Abstrak
DAS Latuppa dengan luas area 6.843,02 ha serta panjang aliran sungai mencapai 59.472
meter memiliki potensi sumberdaya air yang cukup besar salah satunya sebagai sumber air baku
bagi PDAM Kota Palopo dan irigasi bagi lahan pertanian masyarakat. Kini DAS tersebut tengah
menghadapi permasalahan yang cukup serius diantaranya kehilangan fungsinya sebagai penyedia
jasa yang semestinya diberikan oleh ekosistem seperti pencegahan bencana, pengendalian erosi,
dan pengaturan tata air. Hal ini umumnya dipicu oleh pemanfaatan yang terus menerus oleh
masyarakat baik untuk pemukiman, lahan pertanian, dan kayu bakar.
Lahan pada zona hulu yang mencakup hutan Negara dan lahan milik masyarakat, sudah
dalam kondisi kritis. Hal ini menyebabkan fungsinya sebagai kawasan lindung daerah bawahan
dan resapan air tidak lagi optimal. Dampak yang paling signifikan dari rusaknya daearah resapan
air di hulu, adalah kejadian banjir yang terus menerus terjadi dengan intesitas yang cenderung
meningkat. Banjir dimusim hujan dan kekeringan di musim kemarau yang melanda Kota Palopo
menyebabkan fluktuasi debit sungai yang sangat besar. Selain menyebabkan fluktuasi yang
sangat besar, penebangan hutan (deforestasi) dan konversi lahan hutan menjadi areal perkebunan
dan pemukiman juga merupakan penyebab tingginya tingkat erosi dan sedimentasi di sungai,
sehingga berdampak negatif bagi DAS, karena selain mempengaruhi kualitas air, yang membuat
air berlumpur dengan tingkat kekeruhan yang sangat tinggi sehingga menyulitkan
pengelolaannya dan meningkatkan biaya pemurnian air oleh PDAM. Masalah ini merupakan
salah satu kondisi yang dialami oleh pemanfaat jasa air bersih dari kawasan hulu DAS Latuppa
yang juga merupakan sumber intake bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Palopo.
Berdasarkan kondisi tersebut, diketahui keberadaan air bersih di dataran rendah atau hilir
sangat bergantung pada kelestarian hutan yang ada dikawasan hulu. Oleh sebab itu, sebuah harga
yang adil ditetapkan sebagai nilai yang harus dibayar oleh pemanfaat jasa air bersih di hilir
dalam hal ini PDAM Kota Palopo sebagai kompensasi kepada masyarakat di hulu, yang
diwujudkan dalam kerangka Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) untuk tujuan perbaikan dan
pemeliharaan kawasan resapan air dengan melakukan rehabilitasi di kawasan hulu daerah aliran
sungai.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini salah satunya bertujuan untuk mengenalisis pengaruh, kepentingan dan
peran stakeholder dalam penerapan mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan di hulu DAS
Latuppa
Hormat saya,
B. Identifikasi Instansi
1. Nama Instansi:
2. Jenis Instansi:..
3. Cakupan wilayah kerja:..
4. Kegiatan Instansi:
5. Sumber dana:
Manajemen Instansi
Terkait sistem dan tatakelola Dinas/Instansi yang berhubungan dengan pengelolaan
hulu DAS Latuppa, serta pihak yang memiliki kewenangan hak dan tanggung jawab
terkait pelaksanaan tugas dan Instansi yang bersangkutan.
1. Tahun Pendirian Instansi.
2. Tujuan/Visi dan Misi Instansi..
..
.....
3. Dasar Pendirian
.
4. Kerjasama dengan Instansi terkait...
5. Kerja sama dengan masyarakat (Misalnya: Program yang dijalankan bersama)...
.
6. Rencana Pengelolaan DAS Latuppa hulu
.....
7. Ketersediaan data DAS Latuppa hulu (Kondisi 5 tahun terakhir)...
.
8. Pelayanan kepada masyarakat (Informasi, Sosialisasi, Proteksi)
.
Lainnya
1. Menurut anda kendala apa saja yang akan dihadapi Instansi anda, dalam
menjalankan pengelolaan mekanisme PJL di DAS Latuppa hulu?
Faktor-faktor apa saja dibawah ini yang akan menjadi peran Instansi anda
dalam pengelolaan mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL)?