Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

DASAR TEORI

A. Alat Ukur Theodolit.

a. Pengertian dan macam-macam alat ukur Theodolit.


Theodolit adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut, baik horizontal
maupun vertikal.
Theodolit mempunyai dua sumbu yaitu :
Sumbu I (sumbu vertikal), mempunyai fungsi untuk memutar teropong
Theodolit secara mendatar dengan dilengkapi dengan piringan horizontal untuk
pengukuran sudut mendatar/horizontal.
Sumbu II (sumbu horizontal), berfungsi untuk memutar teropong theodolit yang
dilengkapi dengan piringan vertikal untuk pengukuran vertikal.
Dengan demikian Theodolit ini dapat digerakkan kesegala arah. Karena itu
Theodolit tepat sekali digunakan untuk pengukuran situasi pada tanah yang terjal
dan bergelombang.
Prinsip kerja ini wajib diketahui untuk mengurangi kesalahan pada data yang
dihasilkan. Untuk itu sebelum pengukuran dengan menggunakan alat Theodolit
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Sumbu I harus vertikal.
Sumbu II harus mendatar.
Garis bidik harus tegak lurus pada sumbu II.
Kesalahan indeks pada skala lingkaran vertikal harus sama dengan nol.
Macam-macam Theodolit :
Berdasarkan Konstruksinya.
1) Theodolit Repetisi, contoh : Sokhisha TM 21C, TM 20H, Wild T 2, dan
lain-lain.
2) Theodolit Reiterasi, contoh : Theo 080 carl Zeiss, wild T05.
3) Theodolit Elektronik, contoh :Sokhisha PT4, Total Station Set 4C.
4) Theodolit laser, contoh :VSE 20, ST 200, LS 132, dan lain-lain.
Berdasarkan Ketelitian Alat (Pembagian Skala Piringan Sudut).

1
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

1) Orde 1 atau presisi, contoh : Wild T3 dan T4 ketelitian 0,2 atau 0,1 (0,1
detik), Jern DKM ketelitian 0,5, Carl Zeiss Theo 002 ketelitian 0,2.
2) Orde II atau ketelitian tinggi, contoh Sokhisha TMI A ketelitian 1,
Kern DKM 2A ketelitian 1, Carl Zeiss Theo 100 010 A ketelitian 1, Wild
T2 ketelitian 1.

b. Bagian-bagian Theodolit.

* Lensa dan Teropong, yang berfungsi


untuk melihat benda-benda yang jauh agar
terlihat jelas. Theodolit menggunakan
dioptris yang terdiri atas lensa okuler,
merupakan bagian atas.
* Nivo, berfungsi untuk membuat alat-alat
dalam keadaan horizontal yang berbentuk
kotak dan tabung yang berisi cairan dan
gelombang didalamnya, merupakan bagian
bawah.
* Alat Pembagi Sudut, berfungsi untuk
mengatur sudut horizontal dan vertikal
antara dua titik, merupakan bagian bawah.
* Kotak spion, digunakan untuk penerangan dan pembacaan sudut horizontal dan
vertikal, merupakan bagian atas.
* Alat Penggerak halus, berfungsi untuk menggerakkan teropong secara halus agar
teropong tepat pada sasaran dan untuk memperjelas pengukuran bak ukur.
* Statif atau kaki Tiga, berfungsi untuk menyangga alat ukur yang terdiri dari tiga
kaki yang bagian atasnya tertahan oleh bagian statif dan bagian bawahnya diperkuat
oleh logam.

c. Syarat-syarat Pengukuran Theodolit.

Theodolit yang akan digunakan dalam pengukuran harus memenuhi syarat-


syarat sebagai berikut :
Sumbu satu harus benar-benar tegak lurus atau vertikal.

2
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

Untuk membuat sumbu satu vertikal, Theodolit dilengkapi oleh nivo kotak dan
nivo (alhidade) horizontal. Nivo kotak yang terdapat di bagian tengah atau
samping Theodolit berguna untuk membantu mempercepat sumbu vertikal (lihat
gambar)

1 3

2
B
A

Kedudukan I dibawah menjadi kedudukan 2 dengan menggerakkan sekrup A


dan B secara bersamaan dengan gerakan putar yang berlawanan (lihat gambar).
Setelah kedudukan 2 agar menjadi kedudukan 3 diatur dengan menggerakkan
sekrup C saja.
1. Kedudukan 1 adalah nivo sejajar AB, diseimbangkan dengan sekrup A dan
B bersama-sama dengan gerak putar berlawanan.
2. Kedudukan 2 adalah nivo di sejajarkan AB tetapi letaknya di putar 180 0.
Diseimbangkan dengan cara setengah penyimpangan gelombang di hitung
dengan menggerakkan sekrup A dan B saja.
3. Cek nivo pada kedudukan 1, jika nivo tetap di tengah-tengah alat dalam
keadaan baik dan bila bergeser berarti ada kesalahan. Cara memberi koresi
adalah dengan menggerakkan nivo ke tengah kembali dengan sekrup A dan
B saja setengah penyimpangan sisanya di hilangkan dengan sekrup koreksi
nivo yang digerakkan dengan proyeksi.
4. Kedudukan 3 adalah nivo tegak sekrup A dan B penyimpangan di hilangkan
atau di seimbangkan dengan menggerakkan sekerup C saja (lihat gambar).
Setelah tahapan diatas dilaksanakan maka selanjutnya diadakan

3
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

pengecekkan dengan memutar ke segala arah. Bila masih ada


penyimpangan pada nivo tabung maka harus di ulang dari awal lagi.

2
1

A B

Membuat garis bidik tegak lurus sumbu II.

Kesalahan ini dapat di betulkan dengan percobaan menggunakan titip p


pada sebagian target dan pembacaan lingkaran horizontal. Jika garis bidik sudah
tegak lurus akan menunjukkan A dan pada kedudukan biasa B teropong akan
menunjukkan B.
Misalnya garis bidik tidak tegak lurus sumbu I, maka ada kesalahan, maka
sumbu pada kedudukan B adalah A1, B1 pada kedudukan luar biasa adalah A2 -
B2.
Perhatikan pembagian Lingkaran-lingkaran horizontal menurut anak
panah I maka :
A1 = A2 + 2 + 1800
2 = A1 - A2 + 1800
= (A1 - A2) - 900
Jadi untuk membetulkan garis komilasi A1 harus dikurangi dengan .
Kalau pembagian lingkaran horizontal menurut anak panah II maka
A1 = A2 + 1800 - 2
2 = A2 A1 - 1800

4
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

= (A2 A1) - 900


jadi A1 harus ditambah dengan .

Keterangan :
P
- A adalah kedudukan teropong pada posisi biasa.
- B adalah pada kedudukan posisi luar biasa.
- Sumbu A B adalah garis bidik tegak lurus
A1 A2 sumbu II.
90 90-
A B - Sumbu A1 B1 adalah pembacaan sudut
horizontal pada posisi biasa.
B2 B2
- B adalah kesalahan garis bidik pada sumbu II.
- A1 adalah pembacaan sudut horizontal biasa.
- A2 adalah pembacaan sudut luar biasa.
Cara pemberian koreksi adalah sebagai berikut :
1. Setelah alat dipasang pada statif dan sumbu I sudah vertikal, teropong
diarahkan ke titik P (dibuat dari kertas dan diletakkan pada dinding yang
kuat dengan jarak yang cukup jauh). Kita baca mikroskop horizontal pada
keadaan A1. Untuk mengarahkan garis kolimasi pada titik P ialah setelah
mendekatinya maka kita gunakan klem pengunci dan dengan penggerak
halus vertikal dan horizontal kita tepatkan benang silangnya pada titik P.
2. Teropong di putar 1800 dan dibalik 1800 sehingga kedudukan menjadi luar
biasa, kemudian dengan mikroskop yang sama dibaca sudutnya dan
dibaca A2.
3. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas dan terdapat maka
mulaialh dengan koreksi. Pembacaan pada microskop dengan cara
menyetel nonius dan menyetel alhidade ditambah dan dikurangi dengan .
4. Dengan adanya penyetelan pada point 3 maka garis kolminasi tidak
mengarah lagi pada titik P. Maka dengan mempergunakan sekrup koreksi
diagfrahma. Maka dengan mempergunakan sekrup koreksi diagfrahma,
digeser ke kanan atau ke kiri sehingga koliminasi mengarah lagi ke titik P.
5. Alat di putar lagi menjadi kedudukan luar biasa dan terbaca A2. Dengan
pembacaan ini dapat terus dicari . Kalau ternyata = 0 maka garis

5
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

koliminasi sudah tegak lurus dengan sumbu III. Tetapi apabila belum dan
masih didapatkan nilai, maka pekerjaan tersebut di atas harus di ulang lagi
hingga = 0 atau sangat mendekati nol.

