Health, Family
Planning, And
Nutrition 2017
Buku Mahasiswa
Penanggung Jawab
dr. Putu Asih Primatanti, Sp.KJ
dr. Rima Kusuma Ningrum, MMedEd
Koordinator Kurikulum
dr. Dewa Ayu Agung Alit Suka Astini, M.Si
Koordinator Blok
dr. Kadek Agus Kurniawan, Sp.OG
Sekretaris Blok
dr. Sri Ratna Dewi, M.Sc, Sp.PK
Anggota
dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG, M.M., CHt
dr. Made Wandia, Sp.OG
dr. I Putu Triyasa, Sp.A
Pemicu oleh
dr. Ni Putu Diah Witari, M.Sc
dr. DAP Sri Ratna Juwita, S.Ked
ii
Editor
dr. AA Sagung Ayu Santhi Sueningrum, S.Ked
Kontributor
dr. I Wayan Kandera, MPH
dr. Made Wandia, Sp.OG
dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG., M.M.
dr. I Putu Triyasa, Sp.A
dr. I Nyoman Arie Purwana, M.Sc., Sp.A
dr. A.A.G. Raka Budayasa, Sp.OG(K)
dr. Ayu Witriasih, M.Kes
Dr. dr. Anak Agung Oka Lely, Sp.A
dr. Pande Geriawan, Sp.OG
dr. Ida Ayu Putri Widiastuti
dr. Suparmi Wiadnyana, Sp.A
dr. Made Judy Rachmanu, M.Kes
dr. I Nyoman Rudi Susantha, Sp.OG(K)
dr. Kadek Agus Kurniawan, SpOG
dr. Putu Asih Primatanti, Sp.KJ
dr. Ida Bagus Alit, Sp.F
Caecilia Nirlaksita R, S.Psi, Psikolog
iii
Mapping Kurikulum 2014
General Medical Medical Cell as Biochemical Machinery Growth and Community Health -
Studies Professionalism Communication and Human Body Design Development Based Practice
(Studi (Profesionalisme (Komunikasi (Sel sebagai Mesin Biokimia (Tumbuh (Kedokteran
1 Umum) Kedokteran) Kedokteran) dan Desain Tubuh Manusia) Kembang) Komunitas)
(21/19)
(5/4) (2/2) (2/2) (6/5) (2/2) (3/3)
iv
Clinical skills (2/2)
(Keterampilan Klinik yang Terintegrasi Dalam Blok)
Clerkship (24)
8
(Kepanitraan Klinik Madya)
Clerkship (24)
9
(Kepanitraan Klinik Madya)
Clerkship (24)
10
(Kepanitraan Klinik Madya)
Clerkship (24), KKN/PGC (4)
11
(Kepanitraan Klinik Madya, KKN/PGC)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat rakhmat-Nya lah, Buku
Modul Block Special Topics3: Mother & Child Health, Family Planning And Nutrition tahun
2017 ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Penyusunan Buku Modul ini dimaksudkan untuk menjadi pegangan dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, agar tujuan dari blok ini yaitu mampu mengelola dan melakukan edukasi
tentang masalah kesehatan ibu dan anak serta mampu melakukan akses terhadap informasi baru
yang relevan untuk mendukung diagnosis, manajemen dan pencegahan penyakit dapat terwujud.
Proses dalam pelaksanaan Block Special Topics3: Mother & Child Health, Family
Planning And Nutrition diselenggarakan dengan sistem pembelajaran di PSPD FKIK Unwar
yang menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengikuti proses pembelajaran
modern yakni menumbuhkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi, belajar aktif dan
mandiri sebagai landasan untuk menjadi dokter yang profesional. Namun karena keterbatasan
kemampuan dalam penyusunannya, buku modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya
saran dan masukan dari berbagai pihak, terutama yang memanfaatkan buku ini sangat diharapkan
dan akan digunakan sebagai panduan dalam penyempurnaan modul ini di tahun berikutnya.
Akhirnya kami sampaikan terimakasih kepada para dosen anggota Tim Penyusun serta
pegawai yang membantu selesainya modul ini.
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Penyusun .................................................................................................................... ii
Mapping Kurikulum................................................................................................... iv
Kata Pengantar ........................................................................................................... vi
Daftar Isi .................................................................................................................... vii
Informasi Umum........................................................................................................ 1
Dosen Pemberi Kuliah ......................................................................................... 1
Tutor..................................................................................................................... 4
Kurikulum Blok ................................................................................................... 3
Jadwal Pembelajaran............................................................................................ 8
Pertemuan Evaluasi.............................................................................................. 13
Daftar Pustaka............................................................................................................ 14
Aktivitas Pembelajaran ............................................................................................. 17
Pemicu.................................................................................................................. 20
Student Project..................................................................................................... 35
Kunjungan Lapangan ........................................................................................... 36
Panduan Praktikum .............................................................................................. 37
Abstrak Kuliah ..................................................................................................... 42
Uji Diri ....................................................................................................................... 74
Penutup ...................................................................................................................... 80
vii
Block Special Topics 3: Mother & Child Health, Family Planning, and Nutrition
INFORMASI UMUM
081337496669
nirlaksita@gmail.com
Perum Dalung Permai Blok
dr. Made Judy Rachmanu,
17. FKIK Unwar IKK/IKP EE/24
M. Kes
08123970118
TUTOR
Ruang
No Nama Bagian Alamat/Telp. Klp.
Diskusi
Br. Kertha Usadha III/30
dr. Made Bagus Toya
1 Farmakologi Sidakarya Dps I 4.11
Ariawan
08123666993
dr. I Wayan Kandera, Jl. A. Yani No. 337 Denpasar
2 IKK/IKP II 4.12
MPH 081936211867
Jl. Pulau Bungin Gg. IX/10
dr. I Ketut Tangking
3 IKK/IKP Pendungan, Denpasar III 4.13
Widarsa, MPH
08124604912
dr. I Gusti Rai Tirta, Jl. Gatot Subroto 260 Denpasar
4. Fisiologi IV 4.14
Sp.KJ 0811389682
Jl. I Made
dr. Suparmi Wiadnyana, Bulet,Gg.Penaplekan No. 1
5 IKK/IKP V 4.15
Sp.A Dalung,Kuta Utara
08561072152
Br. Guliang Kangin, Taman
dr. Dw Ayu Agung Alit
6 Anatomi Bali, Bangli VI 4.16
Suka Astini
087852909559
dr. Ni Wayan Jl. P. Moyo Perum Jadi Pesona
7 Armerinayanti, Patologi XVIII/1 Dps VII 4.17
M.Biomed, Sp.PA 082237798778
Jl. Sakura IV Gang B No. 1,
Denpasar
dr. Sri Ratna Dewi,
8 Patologi 087739897055 VIII 4.18
M.Sc., Sp.PK
ratnasamuh@gmail.com
KURIKULUM BLOK
Kesehatan adalah hak azasi ibu dan anak. Hak ini diakui secara universal seperti
tercantum dalam Deklarasi Hak Reproduksi yang telah diratifikasi oleh Indonesia. Namun
data tentang kesehatan ibu dan anak di Indonesia, yaitu angka kematian ibu dan bayi, sangat
tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN.
Kesehatan ibu dan anak sangat esensial dalam mencapai kesejahteraan masyarakat.
Gangguan kesehatan pada ibu dan anak akan menimbulkan kerugian jangka pendek dan
kerugian jangka panjang. Pertama, dalam jangka pendek, kesakitan dan kematian ibu dan
anak menyebabkan keluarga harus mengeluarkan berbagai macam biaya atau kerugian
ekonomi, disamping pengorbanan non-moneter seperti kecemasan dan rasa duka. Jadi dalam
jangka pendek masalah kesehatan ibu dan anak mengurangi kesejahteraan dalam keluarga.
Kedua, kesakitan dan kematian ibu dan anak akan mengganggu investasi modal manusia
(human capital investment), baik secara mikro pada tingkat rumah tangga maupun secara
makro pada tingkat masyarakat. Kesehatan ibu dan bayi diperlukan untuk menjamin mutu
modal manusia.
Uraian diatas menunjukkan bahwa kesehatan ibu dan anak sekaligus adalah indikator
kesejahteraan penduduk. Sedangkan kesejahteraan adalah salah satu tujuan pokok berbangsa
dan bernegara. Maka kegagalan mewujudkan kesehatan ibu dan anak adalah juga kegagalan
sebuah bangsa dan negara dalam mewujudkan kesejahteraan.
Sehingga jelaslah bahwa kesehatan ibu dan anak adalah prioritas pembangunan
kesehatan, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Seperti yang tertuang pada
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra) tahun 2015-2019 yang salah satunya
mencakup upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak. Angka kematian ibu sudah mengalami
penurunan, namun ternyata masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs)
tahun 2015 yang merupakan target internasional yang disepakati dalam Deklarasi PBB pada
tahun 2000. Berdasarkan target Renstra tahun 2015-2019 inilah selanjutnya dijabarkan
program-program pemerintah dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak melalui
langkah-langkah revitalisasi KB dan gizi, imunisasi, penanggulangan HIV/AIDS. Dengan
mempelajari blok ini mahasiswa diharapkan nantinya sebagai tenaga medis mampu ikut
berperan dalam tercapainya Renstra tahun 2015-2019.
JADWAL PEMBELAJARAN
HARI/
WAKTU KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA
TGL
Hari 1 08.30 - 09.30 Kuliah pengantar blok RK Agus K.
Kamis,
09.30 - 10.30 Kuliah pengantar student RK Ratna
13/7/2017
project
10.30 - 11.30 Istirahat - -
11.30 - 12.30 Kuliah 1: Pengetahuan RK Kandera
tentang angka kesakitan
serta kematian ibu dan bayi
sebagai indikator derajat
kesehatan
12.30 - 14.30 Pemicu 1 RD Tutor
14.30 - 15.00 Belajar mandiri - -
Hari 2 08.00 - 10.00 COME RD Tutor
Jumat, 10.00 - 11.00 Kuliah 2: Kematian ibu RK Wandia
14/7/2017 akibat kehamilan dan
persalinan
11.00 - 12.00 Istirahat - -
12.00 - 13.00 Kuliah 3: Audit maternal RK Bayu
13.00 - 15.00 Belajar mandiri - -
Hari 3 08.30 - 09.30 Kuliah 4: Kematian RK Triyasa
Senin, neonatus, bayi, dan balita
17/7/2017 09.30 - 10.30 Presentasi SP 1 RD Tutor
10.30 - 11.30 Istirahat - -
11.30 - 12.30 Kuliah 5: Audit perinatal RK Wijana
12.30 - 15.00 Belajar mandiri - -
Hari 4 08.30 - 09.30 Kuliah pengantar praktikum RK Bayu
Selasa, 1: Audit Maternal dan
18/7/2017 Perinatal
09.30 - 10.00 Pretest RK Bayu, Oka L.
10.00 - 10.30 Istirahat - -
10.30 - 11.30 Praktikum (SGD 5,6) RK, Lab Bayu, Oka L
Kering
11.30 - 12.30 Praktikum (SGD 7,8) RK, Lab Bayu, Oka L
Kering
12.30 - 13.30 Praktikum (SGD 1,2) RK, Lab Agus K,
Kering Suparmi
13.30 - 14.30 Praktikum (SGD 3,4) RK, Lab Agus K,
Kering Suparmi
14.30 - 15.00 Posttest RK Agus K,
Suparmi
PERTEMUAN EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
21. Simposium: Endang L. Achadi, Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan dan
Dampak Jangka Panjang terhadap Kesehatan dan Fungsinya, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Hal 1-53 (2014)
22. Sulistyani A. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta, Salemba Medika 2014.
23. Tanuwidjaya, S. Konsep Umum Tumbuh Kembang. Dalam: Tumbuh Kembang Anak
dan Remaja. Hal.1-12,Edisi Pertama tahun 2002.Narendra MB, dkk Penyunting.
IDAI, Jakarta Sagung Seto, 2002.
24. WHO - Depkes RI FKMUI. 1998. Modul Safe Motherhood. Kerjasama WHO-
Depkes RI-FKM UI
25. WHO, Hospital care for children Chapter 3 pp 41-62
26. Wiadnyana M.S, dr, SpA: The Power of Yoga for Pregnancy and Post-pregnancy,
2011
AKTIVITAS PEMBELAJARAN
Dalam Block Special Topics 3: Mother & Child Health, Family Planning, and Nutrition,
terdapat dua aktivitas pembelajaran utama, yaitu tutorial dan pembelajaran mandiri. Aktivitas
pembelajaran tambahan yang mendukung pembelajaran, yaitu kuliah interaktif, praktikum,
student project, dan keterampilan klinik. Rincian penjelasan aktivitas pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Tutorial
Tutorial dibimbing oleh seorang dosen tutor dan dipimpin seorang ketua kelompok.
Diskusi kelompok memakai metode seven jumps, yaitu:
Langkah 1: Identify and clarify unfamiliar terms identifikasi dan klarifikasi istilah yang
belum dipahami. Mahasiswa mencari istilah yang belum dipahami dengan menggunakan
kamus.
Langkah 2: Define the problems merumuskan daftar masalah. Mahasiswa dipandu
dalam melakukan eksplorasi masalah secara mendalam. Bentuk eksplorasi permasalahan
dibuat dalam bentuk kalimat tanya. Peran tutor adalah memandu mahasiswa untuk dapat
menganalisis kasus secara kritis dan mendalam.
Langkah 3: Brain storming based on prior knowledge curah pendapat berdasarkan
pengetahuan awal. Setiap mahasiswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan
pendapatnya tentang permasalahan pada langkah 2. Jawaban diberikan dalam bentuk
hipotesis-hipotesis atau poin-poin singkat. Dalam langkah ini tidak dinilai salah/benar
suatu jawaban yang berarti semua jawaban mahasiswa dihargai. Dalam langkah ini
belum terjadi tukar pendapat maupun saling sanggah. Penjelasan secara rinci selanjutnya
dibuat di langkah 4.
Langkah 4: Analyze, review, and organize tentative explanation (hipotesis) Analisa,
kaji, dan susun dugaan awal (hipotesis). Dalam langkah ini, penjelasan dalam bentuk
poin-poin yang dibuat dalam langkah 3 dijelaskan dengan lebih rinci. Pada prosesnya
dapat terjadi silang pendapat, saling sanggah atau tukar pikiran. Mahasiswa juga
didorong untuk membuat hubungan antar topik-topik yang dibicarakan dalam bentuk
skema.
Langkah 5: Formulate learning objectives (LO) perumusan tujuan pembelajaran.
Dalam langkah ini, permasalahan utama dimasukkan dalam LO. Selain itu, LO juga
mencakup penjelasan-penjelasan yang masih dianggap kurang atau pertanyaan-
pertanyaan yang belum terjawab. Dalam hal ini, tutor dapat menyesuaikan LO yang
harus dicapai dengan LO yang dibuat oleh mahasiswa. Jika ditemukan perbedaan, maka
tutor dapat melakukan intervensi dengan mengusulkan LO mahasiswa sesuai dengan LO
diskusi yang diharapkan. Mahasiswa perlu diingatkan menggunakan referensi yang valid
dan tidak membagi-bagi LO antar masing-masing individu. Setiap anggota kelompok
wajib mempelajari semua LO yang telah disetujui bersama.
Langkah 6: Independent study and information gathering belajar mandiri dan mencari
informasi. Dalam langkah ini, mahasiswa melakukan proses belajar mandiri untuk
mencari jawaban dari LO yang dibuat. Berbagai sumber belajar dapat dieksplorasi,
misalnya buku teks, sumber ilmiah elektronik, jurnal ilmiah, maupun konsultasi pakar.
Mahasiswa diharapkan mencari sumber yang validitasnya terpercaya dan menghindari
catatan kakak kelas/kuliah, media daring seperti blog, wikipedia dan lain sebagainya.
Langkah 7: Share, synthesis, and summarize the results of independent study bagi,
olah, dan rangkum hasil belajar mandiri. Dalam langkah ini, mahasiswa membagi,
mengolah, dan merangkum sumber belajar yang telah didapatkan dalam langkah 6. Saat
diskusi mahasiswa diminta untuk menyebutkan sumber referensinya. Pada akhir langkah
ini, tutor memberikan umpan balik, baik terhadap performance kelompok secara
keseluruhan dan performance setiap anggota kelompok. Umpan balik yang diberikan
sebaiknya mengikuti kaidah-kaidah umpan balik yang baik, antara lain: spesifik,
langsung dan terarah.
2. Pembelajaran mandiri
Dalam proses adult learning, mahasiswa tidak cukup hanya belajar dari bahan kuliah
yang diberikan. Mahasiswa diharapkan mampu belajar mandiri dengan mencari dan
belajar dari berbagai sumber belajar seperti media online yang valid serta buku teks di
perpustakaan sebagai sumber materi pembelajaran. Pembelajaran mandiri ini juga
merupakan langkah ke-6 dari seven jumps.
3. Kuliah interaktif
Kuliah oleh narasumber diberikan secara dua arah. Masing-masing kuliah disediakan
waktu selama 50 menit. Sebelum mengikuti kuliah, mahasiswa diharapkan sudah
mempelajari materi yang akan dikuliahkan.
4. Praktikum
Sesi praktikum dilakukan di laboratorium atau ruangan kuliah sesuai dengan panduan
praktikum yang telah dipersiapkan.
5. Kunjungan Lapangan
Kunjungan lapangan merupakan salah satu aktivitas pembelajaran dengan cara melihat
kondisi lapangan secara langsung. Kunjungan lapangan pada Block Special Topics 3:
Mother & Child Health, Family Planning, and Nutrition bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman mahasiswa mengenai kesehatan reproduksi remaja. Kunjungan lapangan
pada blok ini dilakukan sebanyak satu kali ke tempat yang telah ditentukan oleh Tim
Blok. Kunjungan lapangan dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan ke sekolah
menengah umum (SMU).
6. Pleno
Pleno merupakan sesi mahasiswa bertemu kembali dengan para pakar atau pemberi
kuliah untuk mendiskusikan kembali topik-topik yang sudah dipelajari. Pleno dilakukan
selama 50 menit
7. Student project
Student project bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai
isi/materi pembelajaran pada Block Special Topics 3: Mother & Child Health, Family
Planning, and Nutrition. Pada Blok ini, student project mahasiswa adalah power point
yang dipresentasikan di ruang diskusi sesuai jadwal yang telah ditentukan.
8. Keterampilan klinik
Keterampilan klinik dilakukan di gedung Laboratorium Keterampilan Klinik. Kegiatan
ini meliputi empat kegiatan yaitu kuliah pengantar, keterampilan klinik terbimbing,
belajar mandiri dan responsi. Dalam melaksanakan kegiatannya masing-masing
kelompok mahasiswa akan dibimbing oleh seorang instruktur. Materinya terdapat pada
buku yang terpisah dengan buku Blok ini, yaitu Buku Manual Keterampilan Klinik
Special Topics 3: Mother & Child Health, Family Planning, and Nutrition
PEMICU
Catatan Tutorial:
Catatlah di lembar ini proses tutorial sesuai seven jumps
Langkah 1: Identify and clarify unfamiliar terms
Kuliah
1. Judul : Pengetahuan tentang angka kesakitan serta kematian ibu dan bayi
sebagai indikator derajat kesehatan
Durasi : 1 jam
Konten :
Indikator derajat kesehatan masyarakat
Angka kesakitan dan kematian neonatus
Angka kesakitan dan kematian bayi (Infant Mortality
Rate)
Angka kesakitan dan kematian ibu
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian
Upaya penurunan angka kesakitan dan kematian ibu,
neonatus, bayi, dan balita
Perencanaan Kehamilan
Yuda (40 tahun) dan Yuni (37 tahun) adalah pasangan suami istri yang baru saja
menikah. Mereka datang ke puskesmas untuk melakukan konsultasi perencanaan kehamilan.
Mereka ingin segera memiliki keturunan dan berharap agar kehamilan tersebut aman baik
bagi ibu dan calon anaknya kelak. Mereka sempat membaca pada sebuah artikel bahwa
terdapat suatu program P4K di puskesmas dan untuk tumbuh kembang yang optimal untuk
balita terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Akan terapi, karena belum
memahami dengan benar tentang program tersebut, akhirnya mereka memutuskan untuk
berkonsultasi dengan dokter di Puskesmas. Dokter menjelaskan mengenai program P4K
terkait kegiatan-kegiatan dan indikator yang terdapat di dalam program tersebut. Salah satu
fokus program ini adalah menurunkan risiko pada kehamilan yang didalamnya termasuk 7 T.
