Anda di halaman 1dari 9

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM ASKEP PALIATIF

OLEH : Kelompok

Nama Anggota:

Anak Agung Agus Ananda Pratama (2014201001)


Dewa Ayu Santika Dewi (2014201007)
Dw. Md. Alit Panji Lintang Destaharu (2014201009)
Ida Ayu Eka Cahyani Dewi (2014201020)
Komang Agus Roy Indrawan (2014201025)

Prodi : S1 Keperawatan A

Dosen pengampu :

Ns. Ni Wayan Kesari Dharmapatni,S.kep.,MNS

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN 2022
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Kanker serviks dikenal sebagai penyakit yang mematikan. Angka kejadiannya
terbanyak ke dua di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Rumah Sakit Hasan Sadikin
(RSHS) Bandung mencatat pada tahun 2012 kanker serviks menduduki peringkat
pertama sejumlah 784 kasus (62,27%) dibandingkan lima jenis kanker obgyn lainnya,
antara lain Suspek Tumor Ganas Ovarium /STGO sejumlah 203 kasus (16,12%), kanker
ovarium sejumlah 148 kasus (11,76%) kanker vulva sejumlah 109 kasus (8,65%) dan
kanker endometrium sejumlah 15 kasus (1,19%) (Destiana, 2012).
Penyakit kanker serviks tidak menimbulkan gejala di awal stadium (Hartati, 2010).
Gejala awal kadang hanya berupa keputihan, namun pada stadium lanjut timbul keluhan
lain seperti keluarnya darah atau cairan berbau tidak sedap, perdarahan spontan dari
vagina, nyeri saat bersenggama, keputihan terus menerus, nyeri/kesulitan berkemih serta
nyeri perut bagian bawah atau kram panggul. Apabila mencapai stadium lanjut penyakit
ini tidak dapat dioperasi karena telah bermetastase (Samadi, 2011).
Salah satu terapi kanker serviks adalah kemoterapi. Namun kemoterapi menyebabkan
beberapa efek samping berupa perubahan fisik diantaranya rambut rontok, kuku
menghitam, mual dan muntah yang dapat menimbulkan stres pada pasien. Stres ini
ditandai adanya gejala sedih, gelisah, sulit konsentrasi, sulit tidur, otot-otot tubuh terasa
tegang, badan terasa lemas, letih dan tidak berdaya, serta kesulitan dalam beraktifitas
(Bintang, 2012). Kondisi tubuh yang tidak menyenangkan akibat stres dapat
menyebabkan menurunnya produktifitas kerja (Diahsari, 2001).

1.2 RUMUSAN MASALAH


 Bagaimana keefektifan dari proses pengobatan komplementer terkait kanker serviks?
 Bagaimana pengaruh stres terhadap proses pengobatan kanker serviks?

1.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui apa itu kanker serviks dan bagaimana pengobatannya
 Untuk mengetahui keefektipan pengobatan tradisional pada pasien kanker serviks

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitan ini adalah :
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pegetahuan dan
informasi terkait kanker serviks dan juga bahaya yang diakibatkan.
2. Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti
selanjutnya dalam menemukan obat untuk menangani kasus kanker serviks.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait bahaya kanker serviks,
dan juga cara mencegah terkena kanker serviks.
BAB II
ANALISIS SITUASI/ISSUE TERKINI

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan flora nomor 2 di dunia, memiliki berbagai
macam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat termasuk untuk pengobatan kanker.
Akan tetapi dalam pemakaian tumbuhan untuk pengobatan masih rendah bila dibandingkan
dengan beberapa negara Asia, terutama dalam hal pemakaian tumbuhan obat yang
terintegrasikan dalam pelayanan kesehatan formal.1

Diberbagai belahan dunia tumbuhan obat telah banyak digunakan untuk pengobatan kanker, baik
sebagai pencegahan maupun pengobatan. Tanaman yang digunakan adalah yang mengandung
senyawa atau substansi seperti karotenoid, vitamin C, selenium, serat dan komponen-
komponennya, dithiolthiones, isotiosianat, indol, fenol, inhibitor protease, senyawa aliin,
fitisterol, fitoestrogen dan limonen. Glukosianalat dan indol, tiosianat dan isotiosianat, fenol dan
kumarin dapat menginduksi multiplikasi enzim fase II (melarutkan dan umumnya mengaktivasi).
Asam askorbat dan fenol memblok pembentukan karsinogen seperti nitro- samine.Flavonoid dan
karotenoid bertindak sebagai antioksidan. Karotenoid dan sterol mengubah struktur membran
atau integritas. Senyawa yang mengandung sulfur dapat menekan DNA dan sintesis protein,
sedangkan fitoestrogen bersaing dengan estradiol untuk reseptor estrogen sehingga akan terjadi
keadaan anti proliperatif.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Prinsip Kerja Pengobatan Kanker Serviks

Prinsip proses kerja pengobatan kanker serviks adalah dengan meracuni atau membunuh
sel-sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar
tidak menyebar, atau untuk mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker. Kemoterapi
bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan dan radiasi yang bersifat setempat, karenanya
kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin sudah menjalar dan menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Dua atau lebih obat sering digunakan sebagai suatu kombinasi, agar
menggunakan obat yang bekerja pada bagian yang berbeda dari proses metabolisme sel,
sehingga akan meningkatkan kemungkinan dihancurkannya jumlah sel-sel kanker. Selain itu,
efek samping yang berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi jika obat dengan efek beracun
yang berbeda digabungkan, masing-masing dalam dosis yang lebih rendah dari pada dosis yang
diperlukan jika obat itu digunakan tersendiri

Pengobatan kanker serviks dan dosis yang diberikan pada pasien beragam sesuai dengan stadium
kanker serviks dan berat badan, serta tinggi badan pasien yang dapat menimbulkan
ketidaktepatan terapi yang diberikan kepada pasien kanker serviks. Sehingga peneliti tertarik
untuk meneliti dan mengetahui pola pengobatan yang dilakukan dan kesesuaian dosis yang
diberikan dibandingkan dengan berat badan dan tinggi badan pasien (Junaidi, 2007).

Pengobatan kanker yang baik harus memenuhi fungsi menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa
sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali (preventif).Pengobatan komplementer alternatif
adalah salah satu pelayanan kesehatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat
maupun kalangan kedokteran konvensional.

Pelayanan kesehatan tradisional komple- menter alternatif merupakan pelayanan yang


menggabungkan pelayanan konven- sional dengan kesehatan tradisional dan/atau hanya sebagai
alternatif menggunakan pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam pelayanan kesehatan
formal. Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal
hanya dapat dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar dari para klinisi untuk menerima dan
menggunakan obat tradisional.
3.2 Definisi Stres

Stres merupakan salah satu bentuk emosi negatif yang dialami oleh seseorang dan dapat
mengganggu keamanan serta kenyamanan dalam melaksanakan tugas kehidupan sehari-hari
(Agoes, 2003). Stres pada pasien kanker serviks terjadi akibat ketidakmampuan pasien dalam
mengatasi ancaman psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi penyakit kanker serviks yang
dikenal sebagai penyakit mematikan (Nelson, 2008). Menurut hasil penelitian Destiana (2012)
terhadap 97 pasien kanker serviks, diperoleh hasil bahwa semua pasien mengalami stres dengan
derajat yang bervariasi, antara lain 70,1% mengalami stres berat, 19,6% mengalami stres sedang
dan 10,3% mengalami stres ringan.

Hasil penelitian ini menunjukkan pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi mengalami
stres, dan setelah mendapatkan intervensi SEFT tampak terjadi penurunan stres. Sebelum
mendapatkan intervensi pasien mengalami stres dengan rerata skor 50,79 berada pada tingkat
sedang dan cukup membahayakan bagi pasien karena lapangan persepsi pasien mulai menyempit
dan mempengaruhi aktifitas sehari-hari yang tentunya dapat memperburuk status kesehatan
pasien itu sendiri. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya koping yang destruktif, sebagaimana
dikemukakan oleh Fitriana dan Ambarini (2012) bahwa salah satu bentuk mekanisme koping
destruktif pada pasien antara lain menilai negatif penyakit yang diderita dimana pasien
menganggapnya sebagai ancaman kehidupan dan penyakit yang mematikan. Menurut penelitian
Destiana (2012), 69,1% pasien kanker serviks menggunakan mekanisme koping yang destruktif
dan hanya 30,9% pasien menggunakan koping yang konstruktif. Di samping itu, penggunaan
koping yang destruktif dapat disebabkan oleh adanya beberapa sumber koping yang tidak efektif
dan tidak adekuatnya sumber koping yang dimiliki pasien, antara lain kemampuan personal,
dukungan sosial, asset/material dan keyakinan positif yang dimiliki pasien kanker serviks.

Selain koping yang destruktif, stres pasien kanker juga dipicu oleh timbulnya beberapa gejala
penyakit yang baru dirasakan saat penyakit memasuki stadium lanjut. Hasil penelitian
menunjukkan 65,7% responden berada pada stadium II A, B dan 35,3% pada stadium III A, B,
sehingga pasien kanker serviks stadium lanjut baru menunjukkan gejala yang lebih berat dari
sebelumnya seperti nyeri perut bagian bawah menjalar ke pinggang, keputihan dan perdarahan
per vaginam yang tidak kunjung sembuh. Pada stadium lanjut, pengobatan penyakit kanker
serviks menjadi lebih sulit dan kompleks, sehingga stres pun tidak dapat dihindari.
3.3 Definisi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) merupakan salah satu teknik terapi yang
dapat menurunkan emosi negatif pasien termasuk stres dan gejala yang menyertai. Saat
pelaksanaan SEFT, pasien diminta menceritakan semua perasaan negatif yang dialami selama
menderita kanker serviks, dan bersamaan dengan hal itu terjadi katarsis atau proses pengeluaran
perasaan/beban emosi negatif pada pasien. Stuart dan Laraia (2005) menyatakan bahwa teknik
katarsis dapat dilakukan dengan menceritakan masalah yang sedang dihadapi sehingga perasaan
menjadi lebih rileks dan tenang. Di samping itu, saat pelaksanaan SEFT, pasien juga diminta
berdoa kepada Tuhan, sehingga hati menjadi tenang, sebagaimana dikemukakan oleh Larry
Dossey dalam Zainudin (2008) bahwa doa efektif menurunkan stres.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian menunjukkan bahwa stres pada pasien kanker serviks turun secara bermakna setelah
intervensi. SEFT dapat menurunkan stres pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi.
Meskipun penurunan stres terjadi pada kedua kelompok responden, namun tampak rerata
penurunan stres pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.

SARAN

Perawat dapat menggunakan SEFT sebagai alternatif tindakan keperawatan dalam


menangani stres pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi, sehingga pasien kanker
serviks dapat menjalani pengobatan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) MENURUNKAN STRES


PASIEN KANKER SERVIKS. https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/viewFile/3233/2348

JAMU PADA PASIEN TUMOR/KANKER SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER.

http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jki/article/view/2917

KAJIAN POLA PENGOBATAN PENDERITA KANKER SERVIKS PADA PASIEN RAWAT


INAP DI INSTALASI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE PERIODE.

https://jsk.farmasi.unmul.ac.id/index.php/jsk/article/download/89/78

LAMPIRAN JURNAL
Jurnal 1 Jurnal 2

Jurnal 3

Anda mungkin juga menyukai