Agung Adiputra MBK PDF
Agung Adiputra MBK PDF
AGUNG ADIPUTRA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ii
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
1. PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Kerangka Pikir 3
2. TINJAUAN PUSTAKA 5
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut 5
Pemetaan Bencana Kebakaran Hutan 7
Penilaian Kerentanan (vulnerability) 7
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 8
3. METODE 9
Lokasi Penelitian 9
Bahan dan Alat 9
Jenis dan Sumber Data 10
Teknik Pengumpulan Data 11
Teknik Analisis Data 11
Diagram Alir Penelitian 17
Jadwal Penelitian 17
Rencana Anggaran Penelitian 17
DAFTAR PUSTAKA 19
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. PENDAHULUAN
Latar belakang
lingkungan hidup provinsi riau 2014, luas lahan gambut di Riau yang mencapai
4,04 juta hektare yang terluas terdapat di Pulau Bengkalis. Sekitar 56 persen total
lahan gambut di Pulau Bengkalis mengalami kebakaran hampir setiap tahun.
Sekitar 543,786 jiwa total penduduk di pulau Bengkalis sebagian diantara-
nya rentan terpapar bencana asap dari kebakaran hutan dan lahan gambut.
Untuk mengurangi resiko bencana kebakaran hutan dan lahan gambut
diperlukan arahan mitigasi bencana sebagai lambah preventif. Pemetaan ancaman
dan bahaya kebakaran hutan dan lahan serta menghitung kerentanan merupakan
bentuk usaha pengurangan risiko bencana kebakaran hutan dan lahan. Oleh
karena itu, diperlukan penelitian untuk mendapatkan analisis bahaya, risiko dan
pemetaan kerentanan bencana guna mengurangi risiko akibat bencana kebakaran
hutan dan lahan gambut di pulau Bengkalis Provinsi Riau.
Rumusan Masalah
Kasus kebakaran hutan dan lahan gambut di Pulau Bengkalis Provinsi Riau
terjadi hampir setiap tahun. Penanggulangan kebakaran yang lebih sulit pada
lahan gambut dibandingkan kebakaran yang terjadi pada lahan kering.
Penanggulangan dapat dilakukan dengan cara pengurangan risiko yang dihasilkan
dari kebakaran hutan dan lahan seperti, pengamatan hotspot menggunakan citra
penginderaan jauh dan pembuatan zonasi kerawanan kebakaran mengetahui areal
mana saja yang mudah terjadi kebakaran. Kerentanan yang terjadi oleh asap dan
kerugian lain akibat kebakaran hutan dan lahan gambut dapat direduksi. Maka
masalah dalam penelitian ini adalah ancaman dan bahaya kebakaran hutan dan
lahan gambut di Pulau Bengkalis provinsi Riau, sehingga kerugian sebagai
dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dapat diperhitungkan.
Selanjutnya dapat diperhitungkan daerah terpapar dan kerentanan terhadap
bencana kebakaran hutan dan lahan gambut di Pulau Bengkalis Provinsi Riau.
Pemetaan ancaman dan bahaya kebakaran hutan dan lahan serta menghitung
kerentanan merupakan bentuk usaha pengurangan risiko bencana kebakaran hutan
dan lahan.
Untuk mengurangi resiko bencana kebakaran hutan dan lahan gambut
diperlukan arahan mitigasi bencana sebagai langkah preventif. Pemetaan ancaman
dan bahaya kebakaran hutan dan lahan serta menghitung kerentanan merupakan
bentuk usaha pengurangan risiko bencana kebakaran hutan dan lahan. Oleh karena
itu, diperlukan penelitian untuk mendapatkan analisis bahaya, risiko dan pemetaan
kerentanan bencana guna mengurangi risiko akibat bencana kebakaran hutan dan
lahan gambut di pulau Bengkalis Provinsi Riau.
Dalam penelitian ini memunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana kerawanan kebakaran lahan gambut di Pulau Bengkalis ?
3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi elemen risiko bencana kebakaran lahan gambut Pulau
Bengkalis.
2. Memprediksi nilai kerentanan bencana meliputi kerentanan fisik, social,
ekonomi dan lingkungan di Pulau Bengkalis.
