Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

Disusun oleh:

SOIMATUL MUBAROKAH
1611040064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016
A. Pengertian
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana
saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007)
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2010).
Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat
mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang
disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar
(Prawirohardjo, 2009).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput
yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium ( Agusfarly, 2008)
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005)
B. Jenis Kista
Jenis kista indung telur meliputi:

1. Kista Fungsional.
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti terpuntir/
pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua indung telur.
Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bilan.

2. Kista Dermoid.
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi
beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung
telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.

3. Kista Cokelat. (Edometrioma)


Terjadi karena lapisan didalam rahim (yang biasanya terlepas sewaktu haid dan terlihat
keluar dari kemaluan seperti darah); tidak terletak dalam ragim tetapi melekat pada
dinding luar indung telur. Akibat peristiwa ini setiap kali haid, lapisan tersebut
menghasilakan darah haid yang akan terus menerus tertimbun dan menjadi kista. Kista ini
bisa 1 pada dua indung telur. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama sewaktu haid/
sexsuale intercourse.
4. Kistadenoma.
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista jenis ini juga
dapat menyerang indung telur kanan dan kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat
penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti VU sehingga dapat menyebabkan
inkontinensia. Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas 45
tahun atau kurang dari 20 tahun.

C. Etiologi
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan)
hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Beberapa teori menyebutkan bahwa
penyebab tumor adalah bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa
pembakaran zat arang, konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat, kurang
olahraga dan faktor genetik. Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium,
adalah wanita yang biasanya memiliki:
a. Riwayat kista terdahulu
b. Siklus haid tidak teratur
c. Perut buncit
d. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
e. Sulit hamil
f. Penderita hipotiroid
D. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak
memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami
gejala ini:
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
6. Pembesaran abdomen
7. Perdarahan pada jalan lahir
8. Perubahan pola eliminasi urin
9. Adanya benjolan pada perut bagian bawah, akibat pertumbuhan kista
10. Adanya gangguan miksi (gangguan kencing), obstipasi (gangguan buang air besar),
edema (bengkak) pada tungkai, tidak nafsu makan, rasa sesak, dan lain-lain, akbiat
tekanan kista terhadap organ sekitar.
E. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormondan kegagalan
pembentukan salah satu harmon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang
menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di
dalam ovarium (Corvin, E.J 2008: 649)
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8
cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum,
yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila
tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple
dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan
LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial.
Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan
mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi. elemen dari 3 lapisan germinal
embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi
darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri
folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam
sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang
penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.

F. Phatway

Etiologi:

- Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterone


- Pertumbuhan folikel tidak seimbang
- Degenerasi ovarium
- Infeksi ovarium

Gangguan reproduksi

Tanda dan gejala: Diagnosa:


Komplikasi:
- Tanpa gejala - Anamnesa
- Nyeri saat menstruasi. - Pemeriksaan fisik - Pembenjolan perut
- Nyeri di perut bagian bawah. - Pemeriksaan penunjang - Pola haid berubah
- Nyeri saat berhubungan seksual. - Perdarahan
- Nyeri saat berkemih atau BAB. - Torsio (putaran tangkai)
- Siklus menstruasi tidak teratur Kista Ovarium - Infeksi
- Dinding kista robek
- Perubahan keganasan

Kista fungsional Kista non-fungsional

Konservatif:

- Observasi 1-2 bulan Laparatomi laparaskopi

Keluhan tetap: Salpingooophorecto Ovarian cystectomy

- - Aktivitas hormone my
- - Discomfort
Penyulit Post Operasi: Perawatan Post Operasi:

- Nyeri - Obat Analgetik

- Perdarahan - Mobilisasi
G. Penatalaksanaan
1. Pengangkatan kista ovarium yang- Infeksi - Personal
besar biasanya adalah melalui tindakan hygiene
bedah, misal
laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.

2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan
kista.

3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.

4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan
dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat
pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang
akan terjadi seperti tanda tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
(Lowdermilk.dkk. 2005)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.

4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk. (Nugroho, 2010)

5. Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil : Dinding kista dilapisi oleh epitel, sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan
berwarna gelap.
I. Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas
namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau
deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya
kanker ovarium

J. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis
b. Cemas berhubungan dengan rencana pembedahan
c. Pk Perdarahan
2. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive dan pembedahan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska pembedahan)
K. Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN PREOPRASI


DIANGOSA
NO KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan
biologi selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien Pain Management
berkurang - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
NOC : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
-Pain Level, presipitasi
-Pain control, - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-Comfort level - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien
- Mampu mengontrol nyeri (tahu - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
penyebab nyeri, mampu menggunakan- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
tehnik nonfarmakologi untuk- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
mengurangi nyeri, mencari bantuan) ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dengan menggunakan manajemen nyeri dukungan
- Mampu mengenali nyeri (skala,- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri- Kurangi faktor presipitasi nyeri
berkurang - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
- Tanda vital dalam rentang normal farmakologi dan inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
2. Kecemasan bd diagnosis dan Setelah dilakukan asuhan keperawatanNIC :
pembedahan selama 3x 24 jam diharapakan cemasiAnxiety Reduction (penurunan kecemasan)
terkontrol Gunakan pendekatan yang menenangkan
NOC : Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Anxiety control Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
Coping prosedur
Kriteria Hasil : Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
- Klien mampu mengidentifikasi dan takut
mengungkapkan gejala cemas Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan prognosis
menunjukkan tehnik untuk mengontol Dorong keluarga untuk menemani anak
cemas Lakukan back / neck rub
- Vital sign dalam batas normal Dengarkan dengan penuh perhatian
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
Identifikasi tingkat kecemasan
tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Monitor tanda-tanda perdarahan gastrointestinal
selama 3x24 jam diharapakan pasien Awasi petheciae, ekimosis, perdarahan dari suatu tempat
menunjukkan perdarahan dapat Monitor vital sign
diminimalkan Catat perubahan mental
Hindari aspirin
Awasi HB dan factor pembekuan
Berikan vitamin tambahan dan pelunan feses
RENCANA KEPERAWATAN POST OPRASI
DIANGOSA
NO KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan
fisik selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien Pain Management
berkurang Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
NOC : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Pain Level, presipitasi
Pain control, Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Comfort level Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien
- Mampu mengontrol nyeri (tahu Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
penyebab nyeri, mampu menggunakan Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
tehnik nonfarmakologi untuk Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
mengurangi nyeri, mencari bantuan) ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dengan menggunakan manajemen dukungan
nyeri Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
- Mampu mengenali nyeri (skala, suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
berkurang
farmakologi dan inter personal)
- Tanda vital dalam rentang normal
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatanInfection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
primer terkontrol Pertahankan teknik isolasi
NOC : Batasi pengunjung bila perlu
Immune Status Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
Knowledge : Infection control berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Risk control Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Kriteria Hasil : Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
- Klien bebas dari tanda dan gejala Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
infeksi Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Mendeskripsikan proses penularan Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
penyakit, factor yang mempengaruhi
dengan petunjuk umum
penularan serta penatalaksanaannya,
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
- Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi kandung kencing
- Jumlah leukosit dalam batas normal Tingktkan intake nutrisi
- Menunjukkan perilaku hidup sehat Berikan terapi antibiotik bila perlu

- Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
3. Deficit personal hyegene b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Personal hyegene managemen
imobilitas (nyeri selama 3x24 jam diharapakan pasien Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri
pembedahan) menunjukkan kebersihan diri Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan
NOC : tubuh pasien (oral,tubuh,genital)
Kowlwdge : disease process Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri
Kowledge : health Behavior Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan
Kriteria Hasil : pasien
- Pasien bebas dari bau
- Pasien tampak menunjukkan kebersihan
- Pasien nyaman
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia, 2006. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:EGC

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa keperawatan. Ed.8. EGC. Jakarta

Lowdermil, Petra. 2005. Maternity Womens Health Care. Seventh edit

Marylynn. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku kedokteran,

Jakarta.

Sylvia Anderson. (2000). Patofisiologo penyakit, edisi 4, penerbit EGC buku kedokteran,
Jakarta.

William Helm, Hanifa, C. Ovarian Cysts. 2005. American college of obstetricians and
Gynecologist.

Anda mungkin juga menyukai