Anda di halaman 1dari 29

Mengapa saya sering cape

dengan kegiatan ringan ?


Kelompok 2
Nama Kelompok 2
0302009192 Ratika Yos Widya
0302009228 Sekar Dianca
0302011229 Phrily Isabell Hamelberg
0302011232 Prinandita Saraswati
0302011319 Yuse Rishna Kania Ramandhaty
0302011320 Zena Anzani Suci Octavianti
0302012032 Arissa Reissa Utami
0302012033 Aristya Nur Fitasari
0302012064 Danu Octavio Damatra
0302012065 David Mikhael
0302012100 Farry Aditya
0302012101 Fateha Putri Hakim
0302012135 Ivan Mardhi Laksmana
Laporan Kasus
Bapak Simon, 54 tahun seorang Pemeriksaan Fisik
akuntan dan tidak banyak aktifitas fisik. BB : 95 kg
Ia berasal dari Medan dan saat ini TB : 180 cm
tinggal di BSD City Jakarta, berkeluarga LP : 98 cm
dengan anak 2 yang kuliah di FE TD : 135/80 mmHg
swasta. Bapak Simon merasa nyaman
DJ : 86x/menit
T : 37 C
tanpa ada keluhan, hanya merasa
RR: 18x/menit
mudah lelah dan sesak dengan aktifitas
Laboratorium
ringan. Ia tidak memperhatikan pola
Total kolestrol : 230 mg/dL
makannya, pagi ia tidak sarapan, siang HDL : 38 mg/dL
kadang-kadang tidak sempat makan LDL : 152 mg/dL
dan makan malamnya sepulang dari TG : 200 mg/dL
kantor yang sering malam hari. GDP : 120mg/dL
Sepanjang hari ia sering makan snack
Terminologi
Sindrom Metabolik
Analisis Masalah
Aktivita Sistem Aliran darah Mudah HR
Akunt
s fisik KV ke perifer sesak dan 135/80
an
<<< tergang terganggu lelah
gu
Tidak sarapan,
jarang makan BB 95
Cardiovascu
siang Pola Kg
BMI lar disease
Sering makan makan TB 180 Obesit
cm 29,32
snack tinggi tidak Lingkar as
Overweig D
gula dan teratur perut 98 ht M
lemak. cm
Suka minum
soda

HDL 38 LDL 152 TC 230 Glucose


mg/dL mg/dL mg/dL (fasting)
120mg/dL
<<<< >>>> >>>> >>>>>
< >>
Lingkar HDL HR Glucose
Overweigh
perut << 135/8 (fasting)
t
>>>> << 0 >>>>

Metabolic
Syndrome
Hipotesis

Sindrom Metabolik
Sindrom Metabolik
Definisi
Kumpulan dari berbagai gangguan metabolisme yang
dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan
diabetes melitus.
Etiologi
Epidemiologi
Di US, prevalensi sindrom metabolik pada populasi usia >20
tahun sebesar 25% dan pada usia 50 tahun sebesar 45%.
Study yang dilakukan diDepok (2001) menunjukkan prevalensi
sindrom metabolik menggunakan kriteria national cholesterol
education program adult treatment panel III (NCEP-ATP III)
dengan modifikasi Asia Pasifik terdapat pada 25,7% pria dan
25% wanita.
Penelitian di DKI Jakarta pada tahun 2006 melaporkan
prevalensi sindrom metabolik dengan obesitas sentral
merupakan komponen terbanyak (59,4%).
Dibandingkan dengan komponen pada sindrom metabolik,
obesitas sentral paling dekat untuk memprediksi ada tidaknya
sindrom metabolik. Beberapa studi di wilayah Indonesia
termasuk Jakarta menunjukkan obesitas sentral merupakan
komponen yang paling banyak ditemukan pada individu
Faktor Risiko
Genetik
Obesitas Sentral
Diet Atherogenik
Primary insulin resistance
inaktivitas
Stress
Kriteria Diagnosis
Kriteria WHO 1998 EGIR ATP III (2001) AACE (2003) IDF (2005)
Klinis

Resistensi insulin TGT, GDPT, DMT2, Insulin Plasma . Tidak ada, tetapi ada TGT atau GDPT Tidak ada
ditambah 2 kriteria Persentil ke 75 3kriteria dari 5kriteria ditambah salah satu
berikut ditambah 2 kriteria berikut dari kriteria berikut
berikut berdasarkan penilaian
klinis
Berat Badan Waist hip ratio LP LP IMT >25 LP yang meningkat
Pria : >0,90 Pria : >94cm Pria : >102cm (spesifik tergantung
Wanita : >0,85 Wanita : >80cm Wanita : >88cm populasi)

IMT : >30

Lipid TG >150mg/dl TG >150mg/dl TG >150mg/dl TG >150mg/dl TG >150mg/dl


HDL < 35mg/dl HDL HDL HDL
HDL < 39mg/dl pada Pria< 40mg/dl Pria< 40mg/dl Pria< 40mg/dl
pria atau wanita Wanita <50mg/dl Wanita <50mg/dl Wanita <50mg/dl

Tekanan Darah >140/90 mmHg >140/90 mmHg atau >130/85mmHg >130/85mmHg >130/85mmHg
dalam pengobatan
hipertensi

Glukosa TGT, GDPT, atau TGT atau GDPT (tetapi >110 mg/dl (termasuk TGT atau GDPT (tetapi >100 mg/dl (termasuk
DMT2 bukan diabetes) penderita diabetes bukan diabetes) diabetes)

Lainnya Mikroalbuminuria
Anamnesis
Anamnesis :
1. Riwayat keluarga dan penyakit sebelumnya
2. Riwayat adanya perubahan BB
3. Aktivitas sehari hari
4. Asupan makan sehari hari
Pemeriksaan Fisik
Periksaan fisik :
1. TB, BB dan Tekanan darah
2. IMT
3. Lingkaran pinggang
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab :
1. Kadar glukosa plasma dan profil lipid
2. Asam urat dan test faal hati
3. USG hepar untuk mendiagnosisi adanya fatty liver
Patofisiologi
Pola makan dan aktivitas
fisik

Obesitas sentral

Jaringan adiposa viseral

Sekresi plasminogen activator inhibitor Asam lemak bebas


(PAI-1)
Fibrinogen serum
Faktor Von Willebrand
Faktor VII dan trombin
Mencetuskan
keadaan Pembentukan
Angiotensin II Sekresi sitokin
protrombotik trigliserida di hepar
proinflamasi

Merangsang
aterogenesis Kadar Vasokonstriksi Sekresi Sensitivitas Produksi enzim
trigliserida Perifer aldosteron insulin lipase yang
bekerja pada
phospolipid HDL
Kerentanan mengalami
penyakit kardiovaskuler
Resistensi
Retensi Na+ Resistensi
pembuluh darah
dan air Insulin
perifer Katabolisme
HDL

Kadar gula
Tekanan darah darah
Kadar HDL
Pencegahan
Mengatur komposisi makanan
Mengatur waktu makan
Menjaga Berat Badan Ideal : olahraga teratur
Edukasi untuk tidak merokok
Check-up rutin ke dokter
Commit to a healthy diet
Get moving : get plenty of regular, moderately strenvous physical activity
Schedule regular checkups : blood presure, cholesterol & blood sugar levels on a regular basis
Perubahan diet spesifik:
o Mengurangi asupan lemak jenuh untuk menurunkan resistensi insulin
o Mengurangi asupan garam untuk menurunkan tekanan darah
o Menurangi asupan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi untuk menurunkan kadar glukosa darah dan
trigliserida
Penatalaksanaan
Tatalaksana sindroma metabolik didasarkan atas faktor
resikonya yaitu menurunkan obesitas dan resistensi
insulin. Manajemen ada 2 jenis yaitu non farmakologi
dan farmakologi.
Terapi non farmakologi adalah perubahan pola hidup
dengan tujuan utama menurunkan berat badan dengan
pengaturan pola makan dan meningkatkan aktifitas fisik
serta menghentikan merokok. Manajemen farmakologi
didasarkan atas obat obatan yang memperbaiki
resistensi insulin, karena dapat memperbaiki komponen
sindroma metabolik yaitu dislipidemia, hiperglikemia,
Terapi Non-farmakologis
Penurunan berat badan sekitar 7-10% selama 6-12 bulan
dengan cara mengurangi kalori 500-1000 setiap hari
Diet terdiri dari rendah lemak jenuh, rendah kolesterol, rendah
garam dan gula sederhana.
Peningkatan aktifitas fisik membantu meningkatkan defisit
kalori sehingga juga berperan dalam penurunan berat badan.
Rekomendasi yang dianjurkan adalah latihan dengan intensitas
moderat selama 30 menit seperti berjalan cepat dianjurkan
dilakukan setiap hari, minimal 5 hari dalam seminggu.
Terapi Farmakologis
Menurut kriteria ATP III, target pertama
adalah menurunkan kadar LDL kolesterol,
dengan penggunaan statin.
Penderita sindrom metabolik dengan
gangguan glukosa darah puasa, gangguan
toleransi glukosa, atau kadar HbA1C antara
5,7% sampai 6,4% dengan penurunan berat
badan dan peningkatan aktifitas fisik dapat
mencegah atau memperlambat kejadian
diabetes melitus tipe 2. Pemberian metformin
Peningkatan tekanan darah yang tidak terlalu
tinggi secara efektif dapat diturunkan dengan
pengaturan pola hidup.
Jika tidak tercapai dapat diberi obat anti
hipertensi dengan target tekanan darah
140/90 mmHg, dan target tekanan darah bila
disertai diabetes atau gagal ginjal kronik
adalah 130/80 mmHg. Obat anti hipertensi
yang dianjurkan sebagai lini pertama adalah
golongan ACE inhibitor atau ARB.
Kepada pasien ini diedukasi untuk merubah pola
makannya menjadi diet rendah lemak jenuh, rendah
kolesterol, rendah garam dan gula sederhana. Serta
ditambah aktivitas fisik sedang seperti berjalan
cepat, selama 30 menit dalam seminggu.
Untuk menurunkan kadar LDL dan triglycerid
diberikan statin. Pada pasien ini dapat juga diberikan
metformin untuk mengatasi kadar glukosa darah
puasa yang terganggu.
Untuk mengatasi hipertensi pada pasien ini dapat
dilakukan dengan perubahan gaya hidup, jika tidak
berhasil dapat diberikan ACE Inhibitor atau ARB.
Komplikasi
Penyakit Jantung Koroner
Gagal Jantung
Stroke
Peningkatan terjadinya risiko fibrilasi atrium, thromboembolisme
vena, dan kematian mendadak
Penurunan fungsi kognitif
Prognosis
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai