Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis (Rusepno dkk, 1985)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000).

B. Klasifikasi

Tabel penilaian APGAR SCORE

Skor APGAR
Tanda
0 1 2

Frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit


Jantung

Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat


bernafas

Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/melawan

Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, eks biru Seluruh tubuh


kemerahan

Klasifikasi klinis APGAR SCORE :


a. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit,
tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
b. Asfiksia ringan sedang (Nilai APGAR 4 6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus otot
kurang baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis.
Respirasi lambat, tidak teratur.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.

C. Etiologi
1. Faktor ibu
Hipoksi ibu, oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi
selama anastesi, penyakit jantung sianosis,gagal pernafasan, keracunan karbon
monoksida, tekanan darah ibu yang rendah.
Gangguan aliran darah uterus, kompresi vena kava dan aorta saat
gravida,gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak akibat perdarahan,
hipertensi pada penyakit eklamsia
2. Faktor plasenta
Asfiksia terjadi akibat gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta,
perdarahan
3. Faktor fetus
Kompresi umbillikus, tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir
4. Faktor neonatus
Pemakaian obat anastesi, trauma yang terjadi akibat persalinan, kelainan
kongenital seperti : hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernafasan,
hipoplasia paru

D. Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya
hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia
pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Pernafasan spontan BBL
bergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Secara klinis
asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnea (primary apnea) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam
periode apnea kedua (secondary apnea). Pada tingkat ini disamping bradikardi
ditemukan pula penurunan tekanan darah. Disamping terjadi perubahan klinis akan
terjadi gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam basa pada tubuh
bayi.
Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh bayi akan terjadi proses
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organik yang
terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis metabolik.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya:
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan
3. Pengisisan udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan
sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
Keadaan ini akan berakibat buruk terhadap sel otak dan otak akan mengalami
kerusakan dan dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi.

E. Tanda dan Gejala


1. Distress pernafasan (apnea atau mengap-mengap)
2. Detak jantung < 100x
3. Refleks/ respon bayi lemah
4. Tonus otot menurun
5. Warna kulit biru pucat

F. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatorum antara lain:
1. Edema otak
2. Perdarahan otak
3. Anuria atau oliguria
4. Hiperbilirubinemia
5. Enterokolitis nekrotikans
6. Kejang
7. Koma
8. Pneumothorax oleh karena tindakan bag ang mask

G. Prognosis
Dilakukan pemantauan nilai Apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
Apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
menvapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru
lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi, karena resusitasi
dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis (bukan 1 menit seperti
penilaian skor Apgar)
H. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium darah: darah rutin, ABG, serum elektrolit
b. Radiology : RO dada, USG kepala
I. Pathway Keperawatan

Faktor Faktor
Faktor Ibu Plasenta Janin/neonatus

ASFIKSIA

Paru-paru terisi Bersihan jalan


Janin nafas tidak efektif
kekurangan O2 cairan

Primary Gangguan metabolisme &


Suplay O2
apnea perubahan asam basa
dlm darah
Metabolisme
anaerobik
Asidosis
Secondary Resiko respiratorik
apnea ketidakseimb
angan suhu Glikogen tubuh pada
tubuh jantung & hati
berkurang
Gangguan perfusi
Bradikardi & ventilasi
penurunan tekanan Asidosis
darah metabolik

Kerusakan
Gangguan pertukaran gas
Pola nafas kardiovaskuler
tidak efektif
Kerusakan Resiko cedera
sel otak

Kematian bayi Proses keluarga


terhenti

J. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Resusitasi diberikan secepat mungkin tanpa menunggu perhitungan Apgar skor

2. Langkah resusitasi mengikuti prinsip ABC

Tindakan lain meliputi:

a. Pengisapan cairan lambung untuk menghindari adanya regurgitasi dan


aspirasi.

b. Faktor aseptik dan antiseptik dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi.

c. Oksigen hiperbarik, yaitu bayi diletakkan dalam ruangan tertutup yang berisi
oksigen dengan tekanan oksigen tinggi. Cara ini dianggap memperlihatkan
hasil yang sama dengan ventilasi tekanan positif.

K. Diagnosis / masalah keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.


2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan
pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga
L. Rencana Asuhan Keperawatan (tujuan dan kriteria hasil, intervensi dan
rasionalisasi)

DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL

Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan 1. Tentukan kebutuhan 1.


tidak efektif b.d tindakan oral/ suction tracheal pengumpula
produksi mukus keperawatan n data untuk
banyak selama proses 2. Auskultasi suara nafas perawatan
keperawatan sebelum dan sesudah optimal
diharapkan jalan suction
nafas lancar 2. membantu
dengan kriteria: 3. Bersihkan daerah mengevalua
bagian tracheal setelah si
1. Tidak suction selesai keefektifan
menunjukkan dilakukan. upaya batuk
demam klien
4. Monitor status oksigen
2. Tidak pasien, status 3.
menunjukkan hemodinamik segera meminimal
cemas. sebelum, selama dan iasi
sesudah suction. penyebaran
3. Rata-rata repirasi mikroorgani
dalam batas sme
normal.
4. untuk
4. Pengeluaran mengetahui
sputum melalui efektifitas
jalan nafas.
dari suction.
5. Tidak ada suara
nafas tambahan.

Setelah dilakukan
Pola nafas tidak tindakan 1. Pertahankan kepatenan 1. untuk
efektif b.d keperawatan jalan nafas dengan membersihk
hipoventilasi. selama proses melakukan pengisapan an jalan
keperawatan lendir. nafas
diharapkan pola
nafas menjadi 2. Pantau status 2. guna
efektif. pernafasan dan meningkatk
oksigenasi sesuai an kadar
1. Kriteria hasil : dengan kebutuhan. oksigen
Pasien yang
menunjukkan pola 3. Auskultasi jalan nafas bersirkulasi
nafas yang efektif. untuk mengetahui dan
adanya penurunan memperbaik
2. Ekspansi dada ventilasi. i status
simetris. kesehatan
4. Kolaborasi dengan
3. Tidak ada bunyi dokter untuk 3. membantu
nafas tambahan. pemeriksaan AGD dan mengevalua
pemakaian alat bantu si
4. Kecepatan dan nafas keefektifan
irama respirasi upaya batuk
dalam batas 5. Berikan oksigenasi klien
normal. sesuai kebutuhan.
4. perubahan
AGD dapat
mencetuska
n disritmia
jantung.

5. terapi
oksigen
dapat
membantu
mencegah
gelisah bila
klien
menjadi
dispneu,
dan ini juga
membantu
mencegahed
ema paru.

Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji bunyi paru, 1. membantu


pertukaran gas b.d tindakan frekuensi nafas, mengevalua
ketidakseimbangan keperawatan kedalaman nafas dan si
perfusi ventilasi. selama proses produksi sputum. keefektifan
keperawatan upaya batuk
diharapkan 2. Auskultasi bunyi nafas, klien
pertukaran gas catat area penurunan
teratasi. aliran udara dan / bunyi 2. membantu
Kriteria hasil : tambahan. mengevalua
1. Tidak sesak si
nafas 3. Pantau hasil Analisa Gas keefektifan
2. Fungsi paru Darah upaya batuk
dalam batas klien
normal
3. perubahan
AGD dapat
mencetuska
n disritmia
jantung.

Tujuan : Setelah
Risiko cedera b.d dilakukan tindakan 1. Cuci tangan setiap 1. untuk
anomali kongenital keperawatan sebelum dan sesudah mencegah
tidak terdeteksi atau merawat bayi. infeksi
selama proses
tidak teratasi keperawatan nosokomial
2. Pakai sarung tangan
pemajanan pada diharapkan risiko steril.
agen-agen infeksius. cidera dapat 2. untuk
mencegah
dicegah.
3. Lakukan pengkajian infeksi
Kriteria hasil : fisik secara rutin nosokomial
terhadap bayi baru
1. Bebas dari lahir, perhatikan 3. untuk
cidera/ pembuluh darah tali mencegah
komplikasi. keadaan
pusat dan adanya
anomali. yang kebih
2.
Mendeskripsika buruk.
n aktivitas yang 4. Ajarkan keluarga
tepat dari level tentang tanda dan 4. untuk
perkembangan gejala infeksi dan meningkatk
anak. melaporkannya pada an
pemberi pelayanan pengetahuan
3. keluarga
kesehatan.
Mendeskripsika
dalam
n teknik
pertolongan 5. Berikan agen deteksi awal
pertama imunisasi sesuai suatu
indikasi penyakit
(imunoglobulin
hepatitis B dari vaksin
hepatitis

Setelah dilakukan
Risiko tindakan 1. Hindarkan pasien dari 1. untuk
ketidakseimbangan keperawatan kedinginan dan menjaga
suhu tubuh b.d selama proses tempatkan pada suhu tubuh
kurangnya suplai O2 keperawatan lingkungan yang agar stabil.
dalam darah. diharapkan suhu hangat
tubuh normal. 2. untuk
2. Monitor gejala yang mendeteksi
Kriteria Hasil : berhubungan dengan lebih awal
hipotermi, misal perubahan
1. Temperatur badan fatigue, apatis, yang terjadi
dalam batas perubahan warna kulit guna
normal. dll. mencegah
komplikasi
2. Tidak terjadi 3. Monitor TTV.
distress 3. peningkatan
pernafasan. 4. Monitor adanya suhu dapat
bradikardi. menunjukka
3. Tidak gelisah.
5. Monitor status n adanya
4. Perubahan warna pernafasan. tanda-tanda
kulit. infeksi

5. Bilirubin dalam 4. penurunan


batas normal. frekuensi
nadi
menunjukka
n terjadinya
asidosis
resporatori
karena
kelebihan
retensi CO2.

1. Tentukan tipe proses


Proses keluarga Setelah dilakukan keluarga. 1. untuk
terhenti b.d tindakan mengetahui
pergantian dalam keperawatan 2. Identifikasi efek tindakan
status kesehatan selama proses pertukaran peran dalam yang tepat
anggota keluarga. keperawatan proses keluarga. untuk
diharapkan koping diberikan
keluarga adekuat. 3. Bantu anggota keluarga
Kriteria Hasil : untuk menggunakan 2. untuk
mekanisme support yang mempersiap
1. Percaya dapat ada. kan
mengatasi psikologi
masalah. 4. Bantu anggota keluarga keluarga
untuk merencanakan
2. Kestabilan strategi normal dalam 3. untuk
prioritas. segala situasi. memanfaatk
an
3. Mempunyai dukungan
rencana darurat. yang ada
dari
4. Mengatur ulang keluarga.
cara perawatan.
4. untuk
mengatasi
situasi yang
tidak
terduga.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Asfiksia Pada Bayi. http://www.google.com/.

Hidayat, Aziz Alimul (2005) Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Edisi 1. Jakarta :
Salemba Medika.

Hassan, R., dkk (1985) Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta: Infomedika.

Wilkinson (2007) Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA

Oleh

Ummy Apita Ningrum

1611040052

PROGRAM PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2017

Anda mungkin juga menyukai