BAGIAN I
PEMBUATAN PEREAKSI
1. Pereaksi Mollisch
Timbang 5 g -naftol, masukkan dalam tabu takar 50 ml. Larutkan dengan sedikit
alkohol sambil diaduk dengan batang pengaduk. Setelah larut, cukupkan
volumenya dengan alkohol hingga 50 ml.
2. Pereaksi Bial Orsinol
Timbang 0,5 g orcinol besi (III) klorida, masukkan dalam tabu takar 10 ml.
Larutkan dengan sedikit HCl pekat sambil diaduk dengan batang pengaduk. Setelah
larut, cukupkan volumenya dengan HCl pekat hingga 10 ml.
Catatan : kerja harus dilakukan di dalam lemari asam dan menggunakan masker.
3. Pereaksi Seliwanoff
Campurkan 3,5 ml resorsinol 0,5% dengan 1,5 ml HCl, masukkan dalam tabu takar
10 ml. Setelah larut, cukupkan volumenya dengan HCl 6 M hingga 10 ml.
Catatan : kerja harus dilakukan di dalam lemari asam dan menggunakan masker.
4. Pereaksi Barfoed
Timbang 6,65 g Kristal Cu(II)asetat ke dalam 100 ml asam asetat 1%.
Pembuatan larutan asam asetat 1%
Hitung volume untuk 1 gram asam asetat glacial dengan rumus : = m/v. (nilai
dapat dilihat pada label botol asam asetat glacial). Pipet sejumlah volume yang
sesuai untuk asam asetat glacial dan masukkan dalam labu takar 100 ml. cukupkan
volumenya dengan aquadest hingga tanda tera.
Catatan : kerja harus dilakukan di dalam lemari asam dan menggunakan masker.
5. Pereaksi Schiff
Timbang 1 g natrium metabisulfit, masukkan dalam labu takar. Timbang 0,1 g
larutan p-rosanilin HCl dan dan pipet 1 ml HCl pekat, masukkan ke dalam labu
takar tsb. Cukupkan volumenya dengan aquadest hingga tanda tera.
6. Pereaksi Tollens
Larutan A : timbang 1 g AgNO3, larutkan dalam 10 ml aquadest.
Larutan B : timbang 3 g NaOH Kristal menggunakan kaca arloji (hati-hati, bersifat
korosif), larutkan dalam 10 ml air.
Jika pereaksi akan dipakai, campurkan larutan A dan larutan B dengan volume
yang sama ke dalam tabung reaksi dan tambahkan larutan ammonia encer tetes
demi tetes sampai semua Ag2O larut.
7. Pereaksi Fehling
0,05 2,70
0,10 5,40
0,50 27,0
1,00 54,0
0,60 32,4
Larutan NaOH harus disimpan dalam botol tertutup
BAGIAN II
Kelarutan protein dalam suatu cairan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain pada pH isolistrik, kebanyakan protein sangat mudah untuk diendapkan.
Sebaliknya pada pada pH diatas atau dibawah titik isolistrik kelarutan protein sangat
meningkat. Sementara itu kelarutan protein akan meningkat dalam selang suhu
tertentu, yaitu kira-kira 0oC 40oC. peningkatan suhu sampai di atas suhu 50oC
menyebabkan protein tidak mantap dan mulai terdenaturasi.
Pada suhu rendah, pelarut organik yang bersifat polar seperti alcohol dan aseton
dapat menurunkan kelarutan protein dalam air karena zat-zat tersebut memiliki
konstanta dielektrik cairan yang lebih rendah dari air.
Garam logam berat seperti Ag, Pb dan Hg dapat berikatan dengan protein
membentuk endapan logam-protein yang kuat sehingga protein mengalami
denaturasi. Apabila terdapat garam-garam anorganik dengan prosentase tinggi dalam
larutan protein, maka kelarutan protein berkurang sehingga mengakibatkan
pengendapan. Teori menyebutkan bahwa sifat itu terjadi karena kemampuan ion
garam untuk terhidrasi sehingga berkompetisi dengan molekul protein untuk
mengikat air.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat kelarutan dan denaturasi
yang berkaitan dengan protein albumin.
PROSEDUR
Jenuhkan 10 mL larutan protein dengan amonium sulfat. Untuk pekerjaan ini yang
harus dilakukan : pertama tambahkan sedikit dari garam tersebut. Aduk hingga larut
kemudian tambahkan sedikit amonium sulfat dan aduk secara terus menerus sehingga
sedikit garam tertinggal (tidak larut) apabila larutan telah jenuh, kemudian saring. Uji
kelarutan dari endapan di dalam air dan uji endapan dengan reagen Millon, sedangkan
filtratnya dengan uji Biuret.
2. UJI KOAGULASI
Bahan : asam asetat 1 M larutan protein
Reagen Millon air
Alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam prosedur
Prosedur
Tambahkan 2 tetes asam asetat 1 M kedalam 5 ml. Larutan protein letakkan tabung
reaksi dalam air mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang pengaduk.
Uji kelarutan endapan di dalam air dan uji endapan dengan reagen Millon.
Pertanyaan :
1. Mengapa ditambahkan asam?
2. Protein apa yang menggumpal pada saat pendidihan?
Pertanyaan
1. Tabung-tabung mana yang menunjukkan protein tidak larut?
2. Jelaskan mengapa keadaan tsb dapat terjadi?
3. DENATURASI PROTEIN
Bahan : larutan albumin
HCl 0,1 M
NaOH 0,1 M
Prosedur :
Tabung 1 2 3
Larutan albumin 5 ml 5 ml 5 ml
HCl 0,1 M 1 ml - -
NaOH 0,1 M - 1 ml -
Buffer asetat pH = 4 - - 1 ml
Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan didinginkan dalam
temperatur kamar. Pada tabung mana yang kelihatan mengendap. Untuk tabung 1 dan
tabung 2 tambahkan 10 ml buffer asetat pH 4. Tuliskan hasilnya.
Pertanyaan :
1. Sifat fisik apa yang mempengaruhi kelarutan protein dalam percobaan ini
2. Mengapa perlu dilakukan pemanasan?
3. Bandingkan hasil perlakuan pertama dan kedua pada larutan protein, apa
kesimpulan anda?
4. Apakah ada metode lain yang di gunakan untuk denaturasi protein
5. Perubahan kimia apa yang berhubungan dengan denaturasi telur
Pertanyaan :
1. Buatlah kurva titrasi di atas dengan memetakan C1 dan C2 terhadap pH
2. Apa perbedaan kurva C1 dan C2?
3. Apa kesimpulan anda?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui prinsip pengukuran kadar protein sampel dengan metode
Biuret
2. Untuk mengetahui kadar protein dalam sampel
BAHAN
Reagen Biuret : larutan 1,5 g (CuSO45H2O) dan 6 gram garam rochelle (NaKC4O6.O)
kedalam 500 mL air kedalam labu takar 1 L. Kemudian tambahkan 300 ml NaOH 10%
sambil dikocok kocok lalu tambahkan air hingga tamda batas. Apabila pembuatan
kurang baik dapat terjadi endapan hitam atau merah. Reagen demikian ini tidak dapat
dipakai.
Larutan standar protein : buatlah larutan standar serum albumin murni atau kasein
dalam air dalam kadar 10 mg/mL. Untuk mudah larutnya tambahkan beberapa tetes
NaOH 3%.
Prosedur :
Pipet ke dalam tabung reaksi 1 ml larutan protein yang mengandung 1-10 mg/ml
protein. Tambahkan 4 ml larutan reagen biuret. Kocok dan diamkan selama 30 menit
pada suhu kamar. Baca serapannya pada panjang gelombang 540 nm. Untuk blanko
dipakai campuran 1 ml air dan 4 ml reagen biuret yang juga didiamkan selama 30
menit pada suhu kamar. Hukum Lambert Beer berlaku untuk larutan-larutan protein
antara 1 dan 10 mg/ml.
Nomor Tabung
Pereaksi
1 II III IV V VI
Biuret 6 mL 6 mL 6 mL 6 mL 6 mL 6 mL
Aquadest 6 mL 5,8 ml 5,6 mL 5,4 mL 5,2 mL 5 mL
Standar 6 mL 0,2 mL 0,4 mL 0,6 mL 0,8 ml 1 mL
Uji Biuret
Ambil 3 ml larutan protein ditambah 1 ml NaOH 40%. Tambahkan bertetes-tetes
larutan CuSO4 0,5% sehingga terjadi warna merah muda atau ungu. Intensitas warna
menunjukkan jumlah ikatan peptide dalam sampel.
Uji Xantoprotein
Ambil 3 ml larutan protein ditambah 1 ml HNO3 pekat.Panaskan campuran tsb dan
larutan menjadi kuning.Dinginkan kemudian tambahkan ammonia hingga warnanya
berubah menjadi jingga.
Uji Ninhidrin
Atur pH dari larutan protein 0,5% sampai pH 7. Ambil 1 ml larutan dan tambahkan 10
tetes larutan Ninhidrin 0,2%. Panaskan campuran pada suhu 100oC selama 10
menit.Amati perubahan warna yang terjadi.
Uji Millon
2 ml larutan protein ditambah 1 ml pereaksi merkurisulfat.Panaskan campuran,
mungkin terjadi endapan kuning. Dinginkan dengan air lalu tambahkan 1 tetes larutan
NaNO2 1%. Panaskan lagi endapan atau larutannya amenjadi merah.
Uji Hopkins-Cole
1 ml larutan protein ditambah 1 tetes larutan formaldehid encer kemudian ditambah 1
tetes pereaksi merkurisulfat.Campuran tsb kemudian ditambah 1 ml asam sulfat pekat
melalui dinding tabung reaksi yang dimiringkan sehingga terbentuk dua lapisan.Pada
biddang batas terlihat adanya cincin ungu.Jika digojog maka seluruh larutan menjadi
ungu.
BAGIAN III
PATI/KARBOHIDRAT
TEORI
Glikogen dan amilum merupakan simpanan karbohidrat di dalam binatang dan
tumbuhan.Glikogen dan amilum merupakan hasil kondensasi beberapa molekul
glukosa.Karena molekulnya besar, maka larutanya sukar larut dan bersifat
koloidal.Glikogen dan amilum dapat dihidrolisis oleh pengaruh enzin pencernaan
menjadi maltosa atau oleh asam menjadi glukosa.Sebagai hasil antara diperoleh
erythro dan achrodextrin glikogen.Amilum dan desktrin dapat diendapkan dengan
menambahkan garam yang sangat mudah larut misalnya ammonium sulfat.
Karbohidrat dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu : monosakarida
oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah gula sederhana yang tidak dapat
diuraikan lebih lanjut dan mempunyai sifat-sifat karbohidrat.Jenis yang penting
misalnya glukosa fruktosa, dan mannose serta arabinosa.
Oligosakarida adalah disakarida yang molekulnya terdiri dari beberapa monosakarida
misalnya disakarida (sukrosa, maltosa, laktosa).Sukrosa banyak terdapat tebu dan
buah-buahan.Maltosa merupakan hasil hidrolisa dari amilum oleh enzim amylase.
Sedangkan laktosa terdapat banyak di susu. Monosakarida dan oligosakarida dapat
membentuk kristal, larut dalam air dan mempunyai rasa yang manis.
Jenis polimer monosakarida yang lain yaitu polisakarida, senyawa ini mempunyai
rantai yang panjang dengan struktur yang lurus atau bercabang. Plisakarida biasanya
tidak mempunyai rasa.Tidak larut dalam air dan berbobot molekul tinggi.Contohnya
amilum, dekstrim, glikogen dan selulosa.
A. UJI KARBOHIDRAT
BAHAN : ubi jalar terigu
Amilum manihot (kanji) tepung sagu
Tepung konjak (nutrijel) tepung agar-agar
Tepung beras tepung jagung (maizena)
PROSEDUR :
Masukkan ke dalam 3 tabung reaksi masing-masing 3 mL larutan amilum pada tabung
pertama tambahkan dua tetes air dan tabung kedua tambahkan dua tetes HCl. Pada
tabung tiga tambahkan 2 tetes NaOH. Kocok maing masing tabung , selanjutnya
tambahkan iodine kedalam masing masing tabung. Perhatikan warna yang
terbentuk. Panaskan ketiga tabung tersebut, kemudian didinginkan amati
perubahannya.
B. HIDROLISIS PATI
BAHAN : larutan Pati 1% pereaksi Nelson
Larutan iodine reagen Arsenomolibdat
HCl 6 N NaOH 6 N
PROSEDUR
Reaksi Warna
Uji Mollisch
Masukkan 5 mg cuplikan ke dalam tabung reaksi yang berisi 0,5 ml air dan tambahkan
2 tetes larutan 10% 2-naftol dalam pealrut etanol atau kloroform. Masukkan 1 ml
asam sulfat pekat ke dasar tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes sedemikian
rupa (pipet tetes panjang) hingga asam sulfat membentuk lapisan yang terpisah dari
lapisan awal. Jmika dalam cuplikan terdapat karbohidrat, maka akan terbentuk cincin
berwarna merah pada permukaan lapisan bawah. Warna merah akan segera berubah
dan larutan menjadi berwarna ungu tua. Setelah didiamkan selama 2 menit, encerkan
campuran tsb dalam 5 ml air. Jika didalam cuplikan terdapat kerbohidrat, makaakan
terjadi endapan berwarna ungu.
Uji Bial Orsinol
Masukkan 0,2 ml (2 3 tetes) larutan cuplikan (1%) ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan perlahan-lahan 2 ml pereaksi orsinol.Kocok dan panaskan pada penangas
air.Catat perubahan warna yang terjadi setelah pemanasan selama 15 menit.Warna
biru kehijauan menunjukkan uji positif.
Uji Seliwanoff
Masukkan 2 ml pereaksi Seliwanoff dalam tabung reaksi dan tambahkan 0,2 ml (2-3
tetes) cuplikan 1%. Campuran dikocok dan dipanaskan di atas penangas air.Hitung
BAGIAN IV
ENZIM
TEORI
Enzim merupakan kelompok protein yang berperan penting dalam proses aktivitas
biologi. Enzim berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnya sangat khas. Dalam
jumlah sangat kecil enzim dapat mengatur kecepatan reaksi tertentu sehingga dalam
keadaan normal tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya.
Enzim akan kehilangan aktivitas akibat panas, asam, atau basa kuat, pelarut organik,
atau apa saja yang menyebabkan denaturasi protein.
A. UJI UREASE
Membuktikan adanya enzim urease dalam suspensi kedelai
Substrat urea oleh enzim urease dalam suspensi kedelai akan diuraikan menjadi
amonia (NH30 dan gas CO2. Senyawa amonia yang dihasilkan bersifat basa sehingga pH
larutan menjadi naik dan dapat ditunjukkan dengan menggunakan indiokator PP.
Aktivitas enzim urease dirusak oleh adanya inhibitor logam berat seperti Hg2+ atau
Pb2+ dan rusak pada pemanasan 100oC.
Alat dan bahan :
Suspensi kedelai larutan urea 1 %
Larutan PP (pH : 8,3 10) larutan HgCl2 1%
Alat pemanas tabung reaksi
Pipet tetes
Prosedur :
1. Siapkan 3 tabung reaksi bersih dan kering. Isilah masing-masing dengan 1 ml
larutan urea 1%.
2. Selanjutnya, pada :
Tabung i : tambahkan 10 tetes filtrat kedelai dan 2 tetes PP
Tabung 2 : tambahkan 10 tetes filtrat kedelai yang telah dididihkan dan 2 tetes
PP
Tabung 3 : tambahkan 10 tetes filtrat kedelai, 2 tetes PP dan 10 tetes HgCl2 1%
3. Setelah dicampur dengan baik, masukkan ke-3 tabung dalam tangas air pada
suhu 37 40oCselama 5 menit.
4. Amati perubahan warna yang dihasilkan.
B. EKSTRAKSI ENZIM
C. KARAKTERISASI ENZIM
Penentuan Unit Aktivitas Enzim
Sebanyak 0,5 ml kasein (10mg/ml) direaksikan dengan 0,5 ml enzim dan 8 ml larutan
buffer fosfat. Inkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC.Setelah diinkubasi, ke dalam
campuran reaksi ditambahkan 1 ml larutan asam trikloroasetat 30%. Panaskan lagi
pada suhu yang sama selama 30 menit. Protein yang terkoagulasi dipisahkandengan
kertas saring.Filtrat yangdiperoleh diukur absorbansinya padapanjang gelombang 280
nm. Sebagaikontrol digunakan enzim yang telahdimatikan aktivitasnya melalui
pemanasan. Unit aktivitas dinyatakandalam 1 mikro mol tirosin yangdihasilkan per
ml enzim dalam15 menitpada kondisi percobaan. Untukmengetahui jumlah tirosin
yangdihasilkan digunakan kurva standartirosin.
Penentuan Kadar Protein dengan Metoda Biuret
Pengukuran kadar protein enzim dilakukan berdasarkan metode Biuret, dengan cara
campurkan 1 ml enzim dengan 4 ml reagen biuret dan diamkan selama 30 menit,
kemudian ukur absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm. Standar protein yang
digunakan adalah bovin serum albumin (BSA) pada kisaran konsentrasi 1 10 mg/ml,
dengan selang 2 mg/ml.
Penentuan spesifik aktivitas enzim.
Spesifik aktivitas ditentukan dengan menentukan unit aktivitas enzim dibagi dengan
kadar protein enzim.
Optimasi aktivitas enzim
Untuk mendapatkan kondisi optimum aktivitas enzim, maka dibuat variasi suhu (40,
45, 50, 55, 60, 65), pH (3, 5, 7, 9), serta lama inkubasi (5, 10, 15, 20, 25, 30 menit)
terhadap aktivitas enzim. Setelah diinkubasi, ke dalam campuran reaksi ditambahkan
1 ml larutan asam trikloroasetat 30%. Panaskan lagi pada suhu yang sama selama 30
menit. Protein yang terkoagulasi dipisahkan dengan kertas saring dan filtrat yang
diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 280 nm. Sebagai kontrol
digunakan enzim yang telah dimatikan aktivitasnya melalui pemanasan. Unit aktivitas
dinyatakan dalam 1 mikro mol tirosin yang dihasilkan per ml enzim dalam 15 menit
pada kondisi percobaan. Untuk mengetahui jumlah tirosin yang dihasilkan digunakan
kurva standar tirosin
Tugas :
1. Buat kurva hubungan suhu dan aktivitas enzim
Aktivitas enzim
suhu
2. Buat kurva hubungan pH dan aktivitas enzim
Aktivitas enzim
pH
BAGIAN V
LIPID
A. PENYABUNAN
TEORI
Alkali bila bergabung dengan asam lemak akan membentuk sabun yang dapat
berfungsi sebagai emulgator
TUJUAN
Mempelajari jenis sabun yang terbentuk berdasarkan jenis lemak yang digunakan.
PROSEDUR
Masukan 1 mL bahan percobaan (minyak tengik/minyak kelapa segar, margarin) ke
dalam tabung bersih.
Tambahkan kloroform 1 mL lalu kocok sampai semua bahan melarut
Tambahkan tetes demi tetes larutan iod sambil kocok lihat perubahan dan perbedaan
yang terjadi antara bahan yang satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA