PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang kelainan organ genetalia pada pria atau pun wanita.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui
b. Untuk mendapat informasi tentang macam-macam penyakit yang dapat menyerang
organ genetalia.
c. Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit endometris, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan rasional.
2
\
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Endometriosis
4
7. Kanker Cerviks (Mulut Rahim)
Gangguan ini dialami oleh wanita. Kanker leher rahim adalah kanker yang
menyerang leher rahim perempuan melalui tahap-tahap pra-kanker (displasia
ringan), displasia berat, kanker yang belum menyebar dan kanker yang akan
menyebar. Pada stadium lanjut, kanker ini memiliki gejala pendarahan setelah
senggama, pendarahan setelah menopouse dan keputihan atau keluar cairan
kekuningkuningan, berbau dan bercampur dengan darah.
8. Kanker Payudara
Penyakit ini juga rentan menyerang wanita. Seorang wanita yang tidak pernah
menyusui besar kemungkinan dapat menderita penyakit ini.
9. Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker yang menyerang indung telur kiri atau kanan, atau
kedua-duanya. Kanker indung telur biasanya menyerang perempuan yang sudah
menopouse (berumur 50 tahun ke atas).
10. Hamil Anggur (Mola Hidalidosa)
Hamil anggur merupakan suatu kehamilan yang tidak berisi janin, tetapi berisi
gelembunggelembung mola dan bekuan darah. Hamil anggur dapat menyebabkan
kesakitan atau kematian karena pendarahan, tembusnya dinding rahim oleh proses
mola dan infeksi.
11. Kanker Prostat
5
Kanker prostat adalah kanker yang menyerang kelenjar prostat pada pria. Kanker
ini menyebabkan sel-sel dalam kelenjar prostat tumbuh abnormal dan tidak
terkendali. Kanker prostat biasanya menyerang pria usia 60 tahun ke atas.
12. Condiloma Accuminata
Penyakit condiloma accuminata disebabkan oleh virus Human papilloma.
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya kutil yang dapat membesar dan akhirnya
dapat menimbulkan kanker mulut rahim.
peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil.
Penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum, atau virus
herpes.
6
4. Prostatitis,
7
Orkitis, merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika
terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
7. Impotensi
Kelainan ini dialami oleh laki-laki, yaitu suatu keadaan penis yang tidak dapat
melakukan ereksi (tegang), sehingga sulit untuk melakukan kopulasi (fertilisasi).
Biasanya impotensi disebabkan oleh faktor hormonal, yaitu terhambatnya fungsi
hormon reproduksi, bisa juga disebabkan oleh faktor psikologis atau emosional
seseorang.
8. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, penyakit ini dapat ditularkan
melalui hubungan seksual, transfusi darah, atau luka mikroskopis.
8
9. Gonorhoe (kencing nanah)
9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRIS
Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
- Malaise, letargi.
- Kelelahan/keletihan yang terus menerus.
2. Sirkulasi
- Takikardi.
3. Eliminasi
- Diare mungkin ada.
- Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
4. Integritas ego
- Ansietas jelas (poritunitis).
5. Makanan atau cairan
- Anoreksia, mual/muntah.
- Haus, membran mukosa kering.
- Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis).
6. Neurosensori
- Sakit kepala.
7. Nyeri/ketidaknyamanan.
- Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen.
- Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri tekan.
- Nyeri/kekakuan abdomen.
8. Pernapasan
- Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik).
9. Keamanan
- Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar 24 jam pascapartum.
- Demam ringan.
- Menggigil.
- Infeksi sebelumnya.
- Pemajanan lingkungan.
10. Seksualitas
- Pecah ketuban dini/lama, persalinan lama.
- Hemorargi pascapartum.
10
- Tepi insisi: kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase purulen.
- Subinvolusi uterus mungkin ada.
- Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau, banyak/berlebihan.
11. Interaksi sosial
- Status sosio ekonomi rendah.
Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah sel darah putih: normal/tinggi.
Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat meningkat pada adanya infeksi.
Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia.
Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus/intraservikal drainase luka/pewarnaan gram
dari lokhia servik dan uterus: mengidentifikasi organisme penyebab.
Urinalisis dan kultur: mengesampingkan infeksi saluran kemih.
Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan,
melokalisasi abses peritoneum. Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokasI nyeri
pelvis,massa, pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis.
Bakteriologi: spesimen darah, urin dikirim ke laboratorium bakteriologi untuk
pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan sensitifitas antibiotik. Organisme
yang sering diisolasi dari darah pasien dengan endometritis setelah seksio
sesarea adalah peptokokus, enterokokus, clostridium, bakterioles fragilis,
Escherechia coli, Streptococcus beta hemilitikus, stafilokokus koagulase-positif,
mikrokokus, proteus, klebsiela dan streptokokus viridans (Di Zerega).
Kecepatan sedimentasi eritrosit:
Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderung meningkat selama
kehamilan maupun selama infeksi.
Foto abdomen
Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis klostridia.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak
adekuat.
3. Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
11
Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan I:
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Intervensi:
a. Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum dan pascapartum.
b. Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung.
c. Berikan dan instruksikan klien dalam hal pembuangan linen terkontaminasi.
d. Demonstrasikan massase fundus yang tepat.
e. Pantau suhu, nadi, pernapasan.
f. Observasi/catat tanda infeksi lain.
g. Pantau masukan oral/parenteral.
h. Anjurkan posisi semi fowler.
i. Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki dan dada.
j. Anjurkan ibu bahwa menyusui secara periodik memeriksa mulut bayi terhadap adanya
bercak putih.
k. Kolaborasi dengan medis.
2. Diagnosa Keperawatan II:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang
tidak adekuat.
Intervensi:
a. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila masukan oral
dibatasi.
b. Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari jus, sup dan cairan nutrisi lain. - Anjurkan
tidur/istirahat adekuat.
c. Kolaborasi dengan medis.
- Berikan cairan/nutrisi parenteral, sesuai indikasi. Berikan parenteral zat besi dan atau
vitamin sesuai indikasi.
-Bantu penempatan selang nasogastrik dan Miller Abbot.
3. Diagnosa Keperawatan III:
Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi.
Intervensi:
12
a. Kaji lokasi dan sifat ketidakmampuan/nyeri.
b. Berikan instruksi mengenai membantu mempertahankan kebersihan dan kehangatan.
c. Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi.
d. Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan.
e. Kolaborasi dengan medis:
- Berikan analgesik/antibiotik.
-Berkan kompres panas lokal dengan menggunakan lampu pemanas/rendam
duduk sesuai indikasi.
EVALUASI
1. Diagnosa Keperawatan I
a. Mengungkapkan pemahaman tentang faktor resiko penyebab secara individual.
b. Melakukan perilaku untuk membatasi penyebaran infeksi dengan tepat, menurunkan
risiko komplikasi.
c. Mencapai pemulihan tepat waktu.
2. Diagnosa Keperawatan II
a. Memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibuktikan oleh pemulihan luka tepat waktu, tingkat
energi tepat, penurunan berat badan dan Hb/Ht dalam batas normal yang diharapkan
pasca partum.
3. Diagnosa Keperawatan III
a. Mengidentifikasi/menggunakan tindakan kenyamanan yang tepat secara individu.
b. Melaporkan ketidaknyamanan hilang atau terkontrol.
13