Anda di halaman 1dari 13

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Saluran Pernapasan Atas

Kelompok A6

Rizka Noviyanti Rosyadi 102013218

Harly Trisakti Tandilintin 102013331

Sinta Wulansari 102013329

Desyana Martino 102015023

Welhelmia Bandelina Lobo 102015107

Harry Sandrio Wibowo 102015109

Rosalinda Yuniasih 102015172

Nasrul Nizam Bin Ismail 102015203

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-206

1
Abstrak

Laryngitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara (larynx) yang
menyebabkan suara menjadi parau. Penderita laringitis umumnya akan mengalami gejala-
gejala, seperti nyeri tenggorokan, batuk-batuk, demam, sulit bicara, suara yang
dikeluarkan serak, atau bahkan kehilangan suara sama sekali. Larynx merupakan salah
satu bagian di saluran pernafasan atas dan merupakan organ pembuka dalam saluran
pernafasan. Larynx menghubungkan bagian inferior pharynx dengan trachea. Larynx
sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai katup untuk melindungi jalan-jalan
udara, serta membuka jalan udara saat menelan, dan sebagai mekanisme fonasi yang
dirancang untuk pembentukan suara. Kerusakan pada larynx dapat dikategorikan menjadi
laryngitis akut dan laryngitis kronis berdasarkan rentang waktu timbulnya gejala.

Kata Kunci: Larynx, Laryngitis, saluran pernafasan atas

Abstract

Laryngitis is an inflammation of the voice box (larynx) that causes the voice became
hoarse. Laryngitis patients will generally experience symptoms, such as sore throat,
coughing, fever, difficulty speaking, issued hoarse voice, or even loss of voice altogether.
Larynx is one section in the upper respiratory tract and the respiratory organ in the opener.
Larynx connects the pharynx to the trachea inferior. Larynx very important for humans
because it serves as a valve to protect the airways, as well as open the airway during
swallowing and phonation designed as a mechanism for the formation of voice. Damage
to the larynx can be categorized into acute laryngitis and chronic laryngitis symptoms by
the time span ,

Keywords: larynx, laryngitis, upper respiratory tract

Pendahuluan

Bernafas merupakan kebutuhan semua mahluk hidup. Dalam bernapas, manusia


memerlukan udara (oksigen). Oksigen sangat diperlukan oleh makhluk hidup karena
oksigen dapat membantu perombakan bahan makanan dalam tubuh. Dimana perombakan
makanan tersebut akan menghasilkan energi yang digunakan manusia dalam melakukan
berbagai aktivitas sehari-hari. Gangguan dalam pernafasan manusia merupakan hal yang
tidak jarang kita dengar. Beberapa manusia memiliki gangguan pada pernafasannya, yang

2
disebabkan oleh kerusakan pada sistem pernafasannya maupun alat pernafasannya yang
menyebabkan kesulitan untuk bernafas. Alat-alat pernapasan manusia secara garis besar
antara lain hidung, faring, laring, trakea dan paru-paru. Jika bagian dari alat-alat
pernafasan tersebut rusak maka mekanisme pernafasan terganggu dan fungsi pernafasan
untuk pertukaran O2 dan CO2 menjadi terganggu sehingga terjadilah gangguan dalam
pernafasan.

Pharynx
Makroskopis

Gambar 1. Pharynx
(Sumber: google.com/image/pharynx)

Pharynx terletak dibelakang hidung, mulut, dan larynx (tenggorokan). Ke atas,


pharynx berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut melalui isthmus faucium, sedangkan dengan larynx di bawah
berhubungan melalui aditus pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus Pharynx
adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian
atas dan sempit di bagian bawah dari bahan membran berotot (muskulo membranosa)
dengan bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai
ketinggian vertebra cervikal 6, yaitu ketinggian tulang rawan crikoid, tempat pharynx

3
bersambung dengan oesophagus.1 Pharynx merupakan ruang utama traktusresporatorius
dan traktus digestivus. Pharynx berguna untuk menyalurkan makanan ke oesophagus dan
udara ke larynx, trachea, dan pulmo.
Lapisan otot pharynx terdiri dari tiga otot yaitu M.constrictor pharynges inferior,
medius, dan superior serta tiga otot lainnya yaitu M.stylopharyngeus,
M.salpingopahryngeus, dan M.palatopharyngeus.1

a. M.constrictor pharynges inferior merupakan otot yang paling tebal dari antara
ketiga otot lingkar pharynx yang terdiri atas dua bagian otot kecil yaitu
M.cricopharyngeus yang melekat pada sisi lateral cartilago cricoidea dan
M.thyreopharyngeus yang berasal dari linea oblique lamina cartilaginis thyreoidei
dan cornu inferius cartilago thyreoidea. Sewaktu menelan M.cricopharyngeus
berfungsi sebagai sphincter dan M.thyreopharyngeus sebagai pendorong.1

b. M.constrictor pharynges medius terdiri atas dua bagian otot kecil, yang ke sebelah
anterior melekat pada cornu minus ossis hyoidei dan bagian bawah lig.
Sylohyodeum sebagai M.chondropharyngeus dan melekat pada tepi atas cornu
majus ossis hyoidei sebagai M.ceratopharyngeus.

c. M.constrictor pharynges superior merupakan lembaran otot yang lebih tipis. Otot
ini terbagi menjadi otot-otot yang lebih kecil yaitu M.pterygopharyngeus,
M.buccopharyngeys, M.mylopharyngeus, dan M.glossopharyngeus.

Pharynx dibedakan menjadi tiga bagian antara lain:

1.
Nasopharynx (bagian di belakang hidung dan di atas palatum molle),
mempunyai fungsi respiratorik. Hidung berhubungan dengan nasopharynx
melalui kedua choana. Di dalam membran mukosa atap dan dinding posterior
nasopharynx terdapat massa jaringan limfoid yaitu tonsila pharyngealis. Dari
ujung medial tuba auditiva meluas sebuah lipatan yaitu plica
salpingopharyngea, menutupi m. salpingopharyngeus yang membuka ostium
pharyngeum tuba auditoriae di pharynx sewaktu menelan. Massa jaringan
limfoid di dekat ostium pharyngeum dikenal sebagai torus tubarius. Di
posterior torus tubarius terdapat sebuah tonjolan pharynx ke lateral yang
menyerupai celah, yaitu recessus pharyngeus.5
2. Oropharynx (bagian di belakang mulut), mempunyai fungsi yang
berhubungan dengan pencernaan makanan. Batas superior oleh palatum molle,

4
inferior oleh radix linguae, dan lateral oleh arcus palatoglossus dan arcus
palatopharyngeus. Oropharynx meluas dari palatum molle ke tepi atas
epiglotis.5
3. Laryngopharynx (bagian di belakang larynx), terletak posterior dari larynx,
dari tepi atas epiglotis sampai tepi bawah cartilago cricoidea, kemudian
menyempit dan beralih ke oesophagus. Laryngopharynx berhubungan dengan
larynx melalui aditus laryngis.5

Mikroskopis

Yang termasuk bagian dari faring (secara mikroskopis) :


a. Nasopharynx
Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.
Pada lamina propria terdapat kelenjar campur.
Pada bagian posterior terdapat jaringan limfoid yang membentuk tonsila
faringea.
Terdapat muara dari saluran yang menghubungkan rongga hidung dan
telinga tengah disebut osteum faringeum tuba auditiva.
Sekelilingnya banyak kelompok jaringan limfoid disebut tonsila tuba.

b. Oropharynx
Epitel berlapis gepeng.
Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah.
Oropharynx akan dilanjutkan ke bagian atas menjadi epitel mulut dan
ke bawah ke epitel oesophagus.
Disini terdapat tonsila palatina ,yang sering meradang disebut
tonsillitis.

c. Laringopharynx
Epitel bervariasi, sebagian besar Epitel Berlapis Gepeng Tanpa Lapisan
Tanduk.
Terletak di belakang larynx

Larynx

5
Makroskopis

Gambar 2. Larynx
(Sumber: google.com/image/larynx)

Larynx merupakan saluran pernapasan berupa tabung iregular (tak beraturan) dan
merupakan organ pembuka dalam saluran pernapasan. Larynx terletak di bagian anterior
leher setinggi corpus vertebrae cervicales II-IV. Larynx menghubungkan bagian inferior
pharynx dengan trachea. Larynx sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai
katup untuk melindungi jalan-jalan udara dan menjaga supaya jalan udara selalu terbuka
terutama saat menelan, mengingat trakea dan oesophagus terletak pada posisi yang sama,
dengan demikian harus ada pengaturan agar makanan yang masuk tetap memasuki
esophagus. Dengan adanya larynx, pengaturan tersebut dapat berjalan sempurna. Larynx
juga berfungsi sebagai mekanisme fonasi yang dirancang untuk pembentukan suara.5

Kerangka larynx terdiri dari sembilan tulang rawan yang berhubungan melalui
ligamentum dan membrana. Dari Sembilan tulang rawan terdapat tiga yang tunggal
(cartilago thyroidea, cartilago cricoidea, dan cartilago epiglotica) dan tiga tulang rawan
berpasangan (cartilago arytenoidea, cartilago corniculata, dan cartilago cuneiformis).5

Cavitas laryngis meluas dari aditus laryngis sampai setinggi tepi bawah cartilago
cricoidea untuk beralih ke dalam lumen tenggorok. Cavitas laryngis dibedakan menjadi
tiga bagian:5

1. Vestibulum laryngis, superior terhadap plica vestibularis.

6
2. Ventriculus laryngis, terletak antara plica vestibularis dan di atas plica vocalis.
3. Cavitas infraglottica, meluas dari plica vocalis ke tepi inferior cartilago
cricoidea.

Plica vocalis (pita suara sejati) mengendalikan pembentukan bunyi. Masing-


masing plica vocalis terdapat: sebuah ligamentum vocale, dan sebuah musculus vocalis.
Glottis mencakup plica vocalis dan processus vocalis, serta rima glottidis (celah antara
plica vocalis). Saat kita berbicara, rima glottidis adalah sempit, sewaktu plica vocalis
saling berdekatan. Perubahan tegangan dan panjang lipatan suara, lebar rima glottidis, dan
intensitas hembusan ekspirasi menghasilkan perubahan tinggi atau rendahnya suara. Plica
vestibularis (pita suara palsu) meluas antara cartilago thyoidea dan cartilago arytaenoidea.
Plica vestibularis hampir tidak berperan dalam pembentukan suara, melainkan memiliki
fungsi protektif.5

Mikroskopis

a. Menghubungkan faring dan trakea.


b. Bentuk tidak beraturan atau irregular.
c. Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis
berlapis gepeng.2
d. Dinding:
Tulang rawan hialin dan tulang rawan elastis.
Jaringan ikat.
M.Vokalis (otot skelet).
Kelenjar campur.

Ruang Rugi

Berbagai perubahan pada volume paru-paru hanya mewakili satu faktor


dalammenentukan paru ventilasi paru, yang merupakan volume udara masuk dan keluar
dalam satu menit. Faktor penting lainnya adalah kecepatan napas, yang rata-rata 12 kali
napas per menit. Ventilasi paru dicari dengan menggalikan volume alun pernapasan
dengan kecepatan bernafas Pada volume alun nafas rata-rata 500 ml per n nafas dan

7
pernapasan 12x per menit, ventilasi paru adalah 6000 ml, atau 6 liter, udara napas masuk
dan keluar dalam satu menit pada kondisi istirahat. Untuk jangka waktu singkat, laki-laki
dewasa, sehat dan muda secara sukarela dapat meningkatkan total ventilasi paru nya 25x
lipat, untuk 150 liter per menit. Untuk meningkatkan ventilasi paru,baik volume alun
nafas dan, tapi kedalaman pernapasan meningkatkan lebih dari frekuensi pernapasan. Hal
ini biasanya lebih menguntungkan untuk meningkatkan volume alun daripada di
kecepatan napas karena ruang rugi anatomi.
Karena pertukaran gas dalam sistem pernapasan terjadi hanya di bagian terminal
dari saluran udara, gas yang menempati sisa dari sistem pernapasan tidak tersedia untuk
pertukaran gas dengan darah kapiler paru. Tidak semua udara terinspirasi akan turun ke
alveoli. Sebagian tetap berada di saluran udara, di mana tidak terjadi pertukaran gas,
tetapi hanya mengisi pernafasan bagian dimana pertukaran gas tidak terjadi, seperti
hidung, faring, dan trakea. udara inidisebut ruang udara mati karena tidak berguna untuk
pertukaran gas. Volume saluran nafas penghantar rata-rata pada orang dewasa adalah 150
ml. Volume ini dianggap ruang rugi anatomi karena udara di dalam ini saluran udara
melakukan berguna untuk pertukaran. 6,9
Kita semua beranggapan bahwa semua udara alveoli yang masuk ke alveolus ikut
serta dalam pertukaran O2 dan CO2 dengan darah paru. Namun, pemadanan antara udara
dan darah tidak selalu sempurna, karena tidak semua alveolus mendapat ventilasi udara
dan aliran darah yang sama. Setiap alveolus yang mendapat ventilasi namun tidak ikut
serta dalam pertukaran gas dianggap sebagai ruang rugi alveolus. Pada orang sehat ruang
rugi alveolus cukup kecil dan tidak bermakna, namun ruang ini dapat bertambah bahkan
hingga ke tingkat mematikan pada beberapa jenis penyakit paru. 8
Hal ini penting untuk membedakan antara ruang rugi anatomi dan total (fisiologis) ruang
mati (ventilasi terbuang). Normal ruang mati udara dalam pria dewasa muda adalah
sekitar 150 mililiter. Hal ini meningkat sedikit seiring usia. Sistem pernapasan selain
alveoli dan daerah lainnya mereka terkait erat pertukaran gas ruang ini disebut ruang rugi
anatomi. Pada kesempatan, beberapa alveoli sendiri berfungsi atau hanya sebagian
fungsional karena aliran darah tidak ada atau miskin melalui paru yang berdekatan
kapiler. Oleh karena itu, dari sudut pandang fungsional, alveoli ini juga harus dianggap
ruang rugi. Ketika ruang mati alveolar termasuk dalam total pengukuran ruang mati, ini
disebut ruang mati fisiologis, bertentangan dengan ruang mati anatomi. Pada orang
normal, ruang mati anatomi dan fisiologis yang hampir sama karena semua alveoli
fungsional di normal. 6

8
Mekanisme Pernapasan

Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang
dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Sistem pernapasan berkaitan dengan
penyediaan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme sel-sel tubuh dan
mengeluarkan karbon dioksida hasil metabolisme secara terus-menerus.4
Sistem respirasi mencakup dua proses yaitu respirasi dalam (internal respiration/
celluler respiration) dan respirasi luar (external respiration). Respirasi dalam meliputi
proses metabolisme intrasel yang terjadi di mitokondria termasuk konsumsi oksigen dan
produksi karbon dioksida selama pengambilan energi dari molekul nutrient. Sementara
respirasi luar meliputi seluruh urutan langkah kejadian antara sel tubuh dengan
lingkungan luar. Udara cenderung mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah
dengan tekanan rendah, yaitu menuruni gradien tekanan. Mekanisme pernapasan terbagi
menjadi dua:

1. Inspirasi
Inspirasi atau menarik napas merupakan proses aktif yang diselenggarakan kerja otot.
Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu ventrikal.
Penarikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan kontraksi otot intrekostalis, meluaskan
rongga dada ke kedua sisi dan dari belakang ke depan. Paru-paru yang bersifat elastis
mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk kedalam
saluran udara. Otot interkostal eksterna diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila
inspirasi menjadi gerak sadar.4
Inspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal (intra-alveoli) lebih rendah dari tekanan
udara luar. Pada inspirasi biasa tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai dengan
-3mmHg. Pada inspirasi dalam, tekanan intra alveoli mencapai -30 mmHg.

Kontraksi otot diafragma dan interkostalis Volume thorax membersar tekanan


intrapleura menurun paru mengembang tekanan intra alveoli menurun

Proses terjadinya inspirasi dimulai dari kontraksi dari otot diafragma sampai dengan
masuknya udara ke dalam paru

9
1. Ekspirasi
Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengenduran otot dan karena paru-paru
kempis kembali yang disebabkan sifat elastis paru-paru itu. Gerak ini adalah proses pasif.
Ketika pernafasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu
menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa
bergerak, dan alae nasi (cuping hidung) dapat berkembang kempis.4
Ekspirasi berlangsung bila tekanan intrapulmonal lebih tinggi dari pada tekanan udara
luar, sehingga udara bergerak ke luar paru. Meningkatnya tekanan dalam rongga paru
terjadi bila volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan yang disebabkan
daya elastisitas jaringan paru. Penguncupan paru terjadi bila otot-otot inspirasi mulai
berelaksasi. Pada proses ekspirasi biasa tekanan intra alveoli sekitar +1 cmHg sampai +3
cmHg.

Otot inspirasi relaksasi volume thorax paru mengecil tekanan intrapleura


meningkat volume paru mengecil volume paru mengecil tekanan intrapleura
meningkat udara bergerak ke luar paru

Proses terjadinya ekspirasi, dimulai dari relaksasi dari otot diafragma hingga keluarnya
udara dari paru

Transpor O2 dan CO2

Transpor O2

Sistem pengangkut O2 di tubuh terdiri atas paru dan sistem kardiovaskular.


Oksigen yang diserap oleh darah di paru harus diangkat ke jaringan agar dapat digunakan
ke sel-sel. Sebaliknya CO2 yag diproduksi oleh sel-sel harus diangkut ke paru-paru untuk
dibuang. Di dalam darah, oksigen terdapat dalam dua bentuk yaitu larutan secara fisik dan
terikat secara kimiawi oleh hemoglobin. O2 yang secara fisik larut dalam air plasma
jumlahnya sangat sedikit karena O2 kurang larut dalam cairan tubuh. Jumlah yang terlarut
berbanding lurus dengan PO2 darah, semakin tinggi PO2darah semakin mudah larut O2

Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang


masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas di paru yang adekuat, aliran darah yang
menuju jaringan, dan kapasitas darah untuk mengangkut O 2. Aliran darah bergantung

10
pada derajat konstriktusi jalinan vaskular di jaringan serta curah jantung. Jumlah O 2 di
dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah, dan
afinitas hemoglobin terhadap O2.6

Terdapat tiga keadaan penting yang mempengaruhi kurva disosiasi hemoglobin-


oksigen yaitu pH,suhu dan kadar 2,3 BPG. Peningkatan suhu atau penurunan pH
mengakibatkan PO2 yang lebih tinggi diperlukan agar hemoglobin dapat mengikat
sejumlah O2. Sebaliknya, penurunan suhu atau peningkatan pH dibutuhkan PO 2 yang
lebih rendah untuk mengikat sejumlah O2. Suatu penurunan pH akan menurunkan afinitas
emoglobin terhadap O2, yang merupakan suatu pengaruh yang disebut pergeseran Bohr.
Karena CO2 berekasi dengan air untuk membentuk asam karbonat, maka jaringan aktif
akan menurunkan pH di sekelilingnya dan menginduksi hemoglobin supaya melepaskan
lebih banyak oksigennya, sehingga dapat digunakan untuk respirasi selular.6

Difusi Gas O2 dan CO2

Secara umum difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari daerah yang
konsentrasinya tinggi ke daerah yang memiliki konsentrasinya rendah. Peristiwa difusi
adalah peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi. Peristiwa difusi yang terjadi di
dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi membrana,
kapiler alveoli, kemudian melintasi plasma darah .4

Transpor CO2

Selain perannya dalam transpor oksigen, hemoglobin juga membantu darah untuk
mengangku karbon dioksida dan membantu dalam penyanggan pH darah yaitu, mencegah
perubahan pH yang membahayakan. Sekitar 7% dari karbon dioksida yang dibebeaskan
oleh sel-sel yang berespirasi diangkut sebagai CO 2 yang terlarut dalam pllasma darah.
Sebanyak 23% karbon dioksida terikat dengan banyak gugus amino hemoglobin.Sebagain
besar karbon dioksida, sekitar 70%, diangkut dalam darah dalam bentuk ion bikaronat.
Karbon dioksida yang dilepaskan oleh sel-sel yang berespirasi berdifusi masuk ke dalam
plasma darah dan kemudian masuk ke dalam sel darah merah, dimana CO 2 tersebut
diubah menjadi bikarbonat.

Karbon dioksida pertama bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat,
yang kemudian berdisosiasi menjadi ion hydrogen dan ion bikarbonat. Sebagian besar ion
hydrogen berikatan di berbagai tempat pada hemoglobin dan protein lain sehingga tidak
mengubah pH darah. Ion bikarbonat lalu berdifusi ke dalam plasma. Ketika darah

11
mengalir melalui paru-paru, proses tersebut dibalik. Difusi O2 O 2 keluar dari darah akan
menggeser kesetibangan kimiawi di dalam sel darah merah kearah perubahan bikarbonat
menjadi CO2.6

Gambar 3. Transpor O2 dan CO2

(Sumber: google.com/image/transporo2danco2

Kesimpulan

Proses pernafasan erat kaitannya dengan pembentukkan suara, apabila ada gangguan pada
proses tersebut maka suara yang dihasilkan dapat berubah. Larynx merupakan sebuah
katup untuk menutup systema respiratorium inferior dan juga merupakan sebuah
instrument yang menghasilkan suara. Bila terjadi laryngitis, maka pita suara tersebut akan
mengalami proses peradangan. Apabila terjadi peradangan pada bagian plica vocalis pada
larynx, akibatnya suara penderita akan menjadi serak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama, 2009. Hal. 218.
2. Aryulina D, Muslim C, dkk. Biologi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga; h.188-94.

12
3. MooreKL,AgurAMR.Anatomiklinisdasar.Jakarta:Hipokrates,2002.Hal.
397401,43344.
4. Djodjodibroto RD. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta:
EGC,2009.h
5. Gunadi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia,2007.
6. William F. Ganong. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22.
Jakarta: EGC; 2008. hal. 633, 683-94.
7. Despopoulos A, Silbernagl S. Atlas berwarna dan teks fisiologi. Jakarta:
Penerbit Hipokrates; 2000.h.78-109.

8. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke6. Jakarta:


PenerbitBukuKedokteranEGC,2012.Hal.48283,496534
9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC;
2006; 884-5.

13

Anda mungkin juga menyukai