Contoh :
No Pembacaan Nonius Luar Biasa Diarahkan
Biasa
0
1 220 2434 4001800 3020 4002120
2 22002120 4002120 3020 4002120

Mengatur indeks lingkaran vertikal = 0


Salah indeks adalah kesalahan titik nol dalam lingkaran terhadap titik nol
sebenarnya. Salah indeks disebabkan belum teraturnya alhidevertikal. Pada
lingkaran vertikal berputar alhide diam. Dalam peralatan theodolit lingkaran
vertikal bermacam-macam yaitu :

0
900
00
90 00

900 900 00 00
00 1800
270 270 900 900

1800 900 1800


00

4 x 900 2 x 1800 2 x 3600


Mencari salah satu indeks dapat dilakukan dengan cara : salah satu
indeks besarnya = = P, koreksi indeks besarnya P. untuk mencari harga P
adalah sebagai berikut :
Setelah teropong diarahkan ke titik P kedudukan adalah tg, salah
indeks = 0, setelah itu teropong kita putar sampai D = 2 Z titk D yang letaknya
1800 + h dan tangen pada kuadrat IV adalah berhimpit dengan titik G (h = sudut
elevasi dan Z adalah sudut zenit).
D=hp D=h+p
D=h+p D=hp
G + p = 2h G p = 2p
G+D GD

6
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

P= H=
2 2

G dan D diambil dari rata-rata pembacaan yang diameternya untuk


selanjutnya rumus-rumus yang digunakan untuk mencari salah indeks atau
koreksi indeks dapat dilihat pada rumus-rumus berikut :

G = 90 + h p 00
900
tg 900 00
D = 270 h p 0
00 0
G + D = 360 2p 900 900
00 60
2p = 360 G D 20Z 1800
p = 180 (G + D) 90 0 90 0

G = 270 h p 00

D = 90 h p
G + D = 90 2p
2p = 90 G D
p = 45 (G + D)
Cara kerjanya :
1. Setelah theodolit di pasang dan sumbu I vertikal, alhidade seimbang
teropong kita arahkan ke titik, kita catat bacaan skala piringan vertikal pada
keadaan biasa (G).
2. Theodolit kita ubah pada keadaan luar biasa dan diarahkan ke titik p. baca
skala piringan vertikalnya.
3. Menghitung besar nilai P, rumus yang disesuaikan dengan pembacaan skala
piringan vertikal.
4. Setelah di peroleh nilai p, langkah pengoreksian kembali.

B. Alat Ukur Waterpass.

a. Pengertian.

Alat ukur waterpass adalah suatu peralatan ukur tanah yang khusus mengukur
beda tinggi antara dua titik yang berlainan. Pengukuran, beda tinggi tersebut didapat
dari selisih dua titik yang berdekatan yang ditentukan dengan garis-garis visir
horizontal yang dirunjukkan ke rambu (bak vertikal).

7
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

b. Bagian-bagian Waterpass.
4

5
1
6

7
2

3 8

Alat ukur waterpass mempunyai banyak bagian yang masing-masing bagian


mempunyai fungsi tersendiri. Bagian-bagian tersebut antara lain :
1. Penjelas Fokus Benang silang
Berfungsi untuk memperjelas garis benang silang yang terdapat pada lensa.
2. Lensa Pembalik
Berfungsi untuk membantu melihat Nivo kotak pada saat melakukan pengaturan
alat.
3. Nivo Kotak
Berfiungsi untuk membuat posisi sumbu I vertical
4. Visir
Berfungsi untuk mengarahkan pada objek secara kasar.
5. Penjelas Diafragma
Berfungsi untuk memperjelas bayangan objek yang diterima oleh teropong.
6. Lensa obyektif
Untuk memfokuskan bayangan obyek yang datang dari pantulan obyek yang
dibidik.
7. Penggerak Halus Horizontal
Berfungsi untuk menggerakkan waterpas secara perlahan kekiri maupun
kekanan.
8. Skala Piringan horizontal
Untuk mendapatkan sudut yang terbentuk secara mendatar

