Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... I
KATA PENGANTAR..... Ii
LEMBAR PENGESAHAN......... Iii
BAB I PENDAHULUAN.............. 4
BAB II LAPORAN KASUS............... 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA... 14
2.1 Definisi...................... 14
2.2 Etiologi...................................... 14
2.3Anatomi.............................................. 15
2.4 Diagnosa ....................................... 16
2.5 Diagnosa Banding 18
2.6 Terapi.... 19
DAFTAR PUSTAKA. 20

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

1
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan junjungan Nabi
Muhammad saw beserta keluarga dan pengikutnya. Atas berkat, rahmat dan karunia-
Nya dengan ini penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan sebaik-baiknya
mengenai ensefalitis.
Penulis menyadari bahwa terdapat pihak-pihak yang ikut berkontrubusi dan
berperan dalam membantu penyelesaian referat ini.Pertama-tama, saya mengucapkan
syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan jalan keluar dari
segala kendala yang penulis hadapi. Kemudian penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada dr.Parjito, Sp.OG sebagai pembimbing yang telah bersedia
membimbing dan teman teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan
dukungannya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, mohon maaf jika ada kesalahan
disepanjang penulisan referat ini. Kritik dan saran mengenai referat ini masih
dibutuhkan demi menghasilkan yang lebih baik. Penulis berharap bahwa hasil dari
penulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tegal, 30 Agustus 2016

Wella Rusni

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA : Wella Rusni

2
FAKULTAS : Kedokteran

JUDUL : Ensefalitis

BAGIAN : Ilmu Saraf

PEMBIMBING : dr. Sunarto, Sp.S

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian

Ilmu Saraf

Di RSUD Kardinah Tegal

Tegal, 30 Agustus 2016

Pembimbing

dr.Sunarto, Sp. S

3
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi susunan saraf pusat (SSP) dapat mengenai jaringan otak (ensefalitis), medulla
spinalis (mielitis) atau menings (meningitis).Infeksi SSP merupakan masalah kesehatan
serius yang perlu segera diketahui dan diobati untuk meminimalkan gejala sisa
neurologis yang serius dan memastikan keselamatan pasien.Infeksi SSP oleh virus relatif
jarang terjadi namun dapat berbahaya. Pada umumnya, virus menyerang SSP melalui darah,
walaupun beberapa infeksi tertentu seperti rabies dan varicella-zooster menyerang SSP melalui
saraf perifer.1

Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganismeyang


disertai disfungsi dari neurofisiologi fokal.Pada ensefalitis terjadi peradanganjaringan otak yang
dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis.Penyebab ensefalitis paling sering
karena infeksi, namun dapat disebabkan juga olehnoninfeksi misalnya karena proses demielinasi
pada ensefalitis akut. Berdasarkanepidemiologi dan patofisiologi, ensefalitis berbeda dari
meningitis, meskipun padaevaluasi klinis, keduanya sering berdampingan dengan tanda dan
gejala inflamasipada meningeal seperti fotofobia, sakit kepala, dan kaku kuduk. 1,2,3

BAB II

4
ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny Saadah
Jenis kelamin : Perempuan
Umur :47 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Karang Anyar rt/rw 05/03 Tegal
Tanggal masuk RS : Kamis, 15 Agusutus 2016

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada asien tanggal Jumat 15Agustus 2016
pukul 11.00 WIB di Lanta II ruangan lavender atas wanita

a. Keluhan Utama : Penglihatan ganda pada kedua bola mata


b. Keluhan Tambahan : Pusing, mata berair
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dari poli klinik saraf RS Kardinah dengan keluhan penglihatan berasa ganda
pada kedua bola mata.Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien sejak 1 bulan yang lalu dan tiba-
tiba terjadi. Pasien dapat melihat jelas apabila salah satu mata pasien ditutup ,tetapi apa bila
kedua mata pasien terbuka maka penglihatan ganda. Mata mereh, sakit di sangkal pasien.Pasien
juga mengeluhkan nyeri kepala berdenyut sejak bulan yang lalu, nyeri kepala yang dirasakan
berdenyut.Tidak ada demam , mual,muntah pingsan,kejang, dan riwayat cedera pada kepala
pasien.

d. Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak terdapat riwayat sakit mata sebelumnya, darah tinggi,kencing manis, kolesterol.
e. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak terdapat riwayat darah tinggi, kencing manis, dan penyakit jantung, riwayat stroke
sebelumnya.

III.PERIKSAAN FISIK
Status generalis
a Kesan Sakit : Tampak Sakit Sedang
5
b Tanda Vital
T: 1200/90 mmHg N: 98x/menit S: 36,4 oC P: 20x/menit
Kepala : Tidak ada jejas (-), deformitas (-), ukuran normocephali.
Wajah : Simetris, tampak lemas, tidakpucat,tidak sianosis.
Mata : Bentuk normal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupilbulat isokor, reflek cahaya (+/+), kornea jernih.
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-/-), nafas cuping
hidung (-/-)
Telinga : Normotia, nyeri ketok mastoid (-), nyeri tekan tragus (-), fistel(-),
meatus akustikus eksterna lapang, secret (-/-), serumen (+/+)
sedikit
Mulut : Labioschiziz (-), palatoschiziz (-), bibir sianosis(-), bibir kering
(-), trismus(-), faring hiperemis (-), uvula ditengah hiperemis (-),
arcus faring simetris
Leher :Trakea teraba ditengah, KGB serta kelenjar tiroid tidak teraba
membesar.

Paru-paru
o Inspeksi : Bentuk simetris pada saat statis & dinamis, retraksi (-),
o Palpasi : Vocal fremitus simetris
o Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
o Auskultasi : Suara dasar nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-) wheezing (-/-)

Jantung:
o Inspeksi : Pulsasi Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Pulsasi ictus cordistidak teraba
o Perkusi : Batas jantung tidak dinilai
o Auskultasi : S1 S2 normal regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
o Inspeksi : Datar
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-)
o Perkusi : Timpani
Status Neurologis
1 Kesadaran dan fungsi luhur
Kesadaran kuantitatif dengan GCS:
E4M6V5
Fungsi luhur:

6
Tidak didapatkan afasia atau gangguan dalam berbahasa.
2 Rangsangan Meningeal:
a Burdzinsky 1 : -
b Burdzinsky 2 : -
c Burdzinsky 3 : -
d Burdzinsky 4 : -
e Kernig :-
f Kaku kuduk : -
g Laseque :-

3 Nervus Cranialis:
N I (Olfaktorius) : Tidak dilakukan pemeriksaan
N II (Optikus)
a Visus : Penglihatan ganda pada kedua bola mata
b Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
c Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan
d Lapang pandang :
N III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
a Gerakan bola mata :terdapat hambatan gerakan bola mata kearah kanan dan
ke atas pada kedua bola mata
b Ptosis :- /-
c Pupil : Isokor, bulat
d Refleks Pupil
Langsung :+/+
Tidak langsung :+/+
N V (Trigeminus)
a Sensorik
N-V1 (ophtalmicus) : + / +
N-V2 (maksilaris) : +/+
N-V3 (mandibularis) : + / +
(pasien dapat menunjukkan tempat rangsang raba)
b Motorik : +
Pasien dapat merapatkan gigi dan membuka mulut
Refleks kornea : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
N VII (Fasialis)
a Sensorik (indera pengecap)
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
b Motorik
Angkat alis : + / +, simetris
Menutup mata : + / +, dapat menutup mata dengan baik
Menyeringai : normal
Gerakan involunter : -/-
N. VIII (Vestibulocochlearis)
Keseimbangan
a Nistagmus : Tidak ditemukan

7
Pendengaran
a Tes Rinne : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
b Tes Schwabach : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
c Tes Weber : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
N IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
a Refleks menelan :+
b Refleks batuk :+
c Refleks muntah : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
d Posisi uvula : Normal, Deviasi ( - )
e Posisi arkus faring : Simetris
N XI (Akesorius)
a Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : + / +
b Kekuatan M. Trapezius :+ /+
N XII (Hipoglosus)
a Tremor lidah :-
b Ujung lidah saat dijulurkan : -
c Fasikulasi :-

4 Pemeriksaan Motorik
Inspeksi : atrofi otot (-), odem (-)
Palpasi : Tidak terdapat atrofi otot, oedem (-)
Perkusi :
Refleks
Refleks Fisiologis
Biceps : +2 / +2
Triceps : +2 / +2
Achiles : +2 / +2
Patella : +2 / +2
Refleks Patologis
Babinski : -/ -
Oppenheim : -/-
Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Scaeffer : -/-
Hoffman-Trommer : -/-
2. Kekuatan Otot

