DIARE
Oleh:
1611040052
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Gastroenteritis (diare akut) adalah peradangan pada perut dan usus
yang dapat disertai dengan muntah dan diare.(Ruth Bindler, 2000).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai
kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari.
Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah
(Guerrant, 2001; Ciesla, 2003)
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga
kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.
Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat
berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada
anak dan orang tua (USAID, 2009)
Jadi, penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali
atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau
tinja yang berdarah.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari diare akut antara lain :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi virus
Retavirus : penyebab tersering diare akut pada bayi, sering
didahului atau disertai dengan muntah, timbul sepanjang
tahun, tetapi biasanya pada musin dingin.
Enterovirus : Biasanya timbul pada musim panas
Adenovirus : Timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala
pada saluran pencernaan/pernafasan
Norwalk : Epidemik, dapat sembuh sendiri.
b. Infeksi bakteri
Stigella
Salmonella
Escherichia coli
Campylobacter
Yersinia enterecolitica
2. Faktor Non Infeksiosus
a. Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin
b. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan(milk allergy, foodallergy, down milk protein senditive
enteropathy
c. Faktor psikologis : Rasa takut, cemas
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Kram perut
c. Demam
d. Mual
e. Muntah
f. Kembung
g. Anoreksia
h. Lemah
i. Pucat
j. Urin output menurun (oliguria, anuria)
k. Turgor kulit menurun sampai jelek
l. Ubun-ubun / fontanela cekung
m. Kelopak mata cekung
n. Membran mukosa kering
D. MANIFESTASI KLINIK
E. PATOFISIOLOGI
Proses infeksi menyebabkan kerusakan dan kehilangan sel
epitelium dari sistem pencernaan. Bakteri pada mukosa saluran pencernaan
dapat menyebabkan: produksi enterotoksin, organisme masuk pada
mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan menempelpada mukosa
usus serta melepaskan enterotoksin. Interaksi antara toksin dan epitel usus
menstimulasi enzim Adenilsiklase dalam membran sel dan mengubah
cyclic AMP yang menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit.
Proses ini disebut diare sekretorik. Pada proses invasi dan pengrusakan
mukosa usus, organisme menyerang enterocytes (sel dalam epitelium)
sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan pada mukosa usus.
Pada pemeriksaan histologi, bakteri dapat menyebabkan ulserasi
superfisial pada usus dan dapat berkembang biak di sel epitel. Sedangkan
bila bakteri penetrasi(menembus) dinding usus melalui plague peyeri di
ileum maka akan diikuti dengan multiplikasi organisme intraselular dan
organisme mencapai sirkulasi sistemik..
F. PATHWAY
b. Rencana Pengobatan B
- Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan
oralit 75 ml / kg BB dalam 3 jam pertama atau bila berat
badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan
dilapangan, berikan oralit sesuai tabel :
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama :
Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml
Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A,
B, atau C untuk melanjutkan pengobatan :
- Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
- Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi
rencana B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari bu-ah
seperti rencana A
- Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C
c. Rencana Pengobatan C
- Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena
segera. Beri 100 ml/kg BB cairan RL, Asering atau garam
normal (larutan yang hanya mengandung glukosa tidak
boleh diberikan).
Umur 30 ml/kg BB 70 ml/kg BB
< 12 bulan 1 jam pertama 5 jam kemudian
> 1 tahun jam pertama 21/2 jam
kemudian
Rehidrasi parenteral :
- RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
- D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
- D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
- Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai
percepat tetesan infuse
- Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa
minum. Biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam
(anak)
- Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi,
kemudian pilih rencana A, B, C untuk melanjutkan
pengobatan.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa yang mungkin muncul antara lain:
a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif,
kegagalan dalam mekanisme pengaturan.
b. Syok hipovolemik b.d dehidrasi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan intake makanan.
d. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
e. Risiko kerusakan integritas kulit b/d lembab
2. Intervensi
NO DIAGNOSA KEP NOC / TUJUAN NIC / INTERVENSI
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan Monitor Cairan
ca-iran b.d intake tindakan perawatan
1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya
kurang, kehilangan selama X 24 jam intake cairan dan kebiasaan eleminasi
volume cairan aktif, kebutuhan cairan dan
2. Tentukan faktor resiko yang menyebabkan
kegagalan dalam elektrolit adekuat, ketidakseimbangan cairan (hipertermi, diu-
mekanisme dengan kriteria : retik, kelainan ginjal, muntah, poliuri,
pengaturan diare, diaporesis, terpapar panas, infeksi)
Hidrasi 3. Menimbang BB secara teratur
Batasan karakteristik Hidrasi kulit
4. Monitor vital sign
: adekuat 5. Monitor intake dan output
Kelemahan Tekanan darah
6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi
Haus dalam ba-tas normal cairan bila diperlukan
Penurunan Nadi teraba 7. Jaga keakuratan catatan intake dan output
turgor kulit Membran mukosa
8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit
Membran mucus / lembab dan rasa haus
kulit kering Turgor kulit
9. Monitor warna dan jumlah urin
Nadi meningkat, normal 10. Monitor distensi vena leher, krakles, odem
te-kanan darah Berat badan stabil perifer dan peningkatan berat badan.
menu-run, tekanan dan dalam batas
11. Monitor akses intravena
nadi menurun normal 12. Monitor tanda dan gejala asites
Penurunan Kelopak mata
13. Catat adanya vertigo
pengisian kapiler tidak ce-kung 14. Pertahankan aliran infuse sesua advis
Perubahan status Fontanela tidak dokter
mental cekung
Penurunan urin Urin output Manajemen Cairan
out-put normal 1. Timbang berat badan dan monitor ke-
Peningkatan Tidak demam cenderungannya.
konsen-trasi urin Tidak ada rasa
2. Timbang popok
Peningkatan suhu haus yang sangat 3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan
tubuh Tidak ada napas output
Hematokrit pendek / kusmaul 4. Pasang kateter bila perlu
mening-kat 5. Monitor status hidrasi (kelembaban
Kehilangan berat Balance Cairan membrane mukosa, denyut nadi, tekanan
ba-dan mendadak. Tekanan darah darah)
normal 6. Monitor vital sign
Nadi perifer 7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / ke-
teraba lebihan cairan (krakles, edema perifer,
Tidak terjadi distensi vena leher, asites, edema pulmo)
ortostatik 8. Berikan cairan intravena
hypotension 9. Monitor status nutrisi
Intake-output 10. Berikan intake oral selama 24 jam
seimbangdalam 24 11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila
jam perlu
Serum, elektrolit 12. Monitor respon pasien terhadap terapi
dalam batas normal. elektrolit
Hmt dalam batas 13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan
normal gejala kelebihan cairan
Tidak ada suara
napas tambahan Manajemen Hipovolemia
BB stabil 1. Monitor status cairan intake dan output
Tidak ada asites,
2. Pertahankan patensi akses intravena
edema perifer 3. Monitor Hb dan Hct
Tidak ada distensi
4. Monitor kehilangan cairan (muntah dan
vena leher diare)
Mata tidak cekung
5. Monitor tanda vital
Tidak bingung 6. Monitor respon pasien terhadap
Rasa haus tidak perubahan cairan
berlebih-an 7. Berikan cairan isotonic / kristaloid (Na-
Membrane Cl, RL, Asering) untuk rehidrasi eks-
mukosa lem-bab traseluler
Hidrasi kulit
8. Monitor tempat tusukan intravena dari
adekuat tanda infiltrasi atau infeksi
9. Monitor IWL (misalnya : diaporesis)
10. Anjurkan klien untuk menghindari meng-
ubah posisi dengan cepat, dari tidur ke
duduk atau berdiri
11. Monitor berat badan secara teratur
12. Monitor tanda-tanda dehidrasi ( turgor
kulit menurun, pengisian kapiler lambat,
membrane mukosa kering, urin output
menurun, hipotensi, rasa haus meningkat,
nadi lemah.
13. Dorong intake oral (distribusikan cairan
selama 24 jam dan beri cairan diantara
waktu makan)
14. Pertahankan aliran infus
15. Posisi pasien Trendelenburg / kaki elevasi
lebih tinggi dari kepala ketika hipotensi
jika perlu
Monitoring Elektrolit
1. Monitor elektrolit serum
2. Kolaborasi dokter jika ada ketidak-
seimbangan elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala ketidak-
seimbangan elektrolit (kejang, kram perut,
tremor, mual dan muntah, letargi, cemas,
bingung, disorientasi, kram otot, nyeri
tulang, depresi pernapasan, gangguan ira-
ma jantung, penurunan kesadaran : apa-
tis, coma)
Manajemen Elektrolit
1. Pertahankan cairan infuse yang me-
ngandung elektrolit
2. Monitor kehilangan elektrolit lewat suc-
tion nasogastrik, diare, diaporesis
3. Bilas NGT dengan normal salin
4. Berikan diet makanan yang kaya kalium
5. Berikan lingkungan yang aman bagi klien
yang mengalami gangguan neurologis atau
neuromuskuler
6. Ajari klien dan keluarga tentang tipe,
penyebab, dan pengobatan ketidakse-
imbangan elektrolit
7. Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala
ketidakseimbangan elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap terapi
elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian su-
plemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat yang
mengandung elektrolit (aldakton, kalsium
glukonas, Kcl).
11. Berikan suplemen elektrolit baik lewat
oral, NGT, atau infus sesuai advis dokter
Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan
kulit dan
mencegah
terjadinya
sedera
berulang
Mampu
melindungi
kulit dan
mempertahan
kan
kelembaban
kulit dan
perawatan
alami
DAFTAR PUSTAKA
Carpetino, Lj, (1999). Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan. Ed.2
jakarta : EGC