetra Glycerin
Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT lebih banyak digunakan
karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan respon
yang lebih baik pada frekuensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi
oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.
1. Dapat digunakan pada semua frekuensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga
analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau scanning.
2. Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara dispersi, sebab
radiasi yang masuk ke sistem detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah
(slitless).
P a g e | 10
DAFTAR PUSTAKA
Smith, F.G. dan Thomas. J.H., 1982. Optiks. Universoty of Manchester. London
http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB6B-OPTIKA-FOURIER.pdf
P a g e | 11