Draft Laprak Fartis 1
Draft Laprak Fartis 1
FARMASI PRAKTIS
KAJIAN FARMASETIKA DAN DOSIS
disusun oleh
Kelompok 2A
Khoirunnisah 11141020000009
Putri Nuzulia Matany 11141020000010
Nabilah Al-Aluf 11141020000012
Muhammad Firmansyah 11141020000017
Sona Ledyna 11141020000081
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan kajian farmaseutika pada resep dan menindaklanjuti
resep tersebut.
2. Mahasiswa mampu menghitung dosis
BAB II
TEORI DASAR
Menurut Lia (2007), Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan
penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi cara penggunaan
obat, dosis dan frekuensi pemakaian, lamanya obat digunakan indikasi, kontra indikasi,
kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang diperhatikan pasien. Apabila apoteker
menganggap dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, harus
diberitahukan kepada dokter penulis resep. Bila karena pertimbangannya dokter tetap
pada pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda tangan atas resep. Salinan resep
harus ditanda tangani oleh apoteker
Pelayanan resep didahului dengan proses skrining resep yang dapat ditinjau dari 3
aspek kelengkapan resep yang mencakup persyaratan administrasi (nama pasien, nama
dokter, alamat, paraf dokter, umur, berat badan, jenis kelamin), persyaratan farmasetik
(bentuk sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas dan kompatibilitas) dan persyaratan klinis
(ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi
dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain), kontraindikasi dan interaksi obat). (Peraturan Menteri Kesehatan
No. 35 tahun 2014).
Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter,
tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat
dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain yang dibutuhkan,
aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter (Syamsuni, 2006)
Menurut Lestari (2002) tinjauan kelengkapan obat meliputi :
a. Pemeriksaan dosis
b. Frekuensi pemberian
c. Adanya polifarmasi
d. Interaksi obat yaitu reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia (obat
lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang dapat
mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi peningkatan/pengurangan
kerja obat atau bahkan obat sama sekali tidak menimbulkan efek
e. Karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien
menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.
1. Ukuran blanko resep (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat (Bagian Inscriptio):
a. Dimulai dengan huruf besar
b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope
Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: ac. Salic; acetosal
c. Tidak ditulis dengan nama kimia (misal: kalium chloride dengan KCl)
atau singkatan lain dengan huruf capital (missal clorpromazin dengan
CPZ)
3. Penulisan jumlah obat
a. Satuan berat: mg (milligram), g, G (gram)
b. Sataun volume: ml (mililiter), l (liter)
c. Satuan unit: IU/IU (Internasional Unit)
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi.
10. Penulisan tanda Cito atau PIM. Apabila diperlukan agar resep segera dilayani
karena obat sangat diperlukan bagi penderita, maka resep dapat diberi tanda
Cito atau PIM dan harus ditulis di sebelah kanan atas resep
Penulisan resep yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu,
karena begitu banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun
variabel unsur obat dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel
penderitanya secara individual. Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca.
Misalnya nama obatnya ditulis secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat
harus ditulis dengan betul, hal ini perlu mendapat perhatian karena banyak
obat yang tulisannya atau bunyinya hampir sama, sedangkan khasiatnya
berbeda.
Resep yang tepat, aman dan rasional adalah resep yang memenuhi lima tepat,
ialah sebagai berikut:
Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi 6
(enam) tepat, ialah setelah diagnosanya tepat maka kemudian :
- Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan obat
tersebut
-Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda dengan daftar
obat yang diresepkan untuk pasien rawat inap (Cahyono, 2008)
Melakukan kajian
Melakukan farmasetik dan mencatat
pehitungan dosis masalahyang terdapat
pada resep
Membuat
laporan
BAB IV
HASIL
1 Resep 1
Pro` = Rani
Umur = 20 tahun (50kg)
Alamat = Pondok cabe
1 Sanprima forte
Infeksi saluran pencernaan : Jika tidak ada obat golongan quinolon, Sanprima
digunakan sebagai pencegahan traveller diare yang disebabkan oleh bakteri E
untuk mengobati disentri
Infeksi saluran kemih : sebagai pengobatan infeksi saluran kemih yang diseba
Enterobacter, P. vulgaris, Proteus mirabilis, Morganella morganii, atau Klebs
Brucellosis dan kolera : sebagai antibiotik alternatif jika obat utama (antibioti
dapat digunakan, misalnya pada anak-anak.
Infeksi Kulit : Sebagai pengobatan infeksi kulit yang diakibatkan oleh bakter
Pertusis : sebagai antibiotik alternatif jika pasienalergi terhadap antibiotik ery
Demam tifus atau penyakit tipes dan infeksi Salmonella lain : sebagai antibio
pasien alergi atau kontraindikasi menggunakan antibiotik golongan quinolon
atau ceftriaxone dan cefotaxime.
keamanan Harus digunakan secara hati-hati pada orang yang mempunyai penyakit asma
2 Gitas plus
3 Rantin
4 Lodia tab
2 Resep 2
R/ Pepzol 10 mg
m.f pulv dtd No. X
S 2 dd pulv 1 ac
R/ Vometron syr fls No. I
S 3 dd cth I
R/ Mucos 12 mg
Ventolin 0,1 mg
Triamcort tab
Rhinofed 1/6 tab
Intrizin 1 mg
m.f pulv dtd No.XX dain syr fls I
S 3 dd cth I
Pro = desi
Umur = 8 tahun (20 kg)
Alamat = cirendeu
1. pepzol
komposisi pantoprazol
indikasi Menghilangkan gejala dan terapi jangka pendek gangguan
gaster dan pengurangan asam lambung; ulkus duodenal;
ulkus gaster; refluks esofagitis sedang dan berat
dosis Tablet : 40 mg/hari selama 4-8 minggu IV injeksi : 40
mg/hari selama <= 8 minggu
Pemberian obat Diberikan sebelum atau saat makan pagi. Telan utuh,
jangan dikunyah/dihancurkan
Kontra indikasi Kehamilan, kerusakan fungsi hati
perhatian Penyakit hati berat; terapi jangka panjang. Anak. Hamil dan
laktasi. Pemberian secara IV direkomendasikan jika
pemberian secara oral tidak dimungkinkan. Singkirkan
keganasan dari tukak lambung atau esofagus sebelum
terapi
Efek samping Sakit kepala, diare. Jarang, mual, nyeri perut bagian atas,
kembung, ruam kulit, pruritus, pusing.
Interaksi Obat Dapat mempengaruhi penyerapan obat yang tergantung
pdari pH (ketokonazol)
Kemasan Tablet 20 mg x 7
2. vomentron syr
komposisi Ondansentron
indikasi Mual dan muntah yang diinduksi obat kemoterapi sitotoksik,
radioterapi, atau pasca operasi.
Pemberian Obat Diberikan sebelum atau sesudah makan
perhatian Hamil dan lakstasi
Efek samping Sakit kepala, sensasi hangat dan kemerahan pada wajah,
konstipasi, ruam kulit,peningkatan sementara kadar
transaminase dalam serum
kemasan Sirup 50 Ml x 1
3. komposis pulvers
A. mucos
kemasan
Mucos tablet : dos 10 x 10 tablet 30 mg
kandungan
Ambroxol HCl setara ambroxol 30 mg / tablet
indikasi
Sebagai obat penyakit-penyakit pada saluran pernafasan
dimana terjadi banyak lendir atau dahak, seperti : emfisema,
radang paru kronis, bronkiektasis, eksaserbasi bronkitis
kronis dan akut, bronkitis asmatik, asma bronkial yang
disertai kesukaran pengeluaran dahak, serta penyakit radang
rinofaringeal.
Kontra indikasi
jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki
riwayat alergi terhadap ambroxol .
Efek samping
efek samping yang relatif ringan yaitu gangguan pada saluran
pencernaan misalnya mual, muntah, dan nyeri pada ulu hati.
Interaksi obat
Jika diberikan bersamaan dengan antibiotik seperti
amoxicillin, cefuroxim, erythromycin, dan doxycycline,
konsentrasi antiobiotik-antibiotik tersebut di dalam jaringan
paru meningkat.
dosis
Dewasa dan anak > 12 tahun : 2-3 x sehari 1 tablet atau 2
sendok takar sirup.
B. Ventolin
kemasan
box 3 x 10 tablet 2 mg
kandungan
Salbutamol sulfat 2 mg / tablet
indikasi
Ventolin (salbutamol) umumnya digunakan untuk
mengobati bronkospasme (misalnya penyakit asma karena
alergi tertentu, asma bronkial, bronkitis asmatis, emfisema
pulmonum), dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Kontra indikasi
Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif pada salbutamol atau obat agonis
adrenoreseptor beta-2 lainnya.
Efek samping
Efek samping yang umum adalah palpitasi, nyeri dada,
denyut jantung cepat, tremor terutama pada tangan, kram
otot, sakit kepala dan gugup.
dosis Dewasa dan anak > 12 tahun : dosis awal 3-4 x sehari 2-4 mg.
dosis dapat dinaikkan secara bertahap sampai maksimum 4 x sehari 8
mg. dosis maksimal harian : 32 mg /hari (dalam dosis bagi).
Anak 6-12 tahun : 3 x sehari 2 mg. dosis dapat dinaikkan secara
bertahap sampai dosis maksimal harian : 24 mg /hari (dalam dosis
bagi).
Anak 2-6 tahun : 3 x sehari 1 mg.
C. Triamcort
Indikasi perawatan alergi kulit, alergi hidung, alergi saluran pernapasan dan
kondisi lainnya.
Komposisi Triamcinolone
Indikasi Artritis reumatoid, kelainan endokrin, kelainan darah dan kolagen,
penyakit kulit, alergik, neoplastis, keadaan edematosa, eksaserbasi
(kambuhnya penyakit atau gejala penyakit secara mendadak) akut,
meningitis tuberkulosis dengan blok subarakhnoid.
Kemasan Tablet 4 mg x 10 x 10's
Dosis Dewasa dan anak berusia lebih dari 12 tahun : 4-48 mg sehari
sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi.
Insufisiensi adrenokortikoid : 4-12 mg sehari sebagai dosis
tunggal atau dosis terbagi.
Lupus eritematosus sistemik, karditis reumatika, gangguan
darah akut atau kronis : diawali dengan 60 mg sehari.
D. Rhinofed
E. Intrizin
5 Resep 3
Pro = yulia
Umur = 6 tahun (20kg)
Analisa resep
Diketahui dosis anak dari cefat (Cefadroxil monohydrate) anak adalah 25-50
mg mg/kg BB/hari terbagi dalam 2 dosis, maka :
Maka
1 Pemakaian dapat diminum 2x hari 2 cth agar sekali minum dapat 500 mg
Pada praktikum ini, dilakukan kajian farmasetik dan dosis pada beberapa resep.
Kajian farmasetik meliputi bentuk sediaan, kekuatan sediaan, dosis obat yang diberikan, dan
aturan, cara serta lama penggunaan obat. Pada resep pertama, ditujukan untuk pasien
bernama Rani umur 30 tahun dengan berat badan 50 kg. Kajian farmasetik untuk resep
pertama, yaitu:
Obat sanprima forte: Bentuk sediaan yang diberikan kaplet. Kata forte
ditujukan untuk pemberian dosis obat yang lebih besar dari biasanya sehingga untuk
pasien tersebut kekuatan sediaan per kaplet yang diberikan yaitu sulfametoksazol 800
mg dan trimethoprim 160 mg. Berdasarkan resep, dosis yang diberikan sudah sesuai
yaitu 2x/hari 1 kaplet karena merupakan dosis lazim. Menurut Mims, 2016, dosis
lazim sanprima forte adalah 1 kaplet 2x/hari dan dosis maksimum 1 kaplet 3x/hari.
Aturan pakai untuk obat ini, yaitu diminum setelah makan. Sanprima forte merupakan
obat antibiotic sehingga dalam penggunaannya, obat ini harus dihabiskan.
Trimethoprim merupakan antibiotik yang bersifat bakterisida sedangkan
sulfamethoxazole merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik. Kombinasi kedua
antibiotik ini akan bekerja menghambat enzim yang memetabolisme asam folat pada
bakteri yang peka, sehingga dalam bentuk kombinasi, antibiotik ini akan bersifat
bakterisida.
Obat gitas plus kaplet: Bentuk sediaan yang diberikan kaplet. Obat gitas plus
yang beredar dipasaran hanya memiliki satu kekuatan sediaan yaitu tiap kaplet
mengandung Hyoscine-N-butylbromide 10 mg dan paracetamol 500 mg. Berdasarkan
resep, dosis yang diberikan sudah sesuai yaitu 1 kaplet 3x/hari. Dosis dewasa 3x/hari
1-2 kaplet, sedangkan dosis maksimum 6 kaplet sehari. Aturan pakai untuk obat ini,
yaitu diminum setelah makan. Obat ini diindikasikan untuk mengobati nyeri.
Obat rantin: Bentuk sediaan yang diberikan tablet. Kekuatan sediaan obat
rantin yang beredar dipasaran meliputi 150 mg/tab; dan 300 mg/kaplet. Dosis lazim
yang digunakan adalah 150 mg 2x/hari atau 300 mg 1x/hari sebelum tidur.
Sedangkan, berdasarkan resep, obat ini diresepkan 300 mg per tab dengan dosis
2x/hari 1 tab. Dapat disimpulkan bahwa obat yang diresepkan oleh dokter melebihi
dosis lazim sehingga perlu dilakukan konfirmasi ke dokter yang bersangkutan.
Seharusnya jika obat rantin tetap ingin diresepkan 2x/hari maka kekuatan sediaan
harus diturunkan menjadi 150 mg, atau jika tetap ingin diresepkan dengan kekuatan
sediaan 300 mg maka aturan pakainya diubah menjadi 1x/hari. Komposisi obat rantin
ini mengandung ranitidine HCl yang merupakan golongan obat antacid. Antasida
adalah obat yang digunakan untuk menetralkan asam lambung. Dipakai untuk
mengobati penyakit pada saluran pencernaan yang diakibatkan oleh asam lambung,
seperti tukak pada esofagus, lambung atau usus dengan gejala seperti nyeri lambung,
mual, dan muntah. Obat antacid dapat mengganggu penyerapan obat lain di dalam
saluran cerna akibatnya efek terapi dari obat yang dipengaruhinya tersebut dapat
bertambah atau berkurang. Sehingga aturan pakai untuk obat ini tidak boleh diminum
bersamaan dengan obat lain dan diminum 1 jam sebelum makan.
Obat new diatab: Bentuk sediaan yang diberikan tablet. Obat new diatab yang
beredar dipasaran hanya memiliki satu kekuatan sediaan yaitu tiap kaplet
mengandung activated attapulgite 600 mg/tab. Berdasarkan resep, dosis yang
diberikan sudah sesuai yaitu 2 tab 3x/hari. Dosis lazim yang digunakan 2 tablet setiap
setelah BAB, dan dosis maksimum 12 tab/hari. Aturan pakai untuk obat ini, yaitu
diminum setelah BAB. Obat new diatab diindikasikan untuk diare, dan obat ini juga
berfungsi untuk mengentalkan feses. Dalam penggunaannya, jika feses pasien
berbentuk cair maka perlu meminum obat. Namun, jika feses pasien sudah normal
maka penggunaan obat ini dapat dihentikan. Obat ini juga dapat mengganggu
penyerapan obat lain sehingga tidak boleh diminum bersamaan dengan obat lain,
dianjurkan diminum 15-30 menit setelah obat lain.
Obat lodia: Bentuk sediaan yang diberikan tablet salut selaput. Kekuatan
sediaan obat lodia yang beredar dipasaran meliputi 2 mg/filcotab; dan 4 mg/filcotab.
Dalam resep, dokter tidak mencantumkan berapa kekuatan sediaan yang seharusnya
diberikan kepada pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan konfirmasi ke dokter yang
bersangkutan. Berdasarkan resep, dosis yang diberikan sudah sesuai yaitu 1 tab
3x/hari. Dosis lazim untuk diare akut nonspesifik dosis awal 2 tab; dosis lazim 1-2 tab
1-2x/hari; dosis diare kronik 2-4 tab/hari; dosis maksimum 8 tab/hari. Aturan pakai
obat ini, yaitu diminum setelah makan, dan dapat diminum bersamaan dengan obat
lain. Obat ini berfungsi untuk menahan feses untuk keluar.
Pada resep kedua, ditujukan untuk pasien bernama Desi, umur 8 tahun dengan berat
badan 20 kg. Kajian farmasetik untuk resep kedua, yaitu:
Obat pepzol: Bentuk sediaan yang diberikan dalam resep adalah bentuk serbuk
(puyer). Sedangkan menurut literature, obat pepzol merupakan sediaan tablet delay
release dan sebaiknya ditelan utuh dan jangan digerus. Kekuatan sediaan obat pepzol
yang beredar dipasaran meliputi tablet 20 mg; dan 40 mg. Dalam resep, dosis obat
yang diberikan kurang dari dosis lazim dimana dosis lazim anak-anak yaitu 40
mg/hari. Aturan pakai untuk obat ini, yaitu saat perut kosong, 1 jam sebelum makan
atau 2 jam setelah makan. Komposisi obat pepzol yaitu mengandung pantoprazole.
Menurut literature, pantoprazole tidak direkomendasikan untuk anak-anak dan hanya
boleh dikonsumsi oleh orang-orang berusia 12 tahun ke atas. Oleh karena itu, perlu
dilakukan konfirmasi ke dokter yang bersangkutan.
Obat vometron syr: Bentuk sediaan yang diberikan dalam bentuk sirup. Obat
vometron syr yang beredar dipasaran hanya memiliki satu kekuatan sediaan yaitu 4
mg/5 ml dalam botol 60 ml. Berdasarkan resep, dosis yang diberikan sudah sesuai
yaitu 3x/hari 1 sendok teh. Menurut literature, vometron sirup mengandung
ondansetron dan dosis lazim ondansetron yaitu 8 mg 32 mg/ hari. Obat ini
diindikasikan untuk mengatasi mual, muntah akibat sakit magh sehingga aturan pakai
untuk obat ini, yaitu diminum sebelum makan.
6.1 Kesimpulan
Cara melakukan kajian farmaseutika pada resep yaitu dengan mengkaji bentuk
sediaan obat yang diberikan, kekuatan sediaan tiap obat, dosis obat yang diberikan, dan
aturan, cara serta lama penggunaan obat. Apabila dalam kajian farmasetika terdapat
permasalahan seperti dosis yang diberikan kurang dari dosis lazim, bentuk sediaan obat yang
tidak boleh digerus dan dijadikan puyer atau permasalahan lainnya, apoteker sebaiknya
melakukan konfirmasi dengan dokter yang bersangkutan.
Perhitungan dosis dapat dilakukan berdasarkan umur, berat badan, dan luas
permukaan tubuh anak. Cara perhitungan dosis yaitu dengan mencari dosis lazim obat untuk
anak-anak, lalu dilakukan perhitungan dosis untuk 1x pakai, dan dosis untuk sehari. Hasil
perhitungan yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan dosis yang diresepkan oleh
dokter. Jika dosis yang diresepkan kurang atau melebihi dari dosis lazim, maka apoteker
sebaiknya melakukan konfirmasi dengan dokter yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Charles J. P,. dan Endang Kumolosari. 2006. Farmasi Klinik Teori dan
Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Dwiprahasto Iwan, Erna Kristin. 2008. Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko
Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal Berkala Ilmu
Kedokteran.
Lestari, C. S. 2002. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. Jakarta: PT.
Perca
Lia, Amalia. 2007. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC