Anda di halaman 1dari 36

Wayang kulit adalah kesenian tradisional Indonesia yang tumbuh dan

berkembang di kalangan masyarakat jawa. Kesenian ini banyak ditampilkan


ketika ada sebuah perhelatan seperti pesta dan sebagainya. Ternyata,
wayang kulit tidak hanya dijadikan sebagai sebuah pertunjukan melainkan
juga digunakan sebagai media untuk permenungan menuju roh spiritual para
dewa.

Wayang kulit diyakini sebagai awal dari berbagai jenis wayang yang
berkembang saat ini. Wayang jenis ini terbuat dari lembaran kulit kerbau
yang sudah dikeringkan sebelumnya.Wayang kulit dibentuik sedemikian rupa
agar membuat geraknya menjadi dinamis.

Pada bagian siku-siku tubuhnya disambung dengan menggunakan sekrup


yang terbuat dari tanduk kerbau. Lalu bagaimanakah sebenarnya asal mula
dari Kesenian wayang kulit ini? Siapa pencetus pertamanya? Berikut ini
adalah ulasannya.

Asal mula kesenian wayang kulit ini, tidak lepas dari sejarah wayang itu
sendiri. Wayang berasal dari sebuah kalimat yang berbunyi Ma Hyang yang
berarti berjalan menuju yang maha tinggi (bisa diartikan sebagai roh, Tuhan,
ataupun Dewa). Akan tetapi, sebagian orang mengartikan bahwa wayang
berasal dari bahasa jawa yang berarti bayangan.
Hal tersebut dikarenakan ketika penonton menyaksikan pertunjukan ini
mereka hanya melihat bayangan yang digerakkan oleh para dalang yang
juga merangkap tugas sebagai narator. Dalang merupakan singkatan dari
kata-kata ngudhal piwulang.

Ngudhal berarti menyebarluaskan atau membuka dan piwulang berarti


pendidikan atau ilmu. Hal tersebut menegaskan bahwa posisi dalang adalah
sebagai orang yang mempunyai ilmu yang lebih serta membagikannya
kepada para penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang tersebut.

Sementara itu, untuk asal usul dari sejarah wayang kulit ini belum ada bukti
yang konkret. Ada yang mengatakan bahwa wayang kulit ada sebelum abad
pertama yang bertepatan dengan munculnya ajaran Hindu dan Budha ke
area Asia Tenggara. Hal ini dipercaya sebagai asal mula munculnya wayang
kulit datang dari India ataupun Tiongkok.

Itu dikarenakan kedua negara tersebut mempunyai tradisi yang telah


berjalan secara turun temurun mengenai penggunaan bayangan boneka
atau pertunjukan secara keseluruhan. Selain itu, Jivan Pani juga pernah
mengeluarkan pendapat bahwa wayang berkembang dari dua jenis seni
yang berasal dari Odisha, India Timur. Kesenian tersebut adalah Ravana
Chhaya yang merupakan teater boneka dan tarian Chhaku.

Ada sebuah catatatan sejarah pertama mengenai adanya pertunjukan


wayang. Hal ini mengacu pada sebuah prasasti yang dilacak berasal dari
tahun 930 yang mengatakan si Galigi mawayang. Saat itulah sampai
sekarang beberapa fitur teater boneka tradisional tetap ada. Galigi adalah
seorang penampil yang sering diminta untuk menggelar sebuah pertunjukan
ketika ada acara ataupun upacara penting.

Ketika itu, dirinya biasa membawakan sebuah cerita tentang Bima, yaitu
ksatria dari kisah Mahabharata. Penampilan dari Galigi ini tercatat dalam
kakawin Arjunawiwaha yang dibuat oleh Mpu Kanwa pada tahun 1035. Di
dalamnya mendeskripsikan bahwa Galigi adalah seorang yang cepat dan
hanya berjarak satu wayang dari Jagatkarana. Kata Jagatkarana merupakan
sebuah ungkapan untuk membandingkan kehidupan nyata kita dengan dunia
perwayangan. Jagatkarana ini mempunyai arti penggerak dunia atau dalang
terbesar hanyalah berjarak satu layar dari kita.

Meskipun tidak banyak literatur yang menjelaskan mengenai asal mula


kesenian wayang kulit ini, namun seni wayang ini telah diakui sebagai karya
kebudayaan yang amat berharga di bidang narasi oleh UNESCO di tanggal 7
November 2003. Hal tersebut mungkin dikarenakan bagi UNESCO dari
seluruh jenis wayang yang ada, wayang kulitlah yang menjadi salah satu
wayang yang paling dikenal di Indonesia.

