KISTA OVARIUM
Disusun oleh:
SOIMATUL MUBAROKAH
1611040064
1. Kista Fungsional.
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi seprti terpuntir/
pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan sangat jarang pada kedua indung telur.
Kista bisa mengecil dalam waktu 1-3 bilan.
2. Kista Dermoid.
Terjadi karena jaringan dalam telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi
beberapa jaringan seperti rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung
telur dan biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/ pecah.
C. Etiologi
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan)
hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Beberapa teori menyebutkan bahwa
penyebab tumor adalah bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa
pembakaran zat arang, konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat, kurang
olahraga dan faktor genetik. Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium,
adalah wanita yang biasanya memiliki:
a. Riwayat kista terdahulu
b. Siklus haid tidak teratur
c. Perut buncit
d. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
e. Sulit hamil
f. Penderita hipotiroid
D. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak
memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami
gejala ini:
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
6. Pembesaran abdomen
7. Perdarahan pada jalan lahir
8. Perubahan pola eliminasi urin
9. Adanya benjolan pada perut bagian bawah, akibat pertumbuhan kista
10. Adanya gangguan miksi (gangguan kencing), obstipasi (gangguan buang air besar),
edema (bengkak) pada tungkai, tidak nafsu makan, rasa sesak, dan lain-lain, akbiat
tekanan kista terhadap organ sekitar.
E. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormondan kegagalan
pembentukan salah satu harmon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan
hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang
menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel
telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di
dalam ovarium (Corvin, E.J 2008: 649)
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8
cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum,
yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila
tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan
selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas
terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple
dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan
LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas
dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling
sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial.
Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan
mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi. elemen dari 3 lapisan germinal
embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma adalah kista berisi
darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri
folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam
sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang
penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
F. Phatway
Etiologi:
Gangguan reproduksi
Konservatif:
- - Aktivitas hormone my
- - Discomfort
Penyulit Post Operasi: Perawatan Post Operasi:
- Perdarahan - Mobilisasi
G. Penatalaksanaan
1. Pengangkatan kista ovarium yang- Infeksi - Personal
besar biasanya adalah melalui tindakan hygiene
bedah, misal
laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan
kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan pengobatan
dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan seperti kompres hangat
pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang
akan terjadi seperti tanda tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
(Lowdermilk.dkk. 2005)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk. (Nugroho, 2010)
5. Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil : Dinding kista dilapisi oleh epitel, sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan
berwarna gelap.
I. Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker
ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas
namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau
deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya
kanker ovarium
J. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis
b. Cemas berhubungan dengan rencana pembedahan
c. Pk Perdarahan
2. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive dan pembedahan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas (nyeri paska pembedahan)
K. Rencana Keperawatan
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatanInfection Control (Kontrol infeksi)
penurunan pertahanan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
primer terkontrol Pertahankan teknik isolasi
NOC : Batasi pengunjung bila perlu
Immune Status Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
Knowledge : Infection control berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Risk control Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Kriteria Hasil : Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
- Klien bebas dari tanda dan gejala Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
infeksi Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Mendeskripsikan proses penularan Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
penyakit, factor yang mempengaruhi
dengan petunjuk umum
penularan serta penatalaksanaannya,
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
- Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi kandung kencing
- Jumlah leukosit dalam batas normal Tingktkan intake nutrisi
- Menunjukkan perilaku hidup sehat Berikan terapi antibiotik bila perlu
Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa keperawatan. Ed.8. EGC. Jakarta
Marylynn. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku kedokteran,
Jakarta.
Sylvia Anderson. (2000). Patofisiologo penyakit, edisi 4, penerbit EGC buku kedokteran,
Jakarta.
William Helm, Hanifa, C. Ovarian Cysts. 2005. American college of obstetricians and
Gynecologist.