3. Membuat arahan usaha pengurangan resiko bencana kebakaran lahan gambut
yang sesuai di pulau Bengkalis.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan
bagi pemerintah terhadap perumusan kebijakan pengurangan risiko bencana
kebakaran hutan dan lahan gambut di Pulau Bengkalis. Hasil analisis kerentanan
bencana diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu pemerintah dan
masyarakat di Pulau Bengkalis dalam mengidentifikasi tindakan yang diperlukan
untuk melakukan mitigasi kebakaran hutan dan lahan gambut dan pengurangan
risiko bencana.
Kerangka Pikir
Menurut kementerian Kehutanan, keakaran hutan adalah suatu keadaan
dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil
hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan.
Kebakaran terjadi secara rutin di Indonesia, terutama pada lahan gambut.
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api
membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan (misalnya: serasah,
pepohonan, semak, dll), kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di
bawah permukaan (ground fire), membakar bahan organik melalui pori-pori
gambut dan melalui akar semak belukar/pohon yang bagian atasnya terbakar
(Kornita 2016). Kebakaran hutan dan lahan di Riau, khususnya pada lahan
gambut di pulau Bengkalis, merupakan suatu permasalahan yang kompleks.
Kebakaran yang terjadi di lahan gambut dikategorikan sebagai ground fire.
Kebakaran yang banyak terjadi di lahan gambut menyebabkan kerentanan
gangguan kesehatan, ispa, terganggunya aktifitas transportasi, tergangggunya
aktifitas ekonomi masyarakat dengan menghitung kelas kerentanan.
4
PERHITUNGAN KERENTANAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
ground fire (kebakaran bawah permukaan). Tipe kebakaran ini adalah menjalar
secara tidak terprediksi dan lambat karena tidak dipengaruhi oleh angin, dan
terkadang sulit dipastikan kejadiannya jika tidak muncul tanda-tanda kebakaran
di permukaan. Kebakaran pada lahan gambut tidak hanya membakar biomassa di
atas permukaan gambut, namun juga biomassa yang berada di bawah permukaan.
Panas akibat terbakarnya biomassa permukaan, akan menjalar ke gambut,
mengeringkan permukaan gambut, sekaligus membakar gambut tersebut.
Selanjutnya api akan menjalar di permukaan dan bawah permukaan gambut.
Kebakaran di lahan gambut hanya dapat dipadamkan jika seluruh bagian dari
gambut yang terbakar, tergenangi oleh air. Namun untuk melakukan itu,
diperlukan jumlah air yang sangat banyak misalnya dari hujan yang sangat deras.
Mayoritas penyebab kebakaran hutan dan lahan gambut adalah akibat ulah
manusia, baik yang sengaja melakukan pembakaran ataupun akibat kelalaian
dalam menggunakan api. Hal ini didukung oleh kondisi-kondisi tertentu yang
membuat rawan terjadinya kebakaran, seperti gejala El Nino, kondisi fisik
gambut yang terdegradasi dan rendahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Penyebab kebakaran oleh manusia. Kebakaran yang disebabkan oleh api yang
berasal dari pembakaran vegetasi yang disengaja tetapi tidak dikendalikan pada
saat kegiatan, misalnya dalam pembukaan areal pembakaran semak belukar yang
menghalangi akses mereka dalam pemanfaatan sumber daya alam serta
pembuatan api untuk memasak oleh para penebang liar dan pencari ikan di dalam
hutan. Keteledoran mereka dalam memadamkan api dapat menimbulkan
kebakaran.
yang disebabkan oleh marabahaya, dalam konteks yang lebih luas dari
pembangunan yang berkelanjutan. Istilah "Managemen Pengurangan Resiko
Bencana sering digunakan dalam konteks dan arti yang sama; pendekatan
sistematis, untuk mengindentifikasi, mengevaluasi dan mengurangi segala resiko
yang berkaitan dengan malapetaka (marabahaya) dan kegiatan manusia. Sangat
layak diterapkan operasional PRB; Implementasi praktis dari inisiatif PRB.
3. METODE
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis,
Provinsi Riau yang terdiri dari 2 kecamatan yakni kecamatan Bengkalis dan
kecamatan Bantan. Pada gambar 3 ditampilkan peta lokasi penelitian Pulau
Bengkalis, Kabupaten Bengkalis.
Tahap 2 : (Klasifikasi)
Klasifikasi tiap variabel penelitian dilakukan sebagai bentuk
pengelompokkan berdasarkan persamaan-persamaan ciri, dan pola
penyebarannya. Untuk mempermudah dalam menentukan tingkat ancaman
dilakukan dengan menggunakan skor, dimana semakin besar nilai skor maka
semakin tinggi ancamannya. Setiap jenis bencana mempunyai parameter yang
berbeda sesuai relevansinya. Penilaian potensi dibagi menjadi tiga kelas yaitu,
rendah, sedang dan tinggi. Skoring untuk setiap kelas adalah 1 untuk potensi
rendah, 3 untuk sedang dan 5 untuk potensi tinggi. Demikian pula untuk
parameter lainnya
12
a. Kerentanan Fisik
Kerentanan fisik terdiri dari parameter rumah, fasilitas umum dan fasilitas
kritis. Jumlah nilai rupiah rumah, fasilitas umum, dan fasilitas kritis
dihitung berdasarkan kelas bahaya di area yang terdampak. Distribusi
spasial nilai rupiah untuk parameter rumah dan fasilitas umum dianalisis
berdasarkan sebaran wilayah pemukiman seperti yang dilakukan untuk
analisis kerentanan sosial. Masing-masing parameter dianalisis dengan
menggunakan metode skoring sesuai Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
untuk memperoleh nilai skor kerentanan fisik seperti pada tabel 2 dan
digambarkan pada gambar 4.
b. Kerentanan Sosial
Kerentanan sosial terdiri dari parameter kepadatan penduduk dan
kelompok rentan. Kelompok rentan terdiri dari rasio jenis kelamin, rasio
kelompok umur rentan, rasio penduduk miskin, dan rasio penduduk cacat.
Secara spasial, masing-masing nilai parameter didistribusikan di wilayah
pemukiman per desa/kelurahan dalam bentuk grid raster (piksel)
berdasarkan acuan data WorldPop atau metode dasimetrik yang telah
berkembang. Setiap piksel merepresentasikan nilai parameter sosial
(jumlah jiwa) di seluruh wilayah pemukiman. Pendistribusian nilai
parameter sosial dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut
(Khomaruddin et al., 2010):
Dimana:
Xd adalah jumlah populasi di dalam unit administrasi;
Pi adalah jumlah populasi di dalam pemukiman ke-i;
Pij adalah jumlah populasi di polygon ke-j di dalam
pemukiman ke-i;
Sij adalah polygon ke-j di dalam pemukiman ke-i
didalam unit administrasi;
n adalah jumlah polygon di dalam pemukiman didalam
unit administrasi
14
c. Kerentanan Ekonomi
Kerentanan ekonomi terdiri dari parameter konstribusi PDRB dan lahan
produktif. Nilai rupiah lahan produktif dihitung berdasarkan nilai
konstribusi PDRB pada sektor yang berhubungan dengan lahan produktif
(seperti sektor pertanian) yang dapat diklasifikasikan berdasarkan data
penggunaan lahan. Nilai rupiah untuk parameter ekonomi dihitung
berdasarkan persamaan berikut:
Dimana:
RLPi : nilai rupiah lahan produktif kelas penggunaan lahan ke-i di tingkat
Desa/Kelurahan
PLPtot-i : nilai total rupiah lahan produktif berdasarkannilai rupiah sektor ke-i di
tingkat Kabupaten/Kota
LLPtot-i : luas total lahan produktif ke-i di tingkat Kabupaten/Kota
15
Reklasifikasi
Pentupan/Penggunaan Lahan Lahan Produktif
Hutan tanaman industri (HTI) Kehutanan
Perkebunan Perkebunan
Pertanian Lahan Kering
Tanaman Pangan
Sawah
Pertambangan Pertambangan
Lainya Nonproduktif
Bobot Kelas
Parameter
(%) Rendah Sedang Tinggi
Lahan Produktif 60 < 20 ha 20 - 50 ha > 50 ha
PDRB 40 < 25 ha 25 - 75 ha > 75 ha
d. Kerentanan Lingkungan
Kerentanan lingkungan terdiri dari parameter hutan lindung, hutan alam,
hutan bakau/mangrove, semak belukar, dan rawa. Setiap parameter dapat
diidentifikasi menggunakan data tutupan lahan. Masing-masing parameter
dianalisis dengan menggunakan metode skoring sesuai Perka BNPB No. 2
Tahun 2012 untuk memperoleh nilai skor kerentanan lingkungan seperti
ditunjukan pada tabel 6 dan diskemakan pada gambar 7.
Kelas
Parameter Skor
Rendah Sedang Tinggi
Hutan Lindung < 20 ha 20 - 50 ha > 50 ha
Hutan Alam < 25 ha 25 - 75 ha > 75 ha
Kelas/Nilai
Hutan Bakau / Mangrove < 10 ha 10 - 30 ha > 30 ha
Maksimum kelas
Semak Belukar < 10 ha 10 - 30 ha > 30 ha
Rawa < 5 ha 5 - 20 ha > 20 ha
Alur dalam penelitian ini dimulai dari pengumpulan data hingga analisis
yang menghasilkan arahan usaha pengurangan dijelaskan pada gambar 8.
Jadwal Penelitian
Penelitian ini membutuhkan perencanaan dalam bentuk jadwal kegiatan.
Sehingga penelitian dapat berjalan dengan progres yang terarah dan mencapai
target yang diinginkan. Berikut jadwal pelaksanaan penelitian pada Tabel 7.
Alokasi waktu
NO. Tahapan penelitian Jul-16 Agt-16 Sep-16 Okt-16 Nov-16 Des-16 Jan-17
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
Sidang komisioner pra
2
seminar
3 Kolokium
4 Pengesahan Proposal
5 Pengumpulan data
6 Pengolahan data
7 Penyusunan Hasil
Sidang komisioner pra
8
seminar
9 Publikasi Jurnal
10 Seminar Hasil
11 Perbaikan
12 Ujian Tesis
Perbaikan dan
13
Pencetakan Tesis
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2002. Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID):
Gajah Mada University Press.
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2015. Laporan Harian Posko
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Jakarta (ID) : BNPB.
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2007. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta
(ID) : BNPB.
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 12 tahun 2012. Jakarta (ID) :
BNPB.
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2015. Data Informasi Bencana
Indonesia 2015 [Internet]. Tersedia pada http://dibi.bnpb.go.id/ .
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. Menjaga Asa Bebas Asap.
Jakarta (ID) : BNPB.
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. Resiko Bencana Indonesia.
Jakarta (ID) : BNPB.
[KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 2015.
Inventarisasi dan Pemetaan Karakteristik Ekosistem Gambut di Kesatuan
Hidrologi Gambut (KHG) Pulau Bengkalis, Provinsi Riau. Jakarta (ID) :
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
[PMI] Palang Merah Indonesia. 2009. Disaster in Indonesia 2009. Jakarta (ID) : PMI.
[WII] Wetlands International-Indonesia Programme (2004). Seri Pengelolaaan Hutan
dan Lahan Gambut : Strategi Pencegahan Kebakaran Hutan dan lahan
Gambut. Riau (ID) : Wetlands International-Indonesia Programme.
Adinugroho, W.C., I.N. Suryadiputra, B.H. Saharjo, L. Siboro. 2005. Panduan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Bogor (ID): Proyek
Climate Change, Forest and Peatland in Indonesia, Weatland International
Indonesia Programme and Wildfire Habitat Canada.
Agus F. Subiksa. 2008. Lahan Gambut : Potensi untuk Pertanian dan Aspek
Lingkungan. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah, World Agroforestry Center
(ICRAF)..
Akurnain. 2005. Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut : Karakteristik dan
Penanganannya. Jakarta (ID).
Arianti, I. 2006. Pemodelan Tingkat Dan Zona Kerawanan Kebakaran Hutan dan
Lahan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Sub Das Kapuas Tengah
Propinsi Kalimantan Barat.[Tesis]. Bogor (ID): PS IPB.
Arronof, S. 1998. Geographic Information System: A Management Perpective.
Ottawa (CA) : WDL Publication.
Artur, M.A.G. 1986. Weather and Grassland Fire Behaviour.. Leaflet No.100.
Camberra (AU): Forestry and Timber Bureau
20