Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

PEMERIKSAAN FESES
BLOK 16

NAMA : ROSALINDA YUNIASIH


NIM : 102015172
KELAS :A

Tujuan Praktikum Analisis Feses


Untuk melihat tinja secara makroskopis dan mikroskopis serta untuk mendiagnosis jika ada
kelainan cerna atau infeksi dalam saluran pencernaan
Persiapan
1. Mencuci tangan dengan 6 langkah WHO sebelum melakukan pemeriksaan
2. Menggunakan APD seperti masker, sarung tangan dan jas laboratorium
3. Menyiapkan NaCl 0,9%
4. Menyiapkan Reagen seperti Eosin 2%, Lugol, Sudan III
5. Menyiapkan object glass dan cover glass
6. Menyiapkan suspensi tinja. Tinja yang dipakai harus segar dan tidak terkontaminasi.
Tinja disimpan di wadah yang bersih, tidak mudah pecah, tidak meresap dan mudah di
bawa

Pendahuluan
Feses adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai
sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (traktus digestivus).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan
sterkobilinogen.
Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan
segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsur dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan
tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

Pembahasan

I. Pemeriksaan Makroskopik

1
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, konsistensi, warna, bau, darah,
lendir dan parasit.
a. Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250 gram per hari. Banyaknya
tinja dipengaruhi jenis makanan. Bila banyak mengkonsumsi sayur, maka jumlah tinja
meningkat.

b. Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare, konsistensi
menjadi sangat lunak atau cair. Sedangkan sebaliknya, tinja yang keras atau skibala
didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang
lunak dan bercampur gas.

c. Warna
Tinja normal kuning kecoklatan. Warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin yang lebih banyak. Selain urobilin, warna tinja dipengaruhi oleh
berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan, dan obat yang dimakan.
Warna kuning dapat disebabkan karena susu, jagung, lemak, dan obat santonin. Tinja
yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung klorofil atau pada
bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
3,4 Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan
yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut
mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang
menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan
juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang
berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal,
mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin disebabkan
adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti
coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti
pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang
mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

d. Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan
jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh
kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau
tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare.
Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.

e. Darah

2
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu
mungkin terdapat di bagian lua rtinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan
proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi
hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darahterdapat
di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau
karsinoma rektum.

f. Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir
yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu
hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar.
Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada
usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa
tinja.

g. Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan
dalam tinja.

II. Pemeriksaan Mikroskopik


Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel
epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan
terhadap protozoa dan telur cacing.
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk
trofozoit.

b. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.

c. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada
disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.
Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan
alergi saluran pencenaan.

d. Eritrosit

3
Eritrosi hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila
lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti
abnormal.

e. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal. Sel epitelyang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat
karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

f. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal
tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat
didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak
didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal
Charcoat Leyden Tinja LUGOL Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal
Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan
amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

g. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu
jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal. Sisa makanan
sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti
serat otot, serat elastisdan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur
dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna.
Larutan jenuh Sudan IIIatau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti
pada steatorrhoe.2 Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma
malabsorpsi.

Cara Kerja
1. Mencuci tangan dengan 6 langkah WHO,
2. Menggunakan APD masker, sarung tangan dan jas lab
3. Mempersiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan (NaCl 0,9%, lugol, Eosin
2%, sudan III, object glass, cover glass, alat pengaduk, mikroskop, tinja
4. Melakukan pemeriksaan (warna, konsistensi tinja, ada/tidaknya darah, lendir dan pus).
5. Membuat suspensi Tinja : 1 bagian Tinja + 2 bagian NaCl 0,9%, campurkan hingga
membentuk suspensi, untuk memudahkan saat mengambil menggunakan pipet dan

4
menaruhnya di object glass. Bila tinjanya cukup banyak, pilih bagian yang mencurigakan,
misalkan ada darah, kehitaman atau pus.
6. Selanjutnya, tambahkan reagen dengan suspensi tinja
a. Eosin
Teteskan 1 tetes suspensi tinja di object glass
Teteskan 2 tetes reagen eosin 2%
Aduk dan tutup dengan cover glass
b. Lugol
Teteskan 1 tetes suspensi tinja di object glass baru
Teteskan 2 tetes reagen lugol
Aduk dan tutup dengan cover glass
c. Sudan III
Teteskan 1 tetes suspensi tinja di object glass baru
Teteskan 2 tetes reagen sudan III
Aduk dan tutup dengan cover glass
7. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan mikroskop pada object glass yang sudah diteteskan
reagen dan suspensi tinja.
8. Pada mikroskop kondensor diturunkan dan diafragma ditutup.
9. Untuk pemeriksaan amilum dan lemak dapat menggunakan perbesaran 10x
10. Untuk pemeriksaan eritrosit, leukosit, dan epitel gunakan pembesaran 40x

5
Nama : Tn. Joe Goldberg
Hasil Selesai : 03.05.2020
Jenis Kelamin : Pria 18:25:56
No.MR./PID : 01-00034567 Nama Ruangan : Boxie
No. Lab : 19081219133 Nama Dokter : dr. Rosalinda

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN KETERANGAN

TINJA

Makroskopis
Warna Coklat Coklat
Konsistensi Lembek Lembek
Lendir Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
PUS Negatif Negatif
Mikroskopis
Eritrosit Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Amuba Negatif Negatif
Telur Cacing Tidak ditemukan
Epitel Positif Positif
Serat/Sisa Makanan Negatif
Amilum Negatif Negatif
Lemak Negatif Negatif
Yeast Negatif Negatif

Interprestasi Hasil : Hasil pemeriksaan feses Normal.

Kesimpulan
Pemeriksaan feses dibagi menjadi 2 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis
dan mikroskopis.
1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna,
pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan
darah, pemeriksaan pus.
2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur
cacing, leukosit, eritrosit, epitel, Kristal dan serat/sisa makanan, lemak dan yeast.

Dari hasil pemeriksaan tinja, feses dalam keadaan normal sehingga tidak terdeteksi
adanya kelainan pada saluran pencernaan

6
Bukti screenshot sudah upload ke youtube:

Link Video Youtube:


https://youtu.be/5h00pqOBDsg

Anda mungkin juga menyukai