Catatan Tutorial:
Catatlah di lembar ini proses tutorial sesuai seven jumps
Langkah 1: Identify and clarify unfamiliar terms
Kuliah
1. Judul : Upaya Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer
Durasi : 1 jam
Konten :
Empat pilar dalam upaya Safe Motherhood
Strategi nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia
2. Judul : Program 1000 Hari Pertama Kehidupan
Durasi : 1 jam
Konten :
Pengenalan mengenai Program 1000 Hari Pertama Kehidupan
Peran mahasiswa dalam Program tersebut
Durasi : 1 jam
Konten :
Konsep strategi pendekatan risiko (SPR) atau Risk Approach
Strategy (RAS)
Faktor risiko dalam kesehatan reproduksi
Tiga jenis keterlambatan dalam rujukan
Empat masalah dalam deteksi risiko tinggi kehamilan
Catatan Tutorial:
Catatlah di lembar ini proses tutorial sesuai seven jumps
Langkah 1: Identify and clarify unfamiliar terms
Kuliah
1. Judul : Program gizi anak
Durasi : 1 jam
Konten :
Catatan Tutorial:
Catatlah di lembar ini proses tutorial sesuai seven jumps
Langkah 1: Identify and clarify unfamiliar terms
Kuliah
1. Judul : Program KB dan peranannya dalam kesehatan reproduksi
Durasi : 1 jam
Konten :
Pemaparan mengenai program KB
Aspek yang perlu diperhatikan dalam KB
Peran KB dalam kesehatan reproduksi
5. Judul : Kejahatan seksual serta masalah kekerasan pada wanita dan anak
Durasi : 1 jam
Konten :
STUDENT PROJECT
Student Project pada Block Special Topics3: Mother & Child Health, Family Planning And
Nutrition adalah membuat dan mempresentasikan pengembangan media penyampaian
informasi, berupa leaflet dengan topik yang telah ditentukan, kemudian dipresentasikan dan
dilanjutkan dengan tanya jawab di ruang diskusi Adapun topik yang dijadikan student project
adalah:
SP1: Angka kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan anak
SP2: Pemantauan kesehatan ibu hamil
SP3: Gizi ibu dan anak
SP4: Kesehatan reproduksi remaja
KUNJUNGAN LAPANGAN
Kunjungan lapangan merupakan salah satu aktivitas pembelajaran pada Block Mother &
Child Health, Family Planning, And Nutrition. Kunjungan lapangan dilakukan satu kali ke
tempat yang telah ditentukan oleh Tim Blok. Pada kunjungan tersebut setiap mahasiswa
melakukan edukasi penyuluhan terhadap siswa sekolah menengah umum (SMU) mengenai
kesehatan reproduksi remaja. Mahasiswa akan memberikan edukasi dengan cara
mempresentasikan power point dan membagikan leflet kepada siswa SMU terkait materi
yang disampaikan. Power point dan leaflet yang akan digunakan harus dikumpulkan ke
Sekretaris Blok paling lambat tanggal 1 Agustus 2017 dalam bentuk hard copy. Kunjungan
lapangan ini merupakan prasyarat mahasiswa agar dapat mengikuti ujian sumatif.
PANDUAN PRAKTIKUM
Praktikum 1
Audit Maternal dan Perinatal
Pratikum 2
PENGISIAN DAN INTERPRETASI BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK
dr. Made Judy Rachmanu, M.Kes
Praktikum pengisian dan interpretasi Buku Kesehatan Ibu dan Anak pada Block Mother &
Child Health, Family Planning And Nutrition akan dilaksanakan sebanyak 4x pertemuan
sesuai dengan jadwal yang telah diatur dalam Buku Blok
Tujuan pembelajaran:
Agar mahasiswa dapat berpartisipasi atau turut serta secara aktif dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan anak
Agar mahasiswa memahami dan dapat mengisi Buku Kesehatan Ibu dan Anak secara
benar sehingga ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu
hamil sampai anak berumur lima tahun.
Cara kerja:
1. Dua mahasiswa bekerja sama saling bergantian menjadi pasien dan bidan.
2. Berikan penjelasan kepada pasien layaknya melakukan informed concern
3. Catat identitas pasien (sesuai dengan formulir)
4. Berikan nasehat sesuai dengan keadaan pasien (ibu hamil/bersalin/nifas/KB,
kesehatan anak).
5. Catat semuanya dilembar pencatatan dan pelaporan (sesuai dengan formulir).
6. Latihan mengisi dan menginterpretasikan hasil pencatatan pada KMS
Referensi:
1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), tanggal Hamil ke Jumlah persalinan Jumlah keguguran ...
Hari Taksiran Persalinan (HTP), tanggal ... Jumlah anak hidup Jumlah lahir mati : ..
Lingkar Lengan Atas . cm Tinggi Badan .. cm Jumlah anak lahir kurang bulan : . anak
Penggunaan kontrasepsi sebelum kehamilan ini: Jarak kehamilan ini dengan persalinan terakhir :
Riwayat Penyakit yang diderita ibu : .. Status imunisasi TT : Imunisasi TT terakhir : ..(bl/th)
Riwayat alergi : .. Penolong persalinan terakhir : ..
Cara persalinan terakhir** Spontan/Normal Tindakan
Tindakan Keterangan
Warna.
Tekanan pemberian Vit (Nama
Tgl Keluhan Nadi/ Nafas/ Suhu Kontraksi Jumlah, Produksi Nasehat yg
Darah 0 Perdarahan BAB BAK A, Fe, terapi, pemeriksa,
Pukul Sekarang menit menit ( C) rahim & bau ASI disampaikan
(mmHg) rujukan, tempat
lokhia
umpan balik pelayanan,
paraf)
-/+ -/+
-/+ -/+
-/+ -/+
-/+ -/+
-/+ -/+
-/+ -/+
-/+ -/+
Keadaan bayi **
Sehat
Sakit
Meninggal PELAYANAN KB IBU NIFAS
Tanggal/bulan/ tahun
Komplikasi nifas **
Perdarahan Tempat
Infeksi Cara KB/Kontrasepsi
Hipertensi
Lain-lain
**Beri tanda pada kolom yang sesuai
Block Special Topics 3: Mother & Child Health, Family Planning, and Nutrition
*Jarak antara (interval pemberian vaksin DPT/HB minimal 4 minggu (I bulan) *Jarak antara pemberian vaksin POLIO minimal 4 minggu (1
bulan)
**Anak di atas 1 tahun (12 bulan) yang belum lengkap imunisasinya tetap harus diberikan dasar lengkap
Sakit ringan seperti batuk pilek, diare dan sakit kulit bukan halangan untuk imunisasi
ABSTRAK KULIAH
Kuliah 1
Pengetahuan tentang Angka Kesakitan serta Kematian Ibu dan Bayi Sebagai Indikator
Derajat Kesehatan
dr. I Wayan Kandera, MPH
Kematian atau mortalitas merupakan suatu komponen proses demografi disamping fertilitas
dan mobilitas yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tingkat mortalitas penduduk
selain mempengaruhi pertumbuhan penduduk juga merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan masyarakat.
Angka kematian menurut kelompok umur yang sering digunakan adalah angka kematian
neonatus, angka kematian bayi dan angka kematian balita.
1. Angka Kematian Neonatus
= kematian neonatus (umur <28 hari) selama tahun X x 1000
kelahiran hidup pada tahun X
Dari angka kematian bayi proporsi terbesar terjadi pada masa neonatal. Kematian neonatal
dini (umur kurang dari 7 hari) lebih banyak disebabkan oleh proses persalinan, sedangkan
kematian late neonal (umur 7 - <28 hari) lebih banyak disebabkan oleh perawatan bayi.
Dengan adanya kemajuan teknologi dan fasilitas kesehatan serta peningkatan pengetahuan
dan perbaikan sosial-ekonomi masyarakat, maka angka kematian neonatal, bayi dan balita
cenderung menurun.
Angka Kematian Menurut Sebab (Cause Specific Death Rate)
Angka Kematian Ibu Maternal (Maternal Mortality Rate/MMR)
= kematian perempuan karena kehamilan, persalinan
atau nifas pada tahun X x100.000
kelahiran hidup pada tahun X
Rumus ini sering digunakan baik dalam laporan di Departemen Kesehatan maupun WHO..
1. Daya tahan tubuh manusia terhadap penyakit, termasuk status gizi, komposisi demografi
dan sistem kekebalan tubuh
2. Angka kesakitan, baik penyakit infeksi, metabolik, kardiovaskuler, degeneratif,
reproduksi, tumbuh ganda, trauma (rudapaksa) atau lainnya
3. Sanitasi lingkungan yang berkaitan denan sumber infeksi, polusi dan vektor penyakit
4. Tingkat sosial-ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan daya beli masyarakat untuk
membeli makanan, memelihara kesehatan dan membeli obat jika sakit
5. Tersedianya fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat
Kuliah 2
Kematian Ibu Akibat Kehamilan dan Persalinan
dr. Made Wandia, Sp.OG
2. Inderect obstetric deaths, yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh suatu penyakit, yang
bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan atau
persalinan.
McCarty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya membagi penyebab kesakitan dan
kematian ibu menjadi:
1. Penyebab langsung (proximate determinants)
Kejadian kehamilan
Komplikasi kehamilan dan persalianan
2. Penyebab antara (intermediate determinants)
Status kesehatan
Status reproduksi
Akses terhadap pelayanan kesehatan
Perilaku sehat
Faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga
3. Penyebab mendasar (contextual determinants)
Status wanita dalam keluarga dan masyarakat
Status keluarga dalam masyarakat
Status masyarakat
Kuliah 3
Audit Maternal
dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG., M.M.
Pengertian :
Serangkaian Kegiatan penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu guna mencegah
kesakitan atau kematian serupa di masa yang akan datang. Pengkajian yang dilakukan
menerapkan prinsip-prinsip menghormati dan melindungi semua pihak terkait, baik individu
maupun institusi. Hasil audit tidak dapat digunakan untuk kepentingan hukum/persidangan
maupun untuk kepentingan lain selain hanya untuk kajian terhadap kasus. Prinsipnya adalah
Bagaimana setiap kejadian kesakitan atau kematian ibu dapat dijadikan pembelajaran bukan
saja oleh para pihak terkait langsung atas kematian atau kesakitan, tetapi juga oleh pihak
yang kebetulan tidak sedang terlibat dalam pelayanannya.
Menurut The British Government dalam working for patient, audit medik adalah
analisis yang sistematik dan kritis tentang kualitas pelayanan medik, termasuk didalamnya :
kualitas hidup dan luaran (outcome) untuk pasien, prosedur diagnosis dan terapi, serta
penggunaan sumber-sumber dengan tujuan pelayanan kepada pasien. Ada 3 persyaratan audit
medik yang perlu dipenuhi, yaitu:
1. Audit Medik
Semua aktifitas medik dapat di audit, semua aktifitas yang berhubungan dengan
dokter diembel-embeli kata medik, dimana pihak lain terkait dengan pasien, misalnya
: bidan, perawat, maka istilahnya audit klinik. Audit medik adalah komponen penting
dalam quality assurance, dan merupakan bagian dasar dalam proses pengelolaan.
2. Sistematik
Audit harus dilakukan secara sistematis, dan tidak semua kegiatan dapat di audit
sekaligus. Subyek yang akan di audit harus dipelajari secara cermat. Audit harus
dilakukan secara ilmiah, seperti halnya sebuah penelitian klinik.
3. Kritis
Audit perlu dilakukan secara kritis sehingga diperlukan review oleh peer group.
Para peserta audit harus mengerti akan keadaannya dan harus berani mengungkapkan
kenyataan yang ada. Siapa saja yang ikut dalam audit tidak boleh merasa terancam.
Kesalahan bukan semata kesalahan perorangan, tetapi kesalahan sistem.
Pada satu audit diperlukan 2 atau lebih dokter speseialis senior agar audit
mendengarkan pula pendapat senior. Audit harus lebih menonjolkan fakta/evidence
ketimbang ideologi atau opini seorang ahli, agar dapat di bahas secara cermat. Audit
seyogyanya hanya membicarakan hal-hal relevan agar semua yang mengikuti dan
menyetujui kegiatan ini dapat mempersiapkan diri.
Latar Belakang :
Angka kematian ibu (AKI) (SKDI, 2012), yakni 359/100.000 kelahiran hidup. AKI di
Indonesia masih tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan Negara ASEAN, seperti :
Singapura (3), Brunai Darussalam (24) Malaysia (29), Vietanm (59), dan Thailand (48).
Angka tersebut menunjukkan bahwa penurunan AKI di Indonesia masih jauh dari harapan.
Menurunkan AKI, salah satu faktor utama adalah mengatasi komplikasi persalinan.
Beberapa program penurunan AKI di Indonesia telah dilakukan melalui kebijakan
Making Pregnancy Safer (MPS), salah satunya dengan meningkatkan mutu dan menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu di tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep Audit Maternal Perinatal/Neonatal (AMP)
tingkat Kabupaten/Kota.
Tujuan Audit :
1. Tujuan Umum :
Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu di tingkat Kabupaten/Kota,
Provinsi, dan Nasional melalui penerapan tata kelola klinik yang baik (clinical
governance) dalam rangka mempercepat penurunan AKI.
2. Tujuan Khusus :
Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan secara teratur dan
berkesinambungan dalam wilayah kabupaten/kota.
Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji faktor-faktor penyebab
kematian ibu yang dapat dicegah meliputi : penyebab yang berhubungan dengan
pasien/keluarga, petugas kesehatan, manajemen pelayanan kesehatan, kebijakan
pelayanan kesehatan.
Mengembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan, pelaporan, dan
perencanaan yang terpadu antara dinas kesehatan kabupaten/kota, RS pemerintah
dan swasta, puskesmas, Rumah Bersalin/RB, Bidan Praktek Swasta/BPS,
organisasi profesi, dan lintas sektoral.
Klasifikasi :
1. Audit tentang struktur.
- Audit ini berhubungan dengan fasilitas dari satu pusat pelayanan ke pusat
pelayanan yang lain dari rumah sakit provinsi dengan rumah sakit kabupaten/kota
dapat berbeda.
2. Audit tentang proses
- Audit proses di satu pusat kesehatan dalam memberikan pelayanannya. Umumnya
pelayanan yang baik berakhir dengan outcome yang baik.
3. Outcome
- Audit ini mengukur hasil dari satu pengelolaan, mengaudit tolok ukur satu
pelayanan. Ini adalah kegiatan yang terpenting dari satu audit, tetapi sering
menjadi bagian yang paling sulit. Standar yang dipakai dari satu fasilitas sangat
berbeda dari satu pusat pelayanan yang lain.
4. Masalah yang berhubungan dengan pasien (perempuan dan lingkungannya)
- Mengetahui faktor yang dapat dihindari atau kesempatan terlewatkan yang
berhubungan dengan perempuan dan lingkungannya, dibagi menjadi :
Masalah yang berhubungan langsung dengan perempuan itu sendiri, misalnya
pengetahuan.
Pengaruh keluarga pada perilaku perempuan.
Pengaruh lingkungan/masyarakat di sekitar perempuan, misalnya adanya
telepon untuk memanggil ambulans atau tekanan dari masyarakat untuk lebih
baik pergi ke dukun.
5. Masalah administratif
- Masalah ini lebih mudah diklasifikasikan, mencakup : transportasi, kendala untuk
mencapai pusat pelayanan kesehatan, tidak adanya fasilitas, kurangnya tenaga
kesehatan yang terlatih, komunikasi.
6. Pelayanan standar kesehatan
- Pelayanan antenatal, intrapartum, postpartum, kedaruratan, resusitasi, anestesi.
7. Informasi yang hilang
- Tidak adanya catatan medik.
Perkataan siklus/daur di sini sebetulnya kurang tepat karena seolah-olah tidak akan
terjadi kemajuan, oleh karena itu, kata spiral lebih tepat dipakai karena menunjukkan
kemajuan. Jadi, selain sirkuler juga maju sesuai dengan penyempurnaan pelayanan kesehatan.
Langkah-Langkah :
Pelaksanaan AMP dimulai bila teridentifikasi adanya kematian ibu atau
perinatal/neonatal dalam suatu wilayah Kabupaten/Kota. Adapun langkah-langkah persiapan
dan pelaksanaan kehgiatan AMP :
1. Persiapan :
a. Pembentukkan Tim AMP Kabupaten/Kota.
2. Pelaksanaan AMP terdiri dari tujuh langkah berurutan yang melibatkan seluruh
komponen tim AMP : Tim Manajemen, Tim Pengkaji, dan Komunitas Pelayanan,
sebagai berikut :
Langkah 1 : Identifikasi kasus kematian dan pelaporan data kematian.
- Kematian Maternal
- Kematian Perinatal/Neonatal
- Permintaan Data Kematian Ibu, Perinatal, atau Neonatal.
- Pengiriman Berkas Data Kematian Ibu, Perinatal, atau Neonatal.
Langkah 2 : Registrasi dan anonimasi.
Langkah 3 : Pemilihan kasus dan pengkajinya, serta penjadwalan pengkajian.
Langkah 4 : Penggandaan dan pengiriman bahan kajian.
Langkah 5 : Pertemuan pengkajian kasus.
- Analisis Kematian.
- Klassifikasi Penyebab Kematian.
- Penyusunan Rekomendasi.
Langkah 6 : Pendataan dan pengolahan hasil kajian.
Langkah 7 : Pemanfaatan hasil kajian.
Referensi:
1. Kemenkes, 2014 dalam Pedoman Audit Maternal-Perinatal di Tingkat
Kabupaten/Kota, Dirjen Bina Gizi dan KIA. Jakarta; hal 1-87
2. Djamhoer M., Sulaiman S., Saifuddin A.B., 2005 dalam Bunga Rampai Obstetri dan
Ginekologi Sosial. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo., Jakarta; hal 276-
90
Kuliah 4
Kematian Neonatus, Bayi, dan Balita
dr. I Putu Triyasa, Sp.A
Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun atau lebih, yaitu sepertiganya terjadi
dalam satu bulan pertama setelah kelahiran dan sekitar 80 persen kematian neonatal ini
terjadi pada minggu pertama, menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi
baru lahir; rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pada
masa persalinan dan segera sesudahnya; serta perilaku (baik yang bersifat preventif maupun
kuratif) ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup
bersih dan sehat.
Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian balita dan bayi seperti infeksi saluran
pernafasan akut, demam, ikterus, diare dan tetanus, lebih sering terjadi pada kelompok
miskin. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin ini terutama disebabkan oleh
terbatasnya akses terhadap pelayanan karena kendala biaya (cost barrier), geografis dan
transportasi.
Perubahan perilaku merupakan penyebab langsung kematian bayi dan balita sebenarnya
relatif dapat ditangani secara mudah, dibandingkan upaya untuk meningkatkan perilaku
masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan perawatan bayi
baru lahir yang lebih sehat. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memperbaiki
perilaku keluarga dan masyarakat, terutama perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk upaya
mencari pelayanan kesehatan serta memperbaiki akses, memperkuat mutu manajemen
terpadu penyakit bayi dan balita, memperbaiki kesehatan lingkungan termasuk air bersih dan
sanitasi, pengendalian penyakit menular, dan pemenuhan gizi yang cukup.
Kuliah 5
Audit Perinatal
Abstrak oleh: dr. I Nyoman Arie Purwana, M.Sc., Sp.A
Pemberi kuliah: dr. I Putu Wijana, Sp.A
Audit Perinatal adalah proses dimana penelaahan secara cermat/evaluasi perawatan yang
diberikan kepada neonatus yang sakit dan meninggal 28 hari, pada tingkat kabupaten,
daerah, dan nasional sesuai dengan masing-masing panduan yang ada.
Latar belakang dilakukan audit perinatal adalah: masih tingginya angka kematian bayi (AKB)
di Bali maupun Indonesia dan untuk mencapai target MDGs 2015. Adapun tujuannya adalah:
untuk meningkatkan kualitas pelayanan perinatal, meningkatkan tingkat keselamatan bayi
baru lahir, memberi informasi kepada pemberi pelayanan perinatal mengenai keberhasilan /
kekurangan dalam praktek serta memajukan pengetahuan dan keterampilan para pemberi
pelayanan perinatal.
Kuliah 6
Upaya Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer
dr. A.A.G. Raka Budayasa, Sp.OG(K)
Kuliah 7
Program 1000 Hari Pertama Kehidupan
dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG, M.M
Pendampingan, pengawalan pada masa emas ini, kelak akan dapat melahirkan generasi
dengan kualitas emas pula. Progam ini, meliputi: nutrisi selama kehamilan yang cukup dan
beragam (asam folat dan zat besi selama kehamilan), edukasi tentang kesehatan pribadi dan
lingkungan, pemeriksaan kehamilan/antenatal care/ANC minimal 4 kali selama kehamilan,
skrining komplikasi (risiko) kehamilan, memantau persalinan, keluarga berencana, inisiasi
menyusu dini (IMD) dan ASI Eksklusif 6 bulan, timbang berat badan dan pengukuran
panjang badan rutin setiap bulan, imunisasi dasar dalam 2 tahun pertama, dan pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara bertahap pada usia 6 bulan dan tetap
memberikan ASI hingga usia 2 tahun, serta kondisi lingkungan sosialnya. Nutrisi menjadi
bagian terpenting dalam menyiapkan generasi emas. Nutrisi yang tepat di periode ini dapat
member dampak besar bagi kemampuan anak untuk tumbuh belajar, dan bangkit dari
kemiskinan. Program ini dalam skala besar dan jangka panjang berkontribusi bagi kesehatan
masyarakat, stabilitas, dan kemakmuran Negara. Penanganan yang baik di 1000 HPK salah
satu investasi terbaik mencapai kemajuan abadi dalam kesehatan global dan pembangunan.
Periode emas merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan organ yang menyusun
berbagai system dalam tubuh. Proses ini memerlukan asupan gizi baik yang dikonsumsi ibu
maupun berasal dari cadangan ibu. Asupan gizi yang kurang akan mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu akibat jumlah sel yang kurang. Jika
kekurangan gizi ini dapat dipenuhi dalam 1000 HPK, maka pertumbuhan dan perkembangan
sel masih dapat diperbaiki. Sebaliknya gangguan dapat menetap jika malnutrisi tersebut
berlanjut yang akan menimbulkan masalah jangka panjang, seperti: risiko penyakit tidak
menular (kronis) seperti: hipertensi, diabetes tipe-2, penyakit jantung pembuluh darah,
obesitas, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, juga menurunnya kemampuan kognitif
dan prestasi belajar (kurang cerdas), menurunkan kekebalan tubuh sehingga mudah sakit,
gangguan pertumbuhan fisik (tubuh pendek) dan psikologis, sosial-ekonomi. Keseluruhan hal
tersebut akan menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya
saing bangsa. Dalam jangka pendek dapat terjadi gangguan perkembangan otak, gangguan
pertumbuhan fisik, dan metabolism tubuh.
