Pedoman Hepatitis OK PDF
Pedoman Hepatitis OK PDF
Organisasi
Profesi : 1. PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia)
2. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Ketua : Kepala Subdit Diare & ISP Puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa kami telah dapat
Ketua Komite Ahli Diare, Hepatitis dan ISP, menyelesaikan penyusunan Pedoman Pengendalian Hepatitis.
Kementerian Kesehatan Pedoman ini disusun melalui beberapa tahapan kegiatan seperti
Ketua Bidang Hepatitis Komite Ahli Diare, Hepatitis penelusuran referensi, penyusunan draf, uji coba, seminar dan
dan ISP, Kementeri Kesehatan. dibahas dengan para ahli Hepatology yang berasal dari berbagai
fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan di Indonesia untuk
Penyunting : 1. Prof.dr.David Handojo Muljono, Ph. D, SpPD memperkaya pedoman pengendalian Hepatitis ini.
2. dr. Nyoman Kandun, MPH
3. Dr. dr.Rino A. Gani, SpPD KGEH Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah
4. dr. Irsan Hasan, SpPD KGEH membantu menyelesaikan penyusunan buku pedoman Pengendalian
5. Dr. dr.Hanifah Oswari SpA (K) Hepatitis Virus ini. Saya berharap agar buku pedoman ini dapat
bermanfaat bagi pengendalian penyakit Hepatitis di Indonesia.
Penyusun : 1. Prof.dr.David Handojo Muljono, Ph. D, SpPD
2. dr. Nyoman Kandun, MPH
3. Prof.dr. Ali Sulaiman, SpPD KGEH
4. Dr. dr.Rino A. Gani, SpPD KGEH
5. Dr. dr.Hanifah Oswari SpA (K) Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
6. dr. Irsan Hasan, SpPD KGEH Penyehatan Lingkungan
7. drg. Rini Noviani
8. dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS
9. dr. Armaji Kamaludin Syarif
10. dr. Rini Rohaeni Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama
NIP 195509031980121001
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal :
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat
di negara berkembang di dunia, termasuk di Indonesia. VHB
telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia dan sekitar
240 juta merupakan pengidap virus Hepatitis B kronis, penderita
Hepatitis C di dunia diperkirakan 170 juta orang dan sekitar
1.500.000 penduduk dunia meninggal setiap tahunnya
disebabkan oleh infeksi VHB dan VHC. Indonesia merupakan
negara dengan pengidap Hepatitis B nomor 2 terbesar sesudah
Myanmar diantara negara-negara anggota WHO SEAR (South East
Asian Region). Sekitar 23 juta penduduk Indonesia telah terinfeksi
Hepatitis B dan 2 juta orang terinfeksi Hepatitis C. Penyakit
Hepatitis A sering muncul dalam bentuk KLB seperti yang terjadi
di beberapa tempat di Indonesia.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2007, hasil pemeriksaan Biomedis
dari 10.391 sampel serum yang diperiksa, prevalensi HBsAg
positif 9.4% yang berarti bahwa diantara 10 penduduk di
Indonesia terdapat seorang penderita Hepatitis B virus.
Pada tanggal 20 Mei 2010 World Health Assembly (WHA) dalam
sidangnya yang ke 63 di Geneva telah menyetujui untuk
mengadopsi Resolusi WHA 63.18 tentang Hepatitis Virus, yang
menyerukan semua negara anggota WHO untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan hepatitis virus secara
komprehensif. Sebagai pemrakarsa resolusi ini adalah tiga negara
anggota WHO, yaitu Indonesia, Brazil dan Columbia. Dalam
resolusi ini, ditetapkan tanggal 28 Juli menjadi Hari Hepatitis
Sedunia atau World Hepatitis Day. Peringatan hari Hepatitis
Sedunia bermaksud untuk meningkatkan kepedulian
pemerintah, masyarakat dan semua pihak terhadap pengendalian
penyakit Hepatitis. Dalam resolusi tersebut, WHO akan
menyediakan bantuan bagi negara berkembang dalam
B. TUJUAN
1. Umum
Tersusunnya pedoman pengendalian Hepatitis virus dan
terselenggaranya kegiatan pengendalian Hepatitis dalam
rangka menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
akibat Hepatitis di Indonesia.
2. Khusus
a. Tersedianya panduan bagi penentu kebijakan dalam
pelaksanaan dan pengembangan program pengendalian
Hepatitis virus di Indonesia.
b. Tersedianya panduan dalam pelaksanaan deteksi dini
Hepatitis di fasilitas kesehatan.
C. SASARAN
Sasaran buku pedoman ini adalah pemangku kebijakan dan
petugas kesehatan di setiap jenjang pelayanan kesehatan sesuai
dengan peran dan fungsinya.
D. DASAR HUKUM
Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Hepatitis dilakukan
atas dasar beberapa landasan hukum antara lain :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984,
tentang Wabah penyakit menular (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 No. 20 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3273).
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004,
tentang Pemerintahan Daerah.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004,
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteraan (Lembaran Negara Republik
E. Kebijakan
Kebijakan Program Pengendalian Penyakit Hepatitis virus adalah
sebagai berikut:
1. Pengendalian Hepatitis berdasarkan pada partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat serta disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan masing-masing daerah (local area specific).
2. Pengendalian Hepatitis dilaksanakan melalui pengembangan
kemitraan dan jejaring kerja secara multi disiplin, lintas
program dan lintas sektor.
3. Pengendalian Hepatitis dilaksanakan secara terpadu baik
untuk pencegahan primer (termasuk didalamnya imunisasi),
sekunder, dan tersier.
4. Pengendalian Hepatitis dikelola secara profesional,
berkualitas, merata dan terjangkau oleh masyarakat melalui
penguatan seluruh sumber daya.
F. STRATEGI
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup
sehat (PHBS) sehingga terhindar dari penyakit Hepatitis.
2. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan
peran serta masyarakat untuk penyebar luasan informasi
kepada masyarakat tentang pengendalian Hepatitis.
3. Mengembangkan kegiatan deteksi dini yang efektif dan efisien
terutama bagi masyarakat yang berisiko.
4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan sumber daya
manusia dan penguatan institusi, serta standarisasi
pelayanan.
5. Meningkatkan surveilans epidemiologi Hepatitis di seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Mengembangkan jejaring kemitraan secara multi disiplin
lintas program dan lintas sektor di semua jenjang baik
pemerintah maupun swasta.
G. KEGIATAN
1. Advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan.
2. Sosialisasi dan edukasi tentang pengendalian Hepatitis
kepada petugas kesehatan terkait.
3. Promosi kesehatan kepada masyarakat melalui media
komunikasi baik cetak maupun elektronik.
A. TIM PENYUNTING
1. Prof.dr.David Handojo Muljono, Ph. D, SpPD
2. dr. Nyoman Kandun, MPH
3. Dr. dr.Rino A. Gani, SpPD KGEH
4. dr. Irsan Hasan, SpPD KGEH
5. Dr. dr.Hanifah Oswari SpA (K)
B. TIM PENYUSUN
1. Prof.dr.David Handojo Muljono, Ph. D, SpPD
2. dr. Nyoman Kandun, MPH
3. Prof.dr. Ali Sulaiman, SpPD KGEH
4. Dr. dr.Rino A. Gani, SpPD KGEH
5. Dr. dr.Hanifah Oswari SpA (K)
6. dr. Irsan Hasan, SpPD KGEH
7. drg. Rini Noviani
8. dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS
9. dr. Armaji Kamaludin Syarif
10. dr. Rini Rohaeni
11. Dr.dr. Julitasari Sundoro, MSc-PH
12. dr. Rossa Avrina
13. dr. Sukmawati Dunuyaali
14. dr. Ignatius Bima Prasetya
15. dr. Anandhara Indriani
16. dr. Karnely Herlena, M.Epid
17. Agus Handito, SKM, M.Epid
18. Arman Zubair, S.Sos
19. Muhamad Purwanto, SKM
20. dr. Marolop Binsar Silaen
C. ORGANISASI PROFESI
1. PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia)
2. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
H. AKADEMISI/PERGURUAN TINGGI
Dalam rangka melaksanakan pengendalian Hepatitis di Indonesia,
Akademisi/perguruan tinggi diharapkan dapat mendukung ada beberapa hal yang perlu perhatikan, antara lain kondisi penyakit
upaya pengendalian Hepatitis dengan melakukan penelitian, Hepatitis di masyarakat saat ini (epidemiologi, etiologi, kondisi
seminar ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan petugas dan lingkungan di daerah endemis, perilaku masyarakat terhadap faktor
masyarakat sehingga dapat berperan aktif dalam pengendalian risiko penyakit dll), peraturan-peraturan yang terkait, sosial ekonomi,
Hepatitis. pengetahuan para pemangku kepentingan dan masyarakat tentang
Hepatitis, sumber daya yang tersedia, sehingga dari kondisi yang
ada dapat dikelompokkan setiap unsur dalam bagian-bagian menurut
analisis SWOT. Setiap keadaan yang ada saat ini dikelompokkan
dalam bagan termasuk dalam Peluang, Kekuatan, Kelemahan atau
Ancaman. Analisis SWOT diperlukan dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi suatu Kebijakan yang akan
ditetapkan dalam Pengendalian Hepatitis di Indonesia.
A. BEBAN PENYAKIT
Hepatitis A, WHO memperkirakan di dunia setiap tahunnya ada
sekitar 1,4 juta penderita Hepatitis A. Di Amerika insidens
Hepatitis A adalah 1 per 100.000 penduduk, dengan estimasi
21.000 orang (Tahun 2009). Di Eropa insidens Hepatitis A adalah
3,9 per 100.000 penduduk (Publikasi tahun 2008). Di Indonesia,
Hepatitis A sering muncul dalam Kejadian Luar Indonesia (KLB).
Tahun 2010 tercatat 6 KLB dengan jumlah penderita 279, jumlah
kematian 0, CFR 0 sedangkan tahun 2011 tercatat 9 KLB, jumlah
penderita 550, jumlah kematian 0, CFR 0. Tahun 2012 sampai
bulan Juni, telah terjadi 4 KLB dengan jumlah penderita 204,
jumlah kematian 0, CFR 0.
Data lain menunjukkan pada tahun 1998, di Kabupaten Bogor,
Jawa Barat telah terjadi KLB Hepatitis A dengan jumlah kasus
74 orang (AR = 1,4%) dan golongan umur terbanyak 19-25 tahun
(AR = 3,4%), di Provinsi Jawa Timur yatu di Kabupaten Bondowoso
(Kecamatan Sukosari) dan Kabupaten Malang (Kecamatan
Wonosari) di 7 desa dengan jumlah kasus 998, tahun 2004 di
D. SOSIAL EKONOMI
Daerah dengan tingkat sosial ekonomi penduduk yang rendah,
mempunyai sanitasi lingkungan yang rendah pula. Pola
penularan Hepatitis A dan Hepatitis E yang melalui oro-fecal
sangat dipengaruhi kualitas sanitasi lingkungan setempat,
E. LANDASAN HUKUM
Landasan hukum yang mendasari kegiatan dalam pengendalian
Hepatitis ini lihat Bab I point D.
1. Pusat Situasi tersebut di atas juga mengacu pada hal-hal antara lain :
a. APBN 1. Hepatitis akut dan kronis tidak terlaporkan pada sistem
b. Dekonsentrasi surveilans penyakit menular sehingga tidak diketahui beban
c. BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) yang sesungguhnya
d. BLN (Bantuan Luar Negeri) 2. Banyak orang secara individu tidak mengetahui bahwa
dirinya termasuk dalam risiko tinggi dan bagaimanana
mencegah terinfeksi
2) Pemeriksaan Lanjutan :
Pemeriksaan ini merupakan lanjutan pemeriksaan
yang dilaksanakan bagi seseorang dengan HBsAg positif,
yaitu :
- HBeAg : test untuk menetukan apakah telah terjadi
replikasi (memperbanyak diri) virus
- Anti HBe: tes untuk mengetahui apakah seseorang
telah mempunyai anti bodi
- HBV DNA : tes untuk mengetahui jumlah virus
Hepatitis B
- LFT (ALT) : test untuk mengetahui fungsi hati
- Bahan habis pakai : tabung reaksi/ vacuntainer,
kapas, alkohol, sarung tangan, jarum suntik sekali
pakai, sentrifuse, box serum, mikropipet/pipet skala,
cryotube, masker, blood chemistry analyzer, ELISA
reader, ELISA washer, real time PCR, tip mikropipet,
rak tabung reaksi, torniquet karet, rotator.
A. PERENCANAAN KEBUTUHAN
b. Hepatitis B
1) Penapisan dengan test HBsAg test, anti HBs dan anti
HBc
HBsAg : test untuk menentukan seseorang
pernah terinfeksi virus Hepatitis B.
Anti HBs : test untuk menentukan seseorang
telah mempunyai kekebalan terhadap Virus
Hepatitis B.
Anti HBc : test untuk menentukan seseorang
telah mempunyai kekebalan (adanya replikasi
inti sel) terhadap Virus Hepatitis B.
Bahan habis pakai : tabung reaksi/vacuntainer,
kapas, alkohol, sarung tangan, jarum suntik
A. HEPATITIS A
1. Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Hepatitis A (VHA), termasuk
famili picornaviridae berukuran 27 nanometer, genus
hepatovirus yang dikenal sebagai enterovirus 72, mempunyai
1 serotype dan 4 genotype, merupakan RNA virus. Virus
Hepatitis A bersifat termostabil, tahan asam dan tahan
terhadap empedu. Virus ini diketahui dapat bertahan hidup
dalam suhu ruangan selama lebih dari 1 bulan. Pejamu
infeksi VHA hanya terbatas pada manusia dan beberapa
binatang primata. Virus dapat diperbanyak secara in vitro
dalam kultur sel primer monyet kecil atau secara invivo pada
simpanse.
2. Cara Penularan
Virus Hepatitis A ditularkan secara fecal-oral. Virus ini masuk
kedalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman
yang tercemar tinja penderita VHA. Virus kemudian masuk
ke hati melalui peredaran darah untuk selanjutnya
6. Pencegahan
Seperti pada penyakit infeksi lainnya, pencegahan infeksi
Hepatitis B bisa berupa pencegahan non-spesifik maupun
pencegahan spesifik.
2. Hepatitis B
Hepatitis B tersebar di seluruh dunia, WHO memperkirakan
lebih dari 2 milyar orang terinfeksi HBV (termasuk 240 juta
dengan infeksi kronis). Setiap tahun diperkirakan sekitar
1.000.000 orang meninggal akibat infeksi HBV.