8
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

9. Sekrup pengatur A, B, C
Untuk mengatur kedudukan gelembung nivo agar berada tepat di tengah.
C. Pemetaan.

a. Pengukuran Poligon.
Dalam ini ukur dua unsur yang penting yaitu : unsur sudut dan unsur jarak.
Dengan kedua unsur ini telah bisa dilukiskan poligon tersebut diatas peta, jika tidak
terikat pada sistem koordinat yang ada dan tidak menghiraukan arah poligon
tersebut. Agar suatu poligon terarah perlu diketahui suatu sisi diketahui arahnya.
Sudut arah = sudut yang dihitung terhadap utara magnetis searah jarum jam (0 0 -
3600)
ba - ab = 1800
dimana
ab = sudut arah AB
ba = sudut arah BA
Dua sudut arah berlawanan arah selisih 1800
Untuk daerah yang tidak begitu luas arah ini berhimpi dengan sumbu y pada
peta. Agar titik-titik koordinat dapat diketahui dalam satu sistem yang telah ada
maka poligon tersebut pula diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya
(tidak tetap). Jadi koordinat disini dihitung dari unsur jarak dan sudut arah sebagai
berikut :
A (Xa, ya) = diketahui ap dan dap diukur.
Xp = Xa + dap sin ap
Xp = Xa + dap cos ap

b. Macam-macam Poligon.
Poligon terbuka ada tiga, yaitu ;
a. Poligon terbuka sempurna
Poligon ini merupakan poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali.

1 D
2
B
A dab
9
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

Dbc
C
b. Poligon terikat sepihak = satu poligon yang terikat dan terarah pada suatu titik
atau merupakan poligon terbuka

U
bq
S3
P S1
S2
E B
ap SO C d3
d1 d2
A D
A = titk awal poligon
B = titik ikat awal poligon
ap = Azimuth awal poligon
So s/d S3 = sudut terukur
d1 s/d d4 = panjang sisi poligon
c. Poligon terikat sempurna yaitu : suatu poligon yang terikat dan terarah pada
titik awal dan titik akhir poligon atau poligon dengan titik awal dan titik akhir
berupa titik tetap.
U
bq
S3
P S1
S2
E B
a-p SO
C d3
d1 d2
A D

A = titik awal poligon


B = titik akhir poligon
P = titik ikat awal poligon
Q = titik ikat akhir poligon
ap = Azimuth awal poligon
bq = Azimuth akhir poligon
So s/d Sn = sudut terukur
d1 s/d dn = panjang sisi poligon
Pada poligon ini bisa dihitung besarnya koreksi. Bila sisi poligon
diproyeksikan pada sumbu x dan sumbu y maka akan didapat :
proyeksi pada sumbu X :X1 = d1 sin ac

10
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

X2 = d2 sin cd
X3 = d3 sin dc
Jika d sin = absis titik akhir absis titik awal.
Proyeksi pada sumbu Y :Y1 = d1 cos ac
Y2 = d2 cos cd
Y3 = d3 cos dc
Jumlah d cos = ordinat titik akhir ordinat titik awal.
Jadi syarat hitungan poligon sebagai berikut :
1. Sudut terukur = (akhir - awal) + n . 1800
2. d sin = Xakhir X awal
3. d cos = Yakhir - Yawal
Tetapi pada umumnya hasil pengukuran di lapangan tidak begitu saja
memenuhi persyaratan tersebut, maka syarat perhitungan poligon menjadi :
1. Sudut terukur = (akhir - awal) + n . 1800 f
2. d sin = Xakhir X awal fx
3. d cos = Yakhir - Yawal fy
dimana : f = jumlah kesalahan pada sudut terukur
fx dan fy = kesalahan pada sisi poligon

Poligon Tertutup
Poligon tertutup yaitu dimana titik akhir poligon kembali ke titik awal poligon.
P
A
d5 So
d1
S4
E S1
B
d4 d2
D d3 C
S3 S2
Dimana : d = jarak
= azimut
s = sudut yang terukur
A = titik awal dam titik akhir poligon
P = titik ikat awal
Q = titik ikat akhir

11
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

ap = Azimuth awal
aq = Azimuth akhir
persyaratan yang harus dipenuhi pada poligon ini adalah :
1. S + f(s) = (n 2) x 180
2. D sin + f(s) = Xakhir Xawal = 0
3. D cos + f(s) = Yakhir Yawal = 0
Dalam hal ini :
D = jarak
= azimuth
f(s) = kesalahan penutup sudut
f(x) = kesalahan absis
f(y) = kesalahan ordinat
Jika azimuth-azimuth yang dihitung, selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung koordinat. Besaran yang diperlukan disamping azimuth, harus diukur
jarak antara dua itik dan harus pula diketahui awalnya.

Yt
Pada gambar diatas diketahui koordinat titik A (Xa;
Ya), azimuth dari A ke B = ab dan jarak dari A ke B
Yb B
= dab
Koordinat titik B dapat dihitung dengan rumus :
Ya
A
Xb = Xa + dab sin ab
Xt Yb = Ya + dab cos ab
Xa Yb

D. Pengukuran Waterpass

Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara,
penempatan alat ukur tergantung pada keadaan di lapangan.
Dengan penempatan alat ukur peyipat datar diatas salah satu titik, misalnya diatas
titik B seperti pada gambar dan mengukur tinggi garis bidik j, yaitu jarak titik B
sampai ke teropong pembacaan. Mistar yang didirikan pada titik A misalnya R, maka
perbedaan tinggi A dan B adalah h = R j.

12
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

R J

A h=R-J B
Meletakkan alat penyipat datar diantara dua titik dan sebaliknya, sampai sedemikian
rupa, sehingga jarak dari alat penyipat datar kedua mistar masing-masing sama, tanpa
memperhatikan apakah alat itu diletakkan pada garis lurus antara dua titik itu.
Kemudian pada titik A dibaca nilai R (pembacaan belakang) kemudian pesawat
diarahkan ke titik B, kemudian dibaca nilai V (muka), maka selisihnya h R V.

V
R

h=R-V B
A

Penempatan alat tidak di titik A maupun B dan diantaranya seperti pada gambar. Kita
harus menempatkanm alat penyipat datar disebelah kanan titik B. pembacaan mistar
dilakukan pada titik A (R) dan titik B (V) maka selisih beda tinggi h = R V.

V
R

h=R-V

A B

Dari ketiga cara diatas, yang paling teliti adalah cara kedua yaitu penempatan alat
diantara dua titik karena yang ada pada pengaturan dapat saling diperkecil.

a. Macam-macam Pengukuran Waterpass Profil.


1. Waterpass Profil Memanjang, diperlukan untuk membuat trase jalan, saluran
air, PAM, Riool, dan lain-lain. Dengan jarak dan perbedaan titik-titik diatas
permukaan bumi, didapatkan irisan tegak lapangan yang dinamakan profil
memanjang pada sumbu proyek.

13
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

Tgb = tinggi garis bidik


Tgb = Ta + A1
Maka tinggi titik profil :
Ta = Tgb a1
3
c d
Tb = Tgb b1, dst.
1 ab
a b
c d 2
2. Waterpass Profil Melintang, diperlukan untuk mendapatkan suatu pelebaran
jalan maupun saluran. Profil ini juga menentukan beberapa besarnya timbunan
atau galian tanah. Profil ini dibuat tegak lurus pada sumbu proyek dan pada
tempat-tempat yang penting. Pada profil melintang kita menggambar masing-
masing titik, misal jalan yang direncanakan seperti pada gambar.

a b 12

a b 1 2

a b 1 2

3. Waterpass Pulang-pergi.

m1 b3 m3
b1 m2
b2

M2 B
M1
A

Pergi Pulang
Untuk menentukan ketinggian titik poligon dengan cara membagi poligon
menjadi beberapa slag secara memanjang.

E. Perencanaan Jalan Raya dan Saluran.

14
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

Dalam perencanaan jalan raya dan saluran sangat diperlukan proyeksi dalam
pemindahan data lapangan, dalam bidang datar yaitu peta. Proyeksi tersebut ada dua
macam, yaitu :
a. Lengkungan Horizontal.
Dibeberapa tempat desain sebuah lengkungan dinyatakan oleh panjang jari-jari.
Umumnya jari-jari tersebut mempunyai panjang kelipatan 50 meter. Namun
lengkungan juga dapat didesain melalui derajat kelengkungan yang dinyatakan,
sehingga jumlah derajat yang berada di pusat lingkungan sesuai panjang busur yang
bersangkutan. Umumnya panjang busur tersebut adalah 100 meter.

T1
T

A B

2 2

Rumus yang digunakan dalam perhitungan lengkungan horizontal adalah :


a. Rumus garis singgung T1 dan IT

T1 = ITt = R tq
2

b. Panjang lengkungan TT1



TT1 = 2 R
360
c. Panjang tali busur.

TT1 = 2 R (sin )
2
d. Panjang tembereng.

CV = R (1 cos 1)
2
e. Jarak luar V1

V1 = R (sec - 1)
2

b. Lengkungan Vertikal.

15
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

Lengkungan vertikal adalah menentukan ketinggian/elevasi titik pada


lengkungan. Bentuk geometrinya adalah parabola vertikal dan macamnya parabola
cembung dan cekung. Fungsi lengkungan vertikal adalah untuk menghubungkan dua
arah vertikal atau gradien agar diperoleh perubahan yang smoth.

-P % +q %

+P % -q %

Persamaan umum parabola vertikal dan salib sumbu XOY.

+0%

T2
T2 ax2
X1 Y = ax2 + bx
bx
T1 Y1
+P%

Y = ax2 + bx = c
Dalam hal ini :
C : Ordinat awal parabola (jarak vertikal titik singgung awal) = Yti
bx : Perubahan ordinat sepanjang garis gradien 1 (gl)
ax2 : Pergeseran vertikal dari garis gradien kelengkungan parabola.
Untuk lengkungan vertikal bolak-balik perhitungan elevasi titik sama dengan
lengkungan tunggal.
Perhitungan untuk kurva vertikal
1. Harga elevasi tiap titik garis lengkung vertikal dicari dahulu harga kemiringan %.
HAB
G% = 100%
DAB
Dalam hal ini : G = harga kemiringan antara dua titik.
HAB = Beda tinggi antara dua titik.
DAB = Jarak antara dua titik.
G2 G1
G% = (xt)2

16
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

2L

Dalam hal ini : EV =Harga perubahan titik dari elevasi proyek ke elevasi
lengkung vertikal.
G2, G1 = Gradien 1, 2.
L = Panjang lengkungan vertikal.
Xt2 = jarak dari masing-masing titik dari pertengahan
kelengkungan.

2. Menentukan jarak cv dan vc.


Sta cv = Sta B L
Sta vc = Sta cv + L
Dalam hal ini : Cv = Jarak titik muka lengkungan vertikal.
Vc = Jarak titik akhir lengkungan vertikal.
L = Panjang lengkungan vertikal.

3. Menentukan ketinggian cv dan vc.


Hcv = G1% x DA cv + HA
Hvc = G2% x DB vc + Hb
Dalam hal ini : Hcv = Ketinggian titik awal lengkungan vertikal.
Hvc = Ketinggian titik akhir lengkungan vertikal.
G = Kemiringan.
4. Mementukan harga elevasi proyek pada tiap titik lengkung vertikal.
Ti = Hcv + (G1% - X1)
Dalam hal ini : Ti = Harga elevasi proyek pada tiap titik lengkung vertikal.
Hcv = Elevasi proyek di titik vc.
Xi = Harga jarak masing-masing titik pertengahan
lengkung.
5. Harga elevasi lengkungan vertikal pada panjang lengkungan.
Hi = Ti + Vi
Dimana : Hi = Elevasi vertikal masing-masing titik.
Ti = Elevasi proyek masing-masing titik.
Vi = Perubahan titik elevasi proyek ke elevasi lengkungan
vertikal.

17
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

Diagram Superevlevasi.
Selain jari-jari minimum dan koefisien gesekan, gaya sentrifugal pada
tikungan juga diatasi oleh keadaan jalan yang dibuat miring kearah dalam. Pada
jalan yang lurus tersebut kemiringan melintang diambil e = - 2%. Hal ini
digunakan untuk kepentingan drainase yang efektif.
D

4 4
1 2 3 3 2 1

Gambar Tikungan spiral-arcal spiral

2% Emaks

-2% 2% 0% -2% Emaks


-2%

Gambar Penampang

Jadi untuk itu superelevasi dilengkung transisi digunakan metode interpolasi


dengan menggunakan prinsip perbandingan segitiga. Sedangkan untuk jalan lurus
digunakan kemiringan normal yaitu sebesar 2 dan kemiringan penuh diberi harga
sebesar emaks relatif.

Garis Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai ketinggian yang sama.
Cara penarikan garis kontur :
Garis kontur digambarkan dengan interpolasi jarak antara titik yang telah
ditentukan sesuai dengan interval yang telah ditentukan pula dalam mencari
interval kontur digunakan perbandingan skala.
Periode penentuan garis kontur ada 3 macam, yaitu :
a. Secara Langsung.
Ketinggian yang dicari langsung ditentukan di lapangan
dengan bantuan sifat datar dimana jarak dapat ditentukan secara
langsung atau optis.

18
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

b. Secara Tidak Langsung.


Dengan cara ini ketinggian muka tanah dapat diambil secara
acak. Sedangkan arah dan jaraknya dapat ditentukan dngan
pembacaan ketiga benang dan sudut. Setelah titik tadi diplot diatas
peta kontur, ditarik atau dicari pakai Waterpass.
c. Secara Kontak/raster.
Sebetulnya ini termasuk metode cara tidak langsung akan
tetapi titik-titik yang akan diukur sudah ditentukan terlebih dahulu
posisinya.
500.400
500.300

500.200
Interval = 0,1

500.500
500.000
500.100
500.100 500.300

Contoh Penggambaran Garis kontur

F. Perhitungan Luas Penampang.


Luas masing-masing penampang melintang dicari dengan melihat bentuk
penampangnya.

1 6 e
a 2 b 3 c 4 d 5 7

Rumus yang digunakan untuk bidang :


1 7.1 = Luas trapezium (a + b)t.
ae = Luas persegi panjang P x L.

G. Perhitungan Volume galian dan Timbunan.

19
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

Volume penampang dari gambar diatas dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut :
Dimana hal ini :
La+Lbxd La = Luas penampang a.
V= Lb = Luaspenampang b.
2
D = Jarak titik a ke b.
H. Pengukuran Situasi.
Pengukuran situasi atau ditail adalah pengukuran yang dilakukan dilapangan
untuk titik detail dilapangan. Dari pengukuran detail ini dilakukan untuk mendapatkan
gambaran atau posisi horizontal dan vertikal dari permukaan bumu. Dan dari
pengukuran detail ini dapat diketahui beda tinggi titik yang diukur dari kedudukan alat
berdiri.

ba
bt
bb P
Z
h
B
t1 HAB
dd
A

Gambar Pengukuran Situasi.


Rumus :
HAB = Ti + P bt
P = dd Ctg Z
Keterangan : HAB : Beda tinggi antara A dan B
Ti : Tinggi alat atau instrumen.
P : Beda tinggi antara benang tengah dg alat.
bt : Benang tengah
dd : jarak antara A dan b
Z : Sudut vertikal terhadap benang tengah
Volume

20
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

Pengukuran volume secara langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena

sulit untuk menerapkan dengan lamanya sebuah satuan terhadap material yang terlibat.

Sehingga untuk memperolehnya terlebih dahulu dilakukan pengukuran luas dan garis yang

telah dikemukakan sebelumnya.

1. Metode Simpson

Luas penampang diperoleh dengan mengalikan 1/3 jarak antara ordinat dengan

penjumlahan ordinat awal dan akhir, ditambah 4 kali penjumlahan ordinat yang genap dan

ditambah 2 kali penjumlahan ordinat yang ganjil.

Menurut simpson membagi bentuk dalam bagian yang sama dengan mempunyai

jumlah potongan melintang yang ganjil. Minimal jumlahnya tiga, sehingga didapatkan

formula sebagai berikut :

Keterangan:
V : Volume
d : Interval
A : Luas

Contoh gambar perhitungan dengan metode simpson

2. Metode prisma

21
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

Metode prisma adalah suatu benda padat yang dibatasi dua bidang sejajar pada
bagian atas dan bawahnya serta dibatasi beberapa bidang datar disekelilingnya. Apabila
digunakan metode simpson, maka perlu membagi bentuk tersebut dalam bagian yang sama
yang juga mempunyai jumlah potongan melintang yang ganjil. Jadi jumlah minimal
adalah 3 buah potongan melintang.
Jika dihitung tiga penampang , maka rumus yang digunakan adalah :

catatan :

Jika dihitung dengan dua penampang, maka rumus yang digunakan adalah :

Perbedaan antara V dan Vp disebut koreksi Prismoida (Cp)


Cp = V - Vp
Jika data data pada penampang ujung (A 1 + dan A3) diketahui h1,h3, W1,W3, maka
nilai Cp dapat didekati dengan formula sebagai berikut :

Contoh perhitungan volume

22
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH Kelompok 3

23

Anda mungkin juga menyukai