Anda di halaman 1dari 10

Analisa Kebijakan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

A. Latar Belakang

Kebijakan pembangunan pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009


diprioritaskan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dasar yang
lebih berkualitas melaui peningkatan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9
tahun dan pemberian akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang
selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan dasar.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut
maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik
pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS serta satuan pendidikan yang
sederajat).

Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9


Tahun diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK). Pada tahun 2005, APK
tingkat SMP sebesar 85,22 % dan pada akhir 2006 telah mencapai 88,68 %. Target
penuntasan Wajar 9 tahun harus dicapai pada tahun 2008/2009 dengan APK
minimum 95 % . Dengan demikian, pada saat ini masih ada sekitar 1,5 juta anak
usia 13-15 tahun yang masih belum mendapatkan layanan pendidikan dasar. Selain
masalah pencapaian target APK, permasalahan lain yang dihadapi adalah masih
rendahnya mutu pendidikan yang antara lain mencakup masalah tenaga
kependidikan, fasilitas, manajemen, proses pembelajaran dan prestasi siswa.

Dengan adanya pengurangan subsidi bahan bakar minyak, amanat undang-


undang dan upaya percepatan penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
yang bermutu, Pemerintah melanjutkan pemberian Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) bagi SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB negeri/swasta dan Pesantren
Salafiyah serta sekolah keagamaan non islam setara SD dan SMP yang
menyelenggarakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

Program BOS oleh pemerintah ditunjukan untuk meningkatkan fasilitas


pendidikan. Misalnya, pembangunan gedung sekolah dan beberapa sarana
penunjang lainnya. Fasilitas pendidikan, diakui atau tidak adalah merupakan sarana
penting untuk menunjang kualitas pendidikan. Sarana infrastruktur pendidikan
yang baik akan memudahkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman orang atas
suatu bidang pembelajaran. Memang sangat riskan, menginginkan proses belajar-
mengajar berjalan dengan baik namun tidak ditunjang oleh sarana infrastruktur
yang baik pula. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan sebagai kompensasi dari naiknya BBM, pemerintah mengeluarkan
kebijakan BOS.

B. Tujuan

Tujuan Program BOS menurut Buku Panduan 2006: Program Bantuan


Operasional sekolah (BOS) bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi
siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka
memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam
rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.

Program pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dimaksudkan


sebagai bantuan kepada sekolah/madrasah/salafiyah dalam rangka membebaskan
iuran siswa namun sekolah tetap dapat mempertahankan mutu pelayanan
pendidikan kepada masyarakat. Pemberian program BKM dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat keluarga kurang/tidak mampu akan layanan
pendidikan jenjang Sekolah Lanjutan Atas dan yang sederajat (SLA dan sederajat).
C. Sasaran Program dan Besar Bantuan

Sasaran program BOS adalah semua sekolah setingkat SD dan SMP, baik
negeri maupun swasta di seluruh propinsi di Indonesia. Program Kejar paket A,
paket B, dan SMP terbuka tidak termasuk sasaran dan PKPS-BBM Bidang
Pendidikan, karena hampir semua komponen dan ketiga program tersebut telah
dibiayai oleh pemerintah. Selain daripada itu, Madrasah Diniyah juga tidak berhak
memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah regular yang telah
menerima BOS.

D. Landasan Hukum

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Bendaharawan wajib memungut


Pajak Penghasilan

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan


Tanggungjawab Keuangan Negara

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


pemerintah pusat dan daerah

9. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1998

10. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1998
11. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjwaban Keuangan dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas
pembantuan

12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah


dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom

13. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif bea materai
dan besarnya batas pengenaan harga nominal yang dikenakan bea materai

14. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan

15. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasioanl percepatan
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pemberantasan
buta aksara

16. Surat Keputusan Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri
Agama Nomor 1/U/KB/2000 dan Nomor MA/86/2000 tentang Pondok pesantren
salafiyah sebagai pola wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun

17. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 036/U/1995 tentang


Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar

18. Keputusan Menteri Pendidikan Nasioan Nomor 044/U/2002 tentang Dewan


Pendidikan dan Komite Sekolah

19. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 060/U/2002 tentang Pedoman


Pendirian sekolah

20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks
Pelajaran

21. Surat Edaran Dirjen Pajak Departemen Keuangan RI Nomor SE-02/PJ./2006,


tentang Pedoman Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Sehubungan
dengan penggunaan Dana Bantuan Operasional (BOS)oleh Bendaharawan atau
Penanggungjawab Pengelolaan Penggunaan Dana BOS di masing-masing Unit
Penerima BOS.
E. Sekolah Penerima BOS

Semua Sekolah Negeri dan Swasta berhak memperoleh BOS. Khusus


sekolah swasta harus memiliki ijin operasional (program penyelenggaraan
pendidikan). Sekolah yang bersedia menerima BOS harus menandatangani Surat
Perjanjian pemberian bantuan dan bersedia mengikuti ketentuan yang tertuang
dalam buku petunjuk pelaksanaan.

Sekolah kaya/ mapan yang mampu secara ekonomi yang saat ini memiliki
penerimaan lebih besar dari dana BOS mempunyai hak untuk menolak BOS
tersebut. Sehingga tidak wajib untuk melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam
buku petunjuk pelaksanan. Keputusan atas penolakan BOS harus melalui
persetujuan orang tua siswa dan komite sekolah, bilamana di sekolah terdapat siswa
miskin, sekolah harus dapat menjamin kelangsungan siswa tersebut.

F. Penggunaan Dana BOS

Dana BOS digunakan untuk


1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru: biaya
pendaftaran penggandaan formulir,administrasi pendaftaran, dan
pendaftaran ulang.
2. Pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi di
perpustakaan.
3. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan
praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran, gula,
kopi dan teh untuk kebutuhan sehari-hari disekolah.
4. Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial, program pengayaan,
olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja
dan sejenisnya.
5. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum,ujian sekolah dan laporan
hasil belajar siswa.
6. Pengembangan profesi guru
7. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor,
perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler dan perawatan lainya
8. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk untuk
pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah.
9. Pembayaran honorarium guru dan tenaga kependidikan honorer sekolah
yang tidak dibiaya Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. Tambahan
insentif bagi kesahjeteraan guru PNS ditanggung sepenuhnya oleh
Pemerintah Daerah.
10. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin.
11. Khusus untuk pesantren salafiyah dan sekolah beragama non Islam,
dana BOS dapat digunakan untuk biaya asrama/pondokan dan membeli
peralatan ibadah.
12. Pembiayaan pengelolaan BOS: ATK, penggandaaan, surat menyurat
dan penyusunan laporan.
13. Bila seluruh komponen di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS
dan masih terdapat sisa dana maka sisa dana BOS tersebut dapat
digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran dan mebeler
sekolah. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi
guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu
kegiatan besaran/satuan biaya untuk keperluan di atas harus mengikuti
batas kewajaran.

14. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS
diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggara suatu kegiatan
sekolah selaian kewajiban jam mengajar. Besaran atau satuan biaya
untuk keperluan di atas harus mengikuti batas kewajaran.

Dana BOS tidak boleh digunakan untuk :


1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan
2. Dipinjamkan kepada pihak lain.
3. Membayar bonus, transportasi, atau pakaian yang tidak berkaitan dengan
kepentingan murid
4. Membangun gedung/ruangan baru
5. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran
6. Menanamkan saham
7. Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiaya dari sumber dana
pemerintahan pusat atau daerah, misalnya guru kontrak/guru bantu dan
kelebihan jam mengajar.

G. Pembatalan BOS

Dalam hal ini sekolah menerima BOS mengalami perubahan


sehingga tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai penerima BOS atau
tutup, maka bantuan dibatalkan dan dana BOS harus disetorkan kembali ke
Kas Negara. Tim PKPS-BBM Kabupaten/ kota bertanggungjawab dan
berwewenang untuk membatalkan sekolah penerimaan BOS.

H. ANALISIS SWOT

1. Kekuatan (Strenght)

1.1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari undang-undang
tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi
seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs
serta satuan pendidikan yang sederajat).
1.2.Tujuannya untuk membantu masyarakat meringankan beban biaya
pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Disadari bahwa komponen
operasional sekolah dan biaya sekolah merupakan salah satu beban yang
memberatkan masyarakat. Maka dari itu program ini menjadi alternatif bagi
pembiayaan pendidikan dan yang terpenting demi meningkatkan kualitas
mutu pendidikan indonesia
1.3.Meningkatkan dan mempercepat peningkatan mutu pendidikan.
1.4.Anggaran pendidikan sebagai konsekuensi dari kebijakan pemerintah untuk
mengalokasikan dana pendidikan sebesra 20 % APBN dan APBD, menjadi
tolak ukur untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui Dana BOS.

2. Kelemahan (Weakness)

2.1.Hal yang menimbulkan perdebatan antara lain penggunaan dana BOS untuk
insentif guru, kelebihan jam mengajar, membeli komputer, biaya
pengelolaan sekolah dan rehabilitasi.
2.2.Komitmen sebagian pemerintah daerah terhadap pendidikan masih kurang.
Hal ini ditandai dengan berkurangnya dana APBD untuk pendidikan setelah
adanya dana BOS. Sebagian pemda menganggap, dana BOS adalah
pengganti dana yang dialokasikan pemda kepada sekolah. Beberapa
pemkab/pemkot dan pemprov terindikasi, menarik dana yang selama ini
diberikan kepada sekolah.
2.3.Pada implementasinya di lapangan banyak peyelewengan penggunaan dana
BOS sehingga pada proses penggunaanya banyak yang tidak tepat sasaran
bahkan merugikan para peserta didik
2.4.Setelah adanya dana BOS, seharusnya pihak sekolah tidak lagi melakukan
pengutan pada siswa/ walimurid dengan alasan apapun, karena semua
operasional sekolah dibiayai oleh dana BOS
2.5.Masih banyaknya penggunaan dana BOS yang masih salah entah karena
kurang sosialisasi atau memang diselewengkan.

3. Peluang (Opoportunity)

3.1. Hendaknya pihak sekolah melibatkan orangtua murid dalam penyusunan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), sehingga dalam
proses perumusannya orangtua murid mengetahui secara jelas program-
program sekolah beserta pendanaanya.
3.2.Perlunya transparansi kepala sekolah dan sekolah dalam pengelolaan dana
BOS, sehinggga tidak ada lagi guru-guru yang tidak tahu tentang
penggunaan dana BOS.
3.3.Peran aktif dari berbagai pihak semestinya dilakukan. Seperti paguyuban
walimurid mengawasinya dengan ketat. Karena tak bisa dipungkiri,
pelaksanaannya di lapangan sangat rentan penyimpangan.

4. Ancaman (Treat)

4.1.Tantangan yang membentang luas justru pada level implematasi di sekolah.


Sudah tidak asing lagi bahwa sekolah sebagai pelaksana kebijakan sangat
rentan penyimpangan dan penyelewengan terhadap penggunaan dana bos
apalagi adanya peluang di sekolah yang terbuka lebar.
4.2.Sekolah juga harus transparan dalam pengelolaan dana BOS. Dengan
adanya transparansi kepada pihak tertentu, wali murid misalnya maka akan
tercipta hubungan yang baik antara wali murid dan pihak sekolah dan
pengelolaan BOS secara bersama. Tapi tanpa adanya adanya kerja sama
dengan wali murid misalnya maka akan ada kemungkinan bagi dana
tersebut untuk diselewengkan.

I. KESIMPULAN

Langkah yang dilakukan pemerintah itu perlu diapresiasi agar diawasi


pelaksanaannya. Sebab, di tengah situasi ekonomi yang serbasulit ini, bila tak
dikorupsi, dana tersebut merupakan berkah bagi mereka yang betul-betul
membutuhkan, meringankan biaya pendidikan untuk rakyat merupakan kewajiban
negara.

Sasaran dan tujuan BOS itu amat mulia. Pemerintah paling kurang, sudah
memiliki setengah tekad dan kemauan untuk meringankan biaya pendidikan
masyarakat miskin. Tanpa uluran tangan pemerintah, dipastikan akan semakin
banyak generasi muda negeri ini yang tak berkesempatan mengenyam pendidikan.

Untuk bisa melanjutkan proses pembangunan bangsa, mengakhiri


kemiskinan, serta mewujudkan kualitas kehidupan rakyat yang sejahtera,
pendidikan merupakan sala satu faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Kemajuan dan keberhasilan sebuah bangsa bisa diukur berdasar kemampuannya
dalam menata serta menyediakan pendidikan bagi warganya. Pendidikan yang maju
dan berkualitas hanya bisa digapai jika pemerintah peduli dan berani mengucurkan
subsidi yang besar. Tanpa itu, semuanya bak mimpi di siang bolong.

J. SARAN

1. Sekolah harus dikelola secara transparan dan akuntabel. Bagaimana semua


program sekolah dan pendanaan (sumber, distribusi, dan pertanggungjawaban)
dilakukan secara terbuka.

2. Sebaiknya sekolah memiliki sistem komunikasi dengan orang tua, masyarakat,


dan komite sekolah dalam hal program dan pertanggungjawaban keuangan. Jika
mungkin, sekolah dapat membuka website khusus untuk komunikasi dengan
stakeholder-nya.

3. Perlunya semacam lembaga independen semacam education watch di daerah,


yang secara khusus akan melakukan kontrol mandiri terhadap lembaga sekolah.

4. Kita berharap, ada kesadaran dari berbagai pihak untuk ikut mengawal
terbebasnya institusi luhur pembangunan moral itu agar bersih dari korupsi. Di
sinilah dibutuhkan masyarakat yang kuat, cerdas, dan berani menuntut hak-
haknya atas lembaga pendidikan yang tidak memberikan layanan
selayaknya. Apalagi, mengindikasikan tanda-tanda koruptif.

Anda mungkin juga menyukai