8
5 5
Ekstremitas Superior Dextra Ekstremitas Superior Sinistra
5 5
Ekstremitas Inferior Dextra Ekstremitas Inferior Sinistra

3. Tonus Otot : normal


4. sistem ekstrapiramidal :
Tremor :-
Korea :-
Atetosis :-
Balismus :-

5 Sensorik
Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik
Sensibilitas nyeri dan raba (taktil)
Tidak terdapat hipotesia di ektremitas kanan atas dan bawah
Sensibilitas propioseptif
Arah gerak dan posisi:
Pasien dapat menentukan arah gerak dan posisi.
6 CV (Costo Vertebra) ANS (Autonomic Nevus System)
CV : Gibus (-), luka (-), nyeri ketuk (-)
ANS: inkontinensia uri (-), kelenjar keringat dalam batas normal

7 Celebellar sign
Sistem Koordinasi
1.Romberg Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan.
2.Tandem Walking : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
3.Finger to Finger Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
4.Finger to Nose Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


HEMATOLOGI
Hb 14,1 g/dl 11,2 15,7 g/dL
Ht 40,9% 37 47 %
9
Leukosit 10 . 103/uL (4,4 11,0). 103/uL
Trombosit 236103/uL (150 521). 103/uL
Eritrosit 5,0 . 106/uL 4.1-5,1 106/uL
MCV 81,8 80 96 U
MCH 28,2 28 -33 pcg
MCHC 34,5 33-36 g/dl
RDW 14,5 11,5-14,5 g/dl
DIFF
Netrofil 54,2 50- 70%
Limfosit 37,8 25 - 40%
Monosit 7,0 2 8 %
Eosinofil 1 2 -4 %
Basofil 0,4 0 - 1%
LAJU ENDAP DARAH
LED 1 Jam 3 0-20 mm/jam
LED 2 Jam 11 0-35 mm/jam

KIMIA KLINIK
Glukosa Puasa 117 70- 115 mg/dl
SGOT 27,4 13- 35U/L
SGPT 34,2 7-35 U/L
Ureum 23 12,8 42,8mg/dl
Creatinin 0,64 0,6-1,1 mg/dl

V. PEMERIKSAAN CT Scan
Kesan :Edema cerebri

VI. RESUME
Seorang wanita berusia 47 tahun datang ke poli klinik saraf RS Kardinah dengan keluhan
penglihatan berasa ganda pada kedua bola mata. Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien sejak 1
bulan yang lalu danterjadi secara tiba-tiba. Pasien dapat melihat jelas apabila salah satu mata
pasien ditutup ,tetapi apa bila kedua mata pasien terbuka maka penglihatan ganda. Mata mereh,
sakit di sangkal pasien.Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala berdenyut sejak bulan yang lalu,
nyeri kepala yang dirasakan berdenyut.Tidak ada demam , mual,muntah pingsan,kejang, dan
riwayat cedera pada kepala pasien. Pada riwayat penyakit dahultidak terdapat riwayat sakit mata
sebelumnya, darah tinggi,kencing manis, kolesterol, dan padakeluarga juga tidak ditemukan
riwayat darah tinggi, kencing manis, dan penyakit jantung, riwayat stroke sebelumnya.Pada
pemeriksaan fisik pasien didapatkan kesan sakit tampak sakit sedang, demgan tanda vital
tekanan darah 120/90 mmHg,nadi 98x/menit, suhu 36,4oC, penapasan20x/menit. Pemeriksaan

10
laboratorium darah lengkap didapatkan hasil yang normal da hasil Ct Scan didapatkan hasil
edema cerebri

VII. DIAGNOSIS KERJA


Diagnosa klinis : Diplopia
Diagnosa etiologi : paralisis nervus III dan VI bilateral,Ensefalitis
Diagnosa topis : Cerebri korteks

VIII. TATALAKSANA

Non Medikamentosa

Bed rest
Latihan melirik ke atas dan ke samping kanan kiri

Medikamentosa

Infus RL 16-20 tpm


Metil Prednisolone 2 x 125 gram
Ceftriaxon 2 x 1 gram
Citicolin 2 x 1 gram
Mecobalamin 2 x 1 gram

