Anda di halaman 1dari 34

BUKU MANUAL KETERAMPILAN KLINIK

PEDIATRIC DISORDERS

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR


RESUSITASI NEONATUS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2017
Keterampilan Klinik Pediatric Disorders
Buku Manual

2017

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Warmadewa
Denpasar
Penasehat
dr. I Gusti Ngurah Anom Murdhana, Sp.FK
dr. I Wayan Darwata, MPH
dr. Agus Santosa, Sp.THT-KL, MARS
dr. I Made Sarmadi, MARS

Penanggung Jawab
dr. Putu Asih Primatanti, Sp.KJ
dr. Rima Kusuma Ningrum, MMedEd

Koordinator Kurikulum
dr. Dewa Ayu Agung Alit Suka Astini, M.Si

Koordinator Kurikulum Keterampilan Klinik


dr. Saktivi Harkitasari, M.Biomed., Sp.S

Tim Keterampilan Klinik


dr. Saktivi Harkitasari, M.Biomed., Sp.S
dr. Komang Trisna Sumadewi, M.Biomed

Editor
dr. Saktivi Harkitasari, M.Biomed., Sp.S

Kontributor
dr. I Nyoman Arie Purwana, M.Sc., Sp.A
dr. Putu Nita Cahyawati, M.Sc
dr. Saktivi Harkitasari, M.Biomed., Sp.S
dr. Komang Trisna Sumadewi, M.Biomed
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya Buku Manual Keterampilan Klinik Pediatrics
Disorders ini dapat terselesaikan dengan baik.
Buku manual ini disusun untuk memberikan panduan di dalam proses
pembelajaran keterampilan klinik baik bagi dosen instruktur maupun mahasiswa semester
6 dengan harapan agar proses pembelajaran keterampilan klinik dapat terlaksana dengan
baik.
Kami menyampaikan ucapan terima kasih terhadap semua pihak yang telah
terlibat dalam penyusunan buku ini. Masukan dari berbagai pihak demi penyempurnaan
buku ini sangat disarankan.
Semoga buku manual keterampilan klinik ini dapat bermanfaat bagi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa khususnya bagi para dosen
pengajar dan mahasiswa, sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

Denpasar, Mei 2017

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Warmadewa
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................. i
PENYUSUN ............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
DAFTAR ISI.............................................................................................................. vi

AKTIVITAS PEMBELAJARAN .......................................................................... 1

TATA TERTIB LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK .................. 2

UNIT PEMBELAJARAN 1: PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR .. 5


Tujuan Pembelajaran ........................................................................................ 5
Prinsip Pemeriksaan Bayi Baru Lahir............................................................... 5
Peralatan dan Perlengkapan .............................................................................. 6
Tahap Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 6
Checklist Pemeriksaan Bayi Baru Lahir ........................................................... 14

UNIT PEMBELAJARAN 2: RESUSITASI NEONATUS................................... 16


Prinsip Penanganan Bayi Baru Lahir ................................................................ 16
Persiapan Resusitasi.......................................................................................... 18
Panduan Dalam Melaksanakan Penanganan Bayi Baru Lahir.......................... 27
Checklist Resusitasi Bayi Baru Lahir ............................................................... 29
AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Dalam kegiatan keterampilan klinik, mahasiswa akan mengikuti kegiatan pembelajaran sebagai
berikut:
1. Kuliah
Sebelum melakukan latihan dengan instruktur, mahasiswa akan diberikan kuliah pengantar
oleh dosen ahli
2. Keterampilan klinik terbimbing
Mahasiswa akan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil dan dibimbing oleh satu
orang dosen instruktur
3. Keterampilan klinik mandiri
Mahasiswa diberi kesempatan untuk berlatih secara mandiri untuk mempraktekkan kembali
keterampilan yang telah didapat saat keterampilan klinik terbimbing
4. Responsi
Mahasiswa secara individu akan dievaluasi oleh dosen instruktur mengenai keterampilan
yang telah dilatih. Penilaian dilakukan dengan menggunakan checklist penilaian yang
terlampir pada setiap modul. Mahasiswa berhak mengikuti responsi jika telah mengikuti
keterampilan klinik terbimbing dan mandiri. Mahasiswa diwajibkan untuk lulus semua
responsi agar dapat mengikuti Objective Structured Clinical Examination (OSCE).

1
TATA TERTIB LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIK
FKIK UNIVERSITAS WARMADEWA

1) Mahasiswa wajib hadir tepat waktu. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari
15 menit tidak diijinkan mengikuti kegiatan skills lab pada hari itu. Mahasiswa yang
tidak hadir dalam sesi kegiatan skills lab wajib mengirimkan surat pemberitahuan
kepada pengelola skills lab.
2) Aturan berpakaian:
- Mengenakan jas laboratorium sebelum memasuki ruangan dan memakai name tag
- Disarankan memakai celana panjang, tetapi bukan jeans
- Tidak boleh mengenakan pakaian ketat, kaos tanpa kerah atau sandal
- Tidak boleh berdandan berlebihan, berkuku panjang dan dicat
- Untuk perempuan yang memakai rok, minimal 5 cm di bawah lutut dan bagi yang
berambut panjang agar diikat rapi. Bagi pria rambut tidak menutupi telinga.
- Mahasiswa wajib membawa handscoon dalam setiap kegiatan skills lab
3) Sebelum latihan, mahasiswa harus membuat buku rencana kegiatan yang akan
ditandatangani oleh instruktur, jika mahasiswa tidak membuat buku rencana kegiatan
maka tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan skills lab pada hari itu.
4) Berlaku tertib, tidak bersendau-gurau dan tidak membuat keributan yang akan
mengganggu kelompok lain serta dilarang mengaktifkan alat komunikasi dan barang
elektronik lainnya selama kegiatan berlangsung.
5) Sebelum kegiatan skills lab instruktur akan memberikan pretest. Pretest dapat
diberikan secara lisan/tertulis. Instruktur berhak menghentikan proses pembelajaran
dan mengeluarkan mahasiswa yang dianggap tidak siap (sesi dapat dijadwalkan
lagi/diikutkan sesi inhal).
6) Dalam menjalankan latihan keterampilan di skills lab, setiap mahasiswa harus mau
berlatih memeriksa dan diperiksa (menjadi probandus bagi teman sekelompok).
7) Dilarang makan dan minum di dalam ruang latihan.
8) Instruktur berhak menghentikan proses latihan atau mengeluarkan mahasiswa
yang tidak mematuhi tata tertib skills lab.
9) Mahasiswa diwajibkan untuk aktif melihat pengumuman di papan pengumuman
skillslab.
10) Semua tas dan alat elektronik disimpan di dalam loker.

