Anda di halaman 1dari 25

PETUNJUK TEKNIS

LOMBA CALISTUNG, OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN),


FESTIVAL LOMBA SENI SISWA NASIONAL (FLS2N) SD,
FESTIVAL TUNAS BAHASA IBU (FTBI) & PASANGGIRI BAHASA CIREBON
TINGKAT KABUPATEN CIREBON
TAHUN 2023

I. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan
bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu faktor keberhasilan mutu pendidikan dasar adalah peningkatan prestasi belajar
peserta didik dalam proses pembelajaran. Usaha peningkatan prestasi belajar peserta didik
diantaranya melalui kompetensi dibidang akademik.
Kompetensi peserta didik yang akan dikompetisikan adalah kompetensi peserta didik
dibidang mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA, karena ketiga mata pelajaran
tersebut sangat penting bagi peserta didik dalam rangka mempersiapkan dirinya dijenjang pendidikan
yang lebih tinggi dan sering kali dijadikan mata pelajaran yang dikompetisikan baik di tingkat
Kabupaten, Provinsi, Nasional maupun di tingkat Internasional.
Dalam rangka menghadapi kompetisi atau lomba Calistung, Olimpiade Sains Nasional
(OSN), Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) SD, Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di
tingkat Provinsi Tahun 2023, maka perlu diadakan lomba Calistung, OSN, FLS2N, FTBI di tingkat
Kabupaten Cirebon guna memperoleh data peserta didik yang memiliki kemampuan dibidang
akademik dan seni. Data tersebut akan dijadikan sebagai utusan atau perwakilan dari Kabupaten
Cirebon pada kompetisi di tingkat Provinsi. Dalam rangka mencapai tujuan dimaksud, kami
bermaksud untuk mengadakan seleksi Lomba Calistung, OSN, FLS2N, dan FTBI dan Pasanggiri
Basa Cerbon Tingkat Kabupaten Cirebon Tahun 2023.

II. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. Untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam kompetensi akademik dan seni.
2. Untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bidang Calistung, MIPA dan Seni.
3. Untuk menentukan peserta didik yang menjadi utusan Kabupaten pada kompetisi di tingkat
Provinsi tahun 2023.

III. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan :


1. Tempat Kegiatan
Tempat dilaksanakan kegiatan Lomba Calistung, OSN, FLS2N, FTBI dan Pasanggiri Basa
Cirebon Tingkat Kabupaten Cirebon Tahun 2023 adalah sebagai berikut.
a. Lomba Calistung : SDN 1 Sumber Kecamatan Sumber
b. Lomba OSN : SDN 4 Sumber Kecamatan Sumber
c. Lomba Pasanggiri Basa Cerbon : SDN 2 Kemantren Kecamatan Sumber
d. Lomba FLS2N : SDN 4 Kenanga Kecamatan Sumber
e. Lomba FTBI : SDN 1 Sampiran Kecamatan Talun
2. Waktu Kegiatan
Waktu pelaksanaan kegiatan Lomba Calistung, OSN, FLS2N, FTBI dan Pasanggiri Basa Cirebon
Tingkat Kabupaten Cirebon Tahun 2023 adalah sebagai berikut.

NO JENIS LOMBA HARI TANGGAL WAKTU TEMPAT

1. Calistung Kelas 1 Selasa SDN 1 Sumber


16 Mei 2023 Pukul 08.00 s.d. Selesai
Kec. Sumber
2. Calistung Kelas 2 Selasa SDN 1 Sumber
16 Mei 2023 Pukul 08.00 s.d. Selesai
Kec. Sumber
3. Calistung Kelas 3 Selasa SDN 1 Sumber
16 Mei 2023 Pukul 08.00 s.d. Selesai
Kec. Sumber

SDN 4 Sumber
4. OSN Matematika Selasa 16 Mei 2023 Pukul 08.00 s.d. Selesai
Kec. Sumber

SDN 4 Sumber
5. OSN IPA Selasa 16 Mei 2023 Pukul 08.00 s.d. Selesai
Kec. Sumber
Pasanggiri Basa SDN 2 Kemantren
6. Cirebon
Rabu 17 Mei 2023 Pukul 08.00 s.d. Selesai
Kec. Sumber
SDN 4 Kenanga
7. FLS2N Sabtu 20 Mei 2023 Pukul 08.00 s.d. Selesai
Kec. Sumber
SDN 1 Sampiran
8. FTBI Senin 29 Mei 2023
Pukul 08.00 s.d. Selesai Kecamatan Talun

IV. Peserta Kegiatan


Peserta kegiatan ini terdiri dari :
1. Lomba Calistung : (Kelas I, II, dan III)
a. Kelas I : 1 siswa (Putra/Putri)
b. Kelas II : 1 siswa (Putra/Putri)
c. Kelas III : 1 siswa (Putra/Putri)
2. Lomba OSN : (Kelas V)
a. Matematika : 1 siswa (Putra/Putri)
b. IPA : 1 siswa (Putra/Putri)
3. Lomba Pasanggiri Basa Cerbon : (Kelas IV, atau V)
a. Wewara Basa Cerbon (Maca Berita) : 1 siswa (Putra/Putri)
b. Maca Puisi Basa Cerbon : 1 siswa (Putra/Putri)
c. Ndongeng Basa Cerbon : 1 siswa (Putra/Putri)
d. Menulis Carakan (Aksara Cerbon) : 1 siswa (Putra/Putri)
4. Lomba FLS2N : (Kelas III, IV, atau V)
a. Menyanyi Solo : 1 siswa (Putra/Putri)
b. Seni Tari : 3 siswa (Putra/Putri)
c. Pantomim : 2 siswa (Putra/Putri)
d. Kriya Anyam : 1 siswa (Putra/Putri)
e. Gambar bercerita : 1 siswa (Putra/Putri)
5. Lomba FTBI : (Kelas IV, atau V)
a. Maca Sajak Basa Sunda : 2 siswa (1 Putra dan 1 Putri)
b. Biantara (Pidato Basa Sunda) : 2 siswa (1 Putra dan 1 Putri)
c. Baca Tulis Aksara Sunda : 2 siswa (1 Putra dan 1 Putri)
d. Ngadongeng Basa Sunda : 2 siswa (1 Putra dan 1 Putri)
e. Nulis Carpon Basa Sunda : 2 siswa (1 Putra dan 1 Putri)
f. Pupuh Basa Sunda : 2 siswa (1 Putra dan 1 Putri)
g. Borangan Basa Sunda : 2 siswa (1 Putra dan 1 Putri)

Peserta merupakan siswa dari setiap utusan 40 Kecamatan yang berada di Kabupaten Cirebon.

V. Kepanitiaan
Pelindung : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon
Penanggung Jawab : Asep M. Muflih Hakim, S.Sos., M.Si (Sub Koordinator Kurikulum PSD)
Ketua : H. Jira, S.Pd., M.M
Sekretaris : H. Suhari, S.Pd
Bendahara : Kadmi, S.Pd
Koordinator Lomba : Akhmad Makmur, S.Pd.SD
Koordinator Lomba Bidang
1. Calistung : Yatci Andriyani, M.Pd
2. OSN : Dedi Sutardi, S.Pd
3. Pasanggiri Bahasa Cerbon : Zaenal Abidin, S.Pd
4. FLS2N : Aripin, S.Pd
5. FTBI : Aa Wawan, M.Pd

KETENTUAN LOMBA
1. Lomba Calistung
a. Membaca Pemahaman (Bahasa Indonesia)

Kelas Jenis Soal Jumlah Soal Alokasi Waktu


Kelas 1 Pilihan Ganda 30 butir 30 menit
Kelas 2 Pilihan Ganda 35 butir 30 menit
Kelas 3 Pilihan Ganda 40 butir 30 menit

b. Berhitung (Matematika)

Kelas Jenis Soal Jumlah Soal Alokasi Waktu


Kelas 1 Isian 30 butir 30 menit
Kelas 2 Mencongak 30 butir 30 menit
Kelas 3 Mencongak 30 butir 30 menit

c. Menulis Tegak Bersambung

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3


 Menyalin teks  Dikte  Dikte
 10 kalimat (3-4 kata)  10 kalimat (4-5 kata)  10 kalimat (5-6 kata)
 HVS (Tanpa garis)  HVS (Tanpa garis)  HVS (Tanpa garis)
 Alokasi waktu 15 menit  1 soal 1 menit  1 soal 1 menit
 Tanda baca  2 x dibacakan  2 x dibacakan
 Penggunaan huruf kapital  Tanda baca  Tanda baca
 Penggunaan huruf kapital  Penggunaan huruf kapital

d. Membaca Lancar

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3


120 kata – 60 detik 140 kata – 60 detik 150 kata – 60 detik
2. Lomba OSN
a. Matematika
1) Peserta 1 orang siswa kelas V (Putra/Putri)
2) Disediakan 30 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian, dikerjakan pada lembar jawaban
terpisah yang sudah disediakan
3) Alokasi waktu 90 menit

b. IPA
1) Peserta 1 orang siswa kelas V (Putra/Putri)
2) Disediakan 35 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian, dikerjakan pada lembar jawaban
terpisah yang sudah disediakan
3) Alokasi waktu 90 menit
3. Pasanggiri Basa Sastra Seni Cerbon
a) Maca Puisi Basa Cerbon
1) Peserta membacakan 1 (satu) judul puisi dari puisi yang disediakan.
2) Naskah puisi disediakan oleh panitia, Teks judul (terlampir).
3) Peserta membacakan puisi dengan teks, bukan deklamasi.
4) Busana peserta, menyesuaikan.
5) Kriteria penilaian:
- vokal/suara (40%)
- ekspresi (30%)
- interpretasi (20%)
- penampilan (10%)

b) Wewara Basa Cerbon (Maca Berita)


1) Peserta membacakan teks wewara sesuai naskah yang disediakan panitia.
2) Busana peserta, menyesuaikan.
3) Kriteria Penilaian :
- Kecakapan berbahasa Cirebon (40 %)
- Intonasi & Artikulasi (30 %)
- Gestur (20 %)
- Penampilan (10 %)

c) Ndongéng Basa Cerbon


1) Peserta mendongeng berbahasa daerah Cirebon (secara lisan dan bukan membaca).
2) Durasi 5-7 menit.
3) Busana peserta menyesuaikan dengan pilihan tema dongeng
4) Peserta diperkenankan menggunakan alat atau media apapun untuk mendukung esensi dongeng,
tetapi tidak menambah penilaian.
5) Materi dongeng bisa berasal dari peserta sendiri, atau contoh yang
disediakan panitia.
6) Peserta wajib mendongeng tema “Dongeng Asal-Usul Desa”
7) Sebelum mendongeng, peserta wajib menyerahkan naskah dongeng
kepada panitia atau juri sebanyak 3 (Tiga) rangkap.
8) Kriteria penilaian:
- vokal (30 %)
- kelancaran berbahasa (20 %)
- ekspresi & improvisasi (20 %)
- intonasi (20 %)
- penampilan (10 %)

d) Baca Tulis Aksara Cerbon (Hanacaraka)


Berikut ini adalah ketentuan dalam Lomba Baca Tulis aksara Cerbon :
1) Durasi waktu menulis aksara Cerbon adalah 20 (dua puluh) menit, sedangkan membaca aksara
Cerbon adalah 2 (dua) menit.
2) Setiap peserta harus menyelesaikan pekerjaannya tidak melebihi waktu yang disediakan.
3) Materi lomba ditentukan oleh panitia pada saat pelaksanaan lomba.
4) Materi untuk “Maca Aksara Cerbon” adalah menggunakan media manual berupa cetakan (print out).
5) Materi “ Nulis Aksara Cerbon” mencakup hal-hal berikut:
a. Tulisan diterakan pada kertas polos putih dan bercap panitia.
b. Alat tulis menggunakan spidol yang disediakan oleh panitia dalam bentuk standar dan tidak
boleh diubah atau dimodifikasi.

Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator berikut ini.

