Dasar Teori Ilmu Ukur Tanah A
Dasar Teori Ilmu Ukur Tanah A
DASAR TEORI
1
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
1) Orde 1 atau presisi, contoh : Wild T3 dan T4 ketelitian 0,2 atau 0,1 (0,1
detik), Jern DKM ketelitian 0,5, Carl Zeiss Theo 002 ketelitian 0,2.
2) Orde II atau ketelitian tinggi, contoh Sokhisha TMI A ketelitian 1,
Kern DKM 2A ketelitian 1, Carl Zeiss Theo 100 010 A ketelitian 1, Wild
T2 ketelitian 1.
b. Bagian-bagian Theodolit.
2
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
Untuk membuat sumbu satu vertikal, Theodolit dilengkapi oleh nivo kotak dan
nivo (alhidade) horizontal. Nivo kotak yang terdapat di bagian tengah atau
samping Theodolit berguna untuk membantu mempercepat sumbu vertikal (lihat
gambar)
1 3
2
B
A
3
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
2
1
A B
4
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
Keterangan :
P
- A adalah kedudukan teropong pada posisi biasa.
- B adalah pada kedudukan posisi luar biasa.
- Sumbu A B adalah garis bidik tegak lurus
A1 A2 sumbu II.
90 90-
A B - Sumbu A1 B1 adalah pembacaan sudut
horizontal pada posisi biasa.
B2 B2
- B adalah kesalahan garis bidik pada sumbu II.
- A1 adalah pembacaan sudut horizontal biasa.
- A2 adalah pembacaan sudut luar biasa.
Cara pemberian koreksi adalah sebagai berikut :
1. Setelah alat dipasang pada statif dan sumbu I sudah vertikal, teropong
diarahkan ke titik P (dibuat dari kertas dan diletakkan pada dinding yang
kuat dengan jarak yang cukup jauh). Kita baca mikroskop horizontal pada
keadaan A1. Untuk mengarahkan garis kolimasi pada titik P ialah setelah
mendekatinya maka kita gunakan klem pengunci dan dengan penggerak
halus vertikal dan horizontal kita tepatkan benang silangnya pada titik P.
2. Teropong di putar 1800 dan dibalik 1800 sehingga kedudukan menjadi luar
biasa, kemudian dengan mikroskop yang sama dibaca sudutnya dan
dibaca A2.
3. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas dan terdapat maka
mulaialh dengan koreksi. Pembacaan pada microskop dengan cara
menyetel nonius dan menyetel alhidade ditambah dan dikurangi dengan .
4. Dengan adanya penyetelan pada point 3 maka garis kolminasi tidak
mengarah lagi pada titik P. Maka dengan mempergunakan sekrup koreksi
diagfrahma. Maka dengan mempergunakan sekrup koreksi diagfrahma,
digeser ke kanan atau ke kiri sehingga koliminasi mengarah lagi ke titik P.
5. Alat di putar lagi menjadi kedudukan luar biasa dan terbaca A2. Dengan
pembacaan ini dapat terus dicari . Kalau ternyata = 0 maka garis
5
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
koliminasi sudah tegak lurus dengan sumbu III. Tetapi apabila belum dan
masih didapatkan nilai, maka pekerjaan tersebut di atas harus di ulang lagi
hingga = 0 atau sangat mendekati nol.
Contoh :
No Pembacaan Nonius Luar Biasa Diarahkan
Biasa
0
1 220 2434 4001800 3020 4002120
2 22002120 4002120 3020 4002120
0
900
00
90 00
900 900 00 00
00 1800
270 270 900 900
6
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
P= H=
2 2
G = 90 + h p 00
900
tg 900 00
D = 270 h p 0
00 0
G + D = 360 2p 900 900
00 60
2p = 360 G D 20Z 1800
p = 180 (G + D) 90 0 90 0
G = 270 h p 00
D = 90 h p
G + D = 90 2p
2p = 90 G D
p = 45 (G + D)
Cara kerjanya :
1. Setelah theodolit di pasang dan sumbu I vertikal, alhidade seimbang
teropong kita arahkan ke titik, kita catat bacaan skala piringan vertikal pada
keadaan biasa (G).
2. Theodolit kita ubah pada keadaan luar biasa dan diarahkan ke titik p. baca
skala piringan vertikalnya.
3. Menghitung besar nilai P, rumus yang disesuaikan dengan pembacaan skala
piringan vertikal.
4. Setelah di peroleh nilai p, langkah pengoreksian kembali.
a. Pengertian.
Alat ukur waterpass adalah suatu peralatan ukur tanah yang khusus mengukur
beda tinggi antara dua titik yang berlainan. Pengukuran, beda tinggi tersebut didapat
dari selisih dua titik yang berdekatan yang ditentukan dengan garis-garis visir
horizontal yang dirunjukkan ke rambu (bak vertikal).
7
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
b. Bagian-bagian Waterpass.
4
5
1
6
7
2
3 8
8
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
9. Sekrup pengatur A, B, C
Untuk mengatur kedudukan gelembung nivo agar berada tepat di tengah.
C. Pemetaan.
a. Pengukuran Poligon.
Dalam ini ukur dua unsur yang penting yaitu : unsur sudut dan unsur jarak.
Dengan kedua unsur ini telah bisa dilukiskan poligon tersebut diatas peta, jika tidak
terikat pada sistem koordinat yang ada dan tidak menghiraukan arah poligon
tersebut. Agar suatu poligon terarah perlu diketahui suatu sisi diketahui arahnya.
Sudut arah = sudut yang dihitung terhadap utara magnetis searah jarum jam (0 0 -
3600)
ba - ab = 1800
dimana
ab = sudut arah AB
ba = sudut arah BA
Dua sudut arah berlawanan arah selisih 1800
Untuk daerah yang tidak begitu luas arah ini berhimpi dengan sumbu y pada
peta. Agar titik-titik koordinat dapat diketahui dalam satu sistem yang telah ada
maka poligon tersebut pula diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya
(tidak tetap). Jadi koordinat disini dihitung dari unsur jarak dan sudut arah sebagai
berikut :
A (Xa, ya) = diketahui ap dan dap diukur.
Xp = Xa + dap sin ap
Xp = Xa + dap cos ap
b. Macam-macam Poligon.
Poligon terbuka ada tiga, yaitu ;
a. Poligon terbuka sempurna
Poligon ini merupakan poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali.
1 D
2
B
A dab
9
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
Dbc
C
b. Poligon terikat sepihak = satu poligon yang terikat dan terarah pada suatu titik
atau merupakan poligon terbuka
U
bq
S3
P S1
S2
E B
ap SO C d3
d1 d2
A D
A = titk awal poligon
B = titik ikat awal poligon
ap = Azimuth awal poligon
So s/d S3 = sudut terukur
d1 s/d d4 = panjang sisi poligon
c. Poligon terikat sempurna yaitu : suatu poligon yang terikat dan terarah pada
titik awal dan titik akhir poligon atau poligon dengan titik awal dan titik akhir
berupa titik tetap.
U
bq
S3
P S1
S2
E B
a-p SO
C d3
d1 d2
A D
10
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
X2 = d2 sin cd
X3 = d3 sin dc
Jika d sin = absis titik akhir absis titik awal.
Proyeksi pada sumbu Y :Y1 = d1 cos ac
Y2 = d2 cos cd
Y3 = d3 cos dc
Jumlah d cos = ordinat titik akhir ordinat titik awal.
Jadi syarat hitungan poligon sebagai berikut :
1. Sudut terukur = (akhir - awal) + n . 1800
2. d sin = Xakhir X awal
3. d cos = Yakhir - Yawal
Tetapi pada umumnya hasil pengukuran di lapangan tidak begitu saja
memenuhi persyaratan tersebut, maka syarat perhitungan poligon menjadi :
1. Sudut terukur = (akhir - awal) + n . 1800 f
2. d sin = Xakhir X awal fx
3. d cos = Yakhir - Yawal fy
dimana : f = jumlah kesalahan pada sudut terukur
fx dan fy = kesalahan pada sisi poligon
Poligon Tertutup
Poligon tertutup yaitu dimana titik akhir poligon kembali ke titik awal poligon.
P
A
d5 So
d1
S4
E S1
B
d4 d2
D d3 C
S3 S2
Dimana : d = jarak
= azimut
s = sudut yang terukur
A = titik awal dam titik akhir poligon
P = titik ikat awal
Q = titik ikat akhir
11
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
ap = Azimuth awal
aq = Azimuth akhir
persyaratan yang harus dipenuhi pada poligon ini adalah :
1. S + f(s) = (n 2) x 180
2. D sin + f(s) = Xakhir Xawal = 0
3. D cos + f(s) = Yakhir Yawal = 0
Dalam hal ini :
D = jarak
= azimuth
f(s) = kesalahan penutup sudut
f(x) = kesalahan absis
f(y) = kesalahan ordinat
Jika azimuth-azimuth yang dihitung, selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung koordinat. Besaran yang diperlukan disamping azimuth, harus diukur
jarak antara dua itik dan harus pula diketahui awalnya.
Yt
Pada gambar diatas diketahui koordinat titik A (Xa;
Ya), azimuth dari A ke B = ab dan jarak dari A ke B
Yb B
= dab
Koordinat titik B dapat dihitung dengan rumus :
Ya
A
Xb = Xa + dab sin ab
Xt Yb = Ya + dab cos ab
Xa Yb
D. Pengukuran Waterpass
Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara,
penempatan alat ukur tergantung pada keadaan di lapangan.
Dengan penempatan alat ukur peyipat datar diatas salah satu titik, misalnya diatas
titik B seperti pada gambar dan mengukur tinggi garis bidik j, yaitu jarak titik B
sampai ke teropong pembacaan. Mistar yang didirikan pada titik A misalnya R, maka
perbedaan tinggi A dan B adalah h = R j.
12
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
R J
A h=R-J B
Meletakkan alat penyipat datar diantara dua titik dan sebaliknya, sampai sedemikian
rupa, sehingga jarak dari alat penyipat datar kedua mistar masing-masing sama, tanpa
memperhatikan apakah alat itu diletakkan pada garis lurus antara dua titik itu.
Kemudian pada titik A dibaca nilai R (pembacaan belakang) kemudian pesawat
diarahkan ke titik B, kemudian dibaca nilai V (muka), maka selisihnya h R V.
V
R
h=R-V B
A
Penempatan alat tidak di titik A maupun B dan diantaranya seperti pada gambar. Kita
harus menempatkanm alat penyipat datar disebelah kanan titik B. pembacaan mistar
dilakukan pada titik A (R) dan titik B (V) maka selisih beda tinggi h = R V.
V
R
h=R-V
A B
Dari ketiga cara diatas, yang paling teliti adalah cara kedua yaitu penempatan alat
diantara dua titik karena yang ada pada pengaturan dapat saling diperkecil.
13
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
a b 12
a b 1 2
a b 1 2
3. Waterpass Pulang-pergi.
m1 b3 m3
b1 m2
b2
M2 B
M1
A
Pergi Pulang
Untuk menentukan ketinggian titik poligon dengan cara membagi poligon
menjadi beberapa slag secara memanjang.
14
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
Dalam perencanaan jalan raya dan saluran sangat diperlukan proyeksi dalam
pemindahan data lapangan, dalam bidang datar yaitu peta. Proyeksi tersebut ada dua
macam, yaitu :
a. Lengkungan Horizontal.
Dibeberapa tempat desain sebuah lengkungan dinyatakan oleh panjang jari-jari.
Umumnya jari-jari tersebut mempunyai panjang kelipatan 50 meter. Namun
lengkungan juga dapat didesain melalui derajat kelengkungan yang dinyatakan,
sehingga jumlah derajat yang berada di pusat lingkungan sesuai panjang busur yang
bersangkutan. Umumnya panjang busur tersebut adalah 100 meter.
T1
T
A B
2 2
b. Lengkungan Vertikal.
15
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
-P % +q %
+P % -q %
+0%
T2
T2 ax2
X1 Y = ax2 + bx
bx
T1 Y1
+P%
Y = ax2 + bx = c
Dalam hal ini :
C : Ordinat awal parabola (jarak vertikal titik singgung awal) = Yti
bx : Perubahan ordinat sepanjang garis gradien 1 (gl)
ax2 : Pergeseran vertikal dari garis gradien kelengkungan parabola.
Untuk lengkungan vertikal bolak-balik perhitungan elevasi titik sama dengan
lengkungan tunggal.
Perhitungan untuk kurva vertikal
1. Harga elevasi tiap titik garis lengkung vertikal dicari dahulu harga kemiringan %.
HAB
G% = 100%
DAB
Dalam hal ini : G = harga kemiringan antara dua titik.
HAB = Beda tinggi antara dua titik.
DAB = Jarak antara dua titik.
G2 G1
G% = (xt)2
16
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
2L
Dalam hal ini : EV =Harga perubahan titik dari elevasi proyek ke elevasi
lengkung vertikal.
G2, G1 = Gradien 1, 2.
L = Panjang lengkungan vertikal.
Xt2 = jarak dari masing-masing titik dari pertengahan
kelengkungan.
17
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
Diagram Superevlevasi.
Selain jari-jari minimum dan koefisien gesekan, gaya sentrifugal pada
tikungan juga diatasi oleh keadaan jalan yang dibuat miring kearah dalam. Pada
jalan yang lurus tersebut kemiringan melintang diambil e = - 2%. Hal ini
digunakan untuk kepentingan drainase yang efektif.
D
4 4
1 2 3 3 2 1
2% Emaks
Gambar Penampang
Garis Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai ketinggian yang sama.
Cara penarikan garis kontur :
Garis kontur digambarkan dengan interpolasi jarak antara titik yang telah
ditentukan sesuai dengan interval yang telah ditentukan pula dalam mencari
interval kontur digunakan perbandingan skala.
Periode penentuan garis kontur ada 3 macam, yaitu :
a. Secara Langsung.
Ketinggian yang dicari langsung ditentukan di lapangan
dengan bantuan sifat datar dimana jarak dapat ditentukan secara
langsung atau optis.
18
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
500.200
Interval = 0,1
500.500
500.000
500.100
500.100 500.300
1 6 e
a 2 b 3 c 4 d 5 7
19
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
Volume penampang dari gambar diatas dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
Dimana hal ini :
La+Lbxd La = Luas penampang a.
V= Lb = Luaspenampang b.
2
D = Jarak titik a ke b.
H. Pengukuran Situasi.
Pengukuran situasi atau ditail adalah pengukuran yang dilakukan dilapangan
untuk titik detail dilapangan. Dari pengukuran detail ini dilakukan untuk mendapatkan
gambaran atau posisi horizontal dan vertikal dari permukaan bumu. Dan dari
pengukuran detail ini dapat diketahui beda tinggi titik yang diukur dari kedudukan alat
berdiri.
ba
bt
bb P
Z
h
B
t1 HAB
dd
A
20
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
Pengukuran volume secara langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena
sulit untuk menerapkan dengan lamanya sebuah satuan terhadap material yang terlibat.
Sehingga untuk memperolehnya terlebih dahulu dilakukan pengukuran luas dan garis yang
1. Metode Simpson
Luas penampang diperoleh dengan mengalikan 1/3 jarak antara ordinat dengan
penjumlahan ordinat awal dan akhir, ditambah 4 kali penjumlahan ordinat yang genap dan
Menurut simpson membagi bentuk dalam bagian yang sama dengan mempunyai
jumlah potongan melintang yang ganjil. Minimal jumlahnya tiga, sehingga didapatkan
Keterangan:
V : Volume
d : Interval
A : Luas
2. Metode prisma
21
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
Metode prisma adalah suatu benda padat yang dibatasi dua bidang sejajar pada
bagian atas dan bawahnya serta dibatasi beberapa bidang datar disekelilingnya. Apabila
digunakan metode simpson, maka perlu membagi bentuk tersebut dalam bagian yang sama
yang juga mempunyai jumlah potongan melintang yang ganjil. Jadi jumlah minimal
adalah 3 buah potongan melintang.
Jika dihitung tiga penampang , maka rumus yang digunakan adalah :
catatan :
Jika dihitung dengan dua penampang, maka rumus yang digunakan adalah :
22
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3
23