2
NAMA INSTRUKTUR

No Nama Instruktur No Tlp. Kelompok


1 dr. I Nyoman Sueta, PAK 8
2 dr. Rima Kusuma Ningrum, MMedEd 087861590930 7
3 dr. I Gusti Putu Wiadnyana, MPH 08128219063 6
4 dr. Saktivi Harkitasari, M.Biomed., Sp.S 089649671736 5
5 dr. Sagung Putri Permana Lestari M. P., 081916236262 4
M.Biomed., Sp.KJ
6 dr. Kadek Agus Kurniawan, Sp.OG 0817378636 3
7 dr. Putu Nita Cahyawati, M.Sc 081916118417 2
8 dr. Tanjung Subrata, M.Repro 08175731999 1

3
JADWAL PEMBELAJARAN

Hari/ Waktu Kegiatan Tempat Pelaksana


Tanggal
Hari ke-3 10.00 11.00 Kuliah pengantar keterampilan RK Wijana
Selasa, klinik
12/06/2017 12.30 14.30 Keterampilan klinik 1 (terbimbing) RSL Instruktur
Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru
Lahir
Hari ke-4
Peer
Selasa, 10.30 12.30 Keterampilan klinik 1 (mandiri) RSL
instruktur
13/06/2017
Hari ke-6
Rabu, 08.00 10.00 Keterampilan klinik 1 (responsi) RSL Instruktur
15/06/2017
Hari ke-8 Kuliah pengantar keterampilan Triyasa
10.30 11.30 RK
Senin, klinik
19/06/2017 Keterampilan klinik 2 (terbimbing) Instruktur
10.30 11.30 RSL
Resusitasi Neonatus
Hari ke-9 10.30 12.30 Keterampilan klinik 2 (mandiri) Peer
Selasa, RSL instruktur
20/06/2017
Hari ke-12
Rabu, 12.30 14.30 Keterampilan klinik 2 (responsi) RSL Instruktur
29/06/2017

4
PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

Tujuan pembelajaran
Setelah menyelesaikan modul ini, Mahasiswa mampu:
1. Mensimulasikan cara membina hubungan baik dengan orang tua pasien
2. Menerapkan prinsip perlindungan diri dan bayi pada kondisi simulasi
3. Memilih peralatan dan bahan yang benar dalam melakukan pemeriksaan fisik bayi baru
lahir
4. Melakukan pengukuran antropometri pada bayi baru lahir (manekin) yang mencakup:
pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala dan lingkar dada
5. Melakukan pemeriksaan fisik lengkap yang mencakup pemeriksaan: kepala, wajah,
hidung, mulut, telinga, leher, dada, ekstremitas, abdomen, genitalia, anus, rectum dan
kulit

Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh dokter atau bidan yang bertujuan
untuk memastikan normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan dari keadaan normal bayi
baru lahir. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan
penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam
pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan dan dapat ditunda apabila suhu
tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.

Prinsip pemeriksaan bayi baru lahir:


1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
2. Cuci dan keringkan tangan serta pakai sarung tangan
3. Pastikan pencahayaan baik
4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa (jika bayi
telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali
dengan cepat
5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

5
Peralatan dan Perlengkapan
1. Senter
2. thermometer
3. stetoskop
4. selimut bayi
5. bengkok
6. timbangan bayi
7. pita ukur/metlin
8. pengukur panjang badan
9. Opthalmoskop
10. Spatula
11. Stadiometer atau yang sejenis
12. Kartu pertumbuhan

Tahapan Pemeriksaan Fisik


1. Persiapan
Siapkan catatan/rekam medis, pelajari kasus dan baca riwayat sebelumnya
Dengarkan dengan seksama: orang tua/keluarga/pengantar pasien (lakukan
anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,
faktor ibu (maternal), faktor perinatal, intranatal dan neonatal
Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
Siapkan peralatan
Mencuci tangan dan menghangatkan tangan
Memakai sarung tangan
Letakkan bayi pada tempat yang rata

2. Pengamatan
Lakukan dengan tenang agar tidak membangunkan bayi
Dengarkan komentar ibu (keluarga) mengenai perilaku bayi
Setelah pengamatan lengkap, lanjutkan dengan pemeriksaan fisik

6
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan bayi
Suasana tenang dan cukup penerangan
Pemeriksaan jantung: butuh ketenangan dan cukup waktu
Membuka pakaian bayi dengan segera/terburu-buru dapat menyebabkan bayi
terbangun sehingga sulit memeriksa jantung

4. Penjelasan Kepada Orang Tua


Paling baik dilakukan saat pemeriksaan berlangsung
Diskusikan jika tampak adanya kelainan

5. Pencatatan
Lengkapi rekam medis
Tanyakan/diskusikan kembali kepada orang tua tentang hasil pemeriksaan
Akhiri dengan ucapan terima kasih

Pengukuran Antropometri:
1. Penimbangan berat badan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala penimbangan ke titik nol sebelum
penimbangan. Hasil timbangan dikurangi berat alas dan pembungkus bayi
2. Pengukuran panjang badan
Letakkan bayi di tempat yang datar. Ukur panjang badan dari kepala sampai tumit dengan
kaki/badan bayi diluruskan. Alat ukur harus terbuat dari bahan yang tidak lentur.
3. Ukur lingkar kepala
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkari kepala kembali lagi ke dahi.

7
4. Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada (pengukuran dilakukan
melalui kedua puting susu)

Prosedur Pemeriksaan Fisik


1. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanela, apakah ukuran dan tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang
tindih yang disebut moulding/moulage. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.
Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanela
menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung
dapat tejadi akibat deidrasi. Terkadang teraba fontanela ketiga antara fontanela anterior
dan posterior, hal ini terjadi karena adanya trisomi 21.
Periksa adanya tauma kelahiran, misalnya: caput suksedaneum, cephal hematoma,
perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
Perhatikan adanya kelainan kongenital, seperti: anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.

Gambar 1. Pengukuran lingkar kepala

8
2. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan
posisi bayi di intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau
sindrom Piere-robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi
dan paresi nervus fasialis.

3. Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
Periksa jumlah, posisi atau letak mata.
Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak
bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina.
Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.
Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.

4. Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan
ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini kemungkinan
adanya sifilis kongenital.
Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan
adanya gangguan pernapasan ( Depkes RI,2003 ).

9
5. Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya paresis wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia.
Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal dari
dasar mulut).
Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum durum dan
molle.
Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat
Episteins pearl atau gigi.
Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak atau
tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda foote).
Bibir sumbing (Bennet & Brown, 1999).

6. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat
pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal.

7. Leher
Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus
baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher.
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada pleksus brakhialis.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan dan periksa adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.

10
8. Klavikula
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi yang lahir
dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan adanya fraktur.

9. Tangan
Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan kedua lengan ke
bawah.
Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan
neurologis atau fraktur.
Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sindaktili.
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21.
Periksa adanya paronikia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka dan perdarahan.

10. Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan
bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan
yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum
atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan.
Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris.
Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.

11. Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan.
Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika.
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor
lainnya.
Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus
omfaloentriskus persisten (Lodermik, Jensen 2005).

11
12. Genitalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. Periksa posisi lubang uretra.
Preputium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan phimosis.
Periksa adanya hipospadia dan epispadia.
Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora.
Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.
Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh
pengaruh hormon ibu (withdrawl bleeding) (Lodermik dan Jensen, 2005).

13. Anus dan rectum


Periksa adanya kelainan atresia ani dan kaji posisinya.
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum keluar
kemungkinan adanya meconium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan.

14. Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan
keduanya dan bandingkan.
Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kurangnya gerakan berkaitan dengan adanya
trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
Periksa adanya polidaktili atau sindaktili pada jari kaki.

15. Spinal
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas
seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra (Lodermik dan
Jensen, 2005).

16. Kulit
Perhatikan kondisi kulit bayi.

12
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir.
Periksa adanya pembengkakan.
Perhatikan adanya vernik kaseosa.
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.

13
CHECKLIST PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR

Nilai
No. Kriteria
0 1
Pembukaan
1. Memberi salam kepada pasien dan orang tuanya
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan peranannya sebagai dokter
4. Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada orang tua pasien
5. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada orang tua pasien
6. Meminta izin kepada orang tua pasien untuk melakukan pemeriksaan
Persiapan
7. Mempersiapkan alat:
- senter/penlight
- thermometer
- stetoskop
- selimut bayi
- bengkok
- timbangan bayi
- pita ukur/metlin
- pengukur panjang badan
- opthalmoskop
- spatula
- stadiometer atau yang sejenis
- infant warmer
- selimut
- sarung tangan
- kartu pertumbuhan
- kertas catatan dan bolpoin
8. Mencuci tangan dengan teknik dan langkah yang benar
9. Mengenakan sarung tangan
10. Memposisikan bayi pada infant warmer dan memastikan pencahayaan baik
serta mengatur suhu ruangan antara 24-26 C
11. Berdiri di sebelah kanan/depan pasien
Prosedur
12. Melakukan pemeriksaan bayi dalam keadaan telanjang dan hangat lalu
membuka bagian yang akan diperiksa dan segera menyelimuti kembali jika
pemeriksaan telah selesai
13. Melakukan pemeriksaan secara sistematis dan menyeluruh:
a. Pengukuran antropometri
b. Kepala
c. Wajah

14
d. Mata
e. Hidung
f. Mulut
g. Telinga
h. Leher
i. Klavikula
j. Tangan
k. Dada
l. Abdomen
m. Genitalia
n. Anus dan rektum
o. Tungkai
p. Spinal
q. Kulit
Penutupan
14. Menginformasikan bahwa pemeriksaan telah selesai
15. Menyelimuti pasien
16. Merapikan alat
17. Melepaskan sarung tangan lalu mencuci tangan dengan teknik dan langkah
yang benar
18. Mencatat hasil pemeriksaan
19. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada orang tua pasien
20. Menanyakan apakah terdapat hal yang ingin ditanyakan
21. Mengucapkan terima kasih
Profesionalisme
22. Melakukan pemeriksaan dengan sikap profesional
Nilai Total

Keterangan :
Nilai 0 = tidak dilakukan/dilakukan dengan tidak benar
Nilai 1 = dilakukan dengan benar

15
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Kebutuhan akan resusitasi dapat diantisipasi dengan melihat faktor risiko, antara lain: bayi yang
dilahirkan dari ibu yang pernah mengalami kematian janin atau neonatal, ibu dengan penyakit
kronik, kehamilan multipara, kelainan letak, pre-eklampsia, persalinan lama, prolaps tali pusat,
kelahiran prematur, ketuban pecah dini, cairan amnion tidak bening. Pada sebagian bayi baru
lahir, kebutuhan akan resusitasi neonatal tidak dapat diantisipasi sebelum dilahirkan, oleh karena
itu penolong harus selalu siap untuk melakukan resusitasi pada setiap kelahiran. Apabila
memungkinkan lakukan penilaian APGAR. Pada beberapa daerah dengan keterbatasan sumber
daya manusia, tempat dan atau alat, teknik resusitasi yang disampaikan berikut perlu disesuaikan
dengan keadaan setempat.
Tujuan dari resusitasi ialah memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan
curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya.
Asfiksia sendiri didefinisikan sebagai gagal nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat sesudah lahir. Kata asfiksia juga dapat memberi gambaran atau arti kejadian di
dalam tubuh bayi berupa hipoksia progresif, penimbunan CO2 (hiperkarbia) dan asidosis.
Penyebab asfiksia neonatorum dapat digolongkan ke dalam tiga faktor: faktor ibu, faktor janin,
dan faktor plasenta.
Apapun penyebab yang melatarbelakangi asfiksia, segera setelah penjepitan tali pusat
menghentikan penyaluran oksigen dari plasenta, bayi akan mengalami depresi dan tidak mampu
untuk memulai pernafasan spontan yang memadai dan akan mengalami hipoksia yang berat dan
secara progresif akan menjadi asfiksia. Bila bayi mengalami keadaan ini untuk pertama kalinya
(apneu primer/gasping primer), berarti ia mengalami kekurangan oksigen, maka akan terjadi
pernafasan cepat dalam periode yang singkat. Bila segera diberikan pertolongan dengan
pemberian oksigen, biasanya dapat segera merangsang pernafasan spontan. Bila tidak diberi
pertolongan yang adekuat, maka bayi akan mengalami apneu sekunder/gasping sekunder dengan
tanda dan gejala yang lebih berat. Pertolongan dengan resusitasi aktif dengan pemberian oksigen
dan nafas buatan harus segera dimulai. Dalam penangan asfiksia neonatorum, setiap apneu yang
dilihat pertama kali harus dianggap sebagai apneu sekunder. Perubahan biokimiawi yang terjadi
dalam tubuh bayi asfiksia, dengan penilaian analisa gas darah akan didapatkan hasil pada saat
kejadian akan terjadi metabolisme aerob, hipoksia (paO2 < 50 mmHg), hiperkarbia (paCO2 > 55
mmHg) dan asidosis (PH < 7,2). Bila tidak segera dilakukan resusitasi akan berlanjut menjadi

16
metabolisme anaerob dengan hasil akhir terbentuk dan tertimbunnya asam laktat dalam darah
dan jaringan tubuh bayi yang akan berakibat kerusakan sel dan jaringan yang berujung pada
kegagalan fungsi organ dan kematian. Diagnosis asfiksia dapat ditegakkan melalui:
1. Dengan mengamati 3 variabel yaitu: usaha nafas, denyut jantung dan warna kulit. Bila
bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap, denyut jantung turun dan kulit sianosis
atau pucat, maka secara klinis dapat ditegakkan diagnosis asfiksia neonatorum.
2. Dengan pemeriksaan analisa gas darah.
3. Dengan skor APGAR dan skor situgna. APGAR score biasanya dinilai pada 5 menit
pertama (pada menit 0, 1 dan 5) dan dapat diulang jika APGAR score masih rendah.

Gambar 2. Skor APGAR

A. Prinsip Penanganan Bayi Baru Lahir


Jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran udara, selimuti
dengan baik.
Bayi tetap bersama ibunya (rawat gabung).
Inisiasi menyusu dalam jam pertama kehidupan.
Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan.
Jaga tali pusat tetap bersih dan kering.
Beri tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali.

17
Beri vitamin K1 (fitomenadion) 1 mg intramuskular (IM) di paha kiri.
Beri vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di paha kanan sekurangnya 2 jam sesudah pemberian
vitamin K1.
Jika lahir di rumah sakit, beri imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio oral 2 tetes ke
mulut bayi saat akan pulang dari rumah sakit.

Persiapan resusitasi
1. Persiapkan orang: minimal 1 orang yang terampil dan 2 orang jika resusitasi berlanjut.
2. Persiapkan peralatan.
3. Jika kembar: tim resusitasi dan peralatan berbeda.
4. Antisipasi faktor risiko antepartum dan intrapartum.

Gambar 3. Peralatan resusitasi

18
Bagan 1. Alur resusitasi neonatus

19
PANDUAN DALAM MELAKSANAKAN PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

No. Panduan belajar


A. PERSIAPAN
1. Mengantisipasi risiko bayi baru lahir yang membutuhkan resusitasi:
- Faktor ante partum (pre eklampsia-eklampsia)
- Faktor intra partum (prematur, BBLR, fetal distress atau gawat janin)
2. Terangkan prosedur standart sesuai aturan rumah sakit atau pelayanan kesehatan setempat:
- Sarung tangan
- Pelindung petugas yang sesuai (misalnya: masker)
Petugas: paling sedikit ada satu petugas yang bertanggung jawab terhadap bayi dan mampu
melakukan resusitasi yang benar dan lengkap
3. Jaga kehangatan:
- Alat pemancar panas diaktifkan sebelum bayi lahir
- Linen atau kain yang bersih, kering dan hangat
4. Posisi bayi : pengganjal bahu
5. Membuka jalan napas (jika perlu)
Alat penghisap lendir
- Penghisap lendir balon-kaca
- Penghisap mekanis (mungkin dengan simulasi)
- Kateter penghisap, ukuran 5F, 6F, 8F, 10F, 12F
- Pipa lambung, ukuran 8F dan semprit 20 ml
- Penghisap mekonium
6. Alat pengatur aliran atau flowmeter (mungkin simulasi). Cara memberikan oksigen aliran
bebas :
- Sungkup oksigen
- Pipa oksigen
- Balon yang tidak mengembang sendiri atau flow-inflating bag (mungkin simulasi)
7. Balon dan sungkup
- Sumber oksigen dengan alat pengatur aliran (5-10 L/min) dan pipa oksigen
- Sungkup wajah: ukuran untuk bayi cukup bulan dan kurang bulan (dengan bantalan)
- Balon yang tidak mengembang sendiri (flow-inflating bag) dengan manometer pengukur
tekanan (mungkin dengan simulasi)
- Balon yang mengembang sendiri. Balon (240 ml) dengan katup pelepas tekanan,
reservoir oksigen.
8. Peralatan intubasi
- Laringoskop dengan lidah lurus no. 0 (bayi kurang bulan) dan no. 1 (bayi cukup bulan)
- Lampu cadangan dengan baterai untuk laringoskop
- Pipa endotrakeal (ET) no. 2,5; 3,0; 3,4; 4,0
- Stilet (bila tersedia)

20
- Plester atau alat fiksasi pipa ET
- Sungkup laring (bila tersedia)
- Alat pendeteksi CO2 (bila tersedia)
9. Obat-obatan
- Epinefrin 1:10.000 (0,1mg/ml) kemasan yang ada 1: 1000
- Larutan kristaloid isotonik (NaCl 0,9% atau ringer laktat) untuk menambah volume
- Natrium bikarbonat 4,2% (5 meq/10 ml) 1 meg = 2 ml
- Nalokson hidroklorida 0,4 mg/ml
- Dextrose 10%
- Pipa orogastrik 5F
- Kateter umbilical
- Semprit 1, 3, 5,10, 20, 50 ml
- Jarum ukuran 25, 21, 18 G
10. Lain-lain
- Stetoskop (dianjurkan untuk neonatus)
- Plester or inch
- Gunting, scalpel
- Kapas alkohol
- Oro-pharyngeal airway
- Jam dengan detik
- Larutan povidone iodine
- Monitor jantung beserta elektroda dan pulse oxymeter serta probe (mungkin dengan
simulasi)
B. MENILAI DAN MENJAWAB 5 PERTANYAAN
Dalam beberapa detik secara cepat, nilai dan jawab 5 pertanyaan
11. - Apakah bayi cukup bulan?
- Apakah bersih dari mekonium?
- Apakah bayi bernapas dan menangis?
- Apakah tonus ototnya baik?
- Apakah warna kulitnya kemerahan?
12. a. Bila pertanyaan dijawab Ya, bayi hanya memerlukan perawatan rutin:
- Menjaga kehangatan
- Membersihkan jalan napas (jika perlu)
- Mengeringkan
b. Bila salah satu ada yang dijawab Tidak, teruskan tindakan dengan langkah awal
resusitasi
C LANGKAH AWAL RESUSITASI
13. Menjaga kehangatan
- Bayi diterima dengan linen/kain yang bersih, kering dan hangat
- Meletakkan bayi pada meja atau tempat hangat dengan mengaktifkan alat pemancar

21
panas
14. Posisi bayi dan membuka jalan napas
- Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi dengan meletakkan ganjal pada bahu yang
telah dipersiapkan
- Menggunakan balon-kaca atau pipa penghisap untuk menghisap cairan yang tampak dan
bisa menutup jalan napas. Jika menggunakan penghisap mekanik, tekanan negatif 100
Hg
- Jika cairan secret cukup banyak, kepala bayi dimiringkan agar cairan berkumpul di pipi.
Hal ini akan mempermudah penghisapan sehingga tidak masuk ke trakea atau mulut
- Menghisap mulut kemudian hidung. Tindakan ini untuk mencegah rangsangan napas jika
hidup dihisap terlebih dahulu yang dapat menyebabkan aspirasi
15. Pada keadaan dimana ketuban bercampur meconium
- Hisap mekonium dari mulut, faring posterior dan hidung pada waktu kepala lahir sebelum
bayi dilahirkan
- Periksa apakah bayi bugar (usaha napas kuat, tonus otot baik, frekuensi denyut jantung
> 100/menit) atau tidak.
a. Jika bayi tidak bugar
- Lakukan penghisapan trakea dengan menggunakan pipa ET yang disambungkan dengan
sambungan khusus ke penghisap. Hisapan ini dilakukan secara kontinyu dengan menarik
pipa ET keluar. Hal ini untuk mencegah sindrom aspirasi mekonium. Tindakan ini
dilakukan berulang kali sampai jalan napas bersih dari mekonium. Tidak boleh melebihi 3-
5 detik. Apabila bayi depresi napas berat dan bradikardi, walaupun masih tersisa
mekonium dijalan napas, harus dilakukan ventilasi tekanan positip/VTP (langkah ini akan
dipelajari ulang pada waktu mempelajari topik ET)
- Berikan oksigen aliran bebas selama tindakan pengisapan
- Jika tidak mempunyai sambungan mekonium khusus, masukkan laringoskop dan
gunakan pipa penghisap besar no 12F atau 14F untuk membersihkan mulut dan faring
posterior
b. Jika bayi bugar
Teruskan langkah awal resusitasi:
- Hisap mulut kemudian hidung
- Keringkan, stimulasi/merangsang dan reposisi
- Berikan oksigen jika perlu
16. Mengeringkan, merangsang dan reposisi
- Mengeringkan tubuh dan kepala bayi dari cairan ketuban dengan kain / linen bersih,
kering dan hangat
- Ganti kain / linen basah yang ada pada bayi dengan kain linen bersih dan kering
- Merangsang bayi untuk bernapas dengan rangsang taktil dengan menepuk-nepuk atau
menyentil telapak kaki bayi atau menggosok punggung bayi. Tindakan tidak lebih dari 2
kali, sambil memberikan aliran udara bebas.

22
- Reposisi bayi dengan kepala sedikit ekstensi / tengadah
17. Memberikan oksigen (jika perlu). Cara untuk memberikan oksigen aliran bebas:
a. Sungkup oksigen dilekatkan pada wajah bayi (jarang dipakai)
b. Pipa oksigen ditutupi dengan tangan menutupi mulut dan hidung
c. Sungkup dari balon yang tidak mengembang sendiri (mungkin dengan simulasi)
d. Tidak dapat diberikan melalui sungkup dari balon yang mengembang sendiri
18. Catatan: waktu yang harus diselesaikan mulai dari bayi lahir sampai langkah awal yaitu
selama 30 detik
D. EVALUASI
19. Menilai bayi: usaha napas, frekuensi jantung bayi dan warna kulit
20. Usaha napas
Jika bayi bernapas spontan dan adekuat, lanjutkan dengan menilai frekuensi denyut jantung
21. Frekuensi denyut jantung
Meraba pangkal tali pusat atau auskultasi dada selama 6 detik, dengan mengalikan 10 akan
didapat frekuensi denyut jantung per menit secara cepat
22. Warna kulit
Menilai warna kulit dilakukan bersama secara simultan dengan menilai usaha napas. Jika
sudah diberikan oksigen aliran bebas tetap didapatkan sianosis sentral, lanjutkan dengan
VTP
23. Jika didapatkan bayi yang bernapas spontan, frekuensi denyut jantung > 100/menit dan
warna kulit kemerahan dirawat dilakukan perawatan suportif
E VENTILASI TEKANAN POSITIF
Dilakukan bila:
a. Usaha napas: apneu
b.Frekuensi denyut jantung < 100x / menit
c.Warna kulit: sianosis yang menetap meskipun sudah dengan oksigen aliran bebas100%
24. Pilih ukuran sungkup yang sesuai: cukup bulan atau kurang bulan
25. Pilih balon yang sesuai dan sambungkan dengan sumber oksigen yang bisa
memberikan 90% sampai 100% oksigen. Periksa balon:
- Tekanan baik?
- Pelepas tekanan berfungsi?
- Katup pengaman ada dan berfungsi?
- Balon yang tidak mengembang sendiri: manometer tekanan berfungsi?
26. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
27. Cara memegang balon dengan tangan kanan dan sungkup dengan tangan kiri (untuk
petugas yang kidal lakukan dengan cara yang berlawanan)
28. Posisi penolong berdiri disamping atau kepala bayi agar dapat melakukan tindakan
resusitasi dengan balon terletak sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi pandangan
ke dada. Dengan posisi ini penolong dapat mengamati gerakan dinding dada bayi yang
naik dan turun secara adekuat selama ventilasi.

23
29. Posisi balon dan sungkup:
- Tepi sungkup harus diletakkan pada wajah sehingga menutupi hidung dan mulut, ujung
dagu terletak pada lingkaran tepi sungkup. Sungkup tidak menutupi mata.
- Sungkup diletakkan mulai dari dagu kemudian menutupi pangkal hidung
- Sungkup diletakkan dengan cara sebagai berikut: jempol, telunjuk, dan jari tengah
memegang melingkari tepi sungkup, jari manis dan kelingking mengangkat dagu untuk
mempertahankan jalan napas bayi tetap terbuka
- Lekatan yang ketat dan tidak bocor antara tepi sungkup dan wajah penting untuk
mendapatkan tekanan posistip yang dibutuhkan untuk mengembangkan paru-paru
30. Periksa lekatan (ventilasi 2-3 kali dengan tekanan yang tepat dan amati gerakan dinding
dada)
Jika dinding dada tidak naik, periksa kemungkinan satu atau lebih penyebab:
a. Lekatan tidak adekuat: betulkan kembali letak sungkup
b. Jalan napas tersumbat: reposisi kepala bayi, hisap cairan sekret mulut dan hidung,
ventilasi dengan mulut sedikit terbuka
c. Tekanan tidak cukup: naikkan tekanan ventilasi, bila dada belum bergerak sedangkan
alat berfungsi baik, kemungkinan perlu intubasi ET
31. Cara memeras balon Jangan memeras balon seluruhnya, karena volume bayi tidak
sebesar valume balon. Supaya VTP efektif, kecepatan dan tekanan ventilasi harus sesuai.
32. Ventilasi selama 30 detik :
a. Tekanan: tampak gerakan dinding dada naik dan turun
b. Frekuensi: 40-60 kali permenit
Ucapkan kata-kata berikut saat memberikan ventilasi:
PompaDua...Tiga..Pompa.Dua.Tiga....
(remas)......(lepas).........................(remas)................(lepas)............................
33. Evaluasi suara napas bilateral dengan stetoskop. Adanya suara napas pada kedua paru,
menunjukkan ventilasi bekerja dengan baik.
34. Jika memerlukan ventilasi dalam waktu yang cukup lama lebih dari beberapa menit, perlu
memasukkan pipa oro-gastrik.
F. EVALUASI
35. Sesudah ventilasi 30 detik, evaluasi dengan menilai 3 tanda: usaha napas, frekuensi denyut
jantung, dan warna kulit
36. Hitung frekuensi denyut jantung dengan meraba pangkal tali pusat atau auskultasi selama 6
detik
37. a. Jika didapat nafas spontan, frekuensi denyut jantung > 100 x/menit dan warna kulit
kemerahan, bayi dibawa ke perawatan lanjut
b. Pada keadaan seperti tersebut di atas, tetapi warna kulit bayi kebiruan, lakukan:
1. Penghentian VTP secara bertahap :
- Lakukan rangsang taktil
- Beri oksigen aliran bebas

24
2. Jika warna kulit memerah
- Oksigen aliran bebas dihentikan bertahap
- Awasi usaha napas, denyut jantung dan warna kulit
c. Jika frekuensi denyut jantung < 60 x/menit sesudah VTP dengan oksigen 100% selama
30 detik, lanjutkan resusitasi selanjutnya dengan kompresi dada dikoordinasikan dengan
VTP
G. KOMPRESI DADA
38. Peserta menghadap ke dada bayi dengan kedua tangan dalam posisi yang benar. Untuk
melakukan kompresi dada diperlukan 2 orang penolong.
39. Lokasi kompresi dada dilakukan dengan mengikuti batas bawah tulang iga dengan jari
sampai menemukan processus xyphoideus. Tempatkan jari diatas processus xyphoideus, di
1/3 bagian bawah sternum.
40. Teknik kompresi dada:
a. Kedua ibu jari (dianjurkan) diletakkan berdampingan (untuk bayi kecil, ibu jari yang
satu diletakkan di atas ibu jari yang lain). Kedua tangan melingkari bayi dari lateral, jari
yang lain menyangga punggung
b. Dua jari Ujung jari tengah dan telunjuk salah satu tangan secara tegak lurus digunakan
untuk kompresi dada. Tangan yang lain diletakkan di punggung bayi.
41. Dalamnya tekanan kompresi dada 1/3 diameter anteroposterior dada
Kecepatan kompresi dada. Rasio kompresi dada dan VTP 3:1 (90 kompresi dada dan
VTP dalam 1 menit). Dalam 1 siklus dilakukan selama 2 detik: kompresi dada 1 detik
dan VTP detik.
Jaga ibu jari dan ujung jari tetap kontak tempat penekanan maupun pada saat melepaskan
tekanan dada, supaya tidak membuang waktu untuk menempatkan kembali lokasi
penekanan dada.
42. Menjaga agar dalam dan kecepatan penekanan tetap konsisten untuk memastikan sirkulasi
yang cukup. Dalam 1 siklus (2 detik) dilakukan 3 kompresi dada dilanjutkan dengan 1
VTP. Ucapkan kata berikut sambil melakukan kompresi dada yang dikoordinasikan
dengan VTP : satu dua tiga pompa... satu dua tiga pompa...
43. Sesudah 3 kompresi dada dilakukan VTP. VTP dan perlekatan dilakukan dengan efektif
dan benar untuk mendapatkan gerakan dinding dada yang adekuat. Diberikan oksigen
100%.
H. EVALUASI
44. Sesudah 30 detik kompresi dada, lakukan evaluasi frekuensi denyut jantung dalam 6
detik. Jika menghitung dengan perabaan pada pangkal tali pusat, sambil menghitung,
ventilasi tetap diberikan. Tetapi jika menggunakan stetoskop, ventilasi dihentikan
sementara untuk menghitung frekuensi denyut jantung.
45. Frekuensi denyut jantung :
a. 60 x/menit, hentikan kompresi dada dan lanjutkan VTP 40-60 x/menit
b. >100 x/menit, hentikan kompresi dada, hentikan VTP bertahap jika bayi bisa bernafas

25
spontan
c. < 60 x/menit, lakukan intubasi ET. Yang mungkin akan diperlukan untuk memberikan
epinefrin
I INTUBASI ENDOTRAKHEAL
46. Indikasi :
1. Bayi dengan air ketuban bercampur mekoneum dan mengalami depresi pernafasan, dan
memerlukan penghisapan trakea
2. Bayi yang telah mendapatkan VTP dengan balon dan sungkup tetapi tidak mengalami
perbaikan
3. Bayi prematur atau BBLR yang sering mengalami apneu periodik
4. Bayi dengan hernia diafragmatika
5. Bayi yang memerlukan VTP lebih lama
Prosedur pemasangan pipa ET:
1. Pasang daun dan laringoskop
2. Masukkan daun dan dorong ke pangkal lidah
3. Angkat daun, nilai apakah epiglottis dan glottis tampak
4. Jika tidak tampak, tentukan letak daun, bila:
- kurang dalam: dorong daun
- terlalu dalam: tarik perlahan
- terdorong ke samping: geser daun ke tengah
- endotrakeal terangkat: tarik sedikit
- dalam valekula: tekan diatas laring
Selanjutnya kembali ke langkah 3
5. Jika epiglottis dan glottis tampak, masukkan pipa ET
6. Periksa letak pipa
- dengar dengan stetoskop
- amati dada/perut
7. Nilai letak pipa, sudah benar atau belum
8. Bila sudah benar, perhatikan tanda cm di bibir, arahkan pipa ke muka, lakukan rontgen
toraks, potong pipa bila keluar > 4 cm
9. Bila belum benar, lakukan tindakan koreksi
- di esophagus: cabut pipa dan kembali ke langkah 5
- di bronkus: tarik 1 cm dan kembali ke langkah 6
J OBAT OBATAN
47. Obat-obata pada resusitasi neonatus:
- Epinefrin
- Volume Ekspander, cairan penambah volume darah
- Natrium bikarbonat
48. Indikasi epinefrin: Jika frekuensi denyut jantung tetap < 60 x/menit, meskipun telah
dilaakukan kompresi dada yang dikoordinasikan dengan VTP disertai oksigen 100%.

26
Larutan Epinefrin 1/10.000, dosis 0,1 0,3 ml/kg BB dalam semprit 1 ml. Pemberian
secara cepat melalui:
- pipa endotrakhea
- vena umbilikalis
49. Cairan yang dianjurkan sebagai volume expander:
- Larutan garam fisiologis
- Larutan ringer laktat
- Darah O
Dosis yang dianjurkan : 10 ml/kg BB Jalur yang dianjurkan melalui vena umbilikalis
Persiapan : menyiapkan volume yang sesuai dalam semprit besar, kecepatan pemberian
yang dianjurkan = 5 -10 menit
50. Natrium Bikarbonat
Diberikan apabila dicurigai terdapat asidosis metabolik berat yang dibuktikan dengan
pemeriksaan analisa gas darah. Diberikan apabila paru-paru telah diberikan ventilasi
adekuat. Larutan 4,2 % ( 0,5 mEq/ml ).Persiapan: volume yang sesuai dari larutan 4,2 %
dalam semprit 10 ml. Kecepatan: perlahan-lahan tidak melebihi 1 mEq/kg/menit.
K. PENGHENTIAN RESUSITASI
51. Resusitasi dihentikan bila upaya selama 30 menit terus-menerus hasilnya sebagai berikut:
a. Tidak ada perbaikan atau bertambah buruk
atau
b. Pernafasan tetap tidak dapat spontan
atau
c. Frekuensi jantung tidak meningkat, < 80 x/menit
atau
d. Detak jantung tidak terdengar.
Kekurangan oksigen lebih dari 30 menit mengakibatkan kerusakan jaringan otak permanen
yang akan menimbulkan kecacatan di kemudian hari.
Bila tindakan resusitasi berhasil yang ditandai dengan:
a. Bayi bernafas spontan dan teratur
b. Warna kulit menjadi kemerahan
Setelah tindakan resusitasi berhasil, segera lanjutkan perawatan bayi dengan asuhan
neonatal dasar.

27
CHECKLIST RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Nilai
No. Kriteria
0 1
Pembukaan
1. Memberi salam kepada orang tua pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan peranannya sebagai dokter
4. Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan tindakan kepada orang tua pasien
5. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan tindakan kepada orang tua pasien
6. Meminta izin kepada orang tua pasien untuk melakukan pemeriksaan dan
tindakan
Persiapan
7. Mempersiapkan alat dan bahan
8. Mencuci tangan dengan teknik dan langkah yang benar
9. Mengenakan sarung tangan
10. Memposisikan bayi pada infant warmer dan memastikan pencahayaan baik
serta mengatur suhu ruangan antara 24-26 C
11. Berdiri di sebelah kanan/depan pasien
12. Melakukan pemeriksaan bayi dalam keadaan telanjang dan hangat lalu
membuka bagian yang akan diperiksa dan segera menyelimuti kembali jika
pemeriksaan telah selesai
Prosedur
13. Menilai dan menjawab pertanyaan:
- apakah bayi cukup bulan?
- apakah bayi bernapas dan menangis?
- apakah tonus ototnya baik?
14. Bila terpenuhi, melakukan perawatan rutin:
- menjaga kehangatan
- memposisikan bayi dan menjaga/membersihkan jalan napas
- mengeringkan
- melakukan evaluasi lanjutan
15. Bila tidak terpenuhi:
- menjaga kehangatan
- membersihkan jalan napas
- mengeringkan
- memberi stimulasi
16. Menghitung frekuensi jantung dan menilai pernapasan (megap-megap atau
apneu)
17. Melakukan Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dan melakukan monitor saturasi
oksigen (pada kondisi frekuensi jantung <100 x/menit, megap-megap
atau apnu) bila diperlukan, dengan cara:
- memilih ukuran sungkup yang sesuai
- memposisikan bayi

28
- memposisikan penolong berada disamping atau kepala bayi
- memegang dan memposisikan balon dan sungkup dengan benar
- melakukan VTP dengan benar
Apabila frekuensi jantung tidak <100 x/menit, megap-megap atau apnu
tetapi ada kesulitan bernapas atau sianosis menetap, membersihkan jalan
napas, melakukan monitor saturasi oksigen dan mempertimbangkan CPAP.
Selanjutnya, melakukan perawatan pasca-resusitasi.
Apabila tidak ada kesulitan bernapas atau sianosis menetap, melakukan
perawatan rutin
18. Melakukan evaluasi VTP
- usaha napas
- frekuensi jantung
Apabila frekuensi jantung tetap <100 x/menit, melakukan langkah-langkah
perbaikan ventilasi.
Apabila frekuensi jantung >100 x/menit, melakukan perawatan pasca-
resusitasi.
19. Melakukan langkah-langkah perbaikan ventilasi (posisi bayi, posisi dan
ukuran sungkup dan adanya sumbatan jalan napas)
Apabila frekuensi jantung <60 x/menit, melakukan kompresi dada (lokasi,
teknik, kedalaman dan kecepatan kompresi dada benar) koordinasi dengan
VTP dan mempertimbangkan intubasi
20. Melakukan evaluasi kompresi dada
- usaha napas
- frekuensi jantung
Apabila frekuensi jantung masih tetap <60 x/menit, memberikan epinefrin
intravena
21. Melakukan tindakan resusitasi secara simultan
22. Menentukan kapan resusitasi dihentikan
Penutupan
23. Menginformasikan bahwa tindakan telah selesai
24. Menyelimuti pasien
25. Merapikan alat dan bahan
26. Melepaskan sarung tangan lalu mencuci tangan dengan teknik dan langkah
yang benar
27. Menanyakan apakah terdapat hal yang ingin ditanyakan
28. Mengucapkan terima kasih
Profesionalisme
29. Melakukan pemeriksaan dan tindakan dengan sikap profesional
Nilai total

Keterangan :
Nilai 0 = tidak dilakukan/dilakukan dengan tidak benar
Nilai 1 = dilakukan dengan benar

29

Anda mungkin juga menyukai