Ada banyak karakter yang terdapat dalam wayang. Nah di dalam salah satu
karakter yang ad di wayang Jawa hidup sebuah karakter yang disebut
Punakawan. Punakawan ini terdiri atas empat orang dan selalu dianggap
sebagai pengikut jenaka dari pahlawan yang menjadi karakter utama dalam
sebuah cerita. Keempat orang tersebut adalah Semar yang juga dikenal
sebagai Ki Lurah Semar, Petruk, Gareng serta Bagong. Semar digambaran
sebagai sosok personifikasi dewa, dan kadang juga digambarkan sebagai
arwah penjaga pintu dari Pulau Jawa itu sendiri. Di dalam mitologi Jawa,
dewa-dewa yang ada tersebut hanya mampu untuk mengubah diri mereka
menjadi manusia yang jelek. Hal itulah yang menyebabkan sosok Semar
selalu jelek dan gendut serta mempunyai hernia yang menggantung.

Sedangkan, dalam asal mula kesenian wayang kulit, wayang kulit ini terbagi
ada beberapa jenis. Salah satunya adalah wayang kulit Gagrag Banyumas.
Wayang kulit yang satu ini mempunyai gaya pendalangan yang dikenal
dengan sebutan pakeliran. Gaya ini dinilai sebagai cara untuk
mempertahankan diri. Perawatan serta kualitas yang mereka tunjukkan di
atas panggung selalu menunjukkan hal lain. Adapun unsur-unsur yang
terdapat di dalam pakeliran ini antara lain lakon, sabet (gerakan yang akan
dilakukan para wayang, catur (narasi dan percakapan antara karakter. Serta
karawita yang berarti musik.

Selain Gagrag Banyumas, ada juga pembagian wayang kulit jenis lain yaitu
wayang kulit Banjar. Sesuai dengan namanya, wayang kulit jenis ini
berkembang di Banjar, Kalimantan Selatan. Sejaka awal abad ke-14,
masyarakat Banjar memang sudah mengenal kesenian wayang kulit ini.
Pertanyaan tersebut semakin diperkuat ketika Majapahit akhirnya berhasil
menduduki beberapa bagian wilayah Kalimantan serta membawa misi untuk
menyebarkan agama Hindu dengan menggunakan pertunjukan wayang kulit
sebagai strateginya. Contoh lain dari jenis wayang kulit adalah wayang siam
yang terkenal di Kelantan, Malaysia. Wayang Siam ini meupakan pertunjukan
wayang one man show. Bahas yang digunakan dalam pertunjukan tersebut
adalah bahasa Melayu. Akan tetapi, tidak ada bukti yang jelas mengenai
awal kemunculan wayang siam ini. Banyak yang kemudian berpendapat
bahwa kesenian tersebut berasal dari Jawa, karena mengikuti simbol-simbol
yang sangat bercorak Jawa.
Ketika itu minat dari masyarakat dan pemuda sangat besar untuk
menyaksikan pertunjukan wayang kulit ini. Akan tetapi, di zaman sekarang
ketertarikan anak muda akan kesenian yang satu ini sangatlah rendah. Hal
itu dikarenakan maraknya permainan berbasis teknologi yang biasa mereka
mainkan. Meskipun demikian, masih ada juga orang tua yang aktif
mengajarkan anak mereka untuk mencintai salah satu kesenian tradisional
ini. Hal itu sangat dibutuhkan untuk mempertahankan kesenian ini agar tidak
habis ditelan zaman.

WATAK DAN PERWATAKAN

Maksud watak :
Watak adalah yang menggerakkan plot
sesebuah cerita berdasarkan kepada
berbezaan dari segi fizikal,psikologi,dan
kedudukan seseorang di dalam sosio-budaya
sesebuah masyarakat.

Maksud perwatakan :
Karektor seseorang yang mewakili sisi fizikal
dan mental yang membawa kepada
kekurangan dan kelebihan dalam sesuatu
wataknya.
Sinopsis Hikayat
Maharaja Wana.
ASAL USUL RERI RAMA, SITI DEWI DAN MAH ARAJA
WANA.

-Seri Rama dan Siti Dewi sebenarnya adalah penjelmaan semula Dewa
Berembun dan isterinya, Siti Andang Dewi dari Kayangan ke dunia. Begitu
juga dengan Maharaja Wana yang merupakan penjelmaan semula Dewa
Serajuk. Mereka dilahirkan semula ke dunia setelah berlaku kekacauan di
kayangan, di mana Maharaja Wana (Dewa Serajuk) telah berjaya merampas
Siti Andang Dewi daripada Dewa Berembun. Oleh kerana ingin membalas
dendam terhadap Maharaja Wana, Siti Andang Dewi telah turun ke dunia.
Kecewa dengan apa yang berlaku, Dewa Berembun telah menurunkan
takhtanya kepada Sang Yang Kenung, lalu turun ke dunia.

KELAHIRAN SEMULA SERI RAMA, SITI DEWI DAN


MAHARAJA WANA.

-pemerintah Seusia Mandarapura, Sirat Maharaja dan isterinya, Cahaya


Bulan mempunyai dua orang anak lelaki iaitu Seri Rama dan Laksmana. Sirat
maharaja juga ada isteri kedua, Mandudari yang mempunyai dua orang anak
iaitu Samardan dan Chardan.