No Aspek Penilaian Indikator


1
Membaca Aksara Cerbon  Ketepatan membaca teks;
 Kecepatan membaca teks;
 Intonasi dan ekspresi membaca
 Ketepatanbentuk tulisan;
 Tipografi (kerapian dan
2 Menulis Aksara Cerbon keseimbangan tulisan)
 Epektifitas (misalnya dalam
penggunaan rarangken

4. Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N)


1) Lomba Menyanyi Tunggal
1. Peserta 1 orang: Putra atau Putri
2. Lagu yang dinyanyikan:
- Lagu pilihan wajib. Pilih salah satu:
 “Indonesia Jaya”, Ciptaan Chaken M.
 “Lagu Cinta Untuk Mama”, Ciptaan Selly T. Pontoh.
- Lagu Daerah (khusus pemenang yang masuk tingkat Kab.). Pilih salah satu:
 “Budak Saha”, penyanyi Wina (khusus Putri)
 “Budak Jalanan”, penyanyi Kustian (khusus Putra)
3. Musik iringan wajib menggunakan player/ minus one yang sudah disediakan panitia.
4. Busana menggunakan nuansa Batik Cirebon dengan model yang sopan dan rapih.
5. Aspek Penilaian
2) Seni Tari
1) Tema
Peserta memilih salah satu tema berikut dan mengaplikasikan dalam bentuk karya tari:
a) Anak dan Tradisi Keluarga
Merupakan tradisi keluarga terdahulu atau tradisi baru keluarga di masa pandemi.
Bagaimana anak-anak melakukan pembiasaan melihat, merespon, serta berimajinasi
tentang nilai-nilai tradisi keluarga di masa lalu, atau tradisi keluarga di masa pandemik.
Contoh: tradisi makan, tradisi bekerjasama, dan religiusitas dilakukan oleh tradisi
keluarga di dalam rumah.
b) Kepekaaan Anak terhadap lingkungan Sosial dalam kehidupan kesehariannya
Merupakan aktivitas dan kepedulian sosial yang di lakukan oleh anak-anak di dalam
kehidupan kesehariannya sebelum masa pandemi dan di masa pandemi. Bentuk respon
anak terhadap lingkungan sekitar sebelum masa pandemi dan di masa pandemi.
2) Materi
a) Materi gerak inspirasi dari tradisi lokal.
b) Materi kostum, properti tari sesuai dengan tema berdasarkan inspirasi kearifan lokal.
c) Musik iringan menggunakan flashdisk (disiapkan oleh peserta) dan di copy ke panitia
saat pendaftaran peserta.
d) Materi musik atau bunyi merupakan inspirasi kekayaan tradisi lokal.
3) Ketentuan
a) Peserta 3 orang, boleh putra/putri atau campuran.
b) Durasi maksimal 5 menit.
c) Menyerahkan Sinopsis : 1. Judul Karya, 2. Tema Karya. 3. Biodata Penari, 4. Pencipta
Penata Tari, 5. Sinposis penjelasan singkat Karya.
Sinopsis dibuat rangkap 3 (tiga).
4) Pakaian
a) Kostum tari, tata rias, dan penunjang lainnya disiapkan oleh peserta serta disesuaikan
dengan tema karya, dan usia peserta.
b) Properti tari (benda atau alat yang digunakan penari) tidak diperkenankan
menggunakan properti benda tajam, kecuali berupa imitasi yang terbuat dari bahan
lunak dan aman yang mendukung tema karya tari.
5) Aspek Penilaian:
a) Tema (penerapan inovasi dalam karya tari).
b) Koreografi (kreativitas pengembangan gerak, kesesuaian dengan tema, komposisi
ruang gerak dengan visual yang dihasilkan)
c) Penampilan, penyajian utuh/ performance. (penyampaian dan penghayatan penari,
kesesuaian musik tari, tata rias dan busana dengan tema karya)
d) Kreativitas
3) Pantomim
1) Peserta 2 orang, putra/putri atau campuran.
2) Tema: “TETAP SEMANGAT” (imajinasi anak tentang arti optimisme menyongsong
“INDONESIA PULIH LEBIH CEPAT”).
Keterangan: Tema lomba dapat dikembangkan sesuai kreativitas dan imajinasi
masing-masing peserta disesuaikan dengan situasi kondisi saat ini.
3) Musik iringan menggunakan flashdisk (disiapkan oleh peserta) dan di copy ke panitia
saat pendaftaran peserta.
4) Materi pantomim yang ditampilkan berakar pada budaya bangsa Indonesia dan tidak
menyinggung PARAS (Pornografi, Agama, Ras, Antar golongan, dan Suku).
5) Durasi maksimal 5 menit.
6) Pakaian :
a) Peserta menggunakan kostum yang berunsur tradisi daerah masing-masing atau
disesuaikan dengan tema penampilan.
b) Kostum dan make up pantomim disiapkan oleh peserta.
c) Tidak diperbolehkan menggunakan properti apapun.
7) Peserta mengirimkan sinopsis pada saat registrasi, dibuat rangkap 3 (tiga).
8) Aspek Penilaian :

4) Kriya Anyam
1. Tema
Kreasi inovatif - karya kriya anyam yang memadukan dengan tepat dan serasi antara
satu jenis serat alami bersama dengan satu jenis material industri, atau fabrikasi - yang
diolah dengan ketrampilan tertentu, ketekunan, serta ketelitian untuk menghasilkan
sebuah karya baru. Produk berupa anyaman bidang yang selanjutnya saling dipautkan
menjadi sebuah produk yang unik, dapat bermanfaat sebagai produk fungsional,
sekaligus memiliki nilai estetik.
2. Materi
Kriya merupakan ekspresi ungkap seni terapan dalam berkarya yang diproduksi dalam
jumlah terbatas. Pengolahan material dilakukan dengan teknik keterampilan dan
metode kerja dengan hasil yang lebih mengutamakan kreativitas secara eksploratif
untuk menghasilkan nilai guna tertentu, nilai keunikan, serta capaian nilai estetika.
Kriya Anyam adalah proses menjalin antar dua atau beberapa unsur material yang
berfungsi sebagai elemen lusi dan atau pakan, contoh :
Karya Kriya Anyam pada lomba ini dibuat menggunakan perpaduan antara material
alam (bambu, pandan, rotan, dan berbagai bahan serat alam lainnya) dengan material
industri (diantaranya : plastik, karet, tali rafia, tali plastik, karet ban dalam, karet ban
luar, bubble wrap, sedotan, cable tie, kabel, dlsb). Bahan bisa menggunakan limbah
atau bahan baru yang boleh dipilih. Kedua material disatupadukan dalam olahan
anyaman sesuai dengan tema produk yang sudah ditentukan. Masing-masing material
dapat berfungsi sebagai lusi dan atau pakan.
Bentuk karya Kriya Anyam berupa produk fungsional inovatif, memiliki nilai estetika,
dan orisinal, merupakan hasil eksplorasi atau pengolahan material yang optimal
meliputi karakteristik bahan, warna, serta tekstur, dengan teknik pengolahan anyaman
tertentu.
Pada bagian-bagian sambungan antar material - bila menggunakan alat perekat atau
paku, atau alat sambung lainnya, hendaknya ditutupi secara teknis dengan baik
menggunakan anyaman sehingga alat-alat bantu sambung tersebut tidak terlihat, rapi,
namun kuat.
Ketentuan ukuran karya maksimal sebagai berikut:
Panjang: ± 40 cm
Lebar: ± 40 cm
Tinggi: ± 40 cm
Keterangan tambahan:
Ukuran karya tersebut di atas boleh lebih kecil atau lebih besar sedikit disesuaikan
dengan proporsi produk karya yang dibuat.
3. Peserta
Peserta 1 orang putra atau putri.
4. Aspek Penilaian

5) Gambar Bercerita
1. Tema :
a) “Semangat dan kepedulian siswa-siswi Sekolah Dasar terhadap bencana alam yang
terjadi pada saat ini di lingkungan sekitar”
b) Gambarkan suasana semangat kebersamaan dan gotong royong dalam keadaan
tersebut.
c) Gambar tidak disekat.
d) Gambar tidak mengandung unsur SARA, Pornografi, Provokatif, dan Politik.
2. Bahan dan Alat
a) Kertas Gambar ukuran 29,7 x 42 cm (A3) (disediakan panitia)
b) Krayon
c) Pensil Warna
d) Spidol Gambar
e) Pensil, Penghapus, dan Peraut Pensil
3. Aspek Penilaian
a) Kesesuaian Tema dan Cerita. (±3-4 jam)
b) Wawasan/pengetahuan terkait dengan tema yang dipilih.
c) Kreativitas: ide dan mengelola menata seluruh aspek visual.
d) Prinsip estetik: komposisi, irama, kedalaman/dimensi, aksen.
Keterampilan menguasai unsur rupa: bentuk, warna, garis, dan bidang.
e) Penguasaan media/alat menggambar.

5. Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI)


1. Ngadongeng
a) Konsep yang digunakan dalam pasanggiri ngadongéng adalah niténan nu ngadongéng
‘menyimak pendongeng’ dan ngadéngékeun nu ngadongéng ‘mendengarkan
pendongeng’.
b) Materi dongeng yang dilombakan bebas berdasarkan hasil musyawarah di daerah
masing-masing.
c) Materi dongeng yang dipilih harus memperhatikan konvensi cerita dongeng, yaitu:
Jenjang SD: sasakala (legenda).
d) Selama tampil, peserta lomba ngadongéng harus tetap berdiri di tempat yang
disediakan oleh panitia.
e) Peserta hanya mengandalkan kekuatan vokal dan ekspresi, dan tidak diperkenankan
membawa atau menggunakan properti apapun.
f) Jika dalam materi dongeng yang dipilih terdapat bagian yang harus dinyanyikan,
peserta harus menyanyikan bagian tersebut dan akan menjadi bagian dari penilaian
dewan juri (girang pangajén).
g) Durasi waktu ngadongéng adalah 5-7 menit. Jika ada peserta yang belum selesai pada
waktu yang telah ditentukan, dewan juri berhak menghentikan penampilan peserta
(teknisnya diatur oleh panitia).
h) Aspek penilaian lomba mendongeng secara umum meliputi hal-hal sebagai berikut:

Aspek
No Penilaian
Indikator Bobot (%)

 Pilihan kata (diksi)


Aspek Bahasa  Gaya bahasa (rakitan basa) 40%
1  Kepaduan alur cerita dongeng
 Intonasi (lentong) dan pelafalan
 Penguasaan isi dongeng
2 Pemahaman Isi 35%
 Penghayatan dan penjiwaan
Aspek
Penampilan  Mimik dan gerak (gestur) 25%
3
(Ekspresi)  Gaya bercerita dan teknik vokal

2. Lomba Biantara
Dalam sebuah lomba berpidato, tentunya ada rambu-rambu atau ketentuan yang harus
diikuti oleh peserta lomba. Ketentuan itu dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut:
a) Saat lomba berlangsung, peserta tidak diperbolehkan membawa atau membaca
naskah.
b) Durasi waktu pidato (biantara) antara 5–7 menit dan jika ada peserta yang belum
selesai pada waktu yang telah ditentukan maka dewan juri berhak menghentikan
penampilan peserta.
c) Setiap peserta menyerahkan naskah biantara masing-masing sebanyak empat rangkap
untuk diserahkan kepada panitia (satu rangkap) dan dewan juri (tiga rangkap). Pada
naskah biantara tidak disebutkan nama dan asal kabupaten/kota, cukup disebutkan
nomor peserta saja.
d) Setiap peserta lomba berdiri di tempat yang telah disediakan panitia.
e) Peserta lomba biantara tidak meniru/mencontoh gaya Pildacil.
f) Isi biantara berkaitan dengan tema “Ngamumulé Basa Sunda”.
Aspek penilaian secara umum, meliputi beberapa hal berikut:
Aspek
No Indikator Bobot (%)
Penilaian

 Pilihan kata (diksi)


1 Aspek Bahasa  Gaya bahasa (rakitan basa) 30%
 Tata krama bahasa (undak-usuk basa)
 Intonasi (lentong) dan pelafalan

 Kesesuaian topik/tema dengan isi


 Substansi isi, aktualitas ide, dan keaslian
2 Pemahaman Isi gagasan 30%
 Penguasaan dan pemahaman isi
 Organisasi dan sistematika penyampaian isi

Aspek Penampilan
3 (Ekspresi)  Mimik dan gerak (gestur) 40%
 Gaya bercerita dan teknik vokal

100%

3. Lomba Maca Sajak


a) Peserta mengenakan pakaian sekolah.
b) Peserta tidak diperkenankan menggunakan perlengkapan/aksesoris atau properti apa
pun kecuali naskah/teks sajak.
c) Peserta tidak diperkenankan diiringi oleh musik.
d) Peserta harus menyebutkan dengan jelas judul sajak yang dibaca
serta nama pengarangnya.
e) Peserta hanya mendapatkan satu kesempatan tampil di tempat yang telah ditentukan
oleh panitia.
f) Peserta wajib membacakan satu sajak yang disediakan oleh panitia:

(1) “Indung jeung Anak” Karya Sayudi; (2) “Katiga” karya Yayat Héndayana;
SD (3) “Bumi Garing” karya Hadi AKS; (4) “Éta Saha” karya Nala Apsari

* Teks sajak di atas dapat dilihat pada lampiran petunjuk teknis ini.
g) Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator berikut ini.

No Aspek Penilaian Indikator Bobot


(%)

1 Tafsir Pemahaman isi 25%

 Artikulasi
2 Vokal  Dinamika 25%
 Tempo

3 Penghayatan Ketepatan struktur emosi 25%

 Penguasaan panggung
4 Penampilan 25%
 Kesatuan mimik (gestur)

100%

4. Nembang Pupuh
a) Pupuh yang dilombakan adalah pupuh buhun versi Mang Koko yang dibawakan
(ditembangkeun) oleh seorang peserta.
b) Setiap peserta hanya memilih satu pupuh yang disediakan oleh panitia sesuai dengan
setiap jenjang.
c) Peserta membawakan pupuh merdika dua rambahan (dua kali pengulangan) dan sekar
tandak dua rambahan (dua kali pengulangan).
d) Rumpaka lagu pokok pupuh yang berirama merdika menggunakan guguritan yang
ditulis oleh para guru, pelatih, sastrawan, atau kontingen dari masing-masing daerah
berdasarkan aturan pupuh yang akan dibawakan. Rumpaka sekar tandak pun ditulis
dan menyesuaikan dengan tema rumpaka lagu pokok. Khusus untuk rumpaka sekar
tandak versi Mang Koko yang tidak berupa pupuh sebaiknya menyesuaikan dengan
jumlah suku kata dalam setiap baris (padalisan) lagu sekar tandak. Rumpaka yang
akan dibawakan harus dikirim ke panitia dengan membubuhkan nama penulis
rumpaka tersebut sebagai pemegang hak cipta, selambat-lambatnya 14 hari sebelum
pelaksanaan FTBI di tingkat provinsi.
e) Peserta menggunakan pakaian tradisional Sunda yang tidak mengganggu gerak dan
penampilan siswa dalam membawakan lagu.
f) Pamirig (pengiring) dan waditra disediakan oleh panitia. Surupan yang digunakan
adalah 54.
g) Peserta bisa mendapatkan panduan arkuh dan minus one dari
Yayasan Cangkurileung Mang Koko.
h) Adapun pupuh yang dibawakan adalah sebagai berikut:

Jenjang SD
i) Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator berikut ini.

No Aspek Penilaian Indikator Bobot


(%)
 Artikulasi
1 Vokal  Teknik nembang 40%
 Pedotan

Penjiwaan isi rumpaka dan penjiwaan


2 Penghayatan 35%
musikalitas

 Mimik dan gerak (gestur)


3 Penampilan 25%
 Penguasaan panggung dan koreografi

100%

5. Lomba Maca jeung Nulis Aksara Sunda

a) Durasi menulis aksara Sunda adalah 20 (dua puluh) menit, sedangkan membaca aksara
Sunda adalah 2 (dua) menit.
b) Setiap peserta harus menyelesaikan pekerjaannya tidak melebihi waktu yang
disediakan.
c) Bentuk aksara Sunda yang dijadikan acuan untuk lomba ini adalah Aksara Sunda
Standar Unicode versi tahun 2013 (bentuk aksara terlampir pada modul).
d) Materi lomba, baik membaca maupun menulis, ditentukan oleh panitia pada saat
pelaksanaan lomba.
e) Materi “Maca Aksara Sunda” menggunakan media manual berupa cetakan (print out)
yang telah disesuaikan dengan durasi.
f) Pada pelaksanaan “Maca Aksara Sunda”, panitia menggunakan penanda waktu
(stopwatch) untuk menghitung durasi masing-masing peserta.
g) Materi “Nulis Aksara Sunda” mencakup hal-hal berikut:
1) Tulisan diterakan pada kertas polos putih dan bercap panitia.
2) Alat tulis menggunakan spidol yang disediakan oleh panitia dalam bentuk
standar dan tidak boleh diubah atau dimodifikasi.
h) Aspek penilaian secara umum meliputi beberapa indikator berikut ini:

No Aspek Penilaian Indikator Bobot


(%)
 Ketepatan membaca teks.
Membaca
1  Kecepatan membaca teks. 50%
Aksara Sunda
 Intonasi dan ekspresi membaca.

 Ketepatan bentuk tulisan


Menulis  Tipografi (kerapian
Aksara Sunda dan keseimbangan
2 50%
tulisan)
 Efektivitas (misalnya
dalam penggunaan
rarangkén).
100%

6. Lomba Ngarang Carita Pondok


a) Tema ditentukan oleh panitia pada saat lomba akan dimulai berupa stimulasi visual
(gambar).
b) Carpon merupakan karangan siswa dan tidak mengandung unsur plagiarisme, SARA,
dan pornografi.
c) Carpon ditulis menggunakan tangan dengan memperhatikan tingkat keterbacaan yang
baik dan tanda baca sesuai kaidah ejaan.
d) Carpon ditulis di kertas folio bergaris menggunakan pensil 2B yang disediakan oleh
panitia dengan panjang karangan maksimal 1 (satu) halaman folio bergaris untuk
jenjang SD dan 2 (dua) halaman folio bergaris untuk jenjang SMP.
e) Paragraf ditulis menjorok bukan rata kiri dan renggang antaralinea.
f) Durasi mengarang carpon maksimal 3 jam.
g) Carpon karangan siswa adalah fiksi hasil dari pengolahan imajinasi bukan sekadar
pengalaman sehari-hari atau catatan harian (diary).
h) Dalam mengarang siswa menggunakan kecap panganteb, kecap panganteur, dan kecap
bituna rasa secara proporsional sebagai upaya pemanfaatan kekayaan dan kekhasan
bahasa Sunda.
i) Penilaian lomba meliputi aspek-aspek berikut.

Aspek
No Indikator Bobot
Penilaian
(%)
 Proporsi ukuran huruf.
 Dapat dibaca dengan jelas
(menunjukkan tingkat keterbacaan
Teks dan yang baik).
1 30%
Bahasa  Penggunaan ejaan yang baik dan benar.
 Penggunaan kosakata dan struktur
bahasa Sunda yang baik.
 Panjang karangan sesuai
dengan ketentuan.
 Kesesuaian isi dengan tema.
 Orisinalitas karangan.
 Pengembangan gagasan.
2 Isi 70%
 Memenuhi unsur intrinsik cerita pendek.

100%
7. Lomba Ngabodor Sorangan (BORANGAN)
a) Peserta adalah siswa pada jenjang SD yang ditunjuk (mewakili) atau juara
borangan di tingkat kabupaten/kota.
b) Jumlah peserta dari tiap jenjang masing-masing dua orang, seorang siswa dan
seorang siswi.
c) Materi borangan semata-mata bukan dongeng lucu, tetapi cerita mengandung
kelucuan tentang kejadian yang sedang hangat (viral) di masyarakat.
d) Tema bebas, tidak mengandung unsur SARA, pornografi, dan ledekan
(moyok/ngékéak).
e) Materi yang dibawakan peserta adalah karya original dan baru, bisa karya guru atau
pihak lain.
f) Pakaian peserta disesuaikan dengan materi lomba, serta memperhatikan
adat dan kesopanan.
g) Durasi borangan antara 4-5 menit. Jika ada peserta yang belum selesai pada waktu
yang telah ditentukan, dewan juri berhak menghentikan penampilannya.
h) Penilaian lomba borangan meliputi aspek-aspek berikut ini.

Aspek Penilaian
No Indikator Bobot
(%)

Menggunakan bahasa Sunda yang baik


1 Bahasa 35%
dan benar.

 Lucu, tidak mengandung unsur


SARA, pornografi, dan
2 Materi 35%
ledekan.
 Sesuai dengan batas waktu (4—5
menit).
 Karya asli (original).
 Artikulasi (lentong)
3 Penampilan  Gerak anggota tubuh (rigig) 30%
 Gerak wajah (pasemon)

100%
VI. Rencana Anggaran Kegiatan
Rencana anggaran kegiatan ini dibebankan pada seluruh SD se-Kabupaten Cirebon melalui
Forum Kelompok Kerja Kepala Sekolah (FK3S).

VII. Penutup
Demikian proposal ini kami susun sebagai bahan acuan dan pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan yang telah direncanakan dan ditetapkan. Semoga kegiatan ini berjalan dengan baik dan
lancar.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
partisipasinya dalam penyusunan proposal ini.

Sumber, April 2023

Ketua FKKG Kab. Cirebon Sekretaris

AKHMAD MAKMUR, S.Pd,SD DEDI SUTARDI, S.Pd.


LAMPIRAN LOMBA MACA SAJAK JENJANG SD

karya Yayat
Héndayana

Kekebul jalan
haliber
katebak angin katiga
eunteup dina kaca toko
sawaréh arasup kana panon

Kekebul kota
sarila
katebak angin katiga
unggut-unggutan dina émpér
némbongkeun dampal leungeunna
ka sakur nu liwat

Kekebul jalan
jeung kekebul
kota
nu sareukseuk kana mata 1969
pada-pada miharep hujan silantang
pikeun dirina
LAMPIRAN LOMBA MACA SAJAK JENJANG SD

karya Hadi AKS

Bumi garing
tangkal dugul teu daunan
halodo teuing ku panjang
ngaduruk embun-embunan

Bumi garung
sato gering nahan lapar
sabab daun jujukutan
parérang di tanah angar

Bumi garing
gunung biru nu kulawu
ayeuna teuing ka mana
sirna ku leungeun manusa

Bumi gering
haté nguyung sedih kingkin
iraha rék aya hujan
nyiram bumi nu hanaang
LAMPIRAN LOMBA MACA SAJAK JENJANG SD

karya Nala
Apsari

Éta saha nu dibeungkeut masker


Naha sobat atawa dulur
Kabéh jadi samar

Éta saha nu numpi di bumi


Lila teu kaluar lantaran buni
Nyumput lantaran sieun ku virus
Hirup sapopoé teu kaurus

Éta saha dina warta


Ngantunkeun sabada virus tépa
Layonna teu meunang dijajap ka kubur
Cukup disérangkeun ku dulur-dulur

Éta saha nu kalah liar


Héy, ngampih bisi virus nular!
Aéh meureun manéhna butuh dahar
Kumaha lamun teu barangsiar

Éta saha nu keur ngalamun


Euleuh geuning kuring nu keur anteng
Nyawang kumaha pikahareupeun Mun
sasalad teu daék ilang
MATERI LOMBA (PASANGGIRI) BASA DAERAH CERBON

A. Materi Puisi Cerbonan

CIREBON PUSER BUMI


B. Teks Wewara

Sugeng siyang pemirsa,

Kula (.................................................................), badé maosaken Wewara siyang puniki.

Gubernur Propinsi Jawa Barat, Ridwan Kamil ngresmiaken Alun-alun Sangkala


Buwana Kasepuhan Cerbon, dinten Jemuah sonten, kaping sekawan sasih Pebruari taun
kalih ewu rolikur. Sedéréngé acara niku, Ridwan Kamil ugi ngresmiaken akses dalan
teng tapel wates Jawa Barat-Jawa Tengah dugi teng inggil kali Cisanggarung, yaniku
Jalan Kapten Piéré Téndéan, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon.

Angin lan jawoh ageng boten saged mbendung antusias warga Cerbon kanggé
tumut nyakseni peresmian alun-alun punika. Warga Carbon sami ngrasa bingah
merwata suta, sebab saniki sampun nggadahi alun-alun ingkang é nggal kalian nuansa
wangunan kados déné keraton.

Gubernur Jawa Barat, ingkang biasa akrab dipun sapa Kang Emil puniku,
ngungkapaken; sanésé kanggé wargi ugi masarakat umum, alun –alun Sangkala Buwana
ugi dipersembahaken kanggé almarhum Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat.

"Kula matur sembah lan kesuwun, khususé kanggé almarhum Sultan Sepuh XIV,
Pangeran Raaja Adipati Arief Natadiningrat. Kula pancén sampun janji prihal niki teng
wanci kang sampun krihin" ujaré Kang Emil.

Kang Emil nambahaken, yén tah revitalisasi alun-alun Sangkala Buwana sengaja
diwujudaken rupi nuansa keraton Cerbon, cumi sakedik polesan gaya moderené.
Menurut Kang Emil, alun-alun sing lokasié persis teng ajeng Keraton Kasepuhan lan
masjid Agug Sang Cipta Rasa, puniku pancén dirancang ngarah kerasa nilai sejarah
tenimbang unsur moderené.

“Teng riki pancén kedah kerasa kentel nilai lan kandungan sejarahé, aja mung
modéren baé. Dugi seniki, kula tresna lan peduli sejarah khususé bangunan pusaka rupa
keraton. Ayo pada ngunjungi keratin ning Cerbon, tapi kudu sadar lan inget, aja klalén
nganggo masker, wisuh, njaga jarak, lan tetep nerapaken protokol kesehatan ya….
Ambir kabéh tetep jagjag waluya, lan virus korona bubar tangkar nyingkir ilang, sing
jagat Cerbon, lunga sing Indonesia, ilang sing dunia“. Siji maning… Wong Cerbon kudu
inget, éling, sadar lan sabar, unggal pusaka warisan leluhur apa baé rupané, kudu
bareng-bareng njaga, dirawat, lan nglestariaken” ujaré kang Emil negesaken malih.

Sekait sareng punapa ingkang dipun tegesaken déning Kang Emil, Wali Kota
Cirebon Drs. Nasrudin Azis, S.H. nggambaraken, upami dugi teng alun-alun Sangkala
Buwana, pengunjung kaya-kayaé ngrasa lagi ana ning jero keraton, kaya jaman kerajaan.
Cobi mawon, teng unggal lawang mlebet wonten gerbang rupa bata abang khas keraton
Cerbonan. Lanjeng teng selebeté alun-alun, wonten ruang lan panggung tontonan
terbuka. Ingkang maksad kanggé pagelaran kesenian daerah uga kearipan lokal sanesé.
Teng iring wétan, khusus kanggé area gelar produk UMKM utawa Usaha Mikro, Kecil,
Menengah.

Sementawis niku, Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon, Pangeran Raja


Adipati Luqman Zulkaedin, ngucapaken sukur lan takjub wontené owahan alun-alun
ingkang tambih pengkuh, gagah, lan saé pisan.

"Pokoké luar biasa, alun-aluné kerén, indah, kentel sejarah, kesawangé aman,
tertib, adem lan nyaman. Owahan puniki minangka bukti kepedulian pemrintah,
khususé Mama Gubernur Jawa Barat Kang Ridwan Kamil ingkang gadah tekad lan cita-
cita kanggé nglestariaken keraton-keraton teng Cerbon. Mugia, pembaruan puniki
kathah paedah kanggé masarakat, saged ndongkrak kunjungan para pejiarah,
wisatawan, lan kegiatan ekonomi masyarakat” Mekaten Sultan Sepuh XV PRA. Luqman
Zulkaedin nandesaken.

Teng selebeté acara peresmian niku uga hadir tumut nyakseni tamu-tamu para
raja lan sultan se-nusantara.

Pemirsa,

Wewara siyang selajengé yaniku widang pendidikan.

Dinas Pendidikan Kabupaten Cerbon taksih dereng wantun nerapakan PTM utawa
Pembelajaran Tatap Muka 100 persen. Kanggé murid-murid Sekolah Dasar khususé,
taksih nerapaken PTM terbatas. Umpamane 50 persen. Hal puniki ditempuh demi
keslmetan para murid lan warga sekolah saking sumebaré covid-19.

Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar Drs. Heri Purnama, MM. nuturaken,
belajar cara tatap muka pancén penting kanggé murid-murid Sekolah Dasar, ananing
kesehatan lan keslametan jiwa langkung utama. Mila mekaten, kanggé nugel mata ranté
nyebaré virus corona, lan uga nangkal virus omicron, kanggé murid Sekolah Dasar
kedah divaksin krihin.

Prihal niku diaturaken dening Heri Purnama, nalika ndampingi kunjungan Komisi
IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Cerbon teng Sekolah Dasar
Negeri 2 Pabedilankaler Kecamatan Pabedilan, dinten Jumat, ingkang sampun keliwat.

Selajenge, mama Herri Purnama matur ngucap, pihak Disdik ngraos priatin, upami
taksih wonten guru boten junun nggunakaken waktu blajar lan mulang teng sekolahan.
Tetep sumanget ngadepi punapa mawon. Setunggal kuncine, yaiku netepi ketentuan lan
aturan.

“Jajaran Pemerintah Kabupaten Cerbon taksih terus waspada, teliti, lan ngati-ati
sederengé netepaken dibuka malih PTM 100 persen kanggé murid-murid teng
Kabupaten Cerbon, lantaran kedah konsentrasi krihin upaya kanggé ngutamakaken
keslametan jiwa” ujar Kabid PSD Drs. Heri Purnama, MM.
Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Cerbon ngarepaken dukungan lan bantuan
saking para guru, kepala sekolah, komite sekolah, tiyang sepuh, walimurid, uga sedaya
warga masarakat, perihal vaksinasi kanggé lare-lare SD.

“Disdik terus kordinasi kaliyan Satgas Gugus Covid-19 sekait kebijakan pola belajar
mengajar. Wondéné PTM masih diterapaken, temtu kedah diterapaken protokol
kesehatan ingkang langkung ketat malih. Sebab dedasar saking Instruksi Menteri Dalam
Negeri (Inmendagri) Republik Indonesia nuduhaken yén tah wilayah Kabupaten
Cirebon taksih status PPKM utawa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
level 1 utawa 2, niku uga taksih gonjang-ganjing lan déré ng ajeg. Mila mekaten kudu
pada iktiar lan dedonga nyuwun pituduh lan pasrah sumerah maring Kuwasané Gusti
Allah” ucapé Kabid PSD.

Mekaten, wewara siyang puniki.


Matur suwun
Kula (…………………………………………………………………..)

***()***
C. Contoh Materi Dongeng Basa Cerbon:

Crita Sejarah Kabupaten Cirebon

Ngawiti crita sejarah puniki ingkang minangka Purwadaksina, Purwa Kawitan


Daksina Kawekasan. Keceluk ana sawiji kerajaan gede mentereng ning iring kulon Pulo
Jawa. Yaiku Pakuan Pajajaran sing pancen Gemah Ripah Repeh Rapih Loh Jinawi, Subur
Kang Sarwa Tinandur Murah Kang Sarwa Tinuku, Kaloka Murah Sandang Pangan Lan
Aman Tentrem Kawontenanipun.

Ingkang minangka rajanipun inggih punika Raja Dewata, ingkang kagungan gelar
Raja Agung, punjuling papak, ugi sakti madraguna, teguh totosané bojona kulit mboten
tedas tapak palunéng pandé. Dihormati, diajéni disanjung puja samudaya rakyat uga
diwedéni dening musuh-musuhé.

Raja Jaya Dewata sumanding kaliyan Nyai Subang Larang. Diparingi anak telu. Loro
lanang lan siji wadon. Yaiku sing pembarep kesebut Pangeran Walangsungsang lair taun
1423 Masehi. Lajeng Nyai Lara Santang lair taun 1426. Putra minangka pembucil yaiku
Raja Sengara lair taun 1428 Masehi.

Dicritakaken, taun 1442, Pangeran Walangsungsang pikrama kalian Nyai Endang


Geulis Putri Ki Gedheng Danu Warsih saking Pertapaan Gunung Mara Api.

Pasangan garwa kang wis keiket dumadi sawiji soma iku, manggon ning pirang-
pirang petapaan, kaya dene petapaan Ciangkup, desa Panongan Sedong, petapaan
Gunung Kumbang ning wewengkon Tegal, lan petapaan Gunung Cangak ning Desa
Mundu Mesigit. Kaping pungkasan yaiku ning Gunung Amparan Jati. Ning kono, ketemu
Syekh Datuk Kahfi muasal saking Kerajaan Parsi. Kiyambeke minangka sawiji Guru
Agama Islam kang luhur elmu lan agung mulya budi pekertine.

Pangeran Walangsungsang kelawan rayine yaiku Nyai Lara Santang uga estrinipun,
Nyai Endang Geulis, samya maguru elmu agama Islam ning Syekh Nur Jati, lajeng
meneng tumetep kelayan Ki Gedheng Danusela, sing boten sanes yaniku rayinipun Ki
Gedheng Danuwarsih. Dening Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang disukani wasta
anyar, yaniku Somadullah, seteruse dikongkon mbuka wana ning pesisir iring wetan
kidul Gunung Jati (baka sekiyen sih yaiku Lemahwungkuk). Awit wanci iku mula anane
Dukuh Tegal Alang-Alang, terus dipai aran Desa Caruban. Desa iki saya lawas saya rame,
akeh wong sing teka lan jumeneng ning Desa Caruban. Utamane kanggo tujuan dagang,
guna tani, lan nelayan.

Ki Danusela utawa Ki Gedheng Alang-Alang, dening rayat desa dipilih dadi kuwu
kang pertama. Taun 1447 Masehi, Ki Danusela ninggal. Seteruse diganti Pangeran
Walangsungsang minangka Kuwu Carbon II ingkang gelar Pangeran Cakrabuwana. Ing
atase fatwa lan pituduh saking Syekh Nur Jati, Pangeran Walangsungsang lan Nyai Lara
Santang munggah haji ning Tanah Suci Mekah. Pangeran Walangsungsang olih aran
gelar kaji yaiku Haji Abdullah Iman. Ingkang rayi, yaniku Nyai Lara Santang uga angsal
gelar Hajah Sarifah Mudaim.
Seteruse, Hajah Sarifah Mudaim pikrama kaliyan Raja Mesir ingkang wasta Syarif
Abullah. Saking rumahtangga puniku diparingi putra kalih, yaiku Syarif Hidayatullah lan
Syarif Nurullah.

Wangsul saking tanah Suci Mekah, Pangeran Cakrabuwana mbangun Tajug kaliyan
umah gedong kang kesebut aran Jelagrahan. Seteruse dikembangkan dadi Keraton
Pakungwati (Keraton Kasepuhan). Sing minangka panggonan jumeneng bareng Putri
Kinasih Nyai Pakungwati. Sesampune Eyang Pangeran Cakrabuwana Jumajan Jati seda,
Keratuan ning Singapura ora nana sing nerusaken (Singapura, + 14 Km belah Lor
Pesarean Sunan Gunung Jati), namung banda kaya tetinggalan pusaka dienggo mbangun
Keraton Pakungwati, uga maujudaken wadyabala prejurit ingkang nami Dalem Agung
Nyi Mas Pakungwati.

Akhire Sang Prabu Siliwangi ngutus Tumenggung Jagabaya lan Raja Sengara (rayi
Pangeran Walangsungsang), ngangkat Pangeran Carkrabuwana dadi Tumenggung
kelayan Gelar Sri Mangana.

Taun 1470 Masehi Syarif Hiyatullah, sesampune maguru ing Mekah, Bagdad,
Campa, lan Samudra Pasai, marek teka ning Pulau Jawa. Awale teka ning Banten, terus
ning Jawa Timur lan tumut urun rembug musyawarah kalian para wali kang dipimpin
dening Sunan Ampel. Musyawarah iku mutusaken sawiji lembaga sing tugas pokoke
nyebaraken Agama Islam ning Tanah Jawa, lembaga niku densebut Wali Sanga.

Minangka salah sawiji anggota Wali Sanga, Syarif Hidayatullah silaturahim ning
tanah Carbon klawan maksud nemoni Uwane, yaiku Tumenggung Sri Mangana
(Pangeran Walangsungsang), kanggo maksud ngajar lan nyiaraken Agama Islam ning
wewengkon Carbon lan sebunderane. Mila niku lajeng dibangun padepokan sing diarani
Pekikiran (ning Gunung Sembung).

Sawise Sunan Ampel seda, yaiku taun 1478 Masehi, sejerone musyawarah Wali
Sanga ning Tuban, Syarif Hidayatullah didaulat kanggo ngenteni dadi pimpinan Wali
Sanga. Akhire pusat kegiatan Wali Sanga dipindahaken sing Tuban ngalih ning Gunung
Sembung-Carbon, keceluk aran puser bumi minangka pusat kegiatan keagamaan. Sing
minangka dadi pusat pemrentahan Kesulatan Cirebon yaiku ning Keraton Pakungwati
sing disebut Gerage.

Wanci taun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah kang kesohor asma Pangeran Sunan
Gunung Jati pikrama angsal jodoh kaliyan Nyi Mas Pakungwati Putri Pangeran
Cakrabuwana saking Nyai Mas Endang Geulis. Awit wanci puniku, Pangeran Syarif
Hidayatullah dinobataken minangka Sultan Carbon I lajeng jumeneng tumetep teng
Kraton Pakungwati.

Wis dadi lumrahe, Pangeran Cakrabuwana taat ngirim upeti ning Pakuan
Pajajaran. Nanging, taun 1482 Masehi sesampune Syarif Hidayatullah dinobataken dadi
Sultan Carbon, Syarif Hidayatullah gawe maklumat ning Raja Pakuan Pajajaran Prabu
Siliwangi; Yen Cerbon ora bakal ngirim upeti maning. Lantaran Kesultanan Cerbon wis
dadi nagari merdeka. Dudu mung bab kuwen bae, Syarif Hidayatullah lan Wali Sanga tan
ora bosen nyuwun Raja Pajajaran rela mlebu nganut Agama Islam. Namung angger bli
gelem. Bab iku uga sing dadi sebab Syarif Hidayatullah negesaken yen Cerbon sawiji
Negara Merdeka, ucul saking kekuasaan Pakuan Pajajaran.

Kedadian merdeka Nagari Cerbon metu saking kekuasaan Pajajaran iku, dicatet
sejarah yen tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang
Sakakala, netepi tanggal 12 Shafar 887 Hijiriah atawa 2 April 1482 Masehi minangka
wanci ambal warsa (hari jadi) Kabupaten Cirebon. Mila niku, unggal tanggal 2 April
ditetepaken lan dirayaaken ulang taune Cerbon kabupaten. )***
Dirujuk saking situs resmi pemkab cirebon-https://www.cirebonkab.go.id

Anda mungkin juga menyukai