Dokumen - Tips - Kesadaran Menurun Trauma 5659c999be2b9
Dokumen - Tips - Kesadaran Menurun Trauma 5659c999be2b9
MODUL 1
KESADARAN MENURUN
OLEH:
KELOMPOK 9A
IRSAN KURNIAWAN AMIRUDDIN 1102O90066
RESKI PURWASARI 1102070127
TARBIYANTHY NAJDAH CHAIRANI 1102090112
MILA KARMILAH 1102090132
HASMIA MUSLIMIN 110209149
ANDI PUSPA RATU 1102090003
ZARAH ALIFANI DZULHIJJAH 1102090115
ASMA MUFIDAH ALHADAR 1102090109
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012
MODUL I
KESADARAN MENURUN
SKENARIO 1
Perempuan 21 tahun dibawa ke Pukesmas dalam keadaan tidak sadar. Setelah
diletakkan di tempat tidur dan diperiksa, Penderita tidak memberi respon dan tetap
mendengkur dengan irama napas 40 kali/menit. Muka kelihatan pucat, nadi radial
tidak teraba. Ditemukan jejas pada daerah pelipis kanan, bahu kanan dan perut kiri
bawah. Dari beberapa orang yang mengantar tidak satupun yang tinggal dan dapat
memberi keterangan tentang keadaan dan apa yang terjadi pada penderita tersebut.
KATA-KATA KUNCI
1. perempuan, 21 tahun.
2. tidak sadar akibat suplai oksigen yang tidak adekuat ke otak
3. tidak memberi respon
4. mendengkur
5. irama napas 40 x/menit = tachypnea
6. pucat
7. nadi radial tidak teraba
8. jejas pada pelipis kanan, bahu kanan dan perut kiri bawah pasien
mengalami trauma tumpul.
PERTANYAAN
1. Bagaimana penanganan awal pada skenario?
2. Bagaimana penanganan selanjutnya?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran?
4. Bagaimana tingkat ukuran kesadaran pasien pada skenario?
5. Bagaimana mekanisme trauma pada skenario ini?
JAWABAN :
1. Penanganan awal pada skenario?
cari bantuan dan memasang collar neck (imobilisasi servikal)
primary survey :
1.
Airway
Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan nafas dengan
tetap memperhatikan kontrol servikal.1
Tujuan : membebaskan jalan nafas untuk menjamin jalan masuknya udara ke
paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenasi tubuh.1
a.
Pemeriksaan2,3
- Lihat (look). Apakah penderita mengalami agitasi atau kesadarannya
menurun. Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh
kekurangan oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku dan kulit
sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas
tambahan yang apabila ada merupakan bukti tambahan adanya gangguan
airway.
- Dengar (listen). Adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi
(napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur
(napas tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat. Suara mendengkur
(snoring), berkumur (gurgling) dan bersiul (crowing sound, stridor)
mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring.
Penderita yang melawan dan berkata-kata kasar (gaduh gelisah) mungkin
mengalami hipoksia dan tidak boleh dianggap karena keracunan/batuk.
- Raba (feel). Lokasi trakea dan dengan cepat menentukan apakah trakea ada
ditengah. Juga merasakan adanya atau tidaknya, hembusan nafas penderita.
2.
Breathing (ventilasi): 6
Pengertian : memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan
pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas
CO2.
Tujuan : menjamin prtukaran udara di paru-paru secara normal.
Periksa:
Adakah pertukaran hawa napas secara adekuat?
a. Ada/ tidak ada pernapasan
b. Frekuensi pernapasan
c. Keteraturan pernapasan
d. Besar/ atau kecil, kualitas pernapasan
e. Simetris/ asimetris, pola pernapasan
f. Pernapasan dada/ perut, fase pernapasan
g. Tanda distress pernapasan :
1. Gerakan cuping hidung
2. Tegangnya otot bantu pernapasan
3. Tarikan otot antar iga
Pada pasien didapatkan gangguan irama pernapasan, yaitu 40x/ permenit (N=
16-22x/menit) Artinya, pasien mengalami takipneu.
Pemberian oksigen :
Cara pemberian oksigen dapat dengan:
Oksigen medis (oksigen tabung)
Flowmeter/regulator
Humidifier
Nasal kanul
Face mask
Partial rebreather mask
Non rebreather mask
Venture mask
Bag valve mask (BVM)
Aliran oksigen yang di berikan melalui alat ini sekitar 5-8 lt/menit
dengan kensentrasi 40-60 %
Cara pemasangan :
- Terangkan prosedur pada klien
- Atur posisi yang nyaman pada pasien
- Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan
humidefier
- Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi mulut dan
hidung pasien
- Lingkarkan karet sungkup pada kepala pasien agar sungkup muka
tidak lepas
- Alirkan oksigen sesuai kebutuhan
Keuntungan :
- Konsentrasi oksigen yang diperlukan lebih tinggi dari nasal kanul
- Sistem hemodifikasi dapat ditingkatkan
Kerugian
- Umumnya tdak nyaman bagi pasien
- Membuat rasa panas sehingga mengiritasi mulut dan pipi
- Aktifitas makan dan bicara terganggu
- Dapat menyebabkan mual dan muntah sehingga dapat
mengakibatkan aspirasi
- Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbonb
dioksida
b. Bag valve mask (BVM)7
BVM terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa oksigen
udara bebas, valve/pipa berkatup dan masker yang menutupi mulut dan
hidung penderita. Penggunaan BVM atau bagging sungkup
memerlukan keterampilan tersendiri. Penolong seorang diri dalam
menggunakan amb bag harus dapat mempertahankan terbukanya jalan
nafas dengan mengangkat rahang bawah, menekan sungkup ke muka
korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras bagging.
Penolong harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada korban
pada setiap pernafasan.
BVM sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong
yang berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas
dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong lain memeras
bagging. Kedua penolong harus memperhatikan pengembangan dada
korban.
3.circulation:
Gangguan sirkulasi yang paling berbahaya adalah henti jantung dan syok.
a.
Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi
karotis dalam 5- 10 detik
b.
Diagnosis syok secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau
melemahnya nadi radialis/ cubitis/ brachialis/ femoralis, pasien tampak
pucat, perabaan ektremitas mungkin dingin, basah, dan memanjang watu
pengisian kapiler (>2 detik). 6
Periksa:6
a. Ada/ tidaknya sirkulasi , raba denyut radialis-cubitis- brachialis-
femoralis- karotis
b. Hitung frekuensi denyut
c. Keteraturan denyut
d. Besar volume denyut
e. Kekuatan angkat denyut
f. Perfusi perifer: hangat, merah, kering
g. Periksa tanda cedera kepala, dada, perut,tulang belakang dan tulang
panjang
Pada pasien didapatkan nadi radialis tidak teraba dan pasien tampak pucat.
Kemungkinan pasien mengalami syok, terutama syok hipovolemi.
Tindakan:6
pemberian cairan :8
Penanganan awal: RL sebagai pilhan pertama dan NaCl pilihan kedua.
Cairan hangat dosis samapi 2 L pada dewasa IV secara bolus, selanjutnya
keadaan pasien di monitor dan dosis disesuaikan kondisi pasien
mengikuti perintah 3
disorientasi/bingung 4
menepis rangsangan 5
2. Penanganan selanjutnya :
secondary survey8
1. anamnesis
Setiap pemeriksaan yang lengkap membutuhkan anamnesis mengenai
riwayat perlukaan. Selain itu riwayat AMPLE perlu ditanyakan.
Riwayat AMPLE terdiri atas :
A : Alergi
M : Medication
P : Past illness ( penyakit penyerta ) / pregnancy
L : Last meal
E : Event/environment (lingkungan) yang berhubungan dengan
riwayat perlukaan/ cedera.
2. Pemeriksaan fisis
Inspeksi : Multiple trauma : jejas pada pelipis kanan, bahu kanan,
perut kiri bawah
Palpasi : Adanya krepitasi pada daerah tulang yang mengalami trauma.
Kemungkinan di daerah pelipis, dan sekitar clavicula yang mengalami
fraktur. Terdapat juga nyeri pada daerah yang fraktur.
Perkusi : terdengar redup pada daerah yang mengalami perdarahan
intaabdominal
Auskultasi : suara tambahan serta irama denyut jantung pada
gangguan hemodinamik, serta menghilangnya suara bising usus.
pemeriksaan penunjang
radiologi : CT kepala, foto servical lateral, foto thorax AP, foto
abdomen, foto pelvis
DPL (Diagnostic peritoneal lavage): untuk menilai trauma tembus atau
trauma tumpu, dan adanya perdarahan intraperitoneal.
pemeriksaan analisa gas darah: utuk mengetahui kadar CO2 dalam
darah
hematokrit: untuk menilai sejauh mana kehilangan darah pasien dan
seberapa banyak transfusi yang dibutuhkan.
3. obat-obat emergency
Epinephrin
Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi,
reaksi atau syok anfilaktik, hipotensi.
Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 35 menit, dapat diberikan
intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali dosis intra vena.
Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc
dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau hipotensi
dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg = 1 :
1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 g/mnt
dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat
mencapai 2-10 g/mnt
Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor adrenergic dan
meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung
Sulfas Atropin
Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan
memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler
Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A)
selain AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian
atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard),
keracunan organopospat (atropinisasi)
Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe
2 atau derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total
0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit
maksimal 3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 22,5 kali
dosis intra vena diencerkan menjadi 10 cc
Dopamin
Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas
miokard, curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
Dosis 2-10 g/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan
2 ampul dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes
mikro/menit untuk orang dewasa
Magnesium Sulfat
Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada
ventrikel takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi
preeklamsia
Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5%
diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
Morfin
Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah
cardiac arrest.
Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 30 menit
Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi
dan untuk mengurangi edema cerebri
Natrium bikarbonat
Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan
yang timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik
karena hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi trisiklik.
Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
Diazepam
Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah
dan tetanus
Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.
Subarachnoid
Subdural
Extradural
Infark
Infeksi Meningitis
Encephalitis
Abses
Edema serebri
Post epilepsi
Hipoksia
ensefalopaty
Edema serebri
Ekstrakranial kardiovaskuler Syok
Hipertensi berat
Infeksi Septik
Metabolik Hiper/hipoglikemia
Gangguan elektrolit
Supalai O2
ke otak
Gangguan
korteks cerebri
Kesadara
n
Karena tidak ada keterangan tentang apa yang terjadi pada korban, berdasar
menurun
kondisi korban, disimpulkan korban mengalami trauma tumpul akibat
tumbukan pada daerah abdomen dan juga jatuh tertumbuk pada daerah pelipis
dan bahu.
Penyebab jejas lakukan pemeriksaan tambahan USG abdomen, foto
thorax polos
Perdarahan daerah abdomen dapat menyebabkan timbulnya syok hipovolemik
(pucat, nadi lemah), perfusi O2 kesadaran lidah jatuh ke belakang
snooring sesak
DAFTAR PUSTAKA
1. Lumbantobing PDdS. Pemeriksaan Neorologis. Neorologi Klinik
Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI; 2007.h.7-8.
2. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced Trauma Life
Support Untuk Dokter. United States of America: Komisi ATLS Pusat; 2006.
h. 14-16
3. David Sprigings, John B. Chambers. Airway management and upper airway
obstruction. In: David Sprigings, John B. Chambers, editors. Acute Medicine
A Practical guide to the management of medical emergencies. Fourth Edition.
New York: Blackwell Publishing; 2008. p. 245-252.
4. Komisi trauma IKABI.ATLS untuk dokter Edisi 7. 2004
5. Sloane E. Sistem Pernafasan. In: Palupi Widyastuti S, editor. Anatomi dan
Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. p.
266-9
6. Departemen Kesehatan. Seri PPGD Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
General Emergency Life Support (GELS). Edisi 3. Jakarta. Penerbit
Departemen Kesehatan RI. 2006
7. Ahmadi. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008. p. 33
8. Initial Assesment dan Resusitasi dalam Advence trauma life Support (ATLS)
Manual untuk Peserta Kursus. Jakarta : American College of Surgeons;2005
9. Harrison T.R. : Principles of Internal Medicine 16th edition, McGraw Hill,Inc,
2005.