Anda di halaman 1dari 30

LP DAN ASKEP

DENGAN
GANGGUAN SISTEM SENSORI :
RETINOBLASTOMA
KELOMPOK 12
Nama Kelompok :

1. Anak Agung Agus Ananda Pratama ( 2014201001)


2. Dewa Ayu Santika Dewi (2014201007)
3. Dw. Md. Alit Panji Lintang Destaharu (2014201009)
4. Ida Ayu Eka Cahyani Dewi (2014201020)
5. Komang Agus Roy Indrawan (2014201025)
DEFINISI

Retinoblastoma adalah kanker mata yang biasa terjadi pada anak-anak.


Kanker ini terjadi ketika sel-sel di retina mata tumbuh cepat dan tidak
terkendali, kemudian merusak jaringan di sekitarnya. Salah satu tanda
retinoblastoma adalah mata yang terlihat seperti “mata kucing” saat terkena
sinar. Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada
satu atau kedua mata.
ETIOLOGI
Faktor herediter, dihubungkan dengan penyimpangan kromosom
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat
juga diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yang berbeda, yaitu
bilateral atau unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus
yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90% kasus yang
diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10% kasus yang
diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen
retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom 13q14, yang berperan
sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya
adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak
(melalui saraf penglihatan/nervus optikus).
MANISFESTASI KLINIS

a. Tumor intraokuler, tergantung ukuran dan posisi


b. Refleks mata boneka “ cat eye reflex ” atau
leukokoria, pupil keputihan
c. Strabismus
d. Radang orbital
e. Hyphema
f. Pandangan hilang unilateral tidak dikeluhkan oleh
anak
g. Sakit kepala
h. Muntah, amorexia, dan berat badan menurun
PATOFISIOLOGI
Retinoblastoma adalah tumor neuroblastik yang ganas pada lapisan nukleus retina,Tumor tersebut muncul dalam
lapisan internal nukleus retina dan tumbuh ke dalam kapasitas vitreous (type endophytic) ,Tipe exophytic muncul
dalam lapisan eksternal nukleus dan tumbuh ke dalam rongga subretina, dengan detachment retina ,Sering kali
tumbuh secara kombinasi endophtytic dan exophytic , Keberadaan tumor dapat terjadi dalam koroid, sklera dan
saraf optik penyebaran tumor secara hematogen; bone marrow, skletal, nodus lymphe dan hati Jika letak tumor
di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis.
Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau
tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan
metastasis dengan invasi tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus
paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat
bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan
perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara hematogen ke sumsum tulang dan visera.
KLASIFIKASI
Menurut Reese-Ellsworth, retinoblastoma digolongkan menjadi :
Golongan I
Tumor soliter / multiple kurang dari 4 diameter pupil.
Tumor multiple tidak lebih dari 4 dd, dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
Golongan II
Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
Golongan III
Beberapa lesi di depan ekuator
Tumor ada di depan ekuator atau tumor soliter berukaran >10 diameter pupil
Golongan IV
Tumor multiple sebagian >10 diameter
Beberapa lesi menyebar keanterior ke ora serrata
Golongan V
Tumor masif mengenai lebih dari stengah retina
Penyebaran ke vitreous
NEXT

Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan


berdasarkan tempat utama dimana retinoblastoma menyebar
sebagai berikut :

Derajat I intraokular
Tumor retina
Penyebaran kelaina fibrosa
Penyebaran ke Eva
Derajat II orbita
Tumor orbita : sel-sel episklera yang terbesar, tumor terbukti dengan
biopsi
Nerfus optikus
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan fisik; opthalmoscopy bilateral


2. CT scan atau MRI
3. Aspirasi bone marrow.(yuliani, 2010)

Evaluasi metastatik harus mencakup pemeriksaan sitologi


cairan serebrospinal serta aspirasi dan biopsi sumsum tulang.
Namun retinoblastoma sangat jarang menyebar ke cairan
spinal atau sumsum tulang tanpa penyebaran ekstraokular.
Evaluasi metastatik harus meliputi CT scan orbita untuk
menentukan perluasan ekstraokular dan keterlibatan nervus
optikus. CT scan atau MRI kepala harus dikerjakan pada
kasus-kasus bilateral untuk mencari retinoblastoma yang
mengenai kelenjar epifisi (retinoblastoma trilateral)
PENATALAKSANAAN
Tergantung stadium dan diagnosis
Stadium I, II, III biasanya dengan external irradiasi
Tujuan pengobatan adalah untuk membasmi tumor dan mempertahankan
pandangan
Radiasi biasanya diberikan di atas 3-4 minggu
Pembedahan (enukleasi) adalah pilihan karena pertumbuhan tumor, khususnya pada
saraf yang terlibat
Chemoterapy pada kasus extraokuler, regional atau sudah metastase. Obatnya
diantaranya; cytoxon, vincristine (oncovin), dactinomycin, doxorubicin, cisplaxin,
infosfamide, methotrexate.(yuliani, 2010)
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah
pengobatan lokal untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik
untuk jenis ekstraokular, regional, dan metastatis. Hanya 17% pasien dengan
retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindung.
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan
bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelah prosedur ini, untuk meminimalkan efek
kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri
wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral
juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil.
Enukleasi dianjurkan apabila terjadi gloukoma, invasi ke rongga naterior, atau trjadi rubeosis
iridis, dan apabila terapi lokal tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti
pasien secara lengkap atau teratur.
2. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovesial. Belum ada penelitian
yang luas, prospektif dan random. Sebagai besar penelitian didasarkan pada
sejumlah kecil pasien dengan perbedaan risiko relaps. Selain itu juga karena
kurang diterimanya secara luas sistem stadium yang dibandingkan dengan
berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran
faktor risiko secara histopatologi. Penentuan stadium secara histopatologi
setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak
peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma
intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang
pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus
prelaminar.
GAMBARAN KASUS

Seorang pasien bernama An.N, umur 4 tahun dilarikan ke


Poli Anak RSUD Bali karena mengalami bintik putih pada
mata, mata merah, berair, bengkak, juling, dan pengihatan
kabur. Ibu klien mengatakan mata klien sudah merah sejak
10 hari yang lalu dan telah diberi obat tetes mata, namun
tidak terdapat perubahan. Gejala yang dialami klien juga
disertai demam, mual muntah, diare, dan kurang nafsu
makan.
1.PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
DATA PASIEN DATA ORANG TUA
Nomor RM : 277685 Nama Ibu : Ny.S
Nama : An.N Usia Ibu : 21th
Tempat, Tanggal Lahir : Gianyar, 4/11/2018 Pekerjaan Ibu : IRT
Usia : 4 Tahun 5 Bulan 18 Pendidikan Ibu : SMP
Hari Nama Ayah :Tn. A
Jenis Kelamin : Perempuan Usia Ayah :
Alamat : Gianyar Pekerjaan Ayah :
Tanggal Masuk RS : 22 April 2023 Pendidikan Ayah :
Tanggal Pengkajian : 22-4-2023 jam: Alamat : gianyar
10.30 wita  
Diagnosa Medis : Retinoblastoma Suku : Bali
  Agama : Hindu

Bila ada stiker identitas, dapat ditempel disini Sumber Informasi


Nama : Ny.s
Usia : 21th
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat :
Gianyar
 
Hubungan dengan anak : Ibu
Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengalami bintik putih pada mata, mata merah, berair,


bengkak, juling, dan pengihatan kabur, demam, mual muntah,
diare, dan kurang nafsu makan.
ANALISA DATA
Data Subyektif Data Obyektif Masalah
- Klien mengatakan nyeri pada matanya - Klien tampak gelisah Terlihat bercak putih mengkilat
- Klien mengatakan merasakan - Klien tampak meringis kesakitan ↓
seperti demam. - Klien tampak lemah
Neuvaskularisasi dan perdarahan
- TTV

- Suhu : 38 C
Lemah, sakitkepala
- Nadi : 98x/m

- TD : 100/70 mmHg
- RR :20x/m Nyeri Akut
 
 
 
 
 
- Klienmengatakan gangguan pada penglihatan, - Klientampakmeringiskesakitan pada
Masa tumor yang semakinmembesar
matasebelahkanan
- Keluarga pasien mengatakan pasien - Mata klien tampak merah ↓
mengalami gangguan penglihatan, pasien - Terlihat bengkak pada mata klien disebelah
leukokoria
sering mengeluh tidak melihat dengan jelas.
kanan
  ↓
Refleks pupil berwarna putih

Pupil agak menonjol keluar

Gangguan persepsi sensorik
penglihatan
Data Subyektif Data Obyektif Masalah

- Klien mengatakan takut karena - Klien tampak gelisah Status kesehatan


munculnya tanda dan gejala - Klien kesulitan untuk tidur
-
menurun: Nyeri
penyakit. Klien sering menangis
- Keluarga sering bertanya - Keluarga tampak sering ↓
terkait pengobatan yang bertanya. Keluarga tampak Klien sulit tidur
didapatkan anaknya. khawatir dengan kondisi

anaknya.
Ansietas
 
 
 
Rumusan Masalah Keperawatan

1. P: Nyeri Akut
E: Faktor infeksi kanker, terlihat adanya bercak putih pada
mata kanan pasien, gangguan penglihatan.
S: Klien tampak gelisah, Klien tampak meringis kesakitan,
Klien tampak lemah, suhu tubuh pasien 38`C.

2. P: Gangguan persepsi sensorik penglihatan


E: Refleks pupil berwarna putih
S: Klien mengalami gangguan pada penglihatannya.

3. P: Ansietas
E: Nyeri karena terjadinya infeksi kanker pada retina,
P: Klien terlihat gelisah, klien mengalami kesulitan tidur.
 
 Analisa Masalah

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi kanker pada retina


ditandai dengan adanya bercak putih pada retina (reflek pupil) mata
kanan pasien.

2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan


pengelihatan ditandai ibu pasien mengatakan anaknya juga mengalami
pandangan kabur, terlihat pembesaran mata disebelah kanan, refleks
pengelihatan menurun, strabismus, TIO : 25mmHg, visus : 1/60.

3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dan ancaman


kematian ditandai dengan keluarga sering bertanya mengenai
pengobatan yang didapatkan anaknya, keluarga tampak sering
bertanya, keluarga tampak merasa khawatir dengan kondisi anaknya,
dan tampak kebingungan.
 
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Nyeri akut

2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan

3. Ansietas
PERENCANAAN

1) Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi kanker pada retina ditandai dengan adanya bercak
putih pada retina (reflek pupil) mata kanan pasien.

2) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pengelihatan ditandai ibu pasien
mengatakan anaknya juga mengalami pandangan kabur, terlihat pembesaran mata disebelah
kanan, refleks pengelihatan menurun, strabismus, TIO : 25mmHg, visus : 1/60

3) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dan ancaman kematian ditandai dengan
keluarga sering bertanya mengenai pengobatan yang didapatkan anaknya, keluarga tampak sering
bertanya, keluarga tampak merasa khawatir dengan kondisi anaknya, dan tampak kebingungan.
Rencana
No Hari/Tgl/ Diagnosa Kep Tujuan & Kriteria Hasil Perawatan
Intervensi Rasional
Jam
1. Kamis, 20 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Observasi: Observasi :
April   keperawatan 1 x 24 jam 1. Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
2023 diharapkan nyeri akut dapat kualitas, intensitas nyeri. 1. Pemeriksaan nyeri yang
ditangani, dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal dilakukan harus lengkap untuk
1. Keluhan nyeri menurun
Terapeutik: menentukan terapi dan
2. Pasien tidak lagi meringis
kesakitan 4. Berikan teknik nonfarmakologis
pengobatan yang harus
3. Sikap gelisah pasien diberikan
menurun untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
4. Sikap protektif menurun 2. Penentuan skala nyeri dapat
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
5. Gelisah menurun membantu mengetahui tingkat
musik, biofeedback, terapi pijat,
 
persepsi pasien terhadap nyeri
aroma terapi, teknik imajinasi
yang dirasakan
terbimbing, kompres hangat/dingin,
3. Respon nyeri noverbal dapat
terapi bermain)
membantu dalam proses
5. Kontrol lingkungan yang
pengobatan nyeri
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
Terapeutik :
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi : 4. Teknik nonfarmakologis dapat
membantu mengurangi nyeri
6. Jelaskan penyebab, periode, dan
yang dirasakan pasien
pemicu nyeri  
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
 
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik.
2. Kamis, 20 Gangguan Observasi : Observasi :
Setelah dilakukan intervensi
April persepsi 1. Status mental pasien serta tingkat
1. Periksa status mental, status sensori dan
2023 keperawatan selama 1 x 24
sensori tingkat kenyamanan (mis. nyeri, kelelahan) kenyamanan dapat menjadi hal prioritas

jam diharapkan persepsi   yang harus dikaji sebelum melakukan


Terapeutik : tindakan keperawatan selanjutnya
sensori membaik dengan Terapeutik :
1. Diskusikan tingkat toleransi terhadap
kriteria hasil : beban sensori (mis. bising, terlalu terang)
1. Tingkat toleransis terhadap sensori
  dapat membantu dalam proses
1. Verbalisasi melihat
2. Batasi stimulus lingkungan (mis. peminimalan rangsangan
bayangan menurun cahaya, suara, aktifitas)
2. Stimulus lingkungan yang berlebih
2. Distorsi sensori menurun dapat memperburuk kondisi yang
3. Jadwalkan aktifitas harian
dialami
3. Perilaku halusinasi dan waktu istirahat
3. Penentuan waktu istirahat dapat
menurun 4. Kombinasikan prosedur/tindakan membantu meningkatkan kenyamanan
4. Respon stimulus dalam satu waktu, sesuai kebutuhan Kombinasi tindakan bertujuna
membaik Edukasi : untuk mengefisienkan waktu dalam
pemberian terapi
1. Anjurkan cara meminimalkan stimulus Edukasi :
(mis. mengatur pencahayaan ruangan,
1. Memandirikan pasien serta
mengurangi kebisingan, membatasi melibatkan pasien untuk pengobatan
kunjungan) lanjutan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam meminimalkan Kolaborasi :
prosedur/tindakan 1. Untuk meningkatkan status kesehatan
  pasien
 
3. Kamis, 20 Ansietas Observasi : Observasi :
Setelah dilakukan intervensi
April
1. Mengidentifikasi tingkat ansietas,
2023 keperawatan selama 1 x 24 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah (mis, kondisi, waktu, stresor) misalnya pasien merasa tidak
jam diharapkan tingkat terkontrol (gelisah)
2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
ansietas menurun dengan dan nonverbal)
2. Perubahan tanda-tanda dapat

Terapeutik : digunakan sebagai indikator


kriteria hasil :
terjadinya ansietas pada klien
1. Verbalisasi 3. Ciptakan suasana terapeutik Terapeutik :

khawatir akibat untuk menumbuhkan kepercayaan 3. Meningkatkan kepercayaan


4. Motivasi mengidentifikasi situasi yang hubungan antara klien dan
kondisi yang dihadapi
memicu kecemasan perawat
menurun Edukasi : 4. Untuk mengetahui kecemasan lebih
2. Perilaku gelisah menurun lanjut
5. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi  
3. Perilaku tegang menurun  
yang mungkin dialami Edukasi :
4. Konsentrasi membaik 6. Informasikan secarafaktual mengeai 5. Agar tidak terjadi peningkatan
5. Pola tidur membaik diagnosis, pengobatan, dan prognosis kecemasan saat prosedur
7. Anjurkan keluarga untuk tetap dilakukan
bersama pasien 6. Meningkatkan
Kolaborasi: kepercayaan klien dan perawat

1. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas agar pasien merasa tenang dan
nyaman
Kolaborasi :
1. Untuk meningkatkan status kesehatan
pasien
Kamis, 20 April 2 1) Mendiskusikan tingkat toleransi terhadap beban  
DS. Ibu pasien mengatakan akan mengatur
2023 sensori (mis. Bising, terlalu terang)
10.15 WITA 2) Membatasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, pencahayaan dikamar dan
suara, aktivitas)
meminimalisir suara bising yang akan
mengganggu ketenangan anaknya dan
akan mendekatkan barang-barang yang
dibutuhkan oleh anaknya, serta
memindahkan barang- barang yang
mungkin bisa membuat anaknya jatuh
saat berjalan
DO. Ibu pasien tampak kooperatif
dengan penjelasan perawat
 

Kamis, 20 April 3  
1) Menciptakan suasana terapeutik untuk DS. Ibu pasien mengatakan sudah mulai
2023
10.25 WITA menumbuhkan kepercayaan paham dengan kondisi anaknya
2) Menginformasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis sekarang
DO. Ibu pasien tampak mengerti dan
memahami penjelasan perawat tentang
penyakit dan pengobatan yang akan
diberikan anaknya
EVALUASI
Hari/Tgl/ Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Jam
 Kamis, 20 Nyeri Akut
April 2023  
S. Ibu pasien mengatakan nyeri pada anaknya sudah berkurang dengan
10.00 wita   skala 3 menggunakan pengukuran menurut Wong baker face
  O. TTV
S : 37oC

RR : 22 kali/menit N : 100 kali/menit


Anak tampak tidak tampak meringis dan sudah tidak gelisah
A. Masalah Nyeri Akut belum teratasi

P. Lanjutkan intervensi 1,2,dan 3


Kamis, 20 Gangguan persepsi sensori
April 2023 S. -Ibu pasien mengatakan anaknya masih kesulitan berjalan sendiri
10.10 (masih perlu bantuan)
WITA
-Ibu mengatakan penglihatan anaknya masih kabur pada mata
kanannya
O. Terdapat strabismus dan tonjolan pada mata kanan anak, reflek
pengelihatan masih kurang, TIO 25mmHg, visus 1/60
A. Masalah gangguan persepsi sensori belum teratasi

P. Lanjutkan intervensi 1,2,3,dan 4


Kamis, 20 Ansietas
S. -Ibu pasien mengatakan masih khawatir dengan kondisi anaknya
April 2023
10.25 tetapi sedikit tenang karena anaknya sudah mendapatkan
WITA
penanganan. Anaknya juga sudah tidak gelisah dan menangis lagi.
-Ibu pasien mengatakan sudah mulai paham dengan penyakit
anaknya sekarang
O. Keluarga pasien tampak sudah tidak khawatir lagi dan
tidak kebingungan tentang penyakit yang diderita anaknya
A. Masalah ansietas belum teratasi
P. Pertahankan kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai