Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

Oleh:

Ummy Apita Ningrum

1611040052

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis (diare akut) adalah peradangan pada perut dan usus
yang dapat disertai dengan muntah dan diare.(Ruth Bindler, 2000).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah
(Guerrant, 2001; Ciesla, 2003)
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga
kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.
Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat
berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada
anak dan orang tua (USAID, 2009)
Jadi, penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali
atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah.

B. ETIOLOGI
Penyebab dari diare akut antara lain :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi virus
Retavirus : penyebab tersering diare akut pada bayi, sering
didahului atau disertai dengan muntah, timbul sepanjang
tahun, tetapi biasanya pada musin dingin.
Enterovirus : Biasanya timbul pada musim panas
Adenovirus : Timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala
pada saluran pencernaan/pernafasan
Norwalk : Epidemik, dapat sembuh sendiri.
b. Infeksi bakteri
Stigella
Salmonella
Escherichia coli
Campylobacter
Yersinia enterecolitica
2. Faktor Non Infeksiosus
a. Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
b. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan(milk allergy, foodallergy, down milk protein senditive
enteropathy
c. Faktor psikologis : Rasa takut, cemas

C. TANDA DAN GEJALA

Menurut Suriadi (2001) :

a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Kram perut
c. Demam
d. Mual
e. Muntah
f. Kembung
g. Anoreksia
h. Lemah
i. Pucat
j. Urin output menurun (oliguria, anuria)
k. Turgor kulit menurun sampai jelek
l. Ubun-ubun / fontanela cekung
m. Kelopak mata cekung
n. Membran mukosa kering

D. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis diare yaitu (Nelwan, 2001; Procop et al, 2003)


Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah
dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan
medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan
cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena
kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata
menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air
yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas
berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan
merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan
lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada
keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard
juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.
Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-
ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan
timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat
tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis
metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah
dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi
ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang
menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
Menurut Kliegman, Marcdante dan Jenson (2006), dinyatakan
bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh,
diare dapat dibagi menjadi:
a. Diare tanpa dehidrasi
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi
karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada
tanda-tanda dehidrasi.
b. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau
lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai
berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun,
tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan
pemeriksaan fisik dalam batas normal.
c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi,
kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau
lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit
berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering,
air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang ( 2
detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.
d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan
dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami
takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi
yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar
menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu
minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga
masa pengisian kapiler sangat memanjang ( 3 detik) dengan kulit
yang dingin dan pucat.

E. PATOFISIOLOGI
Proses infeksi menyebabkan kerusakan dan kehilangan sel
epitelium dari sistem pencernaan. Bakteri pada mukosa saluran pencernaan
dapat menyebabkan: produksi enterotoksin, organisme masuk pada
mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan menempelpada mukosa
usus serta melepaskan enterotoksin. Interaksi antara toksin dan epitel usus
menstimulasi enzim Adenilsiklase dalam membran sel dan mengubah
cyclic AMP yang menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit.
Proses ini disebut diare sekretorik. Pada proses invasi dan pengrusakan
mukosa usus, organisme menyerang enterocytes (sel dalam epitelium)
sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan pada mukosa usus.
Pada pemeriksaan histologi, bakteri dapat menyebabkan ulserasi
superfisial pada usus dan dapat berkembang biak di sel epitel. Sedangkan
bila bakteri penetrasi(menembus) dinding usus melalui plague peyeri di
ileum maka akan diikuti dengan multiplikasi organisme intraselular dan
organisme mencapai sirkulasi sistemik..
F. PATHWAY

G. PENATALAKSANAAN UMUM & MEDIS


Penatalaksanaan Medis diare yaitu:
1. Resusitasi cairan dan elektrolit
a. Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :
- Mengatasi diare tanpa dehidrasi
- Meneruskan terapi diare di rumah
- Memberikan terapi awal bila anak diare lagi
Tiga cara dasar rencana Pengobatan A :
1) Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi (oralit, makanan cair : sup, air matang). Berikan cairan ini
sebanyak anak mau dan terus diberikan hingga diare berhenti.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur Ddiberikan Setiap Bab Yang Disediakan
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml / hari (2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml / hari (3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml / hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1.200-2.800 ml / hari

Cara memberikan oralit :


o Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
o Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
o Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan
lebih sedikit (sesendok teh tiap 1-2 menit)
o Bila diare belanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu
untuk memberikan cairan lain atau kembali ke petugas untuk
mendapatkan tambahan oralit.
2) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi :
o Teruskan pemberian ASI
o Untuk anak < 6 bln dan belum mendapatkan makanan padat
dapat diberikan susu yang dicairkan dengan air yang sebanding
selama 2 hari.
o Bila anak > / = 6 bulan atau telah mendapat makanan padat :
- Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin
dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging, tam-
bahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur tiap porsi.
- Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah
kalium
- Dorong anak untuk makan berikan sedikitnya 6 kali sehari
- Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan
berikan makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.
- Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik
selama 3 hari atau anak mengalami : bab sering kali,
muntah berulang, sangat haus sekali, makan minum sedikit,
demam, tinja berdarah

b. Rencana Pengobatan B
- Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan
oralit 75 ml / kg BB dalam 3 jam pertama atau bila berat
badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan
dilapangan, berikan oralit sesuai tabel :
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama :
Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml
Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A,
B, atau C untuk melanjutkan pengobatan :
- Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
- Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi
rencana B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari bu-ah
seperti rencana A
- Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C
c. Rencana Pengobatan C
- Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena
segera. Beri 100 ml/kg BB cairan RL, Asering atau garam
normal (larutan yang hanya mengandung glukosa tidak
boleh diberikan).
Umur 30 ml/kg BB 70 ml/kg BB
< 12 bulan 1 jam pertama 5 jam kemudian
> 1 tahun jam pertama 21/2 jam
kemudian
Rehidrasi parenteral :
- RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
- D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
- D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
- Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai
percepat tetesan infuse
- Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa
minum. Biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam
(anak)
- Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi,
kemudian pilih rencana A, B, C untuk melanjutkan
pengobatan.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa yang mungkin muncul antara lain:
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif,
kegagalan dalam mekanisme pengaturan.
b. Syok hipovolemik b.d dehidrasi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan intake makanan.
d. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
e. Risiko kerusakan integritas kulit b/d lembab