IX . PROGNOSIS

Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

11
Definisi

Ensefalitis adalah suatu peradangan pada parenkim otak. Dari perspektif epidemiologi
dan patofisiologi, ensefalitis berbeda dari meningitis, meskipun pada evaluasi klinis,
keduanya mempunyai tanda dan gejala inflamasimeningeal, seperti photophobia, sakit kepala,
atau leher kaku.Cerebritis menunjukkan tahap pembentukan abses dan infeksi
bakteriyang sangat merusak jaringan otak, sedangkan ensefalitis akut umumnya infeksivirus
dengan kerusakan parenkim bervariasi dari ringan sampai dengan sangat berat.
Ensefalitis terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk primer dan
bentuk sekunder.Ensefalitis Primer melibatkan infeksi virus langsung dari otak
dansumsum tulang belakang. Sedangkan ensefalitis sekunder, infeksi virus pertama terjadi di
tempat lain di tubuh dan kemudian ke otak .

Etiologi

Penyebab ensefalitis biasanya bersifat infektif tetapi bisa juga yang non! infektif seperti
pada proses dimielinisasi pada Acutedisseminated encephalitis. Ensefalitis bisa disebabkan oleh
virus, bakteria, parasit, fungus dan riketsia agen virus seperti virus & HSV tipe 1 dan tipe 2
hampir secara eksklusif pada neonatus, EBV ,virus campak, virus gondok, dan virus rubella,
yang menyebar melalui kontak orang ke orang. Virus herpes manusia juga dapat menjadi
agen penyebab.CDC telah mengkonfirmasi bahwa virus West -Nile dapat ditularkanmelalui
transplantasi organ dan melalui transfusi darah.Vektor hewan pentingtermasuk nyamuk, kutu dan
mamalia seperti rabies.

Anatomi

Infeksi intrakranial dapat terjadi pada menings (meningitis) dan ada parenkim otak
(ensefalitis) atau pada keduanya (meningoensefalitis).Menings adalah lembaran jaringan ikat
12
yang membungkus medulla spinalis, terdiri atas duramater, arachnoid dan piameter. Duramater
spinalis terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri atas lamina meningealis
dan lamina endostealis. Lamina endostealis melekat erat pada dinding canalis vertebralis dan
menjadi endostum (periosteum). Di antara lamina endostealis dan lamina meningealis terdapat
spatium extra duralis (spatium epiduralis), berisi jaringan ikat longgar, lemak dan plexus
venosus. Antara duramater dengan arachnoid terdapat spatium subdural, yang berisi cairan
limfe.7

Arachnoidea mater spinalis dibentuk oleh jaringan ikat tipis yang transparan.Ke arah
cranialis arachnoidmater berhubungan dengan arachnoid cerebri, dan ke arah caudal berakhir
pada ujung filum terminale internum.Antara arachnoid dan piameter terdapat spatium
subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Piamater spinalis adalah jaringan ikat

13
tipis yang mengandung banyak pembuluh-pembuluh darah kecil. Selaput ini melekat erat pada
medulla spinalis.7

Diagnosa

Manifestasi Klinis

Riwayat anamnesis lengkap diperlukan, karena umumnya pasien sering datang


dengan penurunan kesadaran, disorientasi, delirium atau bahkan koma.Selain demam akut seperti
pada meningitis, pasien dengan ensefalitis umumnya mengalami konfusi/ kebingungan, kelainan
perilaku, tingkat kesadaran yang berubah, terdapat tanda dan gejala kelainan neurologis
lainnya.Perubahan tingkat kesadaran dapat terjadi, mulai dari kelesuan yang ringan
sampai koma dalam.Pasien dengan ensefalitis mungkin memiliki halusinasi, agitasi,
perubahan kepribadian, gangguan perilaku, dan kadang-kadang terjadi keadaan psikotik.5,14

Kejang fokal atau umum terjadi pada sebagian besar pasien dengan ensefalitis
berat.Hampir setiap jenis kemungkinan gangguan neurologik fokal telah dilaporkan pada
ensefalitis virus, dengan tanda dan gejala mencerminkan adanya infeksi dan peradangan. Gejala
yang paling sering ditemukan adalah afasia, ataksia, hemiparesis (dengan hiperaktif reflex
tendon dan respon ekstensor plantar, dan defisit saraf kranial (kelemahan otot wajah).
Keterlibatan hipotalamus sumbu pituitary dapat menyebabkan disregulasi temperatur,
diabetes insipidus, dan berkembang menjadi SIADH. Meskipun daerah SSP yang diserang pada
setiap virus berbeda, namun cukup sulit untuk membedakan tipe ensefalitis virus
tersebut jika ditinjau dari gambaran klinis.5

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

14
Darah Rutin lekosit : normal atau lekopeni(lekositosis ringan). Dari kimia darah
ditemukan amilase serum sering meningkat pada parotitis, fungsi hati abnormal dijumpai
pada hepatitis virus dan mononucleosis infeksiosa, dan pemeriksaan anti bodi-antigen spesifik
untuk HSV, CMV, dan HIV. Elektrolit; dalam batas normal, SIADH terjadi pada 25% pasien
dengan ensefalitis St Louis.

2. Punksi Lumbal apabila tidak ada kontraindikasi, ditemukan cairan serebrospinal


jernih dan tekanannya dapat normal atau dapat meningkat dan fase dini dapat dijumpai
peningkatan sel PMN serta glukosa dan klorida normal.

3. Elektroensefalografi (EEG) dilakukan apabila ada manifestasi kejang.

4. Polymerase chain reaction (PCR); PCR untuk DNA HSV 100% spesifik dan 75-98% sensitif
dalam 25-45 jam pertama.

5. Radiologi

CT-scan merupakan salah satu modalitas pilihan pada kasus ensefalitis.

Pada keadaan awal, dapat tidak ditemukan kelainan intrakranial. Namun, pada proses lanjut
dapat ditemukan lesi yang hipodens dan terjadi penyangatan/enhancement post pemberian
kontras disertai edema yang hebat disekitarnya (perifokal edema) sehingga
menimbulkan efek massa intracranial. Dapat pula ditemukan perdarahan intrakranial.Lokasi
tersering adalah pada lobus frontalis dan temporalis baik unilateral maupun bilateral. 8,9

MRI jauh lebih sensitif dalam mendeteksi perubahan parenkim otak, bahkan sejak onset
24-48 jam pertama.Pada fase akut setelah pemberian kontras media selektif peningkatan
hipokampus dapat diamati, menunjukkan afinitas virus pada hipokampal, parahipokampal dan
korteks insular. Dalam hal perluasan infeksi, MRI dapat menunjukkan lesi di pusat korteks atau
korteks temporal anterior, insula dan inti grey matter pada hemisfer serebral. 2,8,10

Diagnosa Banding

Abses otak

Abses otak adalah suatu proses infeksi yang melibatkan parenkim otak;terutama
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari fokus yang berdekatan atau melaluisystem vaskuler.

15
Riwayat sebelumnya menderita penyakit otitis media, mastoiditis,sinusitis supuratif, atau infeksi
pada wajah, kulit kepala, atau tengkorak. Abses otakjarang ditemukan dan memiliki gambaran
nyeri kepala, demam, dan tanda neurologisfokal. Secara umum abses berdekatan dengan
tempat infeksi.Abses metastasisbiasanya terletak disepanjang arteri serebri media. Abses otak
paling sering terjadiantara usia 20 50 tahun namun pernah ditemukan dalam semua kelompok
usia.1

Umumnya, CT Scan dapat mengidentifikasi dan melokalisasi abses besar danbses-abses kecil
di sekitarnya. Pada CT scan, infeksi awal dapat dilihat hanyasebagai daerah hypodensity,
dengan sedikit peningkatan terjadi setelah pemberianmedia kontras intravena. Seiring waktu,
sebagai neovascularity dan kapsul kolagenberkembang, pola peningkatan dering akan menjadi
jelas.1,13

Meningitis

Meningitis merupakan infeksi yang menyerang menings biasanya disebabkanoleh bakteri,


virus, jamur. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran infeksi daritempat lain di tubuh,
misalnya sinus, telinga, atau saluran napas atas. Pada ensefalitisataupun meningitis dapat timbul
gejala peningkatan tekanan intrakranial, fotofobia,demam, biasanya gejalanya lebih parah
pada ensefalitis. Pada meningitis seringdijumpai nyeri dan kekakuan leher akibat iritasi saraf
spinalis.1,13

Terapi

Umum: perawatan 5 B yang meliputi: Brain; untuk mencegah timbulnya edema otak
dan timbulnya kejang. Breathing; dengan membebaskan jalan nafas dan ventilasi
diusahakan adekuat. Bila ada indikasi, berikan O2 1-2 liter/ menit sampai hasil analisis
gas darah menunjukkan PaO2 > 90 % dan PaCO 28-34 mmHg.Blood;
16
mempertahankan perfusi darah ke otak tetap adekuat/optimal. Bladder; kandung
kemih dikosongkan dengan kateteriasi. Bowel; fungsi defekasi / pencernaan dan nutrisi
harus tetap terjaga. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan
baik. Bila pasien tidak sadar dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
Terapi simtomatik: anti edema serebri; deksametasone 0,2 mg/kgBB/i.v
dilanjutkan 0,1 mg/kgBB/i.v (tappering off) atau manitol 20% 1-2 mg/
kgBB/kali diberikan tiap 6 jam dilanjutkan 0,25-0,5 g/kgBB (tapering off). Kejang;
diazepam 10-20 mg iv perlahan-lahan dapat diulang sampai 3x dengan interval
15-30 menit. Bila masih kejang berikan phenytoin 100-200 mg/12 jam/hari dilarutkan
dalam NaCl dengan kecepatan maksimal 50 mg/ menit.
Terapi kausal: Untuk HSV, diberikan Acyclovir 10-12,5 mg / kgBB / 8 jam selama 10
hari atau 200 mg/kgBB diberikan selama 5 6 kali sehari.

Prognosis
Prognosis ensefalitis sangat tergantung kondisi klinis pasien dan
etiologinya.Beberapa penyebab ensefalitis, seperti rabies, biasanya
berakibat fatal, yang lain,seperti Ebstein bar Virus (EBV), memiliki
prognosis yang cukup baik. Angkamortalitas bervariasi dari 50 % pada
ensefalitis HS hingga kurang dari 1 % pada ensefalitisarbovirus jenis
khusus.Sering timbul gejala sisa seperti kejang, hidrosefalus, dan deficit
neurologi lainnya.Komplikasi yang dapat terjadi yaitu kerusakan otak
permanen dan dapat mempengaruhi pendengaran, memori, sensasi, bicara,
dan penglihatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Price A.Sylvia, Wilson M.Lorraine. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses- proses


Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC; 2006. p.1154.

17
2. Lazoff M. Encephalitis. [online] Feb 26, 2010. [cited on May 13, 2011]: Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com.

3. Dahnert Wolfgang. Dahnert Radiology Review Manual. Phoenix: Lippincott Williams &
Wilkins; 1999. p.232.

4. Mardjono Mahar, Sidharta Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2000.
p.313-15

5. Roos L.Karen, Tyler L. Kenneth. Meningitis,Encephalitis, Brain Abses,and Empyema. In:


Kasper, Brounwald, Fauci, Hauser,Longo, Jameson, eds. Harrisons Principal of Internal
Medicine. 16thed. New York: Mc Graw Hill Companies; 2005. p.2480-83.

6. Saladin K. Anatomy and Phisiology The Unity of form and function. 3 rd eds:McGraw-Hill;
2003. p.516-535.

7. Datu Razak. Diktat Susunan Saraf Pusat. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

8. Bonetti M.G, Ciritella P, Valle G,et all. Nuclear Medicine in Neurologi Emergency.
In: Scarabino T, Salvolini U, Jinkins R. Emergrncy Neuroadiology. Berlin: Springer;
2006. p.389-91.

9. McCann J.W.J, Phelan E. Pediatric Neurological Emergencies. In: Marincek Borut,


Dondelinger F.Robert, eds. Emergency Radiology Imaging and Intervention. Berlin:
Springer; 2007. p.590.

10. Eisenberg L.Ronald, Johnson M. Nancy. Encephalitis. In: Eisenberg L.Ronald,


Johnson M. Nancy, eds. Comprehensive Radiographic Pathology.4 th ed. Philadelphia: Mosby
Inc; . p.312.

11. Yeh I.B, Tan L.C, Sitoh. Reversible Splenial Lesion in Clinically Mild
Enchephalitis. [online] Dec, 2005.

12. Lewis Paul,Glaser A.Carol. Encephalitis. [online] Okt 10, 2005. [cited on May 13, 2011]:
Available from: URL: http://pedsinreview.aappublications.org

13. Corwin, Elizabeth. Patofisiologi.Jakarta : EGC; 2001. p. 182-4

18
14. Pillay, prem. Enchephalitis in the medical dictionary. [online] Aug 1, 2005. [cited on May
13, 2011]: Available from: URL: http://G:/enchephalitis/enchephalitis.htm

15. Bleck TP. Encephalitis. [online] 2010. [cited on May 13, 2011]: Available

from: URL: http://medline plus.urac.org

19

Anda mungkin juga menyukai