LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Faujan
Umur : 1 tahun
No. RM : 374003
ayah dan ibu penderita di RSUD Praya, bangsal Melati pada tanggal 30 Juni
2015.
Keluhan Utama :
Kejang.
25
Penderita dikeluhkan oleh keluarganya kejang pada satu hari yang
lalu sebelum masuk rumah sakit, kejang terjadi seluruh tubuh, mata
mengantuk.
sebelum kejang. Demam terjadi kurang lebih empat jam sebelum kejang.
Buang air besar (+) dengan konsistensi padat dan warna kecoklatan.
Nafsu makan dan minum pasien sebelum dan setelah kejang baik.
Riwayat kejang tanpa demam pada usia 1,5 bulan sebanyak 1 kali. Kejang
bersifat umum tonik-klonik, dengan mata melirik ke atas dan terjadi selama
26
Sengkol dan dirujuk ke RSUD Praya. Pasien dirawat inap di RSUD Praya
selama 6 hari.
Riwayat Pengobatan :
16 tpm dan obat dexa 1/3 ampul di Puskesmas Sengkol, Lombok Tengah
Orang tua pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang pernah
mengalami kejang. Riwayat epilepsi (-), stroke (-), keganasan (-), hipertensi
Pasien merupakan anak pertama. Saat hamil, ibu mengaku tidak pernah
mellitus, dan penyakit jantung. Ibu juga tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan selama hamil, kecuali obat penambah darah yang diberikan oleh
sebanyak 8 kali selama hamil. Nutrisi ibu selama hamil cukup, ibu rajin
Pasien lahir secara spontan, di puskesmas dan dibantu oleh bidan, dengan
usia kehamilan cukup bulan, dan berat badan lahir 3100 gram, panjang
badan lahir 40 cm, segera menangis, tidak biru dan tidak ada kelainan
bawaan.
27
Riwayat Imunisasi :
Riwayat Nutrisi :
Penderita menggunakan ASI secara ekslusif selama 6 bulan. Saat ini pasien
masih minum ASI diselingi susu formula dan makanan pendamping berupa
bubur instan.
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
Saat ini, pasien sudah mampu berdiri sendiri tanpa berpegang pada benda.
Pedigree :
28
Pasien
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya dalam satu rumah. Pasien berasal dari
keluarga dengan ekonomi menengah kebawah. Lantai rumah terbuat dari semen
dan dinding terbuat dari bedek bambu. Ayah pasien bekerja sebagai pelayan hotel
dan jarang berada di rumah. Ibu pasien merupakan ibu rumah tangga, dan satu-
satunya penghasilan keluarga berasal dari ayah. Ibu pasien mengaku bahwa ayah
pasien tidak merokok. Penghasilan ayah perbulannya kurang lebih sebanyak Rp.
1.600.000,-
Status Present
Berat badan : 9 kg
Tinggi badan : 74 cm
Status gizi :
29
TB= 74 cm TB/U= 0-(-2)SD Normal
Status General
Mata : Anemis -/-, Ikterus -/-, Refleks pupil +/+ isokor, cowong (-)
THT
dievaluasi
Hidung : Nafas cuping hidung (-), rinore (-)
Mukosa bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Leher
Thorax
Cor :
30
Auskultasi : S1 S2 Normal, regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo :
retraksi (-)
Palpasi : Focal fremitus N/N
Perkusi : Sonor, batas jantung-paru dbn
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen :
Status Neurologis
1. Refleks Fisiologis:
Bisep (+/+)
Trisep (+/+)
Achilles (+/+)
Patella (+/+)
2. Refleks Patologis
Babinski (/)
Chaddock (/)
Gordon (/)
Oppenheim (/)
Scaefer (/)
Hoffman (/)
Tromner (/)
31
Kernig Sign (-/-)
Brudzinski sign (-/-)
ASSESSMENT
Diagnosis awal :
Suspek Epilepsi
DD :
- kejang demam kompleks
PLANNING
Diagnostik
- Darah Lengkap
- GDS
Terapi
O2 1 lpm nasal kanul
IVFD
Inj. Sanmol (Paracetamol) 10 cc jika demam
Inj. Valisanbe (Diazepam) 2 mg IV
Fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kg/per drip selama 20-30 menit
32
MCH : 20,4 pg (rendah)
RESUME
Diagnosis Akhir
33
BAB IV
ANALISIS KASUS
Daftar Masalah
Kejang merupakan hasil dari aktivitas sel saraf di otak yang berlebih.
Manifestasi ini merupakan kelainan fungsi tubuh yang terjadi secara tiba-tiba,
atau bahkan kurang. Epilepsi merupakan suatu keadaan bangkitan akibat disfungsi
sementara sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada
sekelompok neuron yang peka oleh rangsangan yang berlebih, yang dapat
menimbulkan kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang timbul secara
tiba-tiba dan sesaat. Diagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar adanya bangkitan
epilepsi berulang (minimum 2 kali) tanpa provokasi, dengan atau tanpa adanya
gambaran epileptiform pada EEG. Kejang berulang tanpa provokasi dalam 24 jam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
(suhu rektal lebih dari 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
(diluar rongga kepala). Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam
34
kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang
demam biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan 5 tahun. Kejang disertai
demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami
Pada kasus ini dari anamnesis dikatakan penderita mengalami kejang saat
badan demam tinggi, mendadak naik secara tiba-tiba, namun telah memiliki
riwayat dahulu kejang tanpa disertai demam saat usia 1 bulan. Oleh karena itu,
pada pasien tersebut dipikirkan diagnosis epilepsi daripada kejang demam. Pada
kasus ini anak tidak mengalami penurunan kesadaran atau tanda-tanda infeksi
system saraf pusat seperti kaku kuduk atau refleks patologis, sehingga
cara. Memiliki faktor resiko epilepsi membuat seseorang memiliki resiko yang
lebih besar untuk terkena epilepsi tetapi tidak selalu harus terkena epilepsi.
Sebaliknya seseorang yang tidak memiliki faktor resiko belum tentu tidak terkena
epilepsi. Faktor resiko epilepsi yang dimiliki pasien yaitu pernah kejang pada usia
1,5 bulan, kejang demam, walaupun secara genetik tidak ada keluarga yang
35