2. Intervensi
NO DIAGNOSA KEP NOC / TUJUAN NIC / INTERVENSI
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan Monitor Cairan
ca-iran b.d intake tindakan perawatan
1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya
kurang, kehilangan selama X 24 jam intake cairan dan kebiasaan eleminasi
volume cairan aktif, kebutuhan cairan dan
2. Tentukan faktor resiko yang menyebabkan
kegagalan dalam elektrolit adekuat, ketidakseimbangan cairan (hipertermi, diu-
mekanisme dengan kriteria : retik, kelainan ginjal, muntah, poliuri,
pengaturan diare, diaporesis, terpapar panas, infeksi)
Hidrasi 3. Menimbang BB secara teratur
Batasan karakteristik Hidrasi kulit
4. Monitor vital sign
: adekuat 5. Monitor intake dan output
Kelemahan Tekanan darah
6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi
Haus dalam ba-tas normal cairan bila diperlukan
Penurunan Nadi teraba 7. Jaga keakuratan catatan intake dan output
turgor kulit Membran mukosa
8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit
Membran mucus / lembab dan rasa haus
kulit kering Turgor kulit
9. Monitor warna dan jumlah urin
Nadi meningkat, normal 10. Monitor distensi vena leher, krakles, odem
te-kanan darah Berat badan stabil perifer dan peningkatan berat badan.
menu-run, tekanan dan dalam batas
11. Monitor akses intravena
nadi menurun normal 12. Monitor tanda dan gejala asites
Penurunan Kelopak mata
13. Catat adanya vertigo
pengisian kapiler tidak ce-kung 14. Pertahankan aliran infuse sesua advis
Perubahan status Fontanela tidak dokter
mental cekung
Penurunan urin Urin output Manajemen Cairan
out-put normal 1. Timbang berat badan dan monitor ke-
Peningkatan Tidak demam cenderungannya.
konsen-trasi urin Tidak ada rasa
2. Timbang popok
Peningkatan suhu haus yang sangat 3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan
tubuh Tidak ada napas output
Hematokrit pendek / kusmaul 4. Pasang kateter bila perlu
mening-kat 5. Monitor status hidrasi (kelembaban
Kehilangan berat Balance Cairan membrane mukosa, denyut nadi, tekanan
ba-dan mendadak. Tekanan darah darah)
normal 6. Monitor vital sign
Nadi perifer 7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / ke-
teraba lebihan cairan (krakles, edema perifer,
Tidak terjadi distensi vena leher, asites, edema pulmo)
ortostatik 8. Berikan cairan intravena
hypotension 9. Monitor status nutrisi
Intake-output 10. Berikan intake oral selama 24 jam
seimbangdalam 24 11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila
jam perlu
Serum, elektrolit 12. Monitor respon pasien terhadap terapi
dalam batas normal. elektrolit
Hmt dalam batas 13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan
normal gejala kelebihan cairan
Tidak ada suara
napas tambahan Manajemen Hipovolemia
BB stabil 1. Monitor status cairan intake dan output
Tidak ada asites,
2. Pertahankan patensi akses intravena
edema perifer 3. Monitor Hb dan Hct
Tidak ada distensi
4. Monitor kehilangan cairan (muntah dan
vena leher diare)
Mata tidak cekung
5. Monitor tanda vital
Tidak bingung 6. Monitor respon pasien terhadap
Rasa haus tidak perubahan cairan
berlebih-an 7. Berikan cairan isotonic / kristaloid (Na-
Membrane Cl, RL, Asering) untuk rehidrasi eks-
mukosa lem-bab traseluler
Hidrasi kulit
8. Monitor tempat tusukan intravena dari
adekuat tanda infiltrasi atau infeksi
9. Monitor IWL (misalnya : diaporesis)
10. Anjurkan klien untuk menghindari meng-
ubah posisi dengan cepat, dari tidur ke
duduk atau berdiri
11. Monitor berat badan secara teratur
12. Monitor tanda-tanda dehidrasi ( turgor
kulit menurun, pengisian kapiler lambat,
membrane mukosa kering, urin output
menurun, hipotensi, rasa haus meningkat,
nadi lemah.
13. Dorong intake oral (distribusikan cairan
selama 24 jam dan beri cairan diantara
waktu makan)
14. Pertahankan aliran infus
15. Posisi pasien Trendelenburg / kaki elevasi
lebih tinggi dari kepala ketika hipotensi
jika perlu

Monitoring Elektrolit
1. Monitor elektrolit serum
2. Kolaborasi dokter jika ada ketidak-
seimbangan elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala ketidak-
seimbangan elektrolit (kejang, kram perut,
tremor, mual dan muntah, letargi, cemas,
bingung, disorientasi, kram otot, nyeri
tulang, depresi pernapasan, gangguan ira-
ma jantung, penurunan kesadaran : apa-
tis, coma)

Manajemen Elektrolit
1. Pertahankan cairan infuse yang me-
ngandung elektrolit
2. Monitor kehilangan elektrolit lewat suc-
tion nasogastrik, diare, diaporesis
3. Bilas NGT dengan normal salin
4. Berikan diet makanan yang kaya kalium
5. Berikan lingkungan yang aman bagi klien
yang mengalami gangguan neurologis atau
neuromuskuler
6. Ajari klien dan keluarga tentang tipe,
penyebab, dan pengobatan ketidakse-
imbangan elektrolit
7. Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala
ketidakseimbangan elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap terapi
elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian su-
plemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat yang
mengandung elektrolit (aldakton, kalsium
glukonas, Kcl).
11. Berikan suplemen elektrolit baik lewat
oral, NGT, atau infus sesuai advis dokter

2. Syok hipovolemia Setelah dilakukan


1. Kaji dan catat status perfusi perifer.
b.d dehidrasi tindak-an / Laporkan temuan bermakna : ekstremitas
penanganan selama dingin dan pucat, penurunan amplitude
1 jam diharapkan nadi, pengisian kapiler lambat.
klien mempunyai
2. Pantau tekanan darah pada interval
perfusi yang adekuat, sering ; waspadai pada pembacaan lebih
dengan criteria : dari 20 mmHg di bawah rentang normal
klien atau indicator lain dari hipotensi :
Kriteria hasil : pusing, perubahan mental, keluaran urin
Amplitudo nadi menurun.
perifer meningkat 3. Bila hipotensi terjadi, tempatkan klien
Pengisian kapiler pada posisi telentang untuk meningkatkan
singkat (< 2 detik) aliran balik vena. Ingat bahwa tekanan
Tekanan darah darah > atau = 80/60 mmHg untuk perfusi
dalam rentang normal koroner dan arteri ginjal yang adekuat.
CVP > atau = 4.
5 Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk
cm H2O menentukan keadekuatan aliran balik vena
Frekuensi jantung dan volume darah; 5-10 cm H2O biasanya
teratur dianggap rentang yang adekuat. Nilai
Berorientasi mendekati 0 menunjukkan hipovolemia,
terhadap waktu, khususnya bila terkait dengan keluaran
tempat, dan orang urin menurun, vasokonstriksi, dan
Keluaran urin > peningkatan frekuensi jantung yang
atau = 30 ml/jam ditemukan pada hipovolemia.
Akral hangat 5. Observasi terhadap indicator perfusi
Nadi teraba serebral menurun : gelisah, konfusi,
Membran mukosa penurunan tingkat kesadaran. Bila
lembab indicator positif terjadi, lindungi klien dari
Turgor kulit cidera dengan meninggikan pengaman
normal tempat tidur dan menempatkan tempat
Berat badan stabil tidur pada posisi paling rendah.
dan dalam batas Reorientasikan klien sesuai indikasi.
normal 6. Pantau terhadap indicator perfusi arteri
Kelopak mata koroner menurun : nyeri dada, frekuensi
tidak cekung jantung tidak teratur.
Tidak demam 7. Pantau hasil laboratorium terhadap BUN
Tidak ada rasa (>20 mg/dl) dan kreatinin (>1,5 mg/dl)
haus yang sangat meninggi ; laporkan peningkatan.
Tidak ada napas
8. Pantau nilai elektrolit terhadap bukti
pen-dek /kusmaul ketidak seimbangan , terutama Natrium
(>147 mEq/L) dan Kalium (>5 mEq/L).
Waspadai tanda hiperkalemia : kelemahan
otot, hiporefleksia, frekuensi jantung tidak
teratur. Juga pantau tanda hipernatremia,
retensi cairan dan edema.
9. Berikan cairan sesuai program untuk
meningkatkan volume vaskuler. Jenis dan
jumlah cairan tergantung pada jenis syok
dan situasi klinis klien : RL, Asering

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan, - Kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh bd klien menunjukan - Kaji adanya alergi makanan.
ketidakmampuan status nutrisi - Kaji makanan yang disukai oleh
tubuh mengabsorbsi adekuat dibuktikan klien.
zat-zat gizi dengan BB stabil - Kolaborasi dg ahli gizi untuk
berhubungan dengan tidak terjadi mal penyediaan nutrisi terpilih sesuai
faktor biologis. nutrisi, tingkat energi dengan kebutuhan klien.
adekuat, masukan - Anjurkan klien untuk
nutrisi adekuat meningkatkan asupan nutrisinya.
- Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi dan pentingnya
bagi tubuh klien.
Monitor Nutrisi
- Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
- Monitor respon klien terhadap
situasi yang mengharuskan klien
makan.
- Monitor lingkungan selama makan.
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan.
- Monitor adanya mual muntah.
- Monitor adanya gangguan dalam
proses mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan, bengkak dsb.
- Monitor intake nutrisi dan kalori.

4. Ansietas b.d Setelah dilakukan Coping enhancement


perubahan status tindakan keperawatan
1. Kaji respon cemas orang tua
kesehatan selama X per-
2. Jelaskan orang tua tentang proses
temuan kecemasan penyakit anaknya
orang tua berkurang,
3. Bantu orang tua untuk mengenali
dengan criteria: penyebab diare.
4. Terangkan orang tua tentang prosedur
Anxiety control pemeriksaan dan pengobatan
Tidur adekuat 5. Beritahu dan jelaskan setiap perkem-
Tidak ada bangan penyakit anaknya
manifestasi fisik 6. Dorong penggunaan sumber spiritual
Tidak ada
manifestasi perilaku Anxiety Reduction
Mencari informasi
1 Jelaskan semua prosedur termasuk pera-
untuk mengurangi saan yang mungkin dialami selama men-
cemas jalani prosedur
Menggunakan
2 Berikan objek yang dapat memberikan ra-
teknik re-laksasi sa aman
untuk mengurangi
3 Berbicara dengan pelan dan tenang
cemas 4 Membina hubungan saling percaya
Berinteraksi sosial5 Dengarkan dengan penuh perhatian
6 Ciptakan suasana saling percaya
Aggression Control7 Dorong orang tua mengungkapkan pera-
Menghindari kata saan, persepsi dan cemas secara verbal
yang meledak-ledak 8 Berikan peralatan / aktivitas yang meng-
Menghindari hibur untuk mengurangi ketegangan
perilaku yang
9 Anjurkan untuk menggunakan teknik re-
merusak laksasi
Mampu
10 Berikan lingkungan yang tenang, batasi
mengontrol ung- pengunjung
kapan verbal

Risiko kerusakan NOC : Tissue NIC : Pressure Management


integritas kulit b/d Integrity : Skin and
Anjurkan pasien untuk menggunakan
ekskresi/BAB sering Mucous Membranes
pakaian yang longgar
Definisi : Semua Kriteria Hasil :
Hindari kerutan padaa tempat tidur
risiko untuk kulit
Integritas
yang merupakan Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
kulit yang
perubahan yang dan kering
baik bisa
bersifat merugikan
dipertahankan Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
kulit.
(sensasi, setiap dua jam sekali
elastisitas,
Monitor kulit akan adanya kemerahan
temperatur,
hidrasi, Oleskan lotion atau minyak/baby oil
pigmentasi) pada derah yang tertekan

Tidak ada Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien


luka/lesi pada
kulit
Perfusi
jaringan baik

Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan
kulit dan
mencegah
terjadinya
sedera
berulang

Mampu
melindungi
kulit dan
mempertahan
kan
kelembaban
kulit dan
perawatan
alami

DAFTAR PUSTAKA
Carpetino, Lj, (1999). Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan. Ed.2
jakarta : EGC

Dongoes (2000). Diagnosa keperawatan.Ed.8.Jakarta : EGC

Lynda JuallCarpenito, RencanaAsuhandanDokumentasiKeperawatan ,edisi 2 ,


EGC, Jakarta ,1999.

Jhonson, Marion, dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification


(NOC) Edisi 2. St Louis, Missouri : Mosby.

Mansjoer, Arif, et all. (1999). Kapita selekta kedokteran. Fakultas kedokteran UI :


Media Aescullapius.

Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK fk


Universitas Airlangga

Price,Sylvia Anderson , Patofisologi : KonsepKlinis Proses Proses penyakit ,


alihbahasa Peter Anugrah, edisi 4 , Jakarta , EGC, 1999.

Santosa, Budi. 2005. PanduanDiagnosakeperawatan NANDA


Definisidanklasifikasi 2005-2006.Jakarta : Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai