TINJAUAN PUSTAKA
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk dalam
golongan lipid yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar misalnya kloroform
(CHCl3), benzena, hidrokarbon dan lainnya. Lemak dan minyak dapat larut dalam
pelarut nonpolar karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau
hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar, dan biasanya
kedelai, dan kanola. Minyak goreng umumnya berasal dari minyak kelapa sawit.
yang memiliki ikatan rangkap sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh
yang sifatnya stabil. Selain itu pada minyak kelapa terdapat asam lemak esensial
yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Asam lemak tersebut adalah asam palmitat,
Minyak jelantah adalah minyak goreng bekas yang sudah digunakan untuk
konsumsi dalam jangka panjang akan berbahaya bagi kesehatan tubuh karena
lemak jenuh yang dapat memicu penyakit kanker atau jantung. Oleh karenanya
minyak jelantah menjadi limbah rumah tangga yang tidak bermanfaat jika tidak
kedelai, jagung dan lain-lain, meski beragam secara kimia isi kandungannya
sebetulnya tak jauh beda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh. Dalam jumlah kecil kemungkinan terdapat juga lesitin,
cephalin, fosfatida lain, sterol, asam lemak bebas, lilin, pigmen larut lemak, dan
stearat sedangkan asam lemak tak jenuhnya biasanya palmitat dan linolenat.
Semua minyak sama sehatnya untuk orang yang tidak sensitif terhadap asam
lemak darah. Alasannya pada suhu penggorengan 200oC rantai kimia minyak
Tabel 2.1 Komposisi Beberapa Asam Lemak dalam Tiga Minyak Nabati
Asam Lemak Jumlah Minyak Minyak Minyak
Atom C Sawit (%) Inti (%) Kelapa (%)
Asam Lemak Jenuh:
Oktanoat 8 - 2-4 8
Dekanoat 10 - 3-7 7
Laurat 12 1 41-55 48
Miristat 14 1-2 14-19 17
Palmitat 16 32-47 6-10 9
Stearat 18 4-10 1-4 2
Asam Lemak Tidak Jenuh :
Oleat 18 38-50 10-20 6
Linoleat 18 5-14 1-5 3
Linolenat 18 1 1-5 -
goreng bekas, baik untuk dikonsumsi kembali maupun untuk digunakan sebagai
bahan baku produk. Tujuan utama dari pemurnian minyak goreng ini adalah
menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang kurang menarik dan
memperpanjang daya simpan sebelum digunakan kembali. Pemurnian minyak
pemisahan kotoran akibat bumbu dan kotoran dari bahan pangan yang
2. Netralisasi
3. Pemucatan (Bleaching)
dan zat warna lain yang merupakan degradasi zat alamiah, pengaruh
1. Penyerapan Bau
lemak, maka lemak yang terserap mengalami oksidasi oleh udara sehingga
2. Hidrolisis
gliserol dan asam lemak. Reaksi hidrolisis menjadi lebih cepat karena
lebih dari 10% dan ini harus dimurnikan dan dideodorisasi untuk
enzim lipoksidase.
4. Polimerisasi
polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh, sehingga terbentuk bahan
Rosdianah, 2014).
Standar mutu minyak goreng telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan
menetapkan bahwa standar mutu minyak goreng seperti pada tabel berikut ini:
yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis Metroxylon lainnya, sehingga sagu
sampingan berupa limbah sagu yang berupa kulit batang dan limbah sagu. Limbah
ikutan pengolahan sagu berupa kulit batang sekitar 17-25% dari serat batang
dan pati, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber karbon.
Limbah sagu berupa ampas mengandung 65,7% pati dan sisanya berupa serat
kasar, protein kasar, lemak, dan abu. Berdasarkan presentase tersebut ampas
sebesar 20% dan sisanya merupakan zat ekstraktif dan abu. Selain itu, kulit batang
sagu mengandung selulosa (57%) dan lignin yang lebih banyak (38%) dari pada
Limbah pemrosesan pohon sagu, khususnya ampas sagu sampai saat ini
belum dimanfaatkan secara optimal dan hanya sebagian kecil digunakan sebagai
pakan ternak. Padahal, potensinya cukup besar, utamanya di Irian Jaya, Sulawesi
dan Sumatera. Indonesia adalah negara yang memiliki areal tanaman sagu
(Metroxylon sp.) terbesar di dunia hingga 1.2 juta hektar. Di Indonesia luas areal
tanaman sagu mencapai 1,128 juta ha atau 51,3% dari 2,201 juta hektar areal sagu
2.8 Adsorbsi
satu fasa fluida (larutan) ke permukaan zat padat yang menyerap (adsroben).
sebagian molekul terikat lebih kuat pada permukaan dari pada molekul lainnya
(Yustinah, 2011).
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan suatu gas atau cairan pada
permukaan padatan atau fasa padat antar muka. Proses ini melibatkan fasa padat
(adsorben) dan fasa cair (pelarut) yang mengandung zat terlarut yang akan diserap
1. Jenis adsorben
Adsorben yang berbentuk amorf, daya serapnya lebih besar dari pada
2. Jenis adsorbat
3. Struktur adsorben
4. Luas permukaan
kecilnya ukuran partikel, juga ditentukan oleh jumlah pori dari adsorben
yang bersangkutan
5. Suhu adsorben
gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Energi potensial
Molekul teradsorpsi dapat dianggap membentuk fasa dua dimensi dan biasanya
terkonsentrasi pada permukaan atau antar muka. Adsorpsi dibagi menjadi 2 yaitu
1. Adsorpsi fisika
Adsorpsi fisika terjadi karena adanya gaya mempunyai jarak jauh tapi
lemah dan energi yang dilepaskan jika partikel teradsorpsi secara fisik
2. Adorpsi Kimia
ikatan kimia dengan sifat yang spesifik karena tergantung pada jenis
1. Proses pengadukan
menaikkan film diffusion sampai titik pore diffusion yang merupakan faktor
2. Karakteristik Adsorbant
permukaan dan gaya tarik permukaan. Oleh karena itu sifat fisik yaitu ukuran
partikel dan luas permukaan merupakan sifat yang terpenting dari bahan yang
3. Kelarutan adsorbant
Proses adsorpsi terjadi pada molekul-molekul yang ada dalam larutan
harus dapat berpisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan permukaan
cairannya yang lebih kuat bila dibandingkan dengan unsur yang sukar larut.
Dengan demikian, unsur yang terlarut akan lebih sulit terserap pada adsorben
bila dibandingkan dengan unsur yang tidak larut (Asip dkk, 2008).