Peran perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan mempunyai tugas melaksanakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi) harus
member kontribusi bagi pembangunan bangsa yang berkelanjutan. Demikian pula dalam
berbagi ilmu pengetahuan, wawasan kedokteran dan kesehatan adalah bentuk kontribusi
kampus yang dapat berdampak bagi generasi masa depan juga pembangunan bangsa,
terutama turut aktif dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi.
Mahasiswa kedokteran sebagai cikal bakal seorang Dokter sejak awal harus membiasakan
diri berempati, peka terhadap permasalahan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, melatih
diri dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan sosial. Kontribusi tersebut merupakan
tanggung jawab social dari setiap insan (akademisi) perguruan tinggi. Program ini salah satu
bentuk penyatuan (kolaborasi) konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi secara bersamaan dan
utuh di masyarakat. Program ini merupakan bagian dari upaya mengasah empati, membangun
semangat mengabdi, dan menjadi garda terdepan mengawal generasi yang tidak sekedar
mengawal lahirnya bayi, namun mengawal lahirnya generasi pemimpin-pemimpin bangsa di
masa depan. Dengan penyiapan kualitas generasi yang baik, akan turut menciptakan kualitas
bangsa yang lebih baik.
Referensi :
1. Kementerian Kesehatan RI: Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019. Hal 1-228 (2015).
2. Sjarif, D.R.; KlaraYuliarti, K.; Endang D., et.al.: Pedoman Ikatan Dokter Anak
Indonesia Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia
untuk Mencegah Malnutrisi, Hal 1-69 (Unit Kerja Koordinasi dan Penyakit Metabolik
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2015).
3. Chalid, M.T.; Wahyuni, S.; Islam, A.A.: Buku Acuan 1000 Hari Awal Kehidupan;
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Hal 1-211 (CV. Sagung Seto, Makassar
2014).
4. Arabena. K., Marcus. D.: The First 1,000 Days: Implementing Strategies across
Victorian Government Agencies to Improve the Health and Wellbeing Outcomes for
Aboriginal Children and their Families, Indigenous Health Equity Unit, p.1-16 (The
University of Melbourne, Melbourne. 2014).
5. Simposium: Endang L. Achadi, Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan dan
Dampak Jangka Panjang terhadap Kesehatan dan Fungsinya, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Hal 1-53 (2014)
6. Priyatna, A.; Asnol, U.: 1000 Hari Pertama Kehidupan, Hal 1-144 (Elexmedia
Computindo, Jakarta 2014)
Kuliah 8
Pedoman Program Perencanaan Kehamilan, Persalinan, dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
dr. Ayu Witriasih, M.Kes
Berabagai upaya peningkatan mutu pelayanan dan pengelolaan manajemen program KIA
bersama dengan program terakait dan lembaga internasional telah dilaksanakan, namun
masih perlu adanya peningkatan keterlibatan masyarakat dalam perhatian dan pemeliharaan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (PK) dengan Stiker yang
merupakan upaya terobosan dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi
baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan, yang sekaligus
merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat
untuk persiapan dan tindak lanjut dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. Dalam P4K
dengan stiker bidan diharapkan berperan sebagai fasilitator dan dapat membangun
komunikasi persuasif dan setara di wilayah kerjanya agar dapat terwujud kerjasama dengan
ibu, keluarga dan masyrakat terhadap upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Melalui P4K dengan stiker, masyarakat diharapkan dapat mengembangkan norma sosial
bahwa cara yang aman untuk menyelamatkan ibu hamil-bersalin-nifas dan bayi lahir kebidan
dengan memeriksakan kehamilan, bersalin, perawatan bidang kebidanan, sehingga kelak
dapat mencapai dan mewujudkan Visi Departemen Kesehatan, yaitu Masyarakat Mandiri
untuk Hidup Sehat.
Kuliah 9
Program Penanganan Tumbuh Kembang Anak
Dr. dr. Anak Agung Oka Lely, Sp.A
Tumbuh Kembang merupakan dua proses yang berbeda, namun keduanya saling berkaitan
dan tidak berdiri sendiri. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik & struktur tubuh
melalui proses bertambahnya jumlah dan ukuran sel, serta jaringan interseluler.
Perkembangan adalah meningkatnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih
kompleks. Jadi seorang anak bertumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap tumbuh &
kembang, yaitu secara fisik, mental, emosi dan sosial, sesuai dengan potensi yang dimiliki,
agar kelak menjadi manusia dewasa yang berguna.
Dalam proses tumbuh dan berkembang yang telah dimulai dari masa konsepsi sampai
usia dewasa, dapat terjadi penyimpangan dan ini perlu diketahui jenis penyimpangannya
serta, secara dini dilakukan koreksi melalui program intervensi dini. Gangguan yang terjadi
bisa mengenai pertumbuhan, di antaranya berupa perawakan pendek dan gagal tumbuh.
Gangguan perkembangan bisa mengenai penglihatan, pendengaran, sensori persepsi,
komunikasi, mental-emosi & perilaku, motorik kasar-halus, serta gangguan perkembangan
oromotor. Program penanganan Tumbuh Kembang Anak terdiri atas, bersifat medika
mentosa, terapi suportif, skrining, dan intervensi dini yang berhubungan dengan jenis
gangguan yang terjadi.
Dalam penanganan kelainan tumbuh kembang melibatkan berbagai profesi, di
antaranya dokter spesialis Anak, Psiakiater, Psikolog, ahli terapi okupasi, ahli terapi wicara,
pekerja sosial, serta dukungan dari keluarga. Dapat pula ditambahkan ahli dalam teknik
terapeutik seperti terapi air dan menunggang kuda. Khusus untuk penanganan motorik
halus, sudah harus dimulai sejak usia 2-4 bulan, sebagai dasar perkembangan ketrampilan
kearah selanjutnya.
Referensi:
1. Buku Pedoman Penanganan Kasus Rujukan Tumbuh Kembang Balita. Kementerian
Kesehatan RI, bekerja sama dengan IDAI, PDSKJI, PERDOSRI, PERDAMI,
PERHATI-KL, IFI, IOTI, IKATWI, tahun 2o14.
2. Instrumen Stimuli, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Kementerian Kesehatan RI tahun 2012.
3. Sulistyani A. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta, Salemba Medika 2014.
4. Tanuwidjaya, S. Konsep Umum Tumbuh Kembang. Dalam: Tumbuh Kembang Anak
dan Remaja. Hal.1-12,Edisi Pertama tahun 2002.Narendra MB, dkk Penyunting.
IDAI, Jakarta Sagung Seto, 2002.
Kuliah 10
Strategi Pendekatan Risiko pada Kehamilan (Termasuk Masalah 3 Terlambat dan 4
Terlalu pada Penatalaksanaan Risiko Tinggi)
Abstrak oleh: dr. Made Wandia, Sp.OG, dr. Pande Geriawan, Sp.OG
Pemberi kuliah: dr. Pande Geriawan, Sp.OG
Konsep pemikiran dari Strategi Pendekatan Risiko (SPR) atau Risk Approach Strategy (RAS)
adalah bahwa pada tiap masyarakat selalu ada komunits, keluarga atau individu yang
mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menjadi sakit, mendapat kecelakaan atau
kematian mendadak, jika dibandingkan dengan kelompok lain.
Adanya kerentanan terhadap penyakit atau kelainan ini disebabkan mereka mempunyai
berbagai karakteristik atau faktor risiko yang satu sama lain saling berpengaruh. Faktor risiko
ini bisa bersifat biologis, genetik, lingkungan atau psikososial. Sebagian dari faktor risiko ini
dapat dikenal dan diukur sehingga kita dapat menggunakannya dalam upaya pelayanan
kesehatan preventif.
Tingginya angka risiko hanya merupakan perkiraan, tanda-tanda atau indikator dari besarnya
pertolongan yang dibutuhkan, baik preventif maupun kuratif.
Faktor risiko adalah sesuatu yang ada pada diri seseorang atau komunitas, yang mungkin
pada suatu waktu dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kesakitan atau bahkan kematian.
Faktor risiko dalam kesehatan reproduksi, kita dapat membaginya secara lebih spesifik,yaitu:
2. Faktor medis biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria
3. Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, berbgai kompliksi obstetri, SC, dll.
Yang benar-benar dapat disebut sebagai faktor risiko adalah yang empat pertama karena
masing-masing berpotensi untuk menimbulkan berbagai penyulit tertentu.
Masalah yang memicu tingginya angka kematian ibu adalah terlalu muda usia saat hamil,
terlalu sering hamil, terlalu dekat jarak antar anak dan terlalu tua usia saat hamil.
Kuliah 11
Program Gizi Anak
Abstrak oleh: dr. Ida Ayu Putri Widiastuti
Pemberi kuliah: dr. A.A. Ampera Prihatini, MM
Pemantauan Status Gizi (PSG) sebagai salah satu komponen Sistem Kewaspadaan
Pangandan Gizi (SKPG) telah dilakukan semenjak Pelita IV dengan tujuan memberikan
informasi gambaran besaran masalah gizi.
Manfaat :
Tersedianyan informasi status gizi balita dan perilaku keluarga sadar gizi secara berkala,
keperluan perencanaan, penetapan kebijakan dan evaluasi program gizi serta meningkatkan
kemampuan daerah dalam pelaksanaan survei, pengelolaan dan interpretasi.
Kuliah 12
Masalah Terkait Gizi Anak
dr. Suparmi Wiadnyana, Sp.A
Kuliah 13
Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Menyusui
dr. Made Judy Rachmanu, M.Kes
Salah satu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah umur harapan hidup. Umur
harapan hidup ditentukan oleh status gizi dan ini akan mempengaruhi tingginya angka
kematian bayi, balita dan ibu. Kurangnya gizi pada ibu hamil terutama kurang energi kronis
(KEK) akan mempengaruhi perkembangan pada bayi dengan berisiko melahirkan bayi
dengan berat badan rendah yang dalam perkembangannya akan mempengaruhi intelektual
anak serta pada akhirnya mempengaruhi produktivitas dikemudian hari.
Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan status gizi ibu hamil adalah
dengan memberikan makanan tambahan. Ada 2 jenis pemberian makanan tambahan pada ibu
hamil yaitu pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal dan pemberian makanan
tambahan pabrikan.
Sebelum memberikan makanan tambahan perlu diperhatikan kebutuhan gizi,
karakteristik makanan tambahan pada masa kehamilan
Referensi:
1. Pedoman Gizi Ibu hamil dan Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis
Pangan Lokal. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta, 2010.
Kuliah 14
Masalah Laktasi/Menyusui
dr. Suparmi Wiadnyana, Sp.A
Laktasi adalah proses pemberian ASI dari ibu kepada anaknya. Pemberian ASI kepada bayi
sangat penting, karena banyak manfaatnya baik untuk ibu maupun bayinya. Pemberian ASI
lengkap terdiri dari Inisiasi Menyusui Dini (IMD), pemberian ASI eksklusif sampai usia bayi
6 bulan, dan terus diberikannya ASI sampai anak berusia 2 tahun (WHO).
Perawatan Gabung (Ibu dan bayi berada bersama selama 24 jam) di tempat
melahirkan sangat penting supaya ibu terbiasa merawat bayinya sendiri, termasuk harus
meneteki. Selama perawatan masa Nifas tersebut ibu bisa diberikan pelatihan Senam atau
Yoga, salah satunya untuk peningkat an produksi dan distribusi ASI.
Beberapa masalah yang dihadapi dalam melaksanakan laktasi adalah: rendahnya
pengetahuan dan sikap ibu tentang laktasi, semakin banyak para ibu yang bekerja di luar
rumah dan pandangan masyarakat tentang menyusui mengalami perubahan yang kurang
mendukung meneteki langsung serta semakin gencarnya promosi susu formula. Beberapa
upaya dilakukan untuk mendukung terselenggaranya laktasi, diantaranya: rawat gabung,
membuat klas Senam Hamil, Latihan Yoga untuk Ibu hamil, melahirkan dan Nifas,
mendirikan Klinik Laktasidi sarana kesehatan yang ada( misalnya di Rumah Sakit)
Indikasi pemberian susu formula kepada bayi sangat terbatas. Walaupun demikian,
dokter perlu mengetahui pemilihan susu apa yang dapat diberikan kepada bayi berdasarkan
indikasi yang ketat. Misalnya bayi premature, intoleransi lactose, allergi susu sapi,kelainan
metabolism tryptophan, phenylalanine, diare yang berkepanjangan dll, atau hanya perlu susu
biasa yang formulanya menyerupai ASI ( humanized milk).
Referensi:
1. Balitbang Kemkes RI - Riskesdas 2013l
2. Dit. Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes RI, Pelatihan Konseling
Menyusui, 2007
3. Dorlands illustrated Medical Dictionary
4. Roesli Utami DR, dr, SpA, MBA, CIMI, Sentra Laktasi Indonesia, Panduan Praktis
Menyusui, 2005
5. WHO, Hospital care for children Chapter 3 pp 41-62
6. Wiadnyana M.S, dr, SpA: The Power of Yoga for Pregnancy and Post-pregnancy,
2011
Kuliah 15
Program KB dan Peranannya dalam Kesehatan Reproduksi
dr. I Nyoman Rudi Susantha, Sp.OG(K)
tabu dalam tempat yang semestinya, dan memahamkan kesadaran baru, pendidikan
kesehatan reproduksi, bukanlah pelajaran untuk melakukan hubungan seks.
Saat ini arus informasi mengalir deras, mudah didapat kapan dan dimana saja anda
berada. Informasi-informasi ini dikemas dengan sangat menarik, hingga terkadang orang
dewasa pun sulit membedakan mana yang dapat dipertanggungjawabkan dan mana yang
tidak. Hal yang sama terjadi pada informasi tentang seks dan reproduksi. Kemasan-kemasan
yang sedemikian rupa telah membentuk opini tersendiri bahwa seks adalah sesuatu yang
menarik dan perlu dicoba (dikenal dengan istilah sexpectation)
Begitupula, remaja perempuan secara intensif menghadapi masalah pada periode
prenatal dan antenatal. Secara spesifik, pelayanan medis prenatal tidak dilakukan atau sangat
kurang. Johnson, Lay, & Wilbrandt (1988) menyatakan bahwa 50% kehamilan remaja tidak
mendapatkan pelayanan medis pada trisemester pertama, 10% tidak mendapatkan pelayanan
pada trisemester pertama dan kedua, dan 2.4% tidak pernah mendapatkan pelayanan medis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pomeranz, Matson, and Nelson (1991), pada
faktor-faktor komplikasi pada kehamilan remaja, insiden tertinggi PMS yang dihubungkan
dengan meningkatnya risiko saat melahirkan dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR).
Penundaan saat verifikasi kehamilan dan kunjungan pertama ke dokter obstetri juga
menempatkan kelahiran bayi dalam risiko. Lee & Corpuz (1988) menemukan 14.5% dari
bayi yang lahir dari ibu usia di bawah 15 tahun dan 9.4% dari ibu usia antara 15-19 tahun
mengalami BBLR. Sejalan dengan dengan hasil tadi, hanya 6.4% bayi yang lahir dari ibu
usia di atas 20 tahun mengalami BBLR. BBLR memiliki hubungan dalam meningkatkan
morbiditas dan mortalitas neonatal. (van Winter & Simmons, 1990).
Di seluruh dunia anak-anak remaja baik laki-laki maupun perempuan mengalami
berbagai masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan yang tak diinginkan, penyakit
menular seksual (PMS) termasuk infeksi HIV dan masalah kesehatan reproduksi serius
lainnya. Menurut WHO setengah dari infeksi HIV di seluruh dunia terjadi pada orang muda
yang berusia di bawah 25 tahun (Cates dan McPheeters, 1997 dalam http://www.fhi.org).
Pengenalan kontrasepsi pada remaja bukan berarti melegalkan seks bebas di kalangan remaja,
namun minimal memberikan solusi bagi remaja yang melakukan pernikahan dini, dan
kontrasepsi sangat dibutuhkan guna menunda kehamilannya.
Kuliah 16
Kesehatan Reproduksi Remaja
dr. Kadek Agus Kurniawan, SpOG
Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan,
misalnya tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan, ketidak-setaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun
gaya hidup yang populer.
Remaja seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi,
sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau serta terjamin
kerahasiaannya. Keprihatinan akan jaminan kerahasiaan (privacy) atau kemampuan
membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja terhadap sikap tidak senang yang ditunjukkan
oleh pihak petugas kesehatan, semakin membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski
pelayanan itu ada.
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja dalam ICPD yang mendapatkan
rekomendasi di berbagai negara dan telah disesuaikan dengan Program Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia guna menghilangkan
hambatan hukum, hambatan peraturan dan hambatan sosial atas informasi dan pelayanan
Kesehatan Reproduksi Remaja. Pelayanan dan kegiatan penting, termasuk:
1. Informasi dan konseling KB
2. Pelayanan klinis bagi remaja yang aktif secara seksual
3. Pelayanan bagi remaja yang melahirkan dan remaja dengan anaknya
4. Konseling yang berkaitan dengan hubungan antar jender, kekerasan, perilaku seksual
yang tidak bertanggung-jawab, dan penyakit menular seksual
5. Pencegahan dan perawatan terhadap penganiayaan seksual (sexual abuse) dan hubungan
seksual sedarah (incest).
Melalui program-program yang telah dilakukan bertujuan dalam mempersiapkan generasi
emas dalam hal ini remaja untuk ke depannya sehingga dapat membantu pertumbuhan
pembangunan dan bukan menjadi beban ke depannya.
Kuliah 17
Aspek Psikologi Kesehatan Reproduksi Remaja (Termasuk Kehamilan yang Tidak
Diinginkan)
dr. Putu Asih Primatanti, Sp.KJ
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 menyatakan bahwa remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-18 tahun, sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Masa remaja merupakan peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa dimana terjadi
perubahan berbagai aspek seperti aspek biologis, aspek psikologis, dan aspek sosial budaya.
Dari aspek psikologis, remaja secara individu mengalami perkembangan dalam pola
identifikasi dari anak menuju dewasa. Perkembangan ini menyangkut aspek emosi, kognisi,
mental, moral, dan sisi psikologis lainnya). Di masa remaja pula akan dihadapi perubahan-
perubahan dimana kematangan secara seksual dimulai. Apabila seorang remaja tidak
membekali diri dengan informasi yang benar akan kondisi mereka saat puber, kemungkinan
mereka akan mengalami reaksi negative seperti emosi yang tidak terkendali. Hal ini tentu
saja akan berpengaruh pada perkembangan psikologisnya.
Seks aktif pra nikah pada remaja berisiko terhadap kehamilan remaja dan mengalami
penularan infeksi menular seksual. Kehamilan yang tidak direncanakan pada remaja dapat
berlanjut pada aborsi dan pernikahan remaja. Keduanya akan berdampak pada masa depan
remaja tersebut, janin yang dikandung dan keluarganya.
Kuliah 18
Pengguguran Kandungan Ditinjau dari Aspek Medikolegal
dr. Ida Bagus Alit, Sp.F
Tindak pengguguran kandungan secara statistik menelan korban yang lebih besar
dibandingkan bencana alam maupun peperangan. Hal tersebut mendasari Bunda Theresa
pada saat menerima hadiah Nobel bidang perdamaian menyatakan The greatest destroyed
of peace is the cry of innocent unborn baby.
Antara pandangan medis dan hukum agak berbeda terhadap aborsi. Secara medis, aborsi
adalah terhentinya kehamilan sebelum 20 minggu umur kandungan. Sedangkan secara
hukum, dipandang dari sudut yang berbeda-beda di masing-masing negara dimana hukum itu
berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa hukum dibatasi waktu dan ruang. Di negara dengan
sistem hukum Continental Law seperti Inggris, dikatakan aborsi bila penghentian kehamilan
terbatas pada janin yang belum viable (kurang dari 7 bulan umur kandungan). Sedangkan
penghentian kehamilan pada janin yang sudah viable dikenal sebagai Child Destruction dan
ini tidak dikenal di Indonesia.
Pandangan hukum yang berbeda ini menyebabkan legalisasi atau kriminalisasi aborsi
berbeda- beda dimasing-masing negara. Singapura, China dan Tunisia secara tegas
melegalisasi aborsi dalam upaya pembatasan jumlah penduduk, peningkatan ekonomi dan
perbaikan standar hidup. Jepang melegalkan aborsi atas dasar indikasi sosial. Swedia, Inggris
dan Italia memperbolehkan aborsi atas dasar sosio-medis.
Berdasarkan Blacks Law Dictionary, aborsi didefinisikan sebagai the spontaneous or
artificially induced expulsion of an embryo or fetus . Dari definisi tersebut maka aborsi
dibedakan atas abortus spontan yang terjadi secara alamiah (natural) dan abortus provokatus.
Abortus Provocatus dibedakan menjadi Abortus Provokatus Medisinalis berdasarkan indikasi
medis dan Abortus Provokatus Kriminalis yang merupakan tindak melanggar hukum.
Sehubungan dengan tindak aborsi, di dunia berkembang dua kelompok pemikiran yaitu 1)
kelompok Pro-life yang anti terhadap tindak aborsi dan 2) kelompok Pro-Choice yang pro
terhadap tindak aborsi. Kelompok Pro-life menilai tindak aborsi dari pelanggaran terhadap
hak janin yaitu hak untuk dilahirkan hidup dan hak untuk dilahirkan normal ( The right
unborn baby to be born alive and to be born normal ). Dilain pihak kelompok Pro-Choice
lebih memandang dari prinsip humaniora (Humanitarian Principles) yang menitik beratkan
prinsip autonomi dari wanita yaitu Womens right to control her own body, social justice
mendapat pelayanan kesehatan dan fakta bahwa aborsi ilegal berdampak buruk terhadap
kesehatan masyarakat. Kelompok Pro-Choice menganggap korban tindak aborsi bukan
manusia tetapi janin yang belum dianggap sebagai Human being with the right of a
person Tindak aborsi dianggap bukan tindak kriminal karena sebagai Crime without
Victim atau Victimless Crime.
Legalisasi tindak aborsi dengan alasan tertentu dipandang dari segi etika, sangat berbahaya
karena dapat mencetuskan fenomena yang dikenal sebagai Slippery Slope Phenomenon.
Monterque yang mencetuskan ide tersebut menyatakan, kalau ada suatu kelonggaran dalam
salah satu tatanan etika masyarakat akan cenderung diikuti oleh kelonggaran tatanan etika
yang lainnya. Hal ini digambarkan sebagai tergelincir dilereng yang licin yang semakin lama
semakin memburuk keadaannya.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), tindak aborsi dikelompokkan
kedalam kelompok kejahatan terhadap nyawa dan bila dilakukan oleh tenaga kesehatan maka
hukumannya akan ditambah sepertiga dan ijin serta kewenangannya dicabut sehingga tidak
boleh melakukan praktek kedokteran.
Pada Undang Undang Kesehatan RI No 36 tahun 2009, khususnya pasal 75 (2) diatur bahwa
tindak aborsi dapat dilakukan bila :
a. Adanya indikasi kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu dan atau janin,
menderita penyakit genetika yang berat, menderita cacat bawaan yang tidak bisa
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup diluar rahim
b. Kehamilan terhadap korban perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban.
Lebih lanjut ayat (3) menekankan tindak aborsi hanya dapat dilakukan setelah dilakukan
konseling pra, durante dan post aborsi oleh konselor yang berkompetensi dan berwenang.
Pada pasal 76 UU Kesehatan RI no 36 tahun 2009 mengatur aborsi dilakukan :
a. Sebelum kehamilan berumur 6 minggu umur kandungan atau terjadi kedaruratan medis
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan berwenang
c. Mendapat persetujuan dari ibu hamil
d. Mendapat izin dari suami kecuali korban perkosaan
e. Dilakukan pada penyedia pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat
Kuliah 19
Kejahatan Seksual serta Masalah Kekerasan pada Wanita dan Anak
Caecilia Nirlaksita R, S.Psi, Psikolog
Kejahatan seksual adalah pelanggaran pada kategori kejahatan seks, umumnya melibatkan
perilaku seksual ilegal atau merupakan perilaku pemaksaan terhadap individu lain.
Pendekatan hukum, negara memiliki undang-undang terhadap melarang berbagai jenis
kejahatan seks, seperti pemerkosaan dan kekerasan seksual, dan masing-masing negara
memiliki "undang-undang pembatasan", di mana korban kejahatan seks dapat mengajukan
gugatan terhadap tersangka pelaku kejahatan. Kejahatan seksual suatu perilaku
penyimpangan psikologis menjadi epidemi sosial yang membahayakan dan menghina
kebebasan dan harkat hidup manusia. Penyebab kejahatan yang kompleks, lebih terlihat
sebagai akibat kasus-kasus kemiskinan (ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya). Kejahatan
seksual berelasi erat dengan kasus kemiskinan, kelalaian orang tua, rendah diri,
penyalahgunaan alkohol, dimana pelaku dilahirkan, peristiwa seksual traumatik, dan obat
semua terhubung dalam menjelaskan mengapa orang melakukan kejahatan. Kejahatan
seksual meliputi perkosaan, pelecehan seksual, incest, sex pornografi, sex exhibition, pedofili,
pemaksaan pelacuran dan beberapa praktik budaya yang berbahaya mulai dari genital
mutilasi dan kehormatan kejahatan pernikahan dini, mutilasi genital dan digunakan sebagai
budak seks, praktek seks-selektif aborsi adalah hasil dari norma-norma budaya yang
menghargai anak laki-laki lebih dari pada anak perempuan. Pendekatan psikologi
hukum/forensik pada masyarakat membutuhkan aturan yang lebih jelas dan hukuman yang
kuat untuk meminimalkan perilaku kriminal. Pemahaman dilakukan pada usaha pembelaan
korban kejahatan seksual meliputi: penanganan psikologis terhadap korban, pembinaan dan
recovery psikologis terhadap pelaku dan korban, mediasi hukum dan bantuan paralegal pada
ranah hukum, pemahaman sekilas tentang psikologi hukum. Analisis psikologi secara
individualis dan kolektif dalam menelaah perilaku kejahatan seksual. Individualis cenderung
berfokus pada kelemahan individu atau kurangnya 'nilai-nilai' sebagai motif pelaku kejahatan,
tanggung jawab individu. Kolektivis cenderung mengatasi kejahatan, kondisi sosial yang
menciptakan kondisi untuk kejahatan perlu ditangani, misalnya menyediakan perumahan
yang lebih baik, kesempatan kerja yang lebih baik dan masyarakat yang sehat fisik dan
mental pemikirannya, sehingga masyarakat yang sehat cenderung lebih setara memiliki
persepsi bahwa kejahatan menjadi kurang memiliki motif daya tarik dalam berperilaku
melanggar hukum.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah pelanggaran berat hak asasi manusia.
Kekerasan mengancam kesehatan fisik serta mental perempuan dan anak, menghambat
kesejahteraan sosial, bermasalah ekonomi, kekerasan juga menggagalkan upaya global untuk
mengurangi kemiskinan. Kekerasan fisik, seksual dan psikologis menyerang perempuan dan
anak- anak pada proporsi epidemi di seluruh dunia. Pembahasan tentang kekerasan meliputi
jenis- jenis kekerasan misalnya kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan, penyiksaan/
abuse, bullying, termasuk motif violence sebagai senjata perang. Upaya pencegahan
kekerasan meliputi pendidikan, kesehatan, psikologi, hukum dan infrastruktur sehingga
secara signifikan dapat mengurangi kekerasan dan konsekuensi tragis. Perilaku kekerasan
dianalisis sebagai perilaku penyimpangan secara psikologis, sehingga pendekatan psikologis
dilakukan pada pengarus utamaan pada gender; kemandirian, integritas kepribadian,
pembentukan self confident, perilaku kasar terhadap perempuan harus dilihat sebagai nilai
moral yang tidak dapat diterima sosial (social moral value). Perlunya kemampuan psikologis
dalam memberi bantuan korban kekerasan, memahami perspektif korban, memahami respon
dan akibat fisik dan psikologis pada perilaku korban kekerasan, melakukan penjelasan dan
sosialisasi pada masyarakat (mahasiswa), dengan tujuan mendorong kesadaran sosial
mahasiswa kedokteran dalam membangun kesehatan mental masyarakat dan mampu
berinisiatif dalam peran penting dalam menentukan solusi pada kasus kekerasan, dan
memberikan dukungan sikap dan perilaku perlindungan kesehatan fisik dan mental kepada
para korban kekerasan. Pendekatan pada konsep anti patriarki terutama pada kaum laki-laki.
Pendekatan ini memiliki harapan dan motivasi keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran
pada masyarakat sebagai agen perubahan. Wacana pada pendekatan psikologis dalam
pengembangan/ pemberdayaan potensi besar pada perempuan dan anak- anak.
Kuliah 20
Pedoman Nasional Pencegahan Penularan IMS/HIV (Termasuk dari Ibu ke Bayi)
dr. Made Judy Rachmanu, M.Kes
Human Immunodeficiency Virus (HIV) ditularkan melalui berbagai cara. Salah satu cara
penularan adalah dari ibu HIV positif kepada bayi yang dikandungnya, atau disebut Mother
to Child HIV Transmission (MTCT).
Kasus HIV/AIDS menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia menunjukkan kecendrungan peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu pada tahun
2014 (triwulan ke-III) sebesar 22.869 kasus. Secara kumulatif dari tahun 1987 s/d September
2014 sebesar 150.296. Jumlah kumulatif AIDS menurut jenis pekerjaan dari tahun 1987 s/d
September 2014 yang tertinggi adalah ibu rumah tangga (6.539 orang) dan ini ditularkan oleh
suaminya.
Menurut WHO tahun 2015, penularan HIV dari ibu HIV-positif ke anaknya selama
kehamilan, persalinan, atau menyusui dengan tidak adanya intervensi, tingkat penularan
berkisar antara 15% sampai 45%. Tingkat ini dapat dikurangi sampai di bawah 5% dengan
intervensi efektif selama periode kehamilan, persalinan dan menyusui, untuk itu perlu
intervensi sehingga penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah. Intervensi yang harus
dilakukan berupa kebijakan dan strategi pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Strategi
penanggulangan AIDS nasional menegaskan bahwa pencegahan penularan HIV dari ibu ke
bayi merupakan sebuah prioritas program.
Kebijakan pemerintah tentang pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. Integrasi program
2. Prong
3. Konseling dan tes HIV sukarela
Referensi:
1. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu ke Bayi. Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 2006.
1. Data-data yang paling penting apakah yang diperlukan untuk menyimpulkan status
kesehatan masyarakat di suatu wilayah puskesmas?
2. Salah satu program puskesmas apakah yang harus ditingkatkan untuk menjaga status
kesehatan ibu hamil?
3. Usaha Promosi Kesehatan apakah yang difokuskan untuk menurunkan angka kematian
bayi?
4. Apakah yang dimaksud Angka Kematian Ibu menurut WHO?
5. Apakah yang dimaksud determinan jauh dan determinan antara dalam menganalisis
determinan kematian dan kesakitan ibu?
6. Apakah yang dimaksud dengan kelompok kehamilan tanpa risiko, risiko
rendah/sedang/tinggi dan risiko sangat tinggi?
7. Coba ceritakan apa yang dimaksud dengan kasus rujukan tepat waktu, kasus rujukan yang
telah direncanakan, kasus rujukan terlambat, kasus terlantar, kasus rujukan darurat tanpa
kegawatan!
8. Apakah yang dimaksud dengan kehamilan gawat darurat obstetrik, kehamilan potensi
gawat darurat obstetrik, dan kehamilan ada gawat darurat obstetrik?
9. Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi pemerintah
mencanangkan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Apa
tujuan dari program P4K tersebut?
10. Dalam pelaksanaan program P4K dibutuhkan pelaksana teknis yang langsung
bersentuhan dengan ibu hamil. Siapakah pelaksana teknis/fasilitator di lapangan dalam
pelaksanaan program tersebut?
11. Berapa lama seharusnya kematian maternal dan perinatal di RS dilaporkan ke dinas
kesehatan kabupaten setempat?
12. Pada saat kapan waktu yang tepat merujuk ibu hamil berisiko ke RS Daerah?
13. Sebutkan 3 terlambat yang anda ketahui dan jelaskan!
14. Apa yang dimaksud dengan Angka Kematian Bayi?
15. Dari delapan tujuan yang ada pada MDGS, tujuan keberapakah yang terkait pada angka
kematian bayi dan ibu?
16. Sebutkan dan jelaskan tingkat kompetensi pelayanan yang harus dimiliki baik mulai dari
bidan, puskesmas dan rumah sakit untuk mengatasi penyebab kematian bayi!
17. Apakah tanda-tanda kegawatdaruratan yang penting pada bayi-bayi baru lahir?
18. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Audit Perinatal?
19. Apa yang dimaksud dengan tumbuh dan berkembang?
20. Terdapat kebutuhan dasar untuk tumbuh dan berkembang terutama pada usia 3 tahun
pertama kehidupan, agar tercapai tumbuh-kembang optimal sesuai dengan potensi
genetiknya. Sebutkan jenis-jenis kebutuhan dasar tumbuh kembang dengan contohnya!
21. Apa yang ingin dicapai di masa datang dengan mengupayakan tumbuh-kembang yang
optimal dimasa dini?
22. Salah satu upaya yang dilakukan adalah tercapainya bonding yang kuat antara anak
dengan orang-tua dengan memenuhi kebutuhan akan asih. Apa keuntungannya bagi
perkembangan anak?
23. Apa yang saudara ketahui tentang golden years bagi anak kaitannya dengan tumbuh
kembangnya?
24. Sebagai wadah dari upaya untuk mewujudkan tumbuh-kembang optimal pada anak,
terdapat program-program pranikah, pranatal, dan pasca-natal berupa program asuhan
dini. Uraikan jawaban saudara!
25. Salah satu kebutuhan dasar anak adalah asah yang salah satunya adalah bermain. Apa
arti bermain bagi anak?
26. Apa yang disebut dengan Tumbuh-kembang sebagai proses yang berkesinambungan dan
berkelanjutan? Uraikan dalam jawaban saudara contoh gangguan tumbuh dan kembang!
27. Pada prinsipnya program apa yang paling utama yang berhubungan dengan
penyimpangan tumbuh-kembang?
28. Gangguan tumbuh dapat berupa perawakan pendek dan gagal tumbuh. Bagaimana
prinsip tatalaksana untuk kedua jenis penyimpangan tersebut?
29. Apa yang anda ketahui tentang proses sensoris dan kaitannya dengan kemampuan
seorang anak untuk belajar dan memutuskan tindakan yang tepat dalam kehidupan
sehari-hari?
30. Terdapat 4 tingkat perkembangan integrasi sensoris, di mana tingkat Academic
readness yang merupakan tingkat terakhir menentukan kemampuan seorang anak untuk
memasuki pendidikan di perguruan tinggi. Jelaskan jawaban saudara!
31. Komunikasi adalah proses yang digunakan untuk bertukar informasi, termasuk
kemampuan memahami dan menghasilkan pesan. Bagaiman proses komunikasi
berlangsung ketika anak mencapai usia bayi?
32. Bagaimana mengenali seorang anak yang menderita retardasi mental yang dapat terjadi
ketika usianya baru 5 tahun?
33. Apa yang menjadi ciri khas anak dengan gangguan perkembangan pervasif yang
memerlukan penanganan dini, agar dapat mengikuti pendidikan formal?
34. Apa yang bisa diduga akan terjadi bila, seorang anak mengalami kelambatan motorik
global ?
35. Apa yang dimaksud dengan masalah gizi makro dan mikro?
36. Apa jenis pelayanan gizi yang dilakukan pada ibu hamil?
37. Apa program yang dilakukan pada kasus pengelolaan gizi buruk pada anak dengan
keluarga ekonomi kurang?
38. Apa keuntungan manajemen menyusui?
39. Telah diketahui bahwa ASI memiliki keunikan sehingga susu formula bukan sebagai
pengganti yang sempurna. Jelaskan dalam jawaban saudara apa yang dimaksud dengan
unik?
40. ASI juga mengandung komponen antiinfeksi. Jelaskan bagaimana hubungannya dengan
morbiditas dan mortalitas terhadap bayi/balita bila bayi mendapat ASI hingga usia bawah
tiga tahun (Batita)?
41. Uraikan mengenai hal-hal apa yang dapat diberikan pada ibu hamil agar tidak timbul
masalah laktasi ketika penyusuan dimulai?
42. Terdapat konsepinisiasi menyusui dini (IMD). Jelaskan apa tujuannya dan bagaimana
cara pelaksanaannya?.
43. Terdapat beberapa faktor yang berasal dari Ibu sebagai penyebab gagalnya laktasi.
Jelaskan!
44. Kadang-kadang oleh berbagai hal bayi akhirnya tidak dapat menyusui secara eksklusif.
Sebutkan beberapa keadaan yang saudara ketahui sebagai pemicu kegagalan tersebut!
45. Sebutkan beberapa keadaan yang menyebabkan bayi terpaksa diberi susu formula.
46. Apa yang dimaksud dengan manajemen laktasi pada bayi?
Soal No. 47 - 51
Learning objectives:
Mahasiswa tahu proses laktasi mulai dari perangsangan, sekresi, ekskresi sampai pada
konsumsi ASI.
1. Mahasiswa tahu masalah apa yang menyangkut laktasi dan apa yang
menyebabkannya.
2. Mahasiswa tahu indikasi pemberian susu formula dan susu apa yang harus diberikan
kepada bayi / anak.
3. Mahasiswa tahu indikasi dan kontraindikasi senam dan yoga pada ibu hamil.
Case
Seorang ibu datang ke klinik laktasi dengan keluhan: bayinya tidak mau menetek walaupun
ibu sudah berusaha. Dokter Luh Suryani, dokter yang masih muda tamatan FK Warmadewa
memeriksa bayi dan ibu tsb. Setelah BB bayi ( umur 3 bulan) dimasukkan ke KMS ternyata
BB tidak naik dan hampir mendekati garis kuning. Payu dara ibu sebelah kiri tidak menonjol
dan payudara kanan lebih besar daripada kiri. Dokter menganjurkan ibu memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya, dengan memberikan susu payudara yang kiri dulu, setelah asi habis
baru yang kanan diberikan. Ibu juga diajari untuk membuat puting susu kiri lebih menonjol
supaya bayi lebih mudah mengisapnya.Selain itu keduanya harus datang untuk control 2 mg
lagi bertemu dengan dokter.
Learning tasks:
47. Berikan penjelasan tentang keuntungan ASI baik terhadap ibu maupun bayi kepada
para pengunjung.
48. Pemeriksaan klinik apa yang harus dilakukan terhadap bayi bila ada masalah
laktasi?
49. Pemeriksaan klinik apa yang harus dilakukan terhadap ibu bila ada gangguan
laktasi?
50. Kapan seorang ibu harus datang ke klinik laktasi dan dimana adanya klinik laktasi
dimaksud?
51. Apakah ibu pada case diatas perlu datang lagi untuk control? Kenapa?
Soal No. 54 56
Seorang remaja perempuan berusia 16 tahun diantar ibunya ke dokter karena mengalami telat
haid satu bulan. Dari hasil pemeriksaan dokter, pasien dinyatakan hamil 4 minggu. Ibu pasien
langsung menangis dan tidak bisa berkata apapun.
54. Jelaskan kondisi yang terjadi pada kasus di atas?
55. Apakah dampak yang ditimbulkan oleh kondisi di atas?
56. Apakah usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi di atas?
57. Tindakan apa saja yang saudara lakukan apabila anda menghadapi pasien yang
menginginkan aborsi akibat hamil di luar nikah?
58. Tindakan apa saja yang saudara lakukan apabila anda menghadapi pasien yang
menginginkan aborsi akibat korban perkosaan?
59. Apa yang dimaksud dengan Abortus Provocatus Medicinalis?
60. Sebutkan jenis-jenis abortus, dan apa yang dimaksud dengan aborsi yang aman?
61. Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi yang anda ketahui, indikasi, kontra indikasi,
kebaikan/keburukannya dan kemungkinan efek samping yang ditimbulkannya?
62. Kapan saat yang paling tepat untuk mulai memberikan pendidikan seksualitas bagi anak
dan remaja?
63. Sebutkanlah cara memberikan pendidikan seksualitas yang efektif dan tepat sasaran?
Soal No. 64 66
Learning Objectives:
1. Memahami cara penularan HIV terutama dari ibu ke bayi
2. Memahami faktor risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
3. Memahami kebijakan program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi
Case:
Seorang ibu berusia 22 tahun datang ke poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas I
Denpasar Timur dengan keluhan keputihan. Keluhan sudah dirasakan sejak dua minggu yang
lalu, namun sering hilang timbul dan disertai dengan nyeri saat buang air kecil. Pasien sudah
menikah dua tahun yang lalu dan belum mempunyai anak. Ia mempunyai suami sorang sopir
truk yang melayani rute Denpasar Jakarta. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter,
ditemukan tanda-tanda vital normal. Dari pemeriksaan vagina ditemukan sekret berwarna
putih, bau, dan selanjutnya dilakukan swab vagina. Dokter kemudian menjelaskan
kesimpulan sementara terhadap kondisi berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
selanjutnya pasien agar membawa hasil swab vagina untuk diperiksakan ke laboratorium.
Learning Task:
64. Apakah pemeriksaan selanjutnya yang harus dilakukan oleh dokter puskesmas?
65. Uraikan dengan jelas hal-hal apa saja yang harus dilakukan dokter puskesmas sesuai
dengan kebijakan program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi!
66. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor risiko penularan HIV dari ibu ke bayi?
PENUTUP
Buku Modul Blok ini disusun untuk memberikan panduan di dalam proses pembelajaran
Block Mother & Child Health, Family Planning and Nutrition baik bagi dosen pengajar,
tutor, maupun mahasiswa sendiri, sehingga proses pembelajaran pada blok ini dapat
terlaksana dengan baik.
Dengan adanya Buku Modul Blok ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan
kemampuannya masing-masing dalam bidang ini. Namun demikian disadari bahwa buku
blok ini masih belum sempurna. Oleh karena itu apabila terdapat hal-hal yang belum jelas,
hendaknya mahasiswa dan pembaca lainnya dapat menyampaikan kepada tim penyusun buku
modul ini, serta sangat diharapkan berbagai masukan dan saran demi penyempurnaan Buku
Modul ini kedepannya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.