Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dengan pesatnya perubahan dan pembangunan dalam segala sektor yang

terjadi pada saat ini, harus diiringi dengan persiapan yang matang oleh para

pelaku-pelaku perubahan itu sendiri. Pendidikan sebagai pioner atau aktor utama

dalam perubahan dan memainkan peranan yang sangat penting. Pendidikanlah

yang akan menyiapkan segala instrument untuk para pelaku perubahan dan

pembangunan dalam penerapannya. Pendidikanlan yang akan menyeimbangkan

berbagai aspek yang akan ditimbulkan oleh pembangunan itu sendiri.

Pendidikanlah yang akan mengendalikan dan mengarahkan para pelaku perubahan

dan pembangunan untuk selalu bertindak dan berprilaku sesuai dengan norma-

norma yang ada.


Untuk merealisasikan semuanya itu maka diperlukan sebuah sistem

pendidikan yang bisa memenuhi segala harapan yang di embankan oleh pendikan

itu sendiri. Semuanya itu memerlukan suatu sarana sebagai instrument dalam

menjalankan proses pendidikan tersebut supaya berjalan sebagaimana mestinya.

Sekolah sebagai salah satu sarana yang tepat dalam menjalankan proses

pendidikan tentu harus mempunyai berbagai instrument atau kelengkapan

pembelajaran yang efektif sehingga akan menghasilkan output yang optimal.

Dengan adanya perlengkapan pembelajaran yang efektif tentunya akan membantu

guru dalam memberikan materi pelajaran dan membantu siswa dalam memahami

setiap materi yang disajikan dengan optimal.

1
Akan tetapi kenyataanya masih banyak persoalan yang belum terselesaikan

yang menjadi penghambat pencapaian dari proses pendidikan. Peserta didik di

SMA negeri 1 Tambang juga memiliki persoalan yang sama salahnya adalah hasil

belajar bahasa Inggris, dimana masih banyak ditemukan rendahnya pencapaian

hasil belajar yang sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan sekolah. Realita ini

tentu memunculkan gep(jurang pemisah) anatara harapan theori dengan target

hasil yang ingin dicapai. Sebagai mana yang diaamanatkan dalam Undang-

Undang Sisdiknas bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap,kreatif mandiri dan

menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.


Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tambang sebagai salah satu tingkat

satuan pendidikan formal memiliki berbagai persoalan diantaranya kurangnya

minat belajar peserta didik dan rendahnya hasil belajar yang dicapai. Menurut

Agus Suprijono(2011) Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparitas antara

pencapaian academic standard dan perfomance standard. Faktanya peserta didik

mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang

diterimanya,namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian

dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari

dengan bagaimana pengerathuan tersebut akan dipergunakan/dimamfaatkan.


Dari pernyataan diatas diketahui bahwa banyak peserta didikyang

terperangkap oleh hapalan semata dan akhirnya mengalami kesulitan dalam

penerapannya. Agus Suprijono (2011) mengatakan Pembelajaran seharusnya

2
menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasikan seluruh

potensi kemanusiaan bukan sebaliknya.


Seiring dengan pengembangan filsafat kontruktivisme dalam pendidikan

dewasa ini muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa

untuk menuju pembelajaran yang berkualitas,humanis, organis,dinamis, dan

konstruktif. Salah satu pemikiran kritis tersebut adalah pembelajaran aktif,

inovatif, kretif, efektif, dan menyenangkan atau dikenal dengan istilah PAIKEM.
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai seorang guru bidang studi bahasa

Inggris di SMA Negeri 1 Tambang, diketahui masih rendahnya minat dan hasil

belajar siswa selama proses belajar mengajar disekolah khusunya dalam mata

pelajaran Bahasa Inggris. Hal ini dapat disimpulkan penulis berdasarkan

pengamatan selama proses belajar mengajar disekolah dan dari hasil tes yang

dilakukan, dimana hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata hasil rekapitulasi niliai

siswa per tes/ ulangan dengan rata rata di bawah angka ketuntasan belajar

minimal . Adapun KKM kelas XII di SMA Negeri 1 Tambang untuk mata

pelajaran bahasa Inggris yang telah ditetapkan adalah 82. Untuk melihat daya

serap peserta didik sebelum mengunakan model pembel ajaran kooperatif tipe

bermain jawaban lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel
DAFTAR NILAI PESERTA DIDIK SEBELUM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE BERMAIN JAWABAN KELAS X1 SMA NEGERI 1 TAMBANG
No Kode Siswa Nilai Ketuntasan
1 Antoni Virgo 70 Belum
2 Dion Saputra 84 Sudah
3 Eldi Nanda 68 Sudah
4 Erdianto Belum
5 Ega Lestari 45 Belum
6 Feri Akmal 70 Sudah

3
7 Fitri Wahyuni 70 Sudah
8 Fitri Mulasmiani 50 Belum
9 Geri Ramli 45 Belum
10 Khairul Aidi 70 Sudah
11 M.Jamiur.R 60 Belum
12 M.Fikri 75 Sudah
13 M.Fiqri 70 Sudah
14 Maharani 70 Sudah
15 M.Farhan 70 Sudah
16 M. Aldo 70 Sudah
17 M. Jonata 60 Belum
18 M. Rifan Alfayet 50 Belum
19 Randi Pratma 75 Sudah
20 Rahmat Julian 50 Belum
21 Regi Pribadi 55 Belum
22 Rio Nursal 55 Belum
23 Rori Edri 70 Sudah
24 Rusli Tanjung - Tidak ikut
25 Sarbaini 70 Sudah
26 Siswanto 60 Belum
27 Sabrina Oktari 70 Sudah
28 Winda Atika 80 Sudah
29 Nuraini Safitri 70 Sudah
30 Nurafni 80 Sudah
Jumlah daya serap (% ) 63%
Rerata Nilai Ketuntasan (%) 58.9%
Sumber : Data Kurikulum SMA Negeri 1 Tambang Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa hanya 22 peserta didik dari 39

siswa atau 56% yang telah mencapai KKM . dari data tersebut dapat dilihat

banyak peserta didik di kelas X1 khususnya yang mengalami kesulitan dalam

belajar yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar yang mereka peroleh.

Berdasarkan keterangan diatas untuk mengatasi kesulitan kesulitan belajar

peserta didik tersebut maka salah satu solusi yang terbaik adalah dengan

menerapkan strategi-stategi pembelajaran yang bersifat aktif, inovatif, kretif,

efektif, dan menyenangkan dimana salah satu model pembelajaran bermain

jabawan. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh masalah ini

dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain

4
Jawaban Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas X1

SMA Negeri 1 Tambang.

B. Identifikasi Masalah
1. Pembelajaran bahasa Inggris di kelas masih berjalan monoton
2. Rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris
3. Rendahnya prestasi siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris
4. Kurangnya kalaborasi antara siswa dengan guru
5. Cendrungnya guru menggunakan metode /model pembelajaran

kovensional

C. Pembatasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe bermain jawaban pada pokok bahasan text recount dan procedure

pada Standar Kompetensi Membaca dan hasil belajar Kelas X1 SMA Negeri 1

Tambang tahun pelajaran 2011/2012.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan yaitu

apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain Jawaban

dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris Siswa Kelas X 1 SMA

Negeri 1 Tambang ?.

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan dari perumusan masalah di atas maka penulis merumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut:


1. Dengan penerapan model pembelajaran kooperative tipe bermain

jawaban dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

bahasa Inggris di kelas X1 SMA Negeri 1 Tambang.

F. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

5
1. Guru akan mau dan termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar

siswa melalui berbagi strategi/ model pembelajaran pada bidang study

bahas Inggris.
2. Siswa akan merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk

berpartisipasi aktif dalam belajar.


3. Akan menumbuh kembangkan sikap kritis, aktif, inovatif siswa dalam

belajar.

G. Mamfaat Penelitian
Mamfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Untuk Siswa
1. Proses belajar mengajar dikelas tidak akan monoton lagi
2. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun

kelompok akan meningkat


3. Hasil Belajar siswa akan meningkat
B. Untuk Guru
1. Dapat menjadi sebagai salah satu bahan referensi bagi guru dalam

upaya peningkatan mutu proses belajar mengajar bahasa Inggris

khusunya di SMA Negeri 1 Tambang


2. Dapat membantu guru dalam menggunakan model pembelajaran

yang sesuai dengan karakter materi pelajaran


C. Untuk Sekolah
1. Dapat memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Tambang

D. Untuk Peneliti
1. Dapat menambah wawasan untuk meningkatkan profesionalisme

dalam penyampaian materi dengan efektif sehingga menghasilkan

hasil belajar yang optimal.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Menurut Nana Sudjana (1989:5) Belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses

belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk sepert beruba

pengetahuan,pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu pelajar.
Belajar merupakan suatu proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang

dinamis,konstruktif, dan organik. Belajar merupakn kesatuan fungsional dari

berbagai komponen belajar (Agus Suprijono,Cooperative Learning 2011:4)


Menurut S. Sadiman Dkk (2007:2)Belajar adalah suatu proses yang

komplek yang terjadi pada setiap orang dan berlansung seumur hidup. Semenjak

dia lahir sampai ke liang lahar nanti, salah satu tanda orang yang belajar adanya

perubahan tingkah laku pada dirinya, perubahan tingkah laku, tersebut

menyangkut baik yang bersifat pengetahuan(kognitif)dan

keterampilan(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

7
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses yang psiko-fisik dalam membentuk pribadi seseorang yang diiringi dengan

perolehan/penguasaan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kecakapan.


Berdasarkan pendapat ahli diatas memiliki beberapa prinsip yaitu:
perubahan prilaku, proses dan pengalaman. Oleh karna itu belajar

merupakan sebuah proses menyeluruh yang melibatkan berbagai aspek.


Adapun tujuan dari belajar itu sendiri adalah kemampuan untuk

mengembangkan diri. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Agus Suprijono bahwa

tujuan belajar adalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif bersikap terbuka dan

demokratis dan dapat menerima orang lain.

B. Hasil Belajar Bahasa Inggris


Menurut Agus Suprijono(2011:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai,pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiaisi dan keterampilan.


Menurut Nana Sudjana (2006:3) hasil belajar pada hakekatnya adalah

perubahan tingkah laku yang diingini pada diri siswa-siswa. Kemudian pendapat

tersebut sejalan dengan Djamarah yang mengatakan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan yang dimilki murid setelah menerima pengalaman belajar.

Kemudian menurut Sujana, (2001) hasil belajar adalah akibat dari proses belajar

dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara

terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun perbuatan.


Berdasarkan dari pendapat-pendapat diatas jelas bahwa hasil belajar

adalah segala sesuatu atau pengetahuan yang dihasilkan seseorang setelah

terjadinya proses belajar itu sendiri.


Adapun yang dimaksud dengan hasil belajar bahasa Inggris adalah suatu

standar hasil belajar peserta didik yang mencakup empat aspek kompetensi yaitu

aspek mendengar, berbicara, membaca dan menulis serta (Departemen Pendidikan

Nasional 2009)
C. Model Pembelajaran Kooperatif(Cooperative Learning)

8
Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu

pembejaran kooperatif(coopertive learning) dan pembelajaran kolaboratif.

Menurut Agus Supriono (2011:54) pelajaran kooperatif didefenisikan sebagai

falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama.

Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan

pada mereka. Guru bertindak sebagai pasilitator, memberikan dukungan tetapi

tidak mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.


Menurut Iskandar (2009:126) pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang

saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalapahaman

yang dapat menimbulkan permusuhan.


Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan

untuk mengoptimalkan pemahaman dan penguasan materi sehingga sangat cocok

di terapkan oleh para tenaga pendidik.


a. Unsur unsur pembelajaran kooperatif
Ada empat unsur penting dalam menjalankan pembelajaran kooperatif

yaitu:
1. Saling ketergantungan positif, dalam proses pembelajaran guru

menciptakan suasana belajar yang membuat siswa merasa saling

membutuhkan dan ketergantungan antar sesama dalam hal;

(i)pencapaian tujuan pembelajaran;(ii)proses pembelajaran di

kelas;(iii)menyelesaikan pekerjaan belajar;(iv)sumber atau bahan

belajar;(v)berperan proses pembelajaran.


2. Interaksi tatap muka, dalam belajar kelompok siswa dapat

berinteraksi tatap muka, sehingga peserta didik dapat melakukan

dialog dengan sesama maupun dengan guru yang berhubungan

9
denganmateri yang dupelajari,dengan interaksi ini siswa

diharapkan dapat produktif, kreatif, dan inovatif dalam proses

pembelajaran.
3. Akuntabilitas individu, walaupun proses pembelajaran kooperatif

ini menekankan kepada belajar kelompok, namun proses penilaian

dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dalam rangka memlihat

kemauan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran yang

telah dipelajari. Hasil peniaian tersebut disampaikan guru kepada

kelompok, agar kelompok mengetahui siapa anggota kelompok

yang memerlukan bantuan, dan yang dapat memberikan bantuan.

Nilai kelompok didasarkan oleh rata-rata hasil belajar semua. Oleh

karena itu, tiap tiap anggota kelompok harus memberikan

konstribusi demi keberhasilan bersama.


4. Keterampilan menjalin hubungan, penerapan pembelajaran

kooperatif dapat menciptakan dan meningkatkan keterampilan

menjalin hubungan antar pribadi, kelompok, dan kelas.


b. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Ada 6 (enam) langkah utama dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif, sebagai berikut:


1. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai dalam mata pelajaran yang dipelajari dan memberikan

motivasi belajar kepada peserta didik.


2. Guru menyampaikan informasi kepada peserta didik,baik dengan

peraga(demonstrasi) maupun teks.


3. Siswa dikelompokkan kedalam kelompok-kelompok belajar.
4. Bimbingan kelompok belajar pada saat peserta didik bekerja sama

dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas mereka.