-Di Dati Kuaca, isteri kepada Bantara Baha telah melahirkan tiga
orang anak. Iaitu Maharaja Wana, Mah Babu Kenung dan Mah
Baba Sanam. Maharaja Wana telah dilantik menjadi pemerintah
Utara, Barat, Selatan, Langit dan Dunia Bawah. Maharaja Wana
menpunyai ramai isteridari sekelian makhluk. Namun Maharaja
Wana masih mencari calon yang sesuai untuk di jadikan
Permaisurinya. Dia telah mengidamkan madudari sebagai isteri
lalu mendesak Sirat Maharaja. Dengan pertolongan isteri pertama
Sirat Maharaja, Cahaya Bulan mencipta seorang wanita yang
menyerupai Mandudari dan di beri nama Mandudaki. Mandudaki
kemudiannya di kahwinkan kepada Maharaja Wana tanpa
pengetahuannya tentang muslihat yang telah berlaku.

-Siti Andang Dewi telah masuk ke dalam badan Mandudaki dan


mengandung. Mah Babu Senan meramalkan akan berlaku kekacauan di
Langkapuri setelah bayi itu di lahirkan, lalu bayi itu digugurkan dan di
hanyutkan di dalam sebuah baling. Baling tersebut telah hanyut sampai ke
Wat Tujuh Kedi Bermas, dimana bayi itu di jumpai oleh Maharisi Mata Api, di
beri nama Siti Dewi dan di besarkan sehingga menjadi seorang wanita yang
cantik.

PERTANDINGAN MEMANAH POKOK LONTAR.


-Maharisi bercadanag mengahwinkan Siti Dewi. Lalu mengadakan sebuah
pertandinggan dimana pemenangnya akan di kahwinkan dengan Siti Dewi.
Dengan bantuan Dewa-Dewa ,Maharisi telah mencipta seekor ular yang amat
besar, yang mempunyai empat puluh lengkungan pada badannya, setiap
lengkungannya ditanam pokok lontar, diciptakan juga sebuah ibu panah dan
menanam sepohon sejati jawa di hadapan istananya. Sesiapa yang dapat
melontarkan anak panah melalui pohon-pohon lontar tersebut dengan satu
lontaran, maka dialah yang akan mengahwini Siti Dewi.

-Oleh kerana tiada pemenang dalam pertandingan tersebut maka Maharisi


Mata Api telah ke Seusia Mendarapura untuk menjeput Seri Rama untuk
menyertai pertandingan.Seri Rama terpaksa menempuh beberapa halangan
untuk tiba ke Wat Tujuh Kedi Bermas. Di tempat pertandingan Seri Rama
kelihatan kecil dan lemah berbanding peserta lain. Namun begitu Seri Rama
telah berjaya memanah anak panah melalui semua pohon lontar tersebut
dengan satu lontaran, dan juga Berjaya mencabut pohon sejati Jawa yang
ditanam di depan istana Maharisi.Seri Rama Berjaya mengahwini Siti Dewi.
-Marah dengan kejayaan Seri Rama itu, Maharaja Wana telah merancang
untuk menculik Siti Dewi.

PENCULIKAN SITI DEWI oleh MAHARAJA WANA

Cerita Maharaja Wana (versi Pak Awang Lah) mempunyai lebih dari 90
watak, namun begitu tidak kesemuanya dihasilkan dalam bentuk patung
wayang kulit. Biasanya hanya lebih kurang 65 patung wayang kulit saja yang
dihasilkan berdasarkan watak-watak dalam cerita maharaja Wana.

Pengenalan senarai watak :

Pohon Beringin
Seri Rama
Siti Dewi
Laksamana
Maharajawana
Maharisi
Hanuman Kera Putih
Pak Dogol
Samad
Said
Wak long
Wak Yah
Dewa
Raja Sagariwa
Dewa Panah Perang Lelaki
Dewa Panah Perang Perempuan
Anila
Lalobek
Lalobak
Raja Bali
Hanuman Kera Gangga (Gangga Masur)
Orang Kampung
Raksasa kala Jengkin
Raksasa Badak Api
Burung Jentayu
Mah Babu Shanan
Anggada
Anrojit
Raja Sabonarong
Raja Tilan
Hanuman Bongsu
Hanuman Ikan
Sagawera

POHON BERINGIN

Salah satu patung wayang yang fungsinya dalam wayang kulit sangat
menarik ialah pohon beringin.Figura wayang ini merupakan patung wayang
yg terbesar yang ada dalam sesebuah set wayang kulit,dan berukuran kira-
kira 23sm luasnya dan 60sm tingginya.

-PERANAN POHON BERINGIN DI DALAM WAYANG KULIT


KELANTAN

Dalam wayang kulit Kelantan ,pokok beringin mempunyai beberapa


fungsi.Contohnya ialah pokok beringin memainkan peranan penting dalam
upacara buka panggung.Hal ini berlaku pada malam pertama sebelum
dalang memulakan cerita pokoknya.Selepas upacara buka panggung
itu,pokok beringin dicacakkan ke dalam batang pisang di belakang
kelir.Pokok beringin diletakkan di tengah-tengah kelir lalu berfungsi sebagai
suatu sekatan diantara watak-watak yang baik dan yang jahat,dan mereka
terletak di sebelah kanan dan kiri pokok beringin masing-masing.

Watak Utama :
Seri Rama

Seri Rama dalam Wayang Kulit Siam sebagai seorang hero dalam Cerita
Pokok dan Cerita Ranting menampilkan ciri perwatakan berbeza.Ini dapat
dilihat dari keberaniannya dan kejayaannya untuk mendapatkan Siti Dewi
dan melalui pelbagai dugaan dan cabaran.

Watak
- Dikategorikan sebagai watak halus,baik dan sopan.
- Seorang Raja di Seusia Mendarapura.
- Merupakan suami kepada Siti dewi.
- Dalam Cerita Pokok, Seri Rama disifatkan sebagai seorang yang berbudi
bahasa, tampan,gagah berani,menguasai permainan senjata seperti
memanah dan sebagainya.

Perwatakan

- Mempunyai bentuk yang cantik dengan kombinasi


motif,warna,dan bentuk.

Siti Dewi

Watak

- Dikategorikan dalam watak halus.


- Merupakan isteri kepada Seri Rama.
- Turut digambarkan sebagai seorang puteri yang lemah lembut dan seorang
isteri yang taat setia.

Perwatakan

- Gambaran kecantikan baik dari segi rupa dan perwatakan


seorang puteri.
- Gambaran wanita atau puteri melayu yang sering digambarkan
dalam sejarah dan Hikayat Melayu.

Laksamana

Watak

- Dikategorikan sebagai Watak Halus dan Baik.


- Merupakan adik kepada Seri Rama.
- Seorang yang gagah berani,bertanggungjawab,setia kepada kekandanya
Seri Rama.
- Seorang yang tidak mudah terpedaya.

Perwatakan

- Berpakaian merah seakan menyerupai Seri Rama.


- Membawa pedang serta berdiri di atas badan naga.
- Kelihatan bijak.
- Seorang yang baik.
Maharaja Wana

Watak

- Seorang yang kasar.


- Merupakan musuh ketat Seri Rama.
- Seorang yang bengis.
- Dalam Hikayat Maharaja Wana dia merupakan pemerintah Langkapuri.

Perwatakan

- Mempunyai lengan yang besar,jari pendek,kuku panjang dan


tajam,berleher pendek serta bibir besar berseringkai.
- Turut digambarkan sebagai raksasa yang mempunyai 12 kepala dan kepala-
kepala tersebut terletak di atas mahkotanya.
- Mata yang besar dan merah menyala dari segi simboliknya membawa
maksud kecenderungan melakukan kejahatan dan keganasan.

Maharisi

Watak

- Tergolong dalam Watak Halus.


- Iaitu seorang yang tua dan berpengalaman.
- Bapa angkat kepada Siti Dewi.
- Seorang yang bijaksana.
- Tinggal di Wat Tujuh Kedi Bermas.

Perwatakan

- Watak Maharisi ini sering diperkenalkan di awal persembahan dan


diperkenalkan kepada penonton beserta iringan muzik.
- Lagu Maharisi itu sendiri berentak perlahan melambangkan Maharisi ini
seorang yang tua.
- Dari segi rupanya Maharisi berwajah dan berbadan merah.
- Maharisi juga membawa tongkat dan melambangkan seorang tokoh yang
bijaksana.

Hanuman Kera Putih

Watak

- Dikategorikan dalam Watak Halus dan Baik.

- Anak kepada Seri Rama dan Siti Dewi.

- Hanuman Kera Putih juga seorang yang sangat setia, bijaksana


dan amat berani .

- Hanuman Kera Putih amat setia kepada Seri Rama dan sanggup
membuat apa sahaja (dapat dilihat dalam cubaan
menyelamatkan Siti Dewi).
- Berupa seekor kera dan berwarna putih.

- Kera Balih merupakan nama asal kepada Hanuman Kera Putih.

Perwatakan

- Kelihatan seperti seorang yang sangat gagah.

- Berwajah dan berbadan putih.

Puteri Ikan

Watak

- Isteri kepada Hanuman Kera Putih.

- Pernah berkhidmat dengan Maharaja Wana.

Pak Dogol
Watak

- Dikategorikan sebagai Watak Pelawak.

- Merupakan pengasuh raja yang amat setia dan bijaksana.

- Merupakan penasihat utama Seri Rama.

- Pak Dogol merupakan jelmaan Dewa Sang Yang tunggal yang


merupakan Dewa ditingkat teratas.

- Turun ke bumi dengan menukarkan dirinya menjadi seorang


yang hodoh dengan itu namanya turut ditukar kepada Pak dogol.

- Lebih menonjol dalam Cerita Ranting yang bertajuk Kerak Nasi.

- Pak Dogol turut mempunyai teman-teman yang dihasilkan


daripada dakinya, iaitu Wak Long,Wak Yah, Samad,Said.

Perwatakan

- Dari segi fizikalnya,watak ini digambarkan mempunyai rupa


fizikal yang lucu,contohnya :berbadan hitam,perut buncit,
mulutnya muncung,hidung besar dan pusat terkeluar,dan
punggung tonggek seperti itik.
- Menurut Ghulam Sarwar Yousuf,Pak Dogol telah diberikan
pelbagai maksud sebagai karakter islam yang mistik.

Watak-watak Pengasuh

- Watak-watak diatas merupakan pengasuh kepada Seri Rama.


Kesemua watak pengasuh juga berkarektor lucu,membuat komedi
dan kehadiran watak-watak tersebut selalu dinantikan oleh para
penonton.

- Terhasil dari daki Pak Dogol.

SAMAD SAID

WAK YAH WAK LONG

Watak Dewa dan Raja

-Ciri-ciri utama dalam watak ini adalah merupakan Dewa atau


Raja yang memerintah kawasan kayangan dan kawasan yang
tertentu dan mempunyai kuasa sakti yang luar biasa.

-Watak-watak yang sesuai digolongkan adalah seperti Dewa Sang


Yang Kenung,Dewa Sinar Matahari, Raja Berma,Raja Dewa
Mayang Betara,Dewa Empat dan lain-lain lagi.
Dewa Raja Tilan

Raja Sagariwa
Watak Dewa

Di dalam persembahan wayang kulit Kelantan, Dewa Panah


Perang selalunya diperkenalkan oleh Tok Dalang di bahagian
permulaan persembahan setelah memperkenalkan watak
Maharisi.

Dewa Panah perang juga diperkenalkan kepada penonton dengan


iringan lagu tersendiri iaitu lagu Dewa Panah Turun dan Dewa
Panah Perang di mana kedua-dua dewa ini berperang dan
kemudian berdamai di akhir lagu tersebut.

Dewa panah perang lelaki Dewa Panah perang Perempuan

Watak Hulubalang/Boto dan Putera yang Kasar

-Kategori ini melibatkan perwatakan putera yang kasar,kapten


bota dan pegawa-pegawai.Rupa fizikal watak ini adalah separuh
manusia dan separuh haiwan,gabungan rupa dua haiwan yang
berlainan,hampir menyerupai gergasi,berperwatakan kasar dan
berani, merupakan putera raja dan mempunyai jawatan sebagai
pegawai dan kapten dalam satu-satu pemerintahan.Watak-watak
yang sesuai digolongkan dalam kategori ini adalah seperti Raja
Bali,Raja Sagariwa,Gangga Mansur Seri Bernama(putera
naga)Palela Anggada,, Anila, Hanuman Bongsu ,Setega Wana ,
Sepedang Wana , Lela-Bet , Lela-Bat dan lain-lain lagi.

Anila Lalobak

Raja Bali Lalobek

Hanuman Kera Gangga

Watak

- Tergolong dalam watak pahlawan/panglima yang kasar.

- Anak kepada Hanuman Kera Putih.

- Wataknya bergantung kepada setiap cerita.


Perwatakan

- Berbadan merah,mata terjengkil dan lidahnya terkeluar.

- Rupa parasnya yang kasar dan menakutkan menunjukkan


Hanuman Kera Gangga seorang yang garang dan kasar.

WATAK DEWEK

Watak

- Watak ini boleh berubah mengikut cerita dan wataknya tidak


tetap.

- Fungsi wataknya bergantung kepada Dalang. Sebagai contoh


watak ini ada digunakan sebagai anak Pak Dogol(walaupun Pak
Dogol sebenarnya tidak mempunyai anak).
Watak Jin,Gergasi dan Raksasa

Ciri-ciri watak dalam kategori ini adalah dilihat pada visual


gergasi, jin dan raksasa yang menakutkan.Watak yang tergolong
dalam kategori ini adalah Raksasa Kala Jengkin,Raksasa Badak
Api dan lain-lain.

Katuraksasa

Watak Binatang

Ciri utama watak ini adalah ianya menyerupai haiwan biasa


seperti ikan, gajah, monyet, burung dan lain-lain. Perwatakan
sedemikian wujud kerana cerita Hikayat Maharaja Wana
melibatkan kawasan seperti atas darat, laut dan langit.

Gajah Kijang

Burung jentayu Kuda

Lain-lain watak yang selalu digunakan dalam wayang kulit


Kelantan adalah seperti berikut;
Mah Babu Shanan

Watak

- tergolong dalam kategori watak ahli nujum.

