Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH MANAJEMEN TAMBANG

TUGAS LINEAR PROGRAMMING

Studi Kasus Target Produksi Tambang Terbuka Batubara Untuk Kapasitas Pasar (PLTU) Menggunakan
Pola Distribusi/Angkutan Tambang Yang Optimal

Disusun Oleh:

Abid Zulfaqor 11160980000033

Dosen Pembimbing: Supriyadi, Ph.D

Program Studi Teknik Pertambangan

Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Abstrak
Pasar Utama dari perusahaan penambang batubara adalah Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), baik untuk domestik maupun ekspor. Untuk memenuhi kebutuhan pasar
utama tersebut peerusahaan tambang perlu harus mampu meminimalkan biya dan
memaksimalkan produksi. Dalam proses perhitungan meminimalkan biaya dan
memaksimalkan produksi dikenal penggunaan suatu program yang dinamakan sebagai
Program Linear.
Secara khusus, persoalan program linear merupakan suatu persoalan untuk menentukan
besarnya masing-masing nilai variabel sehingga nilai fungsi tujuan atau objektif yang
linear menjadi optimum (memaksimalkan atau meminimumkan) dengan memperhatikan
adanya kendala yang ada, yaitu kendala yang harus dinyatakan dalam bentuk
ketidaksamaan yang linear. Pembatasan tersebut meliputi sumberdaya misalnya waktu,
biaya dan hasil produksi.

B. Permasalahan (Problems)
Suatu tambang batubara merencanakan target produksi 2.100.000 ton per tahun.
Kemampuan produksi masing-masing pit per tahun adalah sebagai berikut:
Pit A = 300.000 ton
Pit B = 600.000 ton
Pit C = 700.000 ton
Pit D = 400.000 ton
Pit E = 200.000 ton +

Total = 2.200.000 ton


Mutu batubara dianggap merata untuk semua pit. Selanjutnya, batubara dari pit akan
dipasarkan pada PLTU dengan kapasitas per tahun sebagai berikut:

PLTU A (PA) = 600.000 ton


PLTU B (PB) = 800.000 ton
PLTU C (PC) = 900.000 ton +

Total = 2.300.000 ton

Biaya angkut (dalam US$ per ton) dari pit ke pasar tujuan sebagai berikut:

PA PB PC
PIT A 6 2 5

PIT B 3 7 1

PIT C 4 3 2

PIT D 1 6 7

PIT E 5 4 1

Tentukan pola distribusi/angkutan tambang yang optimal dari 5 pit tersebut ke ketiga
pasar tujuan (PLTU)!
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Program Linear

Pemprograman linier adalah metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang
terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimalkan keuntungan atau
meminimumkan biaya. Program linier berkaitan dengan penjelasan suatu kasus dalam
dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi tujuan linier
dengan beberapa kendala linier (Taha, 1993).

Program linier banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah optimal didalam industri,
perbankan, pendidikan, dan masalah-masalah lain yang dapat dinyatakan dalam bentuk
linier.

A. Model Program Linear


Model Linear Programming merupakan bentuk dan susunan dalam menyajikan masalah-
masalah yang akan dipecahkan dengan teknik program linear. Dalam model ini dikenal
tiga macam fungsi, yaitu fungsi tujuan (objective function), fungsi variable (variables
function) dan fungsi batasan (constraint function). Berikut merupakan penjelasan dari
ketiga fungsi tersebut adalah
Fungsi Tujuan
Merupakan fungsi yang menggambarkan tujuan atau sasaran di dalam
permasalahan program linear yang berkaitan dengan pengaturan secara optimal
sumberdaya-sumberdaya, untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya
minimal. Nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z. Fungsi ini untuk
merubah bentuk fungsi implisit menjadi persamaan bentuk eksplisit dengan
menambahkan atau mengurangi slack variable, surplus variable, dan atau variabel
buatan yang bernilai nol. Fungsi ini terdiri 2 macam yaitu memaksimumkan dan
meminimumkan. Karena slack variable tidak mempunyai kontribusi apa-apa
terhadap fungsi tujuan, maka konstanta untuk slack variable tersebut dituliskan
nol.

Y = A1X1 + A2X2 + A3X3 + A4X4 . . . . . + AnXn


Fungsi Batasan
Fungsi ini merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan
kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai
kegiatan. Masalah linear programming tersebut dapat dinyatakan ialah sebagai
proses optimisasi suatu fungsi tujuan didalam bentuk memaksimumkan ataupun
meminimumkan. Berikut merupakan bentuk formulasi untuk fungsi batasan:

A11X11 + A12X12 +. . . .+ A1nXn B1


A21X21 + A22X22 +. . . .+ B2
A21X21 + A22X22 +. . . .+ A2nXn B2

Am1Xm1 + Am2Xm2 +. . . .+ AmnXn Bm

Bentuk fungsinya dibagi menjadi 3, yaitu , , dan =. Konversi fungsi


bertanda menjadi bentuk standar dilakukan dengan menambahkan slack
variable agar pada fungsi tersebut diperoleh solusi fisibel awal sama dengan titik
origim atau titik asal.
Fungsi Variable
Semua variable keputusan non-negative atau merupakan variable yang nilainya
bukan nol pada sembarang iterasi.

B. Asumsi-asumsi dasar dalam Program Linear


Dalam program linear memiliki ciri khas tertentu dengan salah satunya adalah
penggunaan asumsi yang akan dijadikan landasan bagi model program linear. Berikut
merupakan beberapa asumsi dasar yang digunakan:
1. Proporsionality
Naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan
berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan tingkat kegiatan.
2. Additivity
Nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau kenaikan dari nilai tujuan
(Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa
mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.
3. Divisibility
Keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan
pecahan, demikian pula nilai Z yang dihasilkan.
4. Deterministic (Certainty)
Semua parameter yang terdapat dalam model program linear (aij,bi,cj) dapat
diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.

C. Formulasi Program Linear (Bentuk Baku)


Sebelum melakukan perhitungan interatif untuk menentukan solusi optimal, hal pertama
yang harus dilakukan adalah bentuk umum pemrograman linier dirubah ke dalam bentuk
baku terlebih dahulu. Bentuk baku dalam metode simpleks tidak hanya mengubah
persamaan kendala ke dalam bentuk sama dengan, tetapi setiap fungsi kendala harus
diwakili oleh satu variabel basis awal. Variabel basis awal menunjukkan status sumber
daya pada kondisi sebelum ada aktivitas yang dilakukan. Dengan kata lain, variabel
keputusan semuanya masih bernilai nol. Dengan demikian, meskipun fungsi kendala pada
bentuk umum pemrograman linier sudah dalam bentuk persamaan, fungsi kendala
tersebut masih harus tetap berubah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat bentuk baku, yaitu :
Fungsi kendala dengan pertidaksamaan dalam bentuk umum, dirubah menjadi
persamaan (=) dengan menambahkan satu variabel slack.
Fungsi kendala dengan pertidaksamaan dalam bentuk umum, dirubah menjadi
persamaan (=) dengan mengurangkan satu variabel surplus.
Fungsi kendala dengan persamaan dalam benttuk umum,ditambahkan satu artificial
variabel (variabel buatan).

BAB III

SIMULASI DAN PEMBAHASAN


A. Simulasi
Dalam perhitungan ini digunakan program linear untuk menentukan pola
distribusi/angkutan tambang ke PLTU berdasarkan permasalahan diatas. Berikut
simulasi atau tahapan perhitungan yang dilakukan:
1. dibuka aplikasi LiPS.exe
2. diklik tools bar File pada aplikasi, lalu diklik New pada menu file dan dipilih
Table Model

3. dibuat terlebih dahulu table untuk variasi sesuai dengan permasalahan yang
telah diberikan, seperti berikut:

PA PB PC

PIT A X1 X2 X3

PIT B X4 X5 X6

PIT C X7 X8 X9

PIT D X10 X11 X12

PIT E X13 X14 X15


4. muncul dialog bar Model Parameters seperti pada gambar dibawah ini. Untuk
Maximization atau Minimization, dipilih Maximization untuk
memaksimumkan. Lalu diisi kolom:
Number of Variables: 15
Number of Constraints: 9
Number of Objectives: 1

selanjutnya Klik OK pada dialog bar tersebut. Number of Variables diisi


dengan jumlah variable yang ada baik untuk Pit A, B, C, D dan E untuk PLTU
A, B dan C. Sedangkan untuk Number of Constraints diisi dengan jumlah
batasan yang ada dimana berjumlah 9 karena terdiri dari batasan untuk Pit A,
B, C, D dan E lalu untuk PLTU A, B dan C serta untuk jumlah seluruh
kegiatan yang dilakukan.

5. keluar table yang akan diisi oleh variable-variable sesuai kegiatan pada soal
yang telah ditentukan. Baris/Row diisi sesuai dengan batasan yang dimiliki.
Baris/Row diisi sesuai dengan ada atau tidaknya kegiatan pada setiap Pit
dengan PLTU yang dicerminkan dengan adanya nilai biaya angkutBerikut
penjelasan untuk setiap baris:
Row 1: merupakan baris yang mencerminkan Pit A ke PLTU A, B, C
Row 2: merupakan baris yang mencerminkan Pit B ke PLTU A, B, C
Row 3: merupakan baris yang mencerminkan Pit C ke PLTU A, B, C
Row 4: merupakan baris yang mencerminkan Pit D ke PLTU A, B, C
Row 5: merupakan baris yang mencerminkan Pit E ke PLTU A, B, C
Row 6: merupakan baris yang mencerminkan PLTU A ke Pit A, B,
C, D, dan E.
Row 7: merupakan baris yang mencerminkan PLTU B ke Pit A, B,
C, D, dan E.
Row 8: merupakan baris yang mencerminkan PLTU C ke Pit A, B,
C, D, dan E.
Row 9: merupakan baris yang mencerminkan seluruh kegiatan yang
dilakukan baik dari Pit A, B, C, D dan E ke PLTU A, B dan C.

Sedangkan untuk nilai RHS diisi sesuai dengan kapasitas pada setiap Pit
atau PLTU. Nilai maksimum kapasitas ini sudah ada pada soal yang
diberikan. Contohnya untuk nilai RHS maksimum pada Row 1 adalah
300.000 ton dimana nilai tersebut merupakan nilai maksimum kapasitas
produksi dari Pit A. Lalu tanda yang digunakan adalah <= agar nilai
tidak lebih dari kapasitas maksimal produksi batubara pada pit tersebut.
Dan untuk Row 9 diisi dengan nilai target produksi tambang batubara
tersebut sebesar 2.100.000 ton. Namun untuk Row 9 menggunakan sama
dengan = karena merupakan target produksi yang harus dicapai sesuai
dengan kapasitas dari tambang batubara. Sehingga sesuai dengan kapasitas
maksimum produksi.

Dan untuk Lower Bound diisi dengan nilai 0 karena untuk mengetahui ada
atau tidaknya kegiatan dari masing-masing constraints. Dan untuk Upper
Bound diisi dengan nilai kapasitas maksimum dari setiap PLTU per
tahunnya.

Row 1 5 = Aktivitas Pit ke PLTU


Row 6 8 = Batubara dari Pit ke PLTU
Row 9 = Diisi dengan angka 1, dimana merupakan jumlah
dari segala aktivitas
Direction (<= ) kecuali untuk Row 9 (=)
Upper Bound = Kapasitas dari PLTU
Lower Bound = Diisi dengan angka 0
Objective = Diisi dengan biaya angkut

6. Langkah selanjutnya adalah dengan mengklik Solve pada menu bar yang
tersedia untuk mendapatkan hasil dari perhitungan variables.Setelah mengklik
Solve pada menu bar yang tersedia. Maka akan dihasilkan tabel seperti pada
gambar dibawah. Tabel tersebut merupakan hasil dari perhitungan variables
berdasarkan batasan-batasan yang telah ditentukan.
B. Hasil
Model Matematika
Target pit
6X11 + 2X12+ 5X13 300000 Ton
3X21 + 7X22+ 1X23 600000 Ton
4X31 + 3X32+ 2X33 700000 Ton
1X41 + 6X42+ 7X43 400000 Ton
5X51 + 4X52+ 1X53 200000 Ton +

Total = 22000000 Ton

PLTU

6X11 + 3X12+ 4X13+ 1X14 + 5X15 600000 Ton

2X21 + 7X22+ 3X23 + 6X24 + 4X25 800000 Ton

5X31 + 1X32+ 2X33+ 7X34 + 1X35 900000 Ton +

Total = 23000000 Ton

Fungsi Tujuan

Z = 6x11 + 2x12 + 5x13 + 3x21 + 7x22 + 1x23 + 4x31+ 3x32 + 2x33 +1x41+

6x42 + 7x43 + 5x51 + 4x52 + 1x53

= 2100000 Ton Per Tahun.

Hasil dari Program Linear


Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software Linear Program Solver
didapatkan beberapa solusi. Namun dapat disimpulkan solusi yang dapat
dilakukan melalui tabel berikut:
Hasil ini menunjukkan untuk ada atau tidaknya kegiatan aktivitas
pendistribusian batubara dari Pit ke PLTU. Pada kolom Value merupakan
nilai dari jumlah batubara yang harus didistribusikan dari Pit ke PLTU.
Misalnya untuk variable X3, jumlah batubara dari Pit A yang harus
dikirimkan ke PLTU C sebesar 300000 ton, lalu untuk variable X4 bernilai 0
yang berarti bahwa tidak dilakukan aktivitas pendistribusian dari Pit B ke
PLTU A. Sehingga jumlah dari nilai pendistribusian akan sesuai dengan
kapasitas maksimum dari target produksi batubara yaitu sebesar 2100000 ton.
Maka solusi yang dihasilkan dari perhitungan ini sesuai dengan table yang
telah dibuat seperti tabel pendistribusian batubara ke PLTU dibawah ini
(satuan ton):

PLTU A PLTU B PLTU C


PIT A 0 0 300000 300000
PIT B 0 600000 0 600000
PIT C 400000 200000 0 600000
PIT D 0 0 400000 400000
PIT E 200000 0 0 200000
600000 800000 700000 2100000
C. Pembahasan
Berdasarkan data kapasitas produksi pada Pit A, B, C, D, E dan PLTU A, B, C
dengan biaya angkut yang telah ditentukan dari setiap pit ke pendistribusian untuk
PLTU, dapat digunakan software LiPS untuk memecahkan masalah dengan target
produksi yang telah ditentukan sehingga dapat menentukan batubara dari pit mana
yang harus diturunkan kegiatan produksinya sehingga sesuai dengan kapasitas dari
setiap PLTU. Kapasitas PLTU merupakan pembatas untuk memproduksi batubara
dari setiap pit yang tersedia.
Hasil yang didapat dari analisa data dengan menggunakan LiPS dapat diketahui pola
distribusi atau angkutan tambang yang optimal dari pit ke PLTU untuk mencapai
target produksi adalah sebagai berikut:
1. Untuk Pit A, kapasitas yang optimal yaitu 300.000 ton dengan pola
distribusi/angkutan batubara ke PLTU cukup pada PLTU C saja.
2. Untuk Pit B kapasitas yang optimal yaitu 600.000 ton. Dengan pola
distribusi/angkutan batubara hanya pada PLTUBC saja sebesar 600.000 ton.
3. Untuk Pit C kapasitas optimal yaitu 600.000 ton, dengan distribusi batubara
untuk PLTU A dan B saja dimana untuk PLTU A sebesar 400.000 ton dan PLTU
B sebesar 200.000 ton. dikurang sebesar 100.000 ton dari kapasitas produksi
sebelumnya yang sebesar 700.000 ton. Hal ini dilakukan agar kapasitas produksi
seluruh pit dapat sesuai dengan target produksi yang telah ditentukan.
4. Untuk Pit D Kapasitas optimal yaitu 400.000 ton, dengan pola distribusi batubara
hanya untuk PLTU C.
5. Untuk Pit E kapasitas optimal yaitu 200.000 ton, dengan pola distribusi batubara
hanya untuk PLTU A.
6. Kapasitas PLTU mengalami perubahan yaitu pada kapasitas PLTU C , dimana
untuk nilai kapasitas dikurangi 200.000 ton dari kapasitas sebelumnya 900000
dan hanya menjadi 700.000 ton.
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam permasalahan ini, ditetapkan jumlah dari variable yaitu 15 dan jumlah dari
pembatas dengan 9 pembatas. Variable terdiri dari jumlah seluruh aktivitas yang
dilakukan, sedangkan pembatas terdiri dari jumlah 5 pit, 3 PLTU dan jumlah ddari
seluruh kegiatan pada pit ke PLTU.
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa target produksi yang optimal terletak pada
angka 2.100.000 ton per tahun. Sehingga pada kapasitas produksi batubara di Pit C harus
dikurangi 100.000 ton dari kapasitas sebelumnya, selain itu pada kapasitas PLTU C harus
dikurangi juga sebesar 200.000 ton dari kapasitas sebelumnya. Hal ini dilakukan agar
kapasitas dari pit dan PLTU akan sama dengan target produksi yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Suparno. 2013. Modul praktikum penelitian operasional II. Gresik: Sekolah Tinggi Teknik
Qomaruddin.

Tampubolon, M. P. 2004. Manajemen Operasional. Jakarta: Ghalia Indonesia

Tiro, Muhammad Arif. Pengenalan Manajemen Sains. Cet 1: Makassar: Andira Publisher. 2004.

Anda mungkin juga menyukai