10
5. Setiap akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi untuk

megetahui penguasaan materi peljaran oleh peserta didik yang

telah dipelajari.
6. Hasil tersebut disampaikan guru kepada kelompok, agar anggota

kelompok mengetahui siapa anggota yang memerlukan bantuan,

dan yang mampu memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan

oleh rata-rata hasil belajar semua.


7. Guru selalu berada diantara peserta didik mereka untuk memantau

dan memberikan arahan dan reward agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

D. Model Pembelajaran Bermain Jawaban


Model pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran kooperatif

yang dari model pembelajaran yang beraliran PAIKEM yaitu pembelajaran aktif,

inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran ini tidak hanya

mengandung unsur belajar itu sendiri tetapi juga mengandung unsur bermain

sehingga akan mencipkan suasana belajar yang menyenangkan.


a. Langkah-langkah pembelajaran Bermain Jawaban
1. Persiapan Awal (sebelum kegiatan inti dimulai)
Buatlah sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban

ringkas, dan masing-masing tertulis pada selembar kertas.


Tulislah sejumlah kemungkinan jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan no.1 ditas. Jumlah jawaban harus lebih banyak dari

pertanyaan.
Kelompokkan jawaban-jawaban yang dibuat pada langkah

kedua sesuai dengan kategori tertentu.


Masukkan jawaban-jawaban tadi kedalam kantong-kantong

kertas. Setiap kantong ditulis nama kategori sesuai dengan

kategori jawaban.

11
Tempelkan kantong-kantong kertas tadi pada selembar kertas

karton atau selembar papan.


Tempel atau gantungkan kertas karton tadi didepan kelas.
2. Kegiatan inti
Setelah persiapan awal sudah siap maka akan dilanjutkan dengan

kegiatan inti yaitu:


Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok. Besar

kelompok disesuaikan dengan jumlah siswa. Usahakan

jumlah siswa dalam tiap kelompok tidak lebih dari 5 orang.


Kepada setiap kelompok diberikan pertanyaan-pertanyaan.

Jumlah pertanyaan untuk setiap kelompok adalah sama.


Mintalah masing-masing kelompok untuk mendiskusikan

jawaban dan mencari kira-kira di kantong yang mana

jawaban tersebut berada.


Mulailah permainan dengan meminta salah satu kelompok

untuk membacakan satu pertanyaan, kemudian salah satu

anggota kelompok mengambil jawaban dari kantong yang

ada di depan kelas. Setelah selesai menjawab satu

pertanyaan, kesempatan diberikan kepada kelompok yang

lain.
Langkah no. 4 (empat) diulang untuk kelompok yang lain

sampai pertanyaan habis, atau waktu tidak memungkinkan.


Guru memberi klarifikasi jawaban atau menambah

penjelasan yang bersumber dari materi yang ada dalam

permainan tadi.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Ada berbagai jenis penelitian seperti eksperimen riset, action reset dan lain

sebagainya. Adapun penelitian penulis lakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang merupakan bagian dari action research. Menurut Wiraatmaja

(2007:12) Penelitian tindakan kelas adalah kalian tyang sistematik dari upaya

perbaikan pelaksaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dalam melakukan

tindakan tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksimereka mengenai

hasil dari tindakan tindakan tersebut. Kemudian Kunandar (2008) Penelitian

Tindakan (Action Research) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

atau bersama-sama dengan orang lain (Kolaborasi) yang bertujuan untuk

memperbaiki /meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Dari

pendapat ahli diatas dapat penulis simpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas

adalah suatu upaya kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pendidik secara

kolaborasi yang bersifat ilmiah yang mencakup rasional, sistematis dan reflektif

terhadap yang peserta didik dalam proses belajar untuk menperoleh hasil belajar

yang optimal.

B. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Tindakan Kelas(PTK) ini adalah siswa kelas X1 yang

terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 22 orang dan laki-laki 18

orang.

13
C. Setting Penelitian

Setting Penelitian Tindakan Kelas(PTK) ini meliputi: tempat penelitian,

waktu penelitian,dan siklus (PTK) sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas(PTK) ini dilaksanakan di kelas X1 SMA

Negeri 1 Tambang untuk mata pelajaran bahasa Inggris.

2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas(PTK) ini akan dilaksanakan di awal minggu

ke-2 bulan Agustus(setelah liburan puasa) sampai pada awal Oktober

tahun pelajaran 2011/2012.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan melalui dua tahapan siklus, kedua tahapan

tersebut terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan tindakan, dan refleksi tindakan yang dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Siklus I

1. Perencanaan tindakan sebagai berikut:

a. Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui

kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dalam

pembelajaran;

14
b. Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan

(treatment) yang diterapkan dalam PTK;

c. Membuat lembar kerja siswa;

d. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK;

e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang

akan dikerjakan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan sebagi

berikut:

a. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok. Besar kelompok

disesuaikan dengan jumlah siswa. Jumlah siswa dalam tiap

kelompok tidak lebih dari 5 orang;


b. Guru menyajikan materi pembelajaran;
c. Kepada setiap kelompok diberikan pertanyaan-pertanyaan. Jumlah

pertanyaan untuk setiap kelompok adalah sama;


d. Mintalah masing-masing kelompok untuk mendiskusikan jawaban

dan mencari kira-kira di kantong yang mana jawaban tersebut

berada;
e. Mulailah permainan dengan meminta salah satu kelompok untuk

membacakan satu pertanyaan, kemudian salah satu anggota

kelompok mengambil jawaban dari kantong yang ada di depan

kelas. Setelah selesai menjawab satu pertanyaan, kesempatan

diberikan kepada kelompok yang lain;


f. Langkah no. 4 (empat) diulang untuk kelompok yang lain sampai

pertanyaan habis, atau waktu tidak memungkinkan;


g. Guru memberi klarifikasi jawaban atau menambah penjelasan yang

bersumber dari materi yang ada dalam permainan tadi

15
3. Pengamatan Tindakan
Pengamatan tindakan dilakukan terhadap:
a. Situasi kegiatan belajar mengajar;
b. Keaktifan siswa;
c. Kemampuan dalam diskusi kelompok

4. Refleksi Terhadap Tindakan


Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil

penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses hasil penelitian dengan

proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta

kriteria dan rencana bagi tindakan siklus berikutnya.


Penelitian Tindakan Kelas ini berhasil apabila:
a. Sebagian besar (75% dari siswa) berani dan mampu menjawab

pertanyaan dari guru.


b. Sebagian besar (70% dari siswa) berani menanggapi dan

mengemukakan pendapat.
c. Sebagian besar (70% dari siswa) berani dan mampu bertanya

tentang materi pelajaran pada hari itu.


d. Lebi dari 80% anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas

kelompoknya.
e. Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang

disediakan.

Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
Tim peneliti ( guru dan rekan sejawat) membuat rencana

pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.


2) Pelaksanaan Tindakan
Guru /peneliti melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tipe

bermain jawaban berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi

pada siklus pertama.


3) Pengamatan Terhadap Tindakan
Tim peneliti (guru dan kolaborator) melakukan pengamatan terhadap

aktivitas pembelajaran.
4) Refleksi Terhadap Tindakan

16
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua dan

menganalisis pelaksanan siklus kedua ini untuk membuat kesimpulan

atas pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tindakan (treatment) dalam

peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

bahasa Ingggris.

E. Instrument Penelitian Tindakan Kelas(PTK)

Persiapan sebelum Penelitian Tindakan Kelas(PTK) ini akan dibuat

berbagai input instrumental yang akan digunakan untuk memberikan perlakuan

dalam PTK, yaitu kompetensi dasar 1 (KD) Merespon makna dan langkah

retorika teks tulis esei secara akurat,lancar dan berterima dalam konteks

kehidupan sehari-hari dan untuk mengakses ilmu pengetahuan dalam teks

berbentuk: recoun, narrative dan procedure. Dan kompetensi dasar 2( KD) yaitu

Merespon makna dalam teks tulis fungsional pendek (misalnya pengumuman,

iklan, undangan dll.) resmi dan tak resmi secara akurat, lancar dan berterima

dalam konteks kehidupan sehari-hari dan untuk mengakses ilmu pengetahuan

Selain itu akan dipersiapkan perangkat pembelajaran berupa;(1)rencana

pelaksanaan pembelajaran; (2) lembaran kerja siswa;(3)lembaran pengamatan

kegiatan siswa;(4) lembaran pengamatan kegiatan guru (5) dan lembaran evaluasi

siswa. Selain itu juga akan disusun daftar kelompok kerja siswa yang diacak

secara heterogen.

17
F. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dari setiap tahap kegiatan siklus dianalisa secara

deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat sejauh

mata tingkat pemahaman siswa dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:
F X 100%
P=
N

P = Angka persentase
F = Frekuensi yang dicari
N = Jumlah Siswa ( Sudjiono, 2005:43)

Dari rumus diatas nilai yang diperoleh siswa akan di klasifikasikan dalam

interval sebagai berikut:

No Interval ( % ) Kategori
1 85-100 Amat baik
2 70-84 Baik
3 50-66 Cukup
4 0-49 Kurang Baik
Sumber : (Depdikbud,1995)

G. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah anlisis

deskriptif dengan cara mendeskripkan hasil belajar siswa setelah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe bermain jawaban yang

diolah melalui:

1. Tes yaitu digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar

siswa.

18
2. Observasi partisipatif yaitu teknik pengumpulan data melalui

pengamatan aktivitas siswa dalam PBM dan implementasi tipe

bermain jawaban.

3. Diskusi antar guru, teman sejawat, dan kolaborator untuk refleksi

hasil siklus.

Sedangkan alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian

ini yaitu:

1. Tes/Ujian yaitu dengan menggunakan butir soal/ instrument soal

untuk mengukur hasil belajar siswa

2. Observasi yaitu dengan menggunakan lembar jawaban observasi

tingkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris

3. Observasi yaitu dengan menggunakan lembar jawaban observasi

tingkat aktivitas guru dalam proses belajar mengajar bahasa Inggris

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Adapun deskripsi hasil penelitian (PTK) ini dapat penulis uraikan dalam

tahapan siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan. Dalam pembelajaran

kooperatif tipe bermain jawaban dilakukan dalam dua siklus:

A. Hasil Penelitian

1. Siklus 1

a. Perencanaan, sebagai berikut:

Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui

kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik

dalam pembelajaran;

Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada

tindakan(treatment) yang diterapkan dalam penelitian ini;

Membuat lembar kerja siswa;

Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK;

Menyusun alat evaluasi pembelajaran

b. Pelaksanaan

20
Pada awal pelaksanaan siklus belum begitu optimal baik langka-langka

pembelajaran maupun hasil. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar

kelompok.

Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe bermain jawaban secara utuh dan

menyeluruh.

Penyampian materi oleh penulis juga belum begitu optimal.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas dilakukan upaya sebagai berikut:

Guru/penulis dengan intensif memberikan pengertian kepada siswa

kondisi, kerjasama, keikutsetaan peserta didik dalam kelompok.

Guru/penulis membantu memberikan pemahaman tentang

langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe bermain jawaban.

Guru/penulis berusaha memaksimalkan penyampaian materi

secara komprehensif.

c. Pengamatan (observasi)

Pengamatan yang dilakukan terhadap:

Situasi kegiatan belajar mengajar


Keaktifan peserta didik
Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok
Hasil observasi aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.1
Perolehan skor aktivitas siswa dalam PBM siklus I
Skor Perolehan Perse
Rata Skor
Tahapan Kegiatan per Pertemuan ntase Ket
-rata Ideal
1 2 3 (%)

21
1.Berkumpul dengan kelompok 31 32 33 32 80
40
dengan cepat
2. Antutias mendengarkan 26 27 26 26.3 65.8
40
penjelasan guru
3. Aktif bertanya tentang materi 32 32 32 32 80
40
yang tidak dipahami kepada guru
4. Mengerjakan tugas dengan 23 24 27 24.6 61.6
40
tekun
Skor Perolehan Perse
per Pertemuan Rata Skor ntase
Tahapan Kegiatan Ket
1 2 3 -rata Ideal (%)

5. Aktif berdiskusi dengan 23 24 27 24.6 61.6


40
anggota kelompok
6. Mengikuti arahan guru dengan 30 30 30 30 75
40
baik
7.Menjawab pertanyaan yang 23 25 25 24.3 60.8 Terendah
40
telah diberikan
8. Merasa senang mengikuti 32 32 33 32.3 80.8 Tertinggi
40
materi yang diberikan

Untuk melihat lebih jelas dapat dilihat dari grafik di bawah ini
Grapik 4.2 Prosentase Perolehan Skor Aktifitas Siswa dalam belajar pada
siklus 1

Kemudian aktifitas siswa tersebut dapat di klasikalkan pada tabel dibawah


ini
Tabel 4.2 Tabel Klasipikasi aktifitas siswa pada siklus 1

22
Skor Kategori Siklus I Persentase %
85-100 Amat baik 12 30
70-84 Baik 12 30
50-69 Cukup 13 32.5
0-49 Kurang baik 3 7.5
Dari data di atas dapat dilihat bahwa skor terendah adalah 60.8%, yaitu

pada langkah yang ke 7 yaitu menjawab pertanyaan yang telah diberikan .

Sedangkan anak sebagian besar sudah merasa senang dalam mengikuti

proses belajar mengajar melalui model pembelajaran tipe bermain

jawaban yang ditandai dengan skor 80.8 % . Jadi secara keseluruhan rata-

rata aktivitas siswa adalah 70.7 %.

Berikutnya hasil observasi aktivitas guru pada siklus satu dalam

menjalankan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe

bermain jawaban dengan baik yaitu dengan skor 91 %

Tabel 4.3 Perolehan Skor Aktivitas Guru dalam PBM Siklus I

Nilai Aktivitas Pertemuan


Jumlah Rata-rata
1 2 3
88.8 91.1 93.3 273.2 91

Dari tabel diatas dapat gambarkan dengan ilustrasi diagram dibawah ini

Diagram 4.3 Perolehan skor aktifitas guru pada Siklus I

23
Kemudian ketuntasan hasil belajar siswa siklus I dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe bermain jawaban dapat dilihat pada

Tabel 4.4
Tabel 4.4. Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Siklus I

Jumlah Siswa Persentase (%) Kategori


28 70% Tuntas
12 30% Tidak tuntas
Ketuntasan klasikal 70%

Kemudian dari tabel 4.4 ditas dapat diilustrasikan pada diagram

dibawah ini

Diagram 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

24
Selanjutnya daya serap hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 4.5 Daya Serap Siswa Siklus I

Jumlah Siswa Total Nilai Daya Serap(%)

40 2755 70

Untuk lebih lebih jelasnya dapat dililustrasikan pada grafik 4.5

4.5 Grafik daya serap siswa pada siklus I

Berikutnya nilai siswa tersebut diatas diklasifikasikan pada tabel 4.6


Tabel 4.6 Tabel klasifikasi nilai siswa pada siklus 1

Skor Kategori Nilai Siswa Siklus I Persentase %


85-100 Amat baik 3 8.3
70-84 Baik 20 55.6
50-69 Cukup 12 33.3
0-49 Kurang baik 1 2.8

Selanjutnya tabel 4.6 tersebut dapat diilustrasikan pada diagram 4.6

Diagram 4.6 Klasifikasi nilai siswa pada siklus I

25
d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replaning)

Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama

adalah sebagi berikut:

Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe bermain jawaban.

Mereka merasa senang belajar dalam tipe bermain jawaban. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 4.1 dan grapik 4.1

Hasil evaluasi siklus pertama mencapai rata-rata 70%

Masih ada kelompok yang belum biasa menyelesaikan tugas

dengan dengan waktu yang telah ditentukan, hal ini karena anggota

kelompok tersebut kurang serius dan kurang memahami materi

pelajaran

Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan

yang telah dicapai pada siklud pertama, maka pada pelaksanaan

kedua dibuatlah perencanaan sebagai berikut:

26
Merancang kembali Rencana Perangkat Pembelajaran model

pembelajaran kooperatif tipe bermain jawaban yang lebih mudah

dipahami dan dimplementasikan oleh peserta didik.

Memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih aktif dalam

pembelajaran

Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan


belajar

Memberikan peengakuan dan penghargaan(reward)

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan siklus kedua berdasarkan replanning siklus pertama yaitu

sebagai berikut:
Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif dalam

pembelajaran
Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan

belajar
Memberikan pengakuan dan penghargaan yang lebih
Merancang kembali Rencana Perangkat Pembelajaran model

pembelajaran kooperatif tipe bermain jawaban yang lebih mudah

dipahami dan dimplementasikan oleh peserta didik


b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan siklus kedua dapat dipaparkan sebagai berikut:
Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada model pembelajaran

kooperatif tipe bermain Jawaban. Tugas yang diberikan guru

kepada siswa dengan lembar kerja akademik mampu di kerjakan

dengan baik Siswa sudah mampu dan mau saling membantu untuk

mengerjakan tugas yang telah diberikan

27
Sebagian besar peserta didik sudah termotivasi untuk bertanya dan

menjawab mengerjakan tugas


Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan

sebagaimana yang diharapkan sudah mulai terelealisasi.


c. Pengamatan
Adapun hasil observasi pada siklus II ini adalah sebagai berikut:
Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran selama siklus

kedua dapat terlihat pada tabel dan grapik dibawah ini


Tabel.4.7 Perolehan skor aktivitas siswa dalam PBM siklus II
Skor Skor Persentase
Tahapan Kegiatan Ket
Perolehan Ideal (%)
1.Berkumpul dengan kelompok 35 88
40
dengan cepat
2. Antutias mendengarkan 32 80
40
penjelasan guru
3. Aktif bertanya tentang materi 33 83
40
yang tidak dipahami kepada guru
4. Mengerjakan tugas dengan 30 75
40
tekun
5. Aktif berdiskusi dengan 28 70 Terendah
40
anggota kelompok
6. Mengikuti arahan guru dengan 31 78
40
baik
7.Menjawab pertanyaan yang 32 80
40
telah diberikan
8. Merasa senang mengikuti 36 90 Tertinggi
40
materi yang diberikan

Dari data di atas dapat dilihat bahwa skor terendah adalah 28 atau 70%

yaitu pada langkah yang ke 5 yaitu aktif berdiskusi dengan anggota

kelompok . Sedangkan skor tertinggi adalah 36 atau 90% terdapat pada

langkah pembelajaran nomor 8 yaitu merasa senang mengikuti materi

yang diberikan. Selanjutnya secara keseluruhan rata-rata aktivitas siswa

adalah 32.2 atau 80.5%.

28
Lebih jelasnya dapat diilustrasikan pada grafik berikut ini
Grapik 4.7 Aktifitas siswa pada siklus II

Kemudian data pada tabel 4.7 diatas dapat di klasikalkan pada tabel
dibawah ini
Tabel 4.7 Tabel Klasifikasi nilai aktifitas siswa pada siklus II

Skor Kategori Nilai Siklus I Persentase %


85-100 Amat baik 14 35
70-84 Baik 25 62.5
50-69 Cukup 1 2.5
0-49 Kurang baik - -

Berikutnya data pada tabel diatas dapat diilustrasikan pada diagram 4.7
dibawah ini
Diagram 4.7. Klaifikasi aktivitas siswa pada siklus II

29
Selanjutnya aktifitas guru dalam siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8

dibawah ini

Tabel 4.8. Perolehan Skor Aktivitas Guru dalam PBM Siklus II

Nilai Aktivitas Pertemuan Skor Ideal Jumlah Persentase %

44 45 44 97.7

Selanjutnya ketuntasan hasil belajar siswa siklus II dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe bermain jawaban dapat dilihat pada

Tabel 4.4
Tabel 4.9. Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa Siklus I

Jumlah siswa Prosentase (%) Kategori


36 90% Tuntas
4 10% Tidak tuntas
Ketuntasan klasikal 90%

Data tersebut dapat diilustrasikan pada diagram 4.9 berikut ini


Diagram 4.9 Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus II

Sedangkan daya serap siswa dapat dapat dilihat pada tabel 5.0 berikut ini

Tabel 5.1 Daya Serap Siswa Siklus I

Jumlah Siswa Total Nilai Daya Serap(%)

40 3016 76
Untuk lebih jelas dapat diilustrasikan pada grafik 4.8 berikut ini

30
Grafik 4.8 Daya serap siswa pada siklus II

Kemudian dari data diatas dapat di klasifikasikan pada tabel 4.9 berikut ini
Tabel. 4.9 Daya klasikal siswa pada siklus II

Skor Kategori Nilai Siklus I Persentase %


85-100 Amat baik 7 17.5
70-84 Baik 27 67.5
50-69 Cukup 6 15
0-49 Kurang baik - -

II. Pembahasan Penelitian

1.Perkembangan Aktifitas Siswa Antar Siklus

Dari perolehan data tabel 4.1 dan 4.4 diatas dapat dilihat perkembangan

kuantitas kegiatan siswa dari 70.7% pada siklus I naik menjadi 80.5% pada

siklus II. Maka dapat terdapat kenaikan sebesar 9.8%. Maka penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe bermain jawaban dapat merangsang minat peserta

didik untuk belajar.

31
Untuk lebih jelasnya dapat diilustrasikan pada grafik berikut ini

2. Perkembangan Hasil belajar Siswa Antar Siklus

Berdasarkan tabel 4.5 daya serap siswa terhadap materi yang telah

diberikan adalah sebesar 70% pada siklus pertama pada siklus kedua naik menjadi

76%. Hal ini menunjukkan terjadi kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar

16 %. Selanjutnya berdasarkan tabel 4.4,dimana tingkat ketuntasan hasil belajar

siswa sebesar 70% naik pada siklus pertama naik pada siklus kedua yaitupada

tabel 4.9 tingkat naik menjadi 90%. Dari hasil diatas maka dapat kita simpulkan

bahwa terjadi kenaikan ketuntasan hasil belajar siswa yang signifikan dimana

terdapat kenaikan sebesar 20% . Hal ini dapat seperti yang diilustrasikan pada

grafik berikut ini

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

33
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)yang telah dilakuakan

penulis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain Jawaban dapat

memperbaiki dan meningkatkan aktifitas proses belajar mengajar.

2. Dari hasil observasi ini mengilustarikan bahwa peningkatan aktifitas proses

belajar siswa pada siklus I sebesar 70.7.% meningkat pada siklusII menjadi

80.5%.

3. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain Jawaban dapat

meningkatkan daya serap dan tingkat ketuntasan belajar peserta didik

secara signifikan.

4. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain Jawaban dapat

meningkatkan daya minat anak dengan signifikan sebagai modal dasar

dalam menciptakan suasana yang menyenangkan.

B. Saran

Dari pembuktian penelitian diatas maka kami menyarankan:

1. Diharapkan kepada para pendidik untuk selalu berusaha menciptakan

proses belajar yang efektif dan efisien dan meningkatkan hasil belajar yang

optimal dengan menggunakan berbagai model pembelajaran salah satunya

adalan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bermain Jawaban.

2. Setiap guru harus mau dan mampu mempersiapkan berbagai persiapan

sebelum melakukan pengajaran di kelas sehingga akan menghasilkan

ketuntasan belajar yang maksimal

34
35

Anda mungkin juga menyukai