Babu Shanan ialah adik kepada Maharajawana dan anak kepada


Dati Kuaca dan Bentara Baha. Lebih menonjol di dalam cerita
Tambak ke Langkapuri. Dalam cerita ini, Mah Babu Shanan telah
di halau oleh Maharjawana kerana telah menafsir mimpi
Maharajawana. Mah Babu Shanan telah diselamatkan oleh
Hanuman Kera Putih dan telah berpihak kepada Seri Rama. Beliau
telah dilantik menjadi pemerintah Langkapuri setelah berjaya
membantu mengalahkan Maharajawana dalam perang besar di
Langkapuri.

Anggada

- Hulu Balang kepada Seri Rama.

- berwajah merah, berekor, bertubuh hijau serta memakai


kecupung.

- Watak ini tergolong dalam watak pahlawan, sama seperti


Hanuman Kera Putih.
Anila

- Hulubalang kepada Seri Rama.

- berwajah merah, berbadan ungu dan berekor.

- Tergolong dalam watak pahlawan.

Raja Sabonarong

- Hulubalang kepada Seri Rama.

- watak ini tergolong dalam watak pahlawan.

Raja Tilan

- Hulubalang Seri Rama.

- berbadan biru, berekor, membawa pedang


- Juga tergolong dalam watak pahlawan

Hanuman Layang Putih

- Anak kepada Hanuman Kera Putih dan Puteri ikan.

- Seorang pahlawan yang gagah dan berani.

Hanuman Bongsu

- Anak kepada Hanuman Kera Putih dan Puteri Ikan.

- berbadan hijau, membawa pedang, berekor.

- Watak ini tergolong dalam watak Pahlawan.

Hanuman Ikan

- Anak kepada Hanuman Kera Putih dan Puteri Ikan.

- berbadan merah, berekor dan membawa pedang.


- Tergolong dalam watak Pahlawan.

Anrojit

- Anak Raja iaitu anak kepada Maharaja Wana.

- Berubah mengikut cerita.(turut mempunyai Hulubalangnya yang


tersendiri)

- berbaju hijau, berwajah kuning dan membawa pedang.

- Tergolong dalam watak pahlawan.

Sepit Betara Naga

- Tinggal di pusat Tasik Pauh Janji.(di dalam laut)

- Wataknya seperti dewa- tidak ada peranan dalam cerita.

- Ayah kepada Puteri Ikan.


Perang Hutan

- Boleh bertindak sebagai bomoh. Kerana berkemampuan untuk


merawat pesakit.

- Berkebolehan untuk mencari makanan di hutan. Seperti


menangkap kijang, lembu dan sebagainya.

Mak Inang

- Seorang pengasuh kepada Siti Dewi.

- Menjaga makan minum raja dan permaisuri.

Sirat Maharaja

- Ayah Seri Rama

- Tidak banyak memainkan peranan dalam sesebuah cerita.

- Hanya watak Seri Rama yang banyak bergerak dalam perjalanan


sesebuah cerita itu.
ALAT-ALAT MUZIK YANG DIGUNAKAN DALAM WAYANG
KULIT

1) CANANG

Canang merupakan sejenis alat


muzik dalam keluarga gong yang
berukuran kecil. Berperanan sebagai
alat 'penanda masa' (time marker)
dalam ensembel paluan tradisional.
Canang diperbuat daripada perenggu
atau loyang. Saiz canang kecil.
Bahagian tepi canang melengkung ke
dalam. Pada bahagian muka canang ada tombol kecil. Canang
disusun di atas para khas dan dipalu. Pemalu canang diperbuat
daripada kayu. Bahagian yang dipalu ialah bahagian tombol
canang. Biasanya canang dimainkan secara berpasangan. Canang
dimainkan untuk mengiringi persembahan wayang kulit dan
wayang Melayu.

2) GEDOMBAK IBU DAN ANAK


Gedombak biasanya dimainkan
secara duduk, dengan gedombak
diletakkan di bawah ketiak. Ia
dimainkan dengan memalu
secara langsung menggunakan
tangan. Gedombak merupakan
sejenis alat muzik dalam
keluarga gendang, yang
mempunyai bingkai kayu dan
bertutup dengan belulang pada
bukaan besar.Adalah sejenis
gendang berbentuk jambangan bunga. Bahagian mukanya besar
dan dibalut dengan kulit kambing. Bahagian kecilnya dibiarkan
berlubang. Alat muzik ini biasanya digunakan dalam kumpulan
wayang kulit dan tarian tradisi.

3) GEDUK IBU DAN ANAK

Geduk adalah sejenis gendang yang mempunyai dua muka. Muka


geduk diperbuat daripada belulang lembu atau kerbau. Pada
mulanya belulang diletakan pada badan geduk menggunakan
perekat. Kemudian belulang itu dipancang dengan baji kayu atau
besi. Badan geduk disebut temalang yang diperbuat daripada
kayu keras seperti kayu nangka
dan bentuknya agak cembung
sedikit. Bahagian dalam temalang
disebut lompang. Dua bilah buluh
dipasang pada satu sisi temalang.
Bilah-bilah tersebut lebih panjang
daripada temalang dan berfungsi
sebagai kaki. Dengan adanya kaki
tersebut, geduk berdiri dengan
mukanya sedikit serong bagi memudahkan pemain memalu muka
geduk.Geduk dimainkan secara berpasangan iaitu pasangan
geduk ibu dengan anak bagi mengiringi persembahan wayang
kulit dan menora.
4) SERUNAI

Serunai adalah sejenis alat muzik


tradisi yang perlu ditiup apabila
hendak membunyikannya. Alat
tiupan ini mempunyai pipit berlapis-
lapis. Pelidaknya sebanyak empat
lapis diperbuat daripada daun lontar
kering. Pemegang pipit ialah tiub-
logam yang dipasang pada
kemuncak badan serunai. Badan
serunai diperbuat daripada kayu
keras dalam bentuk kun dengan
bahagian bawahnya berbentuk
loceng. Badannya boleh diceraikan
kepada tiga bahagian. Badan
serunai mempunyai tujuh lubang
memetik di belakang. Serunai
digunakan untuk mengiringi wayang kulit, menora, gendang silat
dan gendang keling.

5) KESI
sejenis alat idiofon yang dibentuk daripada kepingan tembaga.
Bahagian tengah permukaannya kelihatan melengkung ke dalam.
Berperanan sebagai alat pelengkap irama dalam ensemble paluan
tradisional. Ianya disertakan dalam dua pasangan iaitu salah satu
daripadanya dipaku pada tapak kayu secara kekal dan yang satu
lagi dipasang dengan tali. Untuk menghasilkan bunyi, alat-alat
tersebut dilagakan dengan menggunakan kaedah hentakan.
Digunakan dalam ensemble paluan tradisional yang pada
mulanya berkembang di negeri Kelantan seperti Wayang Kulit,
Mak Yong dan Menora serta
ensemble paluan untuk tarian

tradisional seperti Asyik dan Wau


Bulan.

6) MONG
Mong

diperbuat daripada perunggu. Dimainkan dalam satu set yang


diatur atas regangan tali-tali pada para khas. Pemalu berbalut
digunakan untuk memalu tombol mong. Mong dimainkan oleh
seorang pemain sahaja. Kebiasaannya mong dimainkan untuk
mengiringi persembahan menora, wayang gedek, wayang Jawa
dan gamelan. Masyarakat Melayu di Semenanjung terutamanya di
Kelantan, Pahang, Johor dan Terengganu sering memainkannya
dalam persembahan tertentu.

7) GENDANG IBU DAN ANAK


Gendang diperbuat daripada kayu
yang baik dan tahan lasak untuk
mengeluarkan bunyi yang baik. Ia
menggunakan kulit harimau di
sebelah kanan dan kulit kambing
di sebelah kiri. Permukaan kulit kiri
dimainkan dengan tangan
manakala sebelah kanan pula
dimainkan dengan paluan kayu
Kemuning. Kedua-dua jenis gendang ini mempunyai tali yang
memudahkannya untuk digalas ke tempat-tempat permainan. Di
sekeliling gendang tersebut dililit dengan rotan kertas sepanjang
1 kaki. Alat ini dibalut dengan kain berwarna kuning.

8) GONG /TETAWAK

Gong atau Tetawak Ibu mendukung


peranan sebagai alat 'kolotomik'
yang utama dalam budaya muzik
masyarakat Melayu tradisi di
Malaysia. Ianya sering digunakan
secara berpasangan dengan
Tetawak Anak khususnya dalam
ensemble bagi mengiringi teater
tradisional seperti Mak Yong,
Wayang Kulit Kelantan, Menora dan Main Puteri. Dibuat dari
perunggu berbentuk bulat. Dindingnya tebal, berbusut di tengah-
tengah bahagian permukaannya. Bagi tetawak ibu bunyinya
rendah dan bergema manakala tetawak anak, nada bunyinya
nyaring. Bentuk fizikal tetawak ibu lebih besar daripada tetawak
anak. Alat muzik ini dapat menghasilkan bunyi seperti 'chak,
dong, peng'.

FUNGSI WAYANG KULIT DALAM


MASYARAKAT

Selain sekolah dan keluarga, seni wayang dapat dijadikan media


untuk mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam, kerana dalam
pertunjukannya wayang selalu membawa pesan moral kepada
masyarakat yang melihatnya. Nilai-nilai luhur dari pesan-pesan
moral yang disampaikan oleh Ki Dalang dalam pementasan
wayang kulit oleh kerana sering melihat dan mendengar kisah-
kisah hidup dan kehidupan yang digambarkan dalam lakon
pewayangan tersebut, maka lambat laun masyarakat akan
mampu menilai dan memilih antara mana perbuatan yang jahat
dan perbuatan baik, terpuji, dan mengikuti tuntunan. Kemudian
mereka akan mengimplementasikannya dalam kehidupan
seharian di lingkungan masyarakat luas.

Seni pertunjukan banyak mengandungi cabang seni, maka tidak


hairanlah jika seni pertunjukan dapat memberikan kenikmatan
dengan cara memberikan contoh dan teladan kepada para
penonton mengikut setiap pesan yang disampaikan di dalamnya,
jalan cerita yang ditampilkan dalam setiap watak wayang kulit
tersebut harus mampu membawa perubahan positif dalam
masyarakat, maka bukan hanya sebagai hiburan belaka, kerana
seni pertunjukan wayang kulit merupakan potensi sumberdaya
budaya yang memiliki nilai-nilai pemanfaatan yang sangat
penting bagi kehidupan bangsa.

LAGU LAGU WAYANG KULIT


Goro-goro . . .
Goro garaning manungsa sak pirang-pirang,
Yen diitung saka tanah jawa nganti bumi sebrang,
Uripe manungsa kena kaibaratake kaya wayang,
Mrana-mrene pikire mung tansah nggrangsang,
Nanging keri-kerine mung oleh wirang.
Goro-goro . . .
Wolak-walike jaman menungsa kakean dosa,
Merga ora ngerti tata krama,senengane tumindak culika lan nerak uger-
ugere agama,
Wani nekak janggane sapada manungsa Eling-eleng deweke duwe
panguwasa Najan to olehe nekak ora pati loro,
Nanging saya suwe ya saya kroso Ora sanak ora kadang waton atine bisa
lega
Goro-goro . . .

Goro-goro jaman kala bendu


Wulangane agama ora digugu,
Sing bener dianggep kliru sing slah malah ditiru,
Bocah sekolah ora gelem sinau,
Yen dituturi malah nesu bareng ora lulus ngantemi guru,
Pancen prawan saiki ayu-ayu,
Ana sing duwur tor kuru,ana sing cendek tor lemu,
Sayang sethitek senengane mung pamer pupu.
Goro-goro . . .
Goro-goro jaman,jaman kemajuan
Uripe manungsa wis sarwa kecukupan,
Ora kurang sandang,pangan,papan,lan pendidikan,
Ananging malah akeh wong sing menggok ndedalan,
Kayu,watu kanggo sesembahan,domino,lintrik kanggo panggautan,
Senengae mung muja bangsane jin klawan syetan,
Dasar menungsa sing tipis iman .

Terjemahan Lagu :

Kejadian-kejadian . . .
Kejadian dari ulah manusia banyak sekali
Jika dihitung dari tanh Jawa sampai ke luar negeri
Hidup manusia seperti budaya seni wayang
Kesana kemari yang dipikir hanya memperkaya diri (rakus)
Namun akhirnya pasti akan mendapat kerugian (kenistaan)
Kejadian-kejadian . . .
Bolak-balik jaman manusia banyak dosa
Karena tidak tahu kebajikan (tata krama)
Hanya senang menjalani yang nista
Dan (ia) melanggar aturan-aturan agama
Berani mencekik (leher) sesama manusia
Mentang punya kedudukan
Walaupun tidak terasa sakit
Lama-lama semakin terasa
Kejadian-kejadian . . .
Kejadian-kejadian waktu tersiksa
Ajaran agama tidak di hiraukan
Yang benar dianggap salah, yang salah justru jadi tuntunan
Anak sekolah tidak mau belajar
Jika diajari tidak menghiraukan, jika tidak lulus, guru yang jadi sasaran
Gadis sekarang memang cantik-cantik
Ada yang tinggi langsing, ada yang kecil imut
Namun sayang hanya pamer tubuh (paha)
Kejadian-kejadian . . .
Kejadian-kejadian zaman, zaman kemajuan
Kehidupan manusia serba lengkap
Tidak kurang sandang, pangan dan papan juga pendidikan
Tapi banyak yang keluar (belok) dari jalan (ajaran) utama
Kayu dan batu jadi kepercayaan, permainan kartu (domino dan lintrik)
sudah menjadi kebiasaan
Senang memuja jalan yang sesat (Jin dan Syaitan)
Dasar! Manusia yang tipis iman
KESIMPULAN

Wayang kulit selama ini dikenali dengan generasi lama atau orang
tua, kuno, serta Jawa kerana bahasa pengantarnya bahasa Jawa
yang tidak popular lagi di kalangan generasi muda. Untuk
menarik minat generasi muda, wayang kulit sebagai kesenian
tradisional sebaiknya dipertunjukkan dengan sentuhan kreatif.
Dengan berbagai bentuk kreativiti dalam penyajian, wayang kulit
diharapkan tetap bertahan di tengah zaman arus globalisasi.
kesenian tradisi harus selalu mengikuti perubahan dan tuntutan
zaman agar dapat terus hidup dan bertahan.Jika tidak dapat
berubah, maka sebuah kesenian akan mati.

Unsur pemodenan perlu dimasukkan sebagai sebahagian dari


pertunjukan meskipun tidak mengubah bahannya. Modifikasi
wayang kulit agar dapat selalu mengikuti perkembangan zaman
meliputi:Muzik, kosa kata, bahasa, mahupun gaya kelucuan yang
terbaru.

Anda mungkin juga menyukai