Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 - Sebagian dari kita tentu sudah mengetahui
bahwa pada 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima. dan tiga hari
berselang bom atom juga dijatuhkan di kota Nagasaki. Kedua bom atom tersebut mengakibatkan korban jiwa
yang sangat besar dan hancur nya berbagai infrastruktur sipil dan militer Jepang, kala itu pemerintah Jepang
benar-benar dalam kesulitan. Akhirnya, pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Berita kekalahan Jepang kepada Sekutu segera sampai pada kaum pergerakan kemerdekaan Indonesia dan
menjadi salah satu pemicu mereka untuk segera mem proklamasikan kemerdekaan indonesia, untuk lebih jelas
nya mengenai Peristiwa - Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Berikut akan kita
kupas tuntas mengenai peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan indonesia, Peristiwa peristiwa Menjelang
Proklamasi Kemerdekaan, Peristiwa peristiwa Saat Proklamasi Kemerdekaan, peristiwa sebelum proklamasi,
peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan.
4 Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Adapun peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang Proklamasi Kemerdekaan adalah:
1. Jepang menyerah kepada Sekutu
a. Dalam Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang)
Pada Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) ke-85 pada 7 September 1944 di Tokyo, Perdana
Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia Timur (Indonesia) diperkenankan untuk merdeka kelak di
kemudian hari. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh semakin terdesaknya Angkatan Perang Jepang oleh pasukan
Amerika, terlebih dengan jatuhnya Kepulauan Saipan ke tangan Amerika Serikat.
Baca Juga : Gratis, Materi Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) CPNS Lengkap
Soekarno belum merasa yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan seandainya dilakukan proklamasi
kemerdekaan saat itu, hal tersebut dapat menyebabkan pertumpahan darah yang luas, dan dapat berakibat fatal
jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno kemudian memberitahu Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu merupakan hak PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Sementara itu Syahrir menganggap PPKI ialah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI
hanya merupakan "hadiah" dari Jepang
2. Peristiwa Rengasdengklok
Sutan Sjahrir, Chaerul Saleh, Darwis dan Wikana mendengar kabar menyerahnya jepang kepada sekutu
melalui radio BBC. Setelah mendengar berita Jepang bertekuk lutut kepada sekutu, golongan muda mendesak
golongan tua untuk secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun tokoh golongan tua seperti
Soekarno dan Hatta tidak ingin terburu-buru mereka tetap menginginkan proklamasi dilaksanakan sesuai
mekanisme PPKI. Alasannya kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih hal tersebut membuat mereka
khawatir akan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Peristiwa Rengasdengklok
Tetapi, golongan muda, seperti Sukarni dan Tan Malaka menginginkan proklamasi kemerdekaan dilaksanakan
secepat cepatnya. Para pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
secepatnya. Alasan mereka adalah Indonesia dalam keadaan kekosongan kekuasaan (vakum). Negosiasi pun
dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. namun Golongan muda tidak menyetujui rapat tersebut, mengingat PPKI
merupakan sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Dan mereka lebih menginginkan kemerdekaan atas usaha
bangsa indonesia sendiri, bukan pemberian dari Jepang. Perbedaan pendapat antara golongan muda dan
golongan tua inilah yang menjadi latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
a. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh para anggota PETA dan
mahasiswa merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap golongan tua dan menganggap bahwa PPKI
merupakan bentukan Jepang. Sehingga mereka menolak seandainya proklamasi dilaksanakan melalui
mekanisme PPKI. Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan
sendiri, tanpa pengaruh dari Jepang. Sutan Syahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan
Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di Pegangsaan Timur Jakarta
pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar Nur, Chairul Saleh, Kusnandar, Subadio, Subianto,
Margono, Wikana dan Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul Saleh ini menyepakati bahwa kemerdekaan
Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.
Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Darwis dan Wikana pada Soekarno dan Hatta di Pegangsaan
Timur No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan segera dikumandangkan pada 16
Agustus 1945. Jika tidak diumumkan pada tanggal tersebut, golongan pemuda menyatakan bahwa akan terjadi
pertumpahan darah. Namun, Soekarno tetap bersikap keras pada pendiriannya bahwa proklamasi harus
dilaksanakan melalui PPKI. Oleh sebab itu, PPKI harus segera menyelenggarakan rapat. Pro kontra yang
mencapai titik puncak inilah yang telah mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
b. Golongan Tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili oleh Soekarno dan Hatta.
Mereka adalah kelompok konservatif yang menghendaki pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai
dengan prosedur maklumat Jepang pada 24 Agustus 1945. Alasan mereka adalah meskipun Jepang telah kalah,
kekuatan militernya di Indonesia harus diperhitungkan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
Kembalinya Tentara Belanda ke Indonesia dianggap lebih berbahaya daripada sekedar masalah waktu
pelaksanaan proklamasi itu sendiri.
Di tengah suasana pro dan kontra, golongan muda memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta
ke Rengasdengklok . Pilihan ini diambil berdasarkan kesepakatan rapat terakhir golongan pemuda pada 16
Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta. Maksudan dan tujuan para pemuda membawa kedua
pemimpin tersebut adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dengan secepatnya serta menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang.
Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara golongan tua yang diwakili Ahmad Subardjo dan golongan muda
yang diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog dan ditemui kata sepakat agar Proklamasi Kemerdekaan
harus dilakukan di Jakarta dan diumumkan pada 17 Agustus 1945. Golongan muda kemudian mengutus Yusuf
Kunto untuk mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka menjemput kembali Bung Karno
dan Bung Hatta.
Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad Subardjo memberi jaminan pada golongan muda bahwa
Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan
jaminan itu, Cudanco Subeno (Komandan Kompi PETA Rengasdengklok) mau melepaskan Soekarno dan
Hatta untuk kembali ke Jakarta dalam rangka mempersiapkan kelengkapan untuk melaksanakan Proklamasi
Kemerdekaan.
Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung Karno), yang kala itu ikut di bawa ke Rengasdengklok.
Dan pada malam itu juga, sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana
Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu terutama membahas tentang Persiapan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir dalam pertemuan itu Sukarni, Mbah Diro,
dan B.M.Diah dari golongan muda yang menyaksikan perumusan teks proklamasi. Semula golongan muda
menyodorkan teks proklamasi yang keras nadanya dan karena itu rapat tidak menyetujui.
Kemudian berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, diperoleh rumusan teks
proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno yang berbunyi:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan
kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-05
Wakil2 bangsa Indonesia
Setelah teks proklamasi selesai disusun, muncul permasalahan tentang siapa yang harus menandatangani teks
tersebut. Kemudian Bung Hatta berpendapat agar teks proklamasi itu ditandatangani oleh semua yang hadir
sebagai wakil bangsa Indonesia. Namun, dari golongan muda Sukarni mengajukan usul bahwa teks proklamasi
tidak perlu ditandatangani oleh semua yang hadir, akan tetapi cukup oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas
nama bangsa Indonesia dan Soekarno yang nantinya membacakan teks proklamasi tersebut.
Usul tersebut didasari bahwa Soekarno dan Hatta merupakan dwitunggal yang pengaruhnya cukup besar di
mata rakyat Indonesia. Usul Sukarni kemudian diterima dan Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk
mengetik naskah proklamasi tersebut, disertai dengan perubahan-perubahan yang sebelumnya telah disepakati
bersama. Perumusan teks proklamasi sampai dengan penandatanganannya sendiri baru ter selesaikan pada
04.00 WIB (pagi hari), pada tanggal 17 Agustus 1945
Teks Naskah Proklamasi hasil ketikan Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang ditempatkan di Monumen Nasional
Dalam naskah yang diketik oleh Sayuti Melik Terdapat tiga perubahan pada naskah tersebut dari yang semula
berupa tulisan tangan Soekarno, Perubahan-perubahan itu adalah sebagai berikut.
1. Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo".
2. Konsep "wakil-wakil bangsa Indonesia" diubah menjadi "atas nama bangsa Indonesia".
3. Tulisan "Djakarta 17-08-'05", diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen '05".
4. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani oleh Soekarno-Hatta,
dengan bunyi berikut ini.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo
jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno - Hatta
Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan
pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana
Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00 WIB telah hadir
di rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta)
tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap
kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari
tempatnya semula. Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.
Baca Juga : Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lengkap Sebelum dan Sesudah Merdeka)
Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan berakhir maka dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera
Merah Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. saat itu Suhud bertugas
mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan
Shodanco Latief Hendraningrat.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama menyanyikan lagu
Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya.
Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti
Sukarni, Mr. Latuharhary, Ibu Fatmawati, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono dan dr.
Samsi,.
Sekian penjelasan artikel mengenai 4 Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
semoga artikel diatas dapat bermanfaat bagi sobat maupun untuk sekedar menambah wawasan dan
pengetahuan sobat mengenai Sejarah Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sejarah
Peristiwa Rengasdengklok, Sejarah Perumusan Teks Proklamasi dan Sejarah Pembacaan Teks Proklamasi
Kemerdekaan. Terimakasih atas kunjungannya.
SNF World
HOME
BUSINESS
DOWNLOADS
PARENT CATEGORY
FEATURED
HEALTH
UNCATEGORIZED
Semenjak Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 maka secara hukum tidak
lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan Indonesia berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada
pemerintah yang berkuasa) dan waktu itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di
Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan pada Sekutu bukan pada pihak Indonesia. Dan pada
tanggal 14 September perwirwa Sekutu datang ke Jakarta untuk mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia
menjelang pendaratan rombongan Sekutu.
Pada tanggal 29 September 1945 akhirnya Sekutu mendarat di Indonesia yang bertugas melucuti tentara Jepang.
Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan
perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan
Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah
organisasi yang didirkan orang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah pada
Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia. Keadaan bertambah buruk karena NICA
mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda
berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan
Sekutu.
Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di
bawah Letnan Sir Philip Christinson. Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia Belanda.
Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut.
Kedatangan pasukan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh pihak Indonesia. Namun, setelah
diketahui bahwa Sekutu membawa NICA(Netherland Indies Civil Administration) sikap masyarakat berubah menjadi
curiga karena NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih
pemerintahan sipil di Indonesia. Para pemuda memberikan sambutan tembakan selamat datang. Situasi keamanan
menjadi semakin buruk sejak NICA mempersenjatai kembali tentara KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan
Jepang.
Melihat kondisi yang kurang menguntungkan, Panglima AFNEI menyatakan pengakuan sedara de facto atas
Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. Sejak saat itu, pasukan AFNEI diterima dengan tangan terbuka
oleh pejabat-pejabat RI di daerah-daerah untuk membantu memperlancar tugas-tugas AFNEI.
Namun dalam kenyataannya di daerah-daerah yang didatangi Sekutu selalu terjadi insiden dan pertempuran dengan
pihak RI. Hal itu disebabkan pasukan Sekutu tidak bersungguh-sungguh menghormati kedaulatan RI. Sebaliknya
pihak Sekutu yang merasa kewalahan, menuduh pemerintah RI tidak mampu menegakkan keamanan dan ketertiban
sehingga terorisme merajalela. Pihak Belanda yang bertujuan menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia
berupaya memanfaatkan situasi ini dengan memberi dukungan kepada pihak Sekutu. Panglima Angkatan Perang
Belanda, Laksamana Helfrich, memerintahkan pasukannya untuk membantu pasukan Sekutu.
Kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi NICA menyebabkan terjadinya konflik dan pertempuran di berbagai
daerah. Keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia berhadapan dengan rakyat Indonesia yang
mempertahankan kemerdekaannya. Oleh karena itu, terjadi pertempuran di berbagai daerah di Indonesia. Konflik
antara Indonesia-Belanda ini akhirnya melibatkan peran dunia internasional untuk menyelesaikannya.
Peran dunia internasional dalam penyelesaian konfik Indonesia-Belanda
1. A. Peranan PBB
Peranan PBB dalam ikut menyelesaikan pertikaian Indonesia dengan Belanda diwujudkan dengan dibentuknya
Badan Perdamaian yang bertugas menengahi perselisihan dan menjadi mediator dalam perundingan perdamaian
Indonesia Belanda. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia setelah proklamasi tercatat ebeberapa badan
Perdamaian yang dibentuk PBB untuk Indonesia adalah :
Lembaga ini dibentuk pada tanggal 25 Agustus 1947 sebagai reaksi PBB terhadap Agresi Militer Belanda I. Lembaga
ini beranggotakan 3 negara :
1. mengawasi secara langsung penghentian temabak menenmbak sesuai resolusi Dewan Keamanan PBB
2. memasang patok-patok wilayah status quo yg dibantu oleh TNI
3. mempertemukan kembali Indonesia Belanda dalam Perundingan Renville.
Badan perdamaian ini dibentuk pada tanggfal 28 Januari 1949 untuk menggantikan Komisi Tiga Negara yang
dianggap gagal mendamaikan Indonesia Belanda (Belanda kembali melakukan Agresi Militer setelah P. Renville)
Peranan UNCI adalah :
Konferensi ini terselenggara atas prakarsa PM India Jawaharlal Nehru dan PM Burma (sekarang Myanmar) U Aung
San, sebagai bentuk dukungan kepada Indonesia setelah terjadinya Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta.
Konferensi berhasil mendesak PBB untuk mengambil langkah tegas atas tindakan Belanda yang melanggar
kedaulatan Republik Indonesia
1. Pengakuan Kedaulatan RI
Walaupun bukan sayarat utama berdirinya sebuah Negara, pengakuan negara lain sangat penting bagi eksistensi
sebuah Negara dalam pergaulan internasional. Pengakuan atas kemerdekaan Indonesia pertama kali dari Mesir (14
Juli 1947) disusul kemudian oleh Negara-negara Timur Tengah yang lain. Pengakuan ini atas kerja keras Menteri
Luar negeri H. Agus Salim yang mengadakan kunjungan ke Negara Negara Timur Tengah.
Amerika Serikat dan Inggris walaupun secara de facto juga mengakui kedaulatan RI pada tahun 1947.
Australia merupakan salah satu pendukung utama RI pada masa-masa mempertahankana
kemerdekaan. Australia juga berpartisipasia dalam Konferensi New Delhi.
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk menyelesaikan
perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris
di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan
persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai
tanggal 11 November 1946. Dalam perundingan ini Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh tim
yang disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim Schermerhorn dengan anggota H.J. van Mook, dan Lord
Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini.
Hasil perundingan terdiri dari 17 pasal yang antara lain berisi:
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth /Persemakmuran Indonesia-Belanda
dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.
Dalam perundingan ini Indonesia dirugikan karena wilayah Indonesia hanya meliputi Jawa, Sumatra dan Madura.
Pelaksanaan hasil perundingan ini juga tidak berjalan mulus. Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jendral H.J. van
Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada tanggal 21 Juli 1947,
meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat dari perbedaan penafsiran antara Indonesia dan
Belanda.
Pada tanggal 19 Desember 1948 agresi militer kedua dilancarkan Belanda dengan sasaran langsung ditujukan ke
ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta. Presiden, Wakil Presiden dan beberapa pejabat tinggi lainnya ditahan oleh
Belanda. Sebelum terjadinya aksi penangkapan, pemerintah RI melakukan sidang darurat yang salah satu
keputusannya memberi mandat kepada menteri kemakmuran, Mr. Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk
pemerintahan darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera.
Mandat tersebut ditandatangani oleh Presiden dan Wakil Presiden RI. Untuk menjaga kemungkinan gagalnya
pembentukan Pemerintahan darurat Republik Indonesia di Sumatera, Menteri Luar negeri Republik Indonesia H.
Agus Salim mengirimkan mandat kepada Mr. A. A. maramis, L.N. Palar, dan Dr. Sidarsono yang sedang berada di
India untik membentuk pemerintahan pengasingan (exile government) di new Delhi, India.
Mr. Syafruddin Prawiranegara tidak segera mengumumkan terbentuknya pemerintahan Darurat republik Indonesia di
Sumatera, sebab ia ingin memastikan bahwa para pemimpin Republik Indonesia di Yogyakarta benar-benar telah
ditahan. Setelah mendapat konfirmasi dari Mohammad Rasyid (residen Sumatera Barat) tentang penangkapan
tersebut, barulah Mr. Syafruddin Prawiranegara mengumumkan berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
pada tanggal 22 Desember 1948 yang berkedudukan di Bukittinggi.
Keberadaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia kemudian diumumkan lewat radio ke seluruh dunia. Ia
mengatakan bahwa pemerintahan Republik Indonesia tetap ada dan propaganda Belanda yang menyatakan bahwa
pemerintahan Republik Indonesia telah musnah tidak benar.
Keberadaan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ternyata diakui didalam dan luar negeri. Kalangan pejabat
tinggi TNI, sperti soedirman, A.H. nasution dan T.B. Simatupang segera mengitrim telegram ke Sumatera,
menyatakan bahwa mulai saat itu tentara Republik tunduk kepada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.
Sementara itu kontak-kontak Pemerintahan Darurat Republik Indonesia via India kedunia Internasional telah
menyebabkan semua negara (kecuali Belgia) mengecam tindakan Belanda di Indonesia. Pihak Belanda benar-benar
dibuat sebagai tersangka yang kehilangan muka di panggung pengadilan dunia. Kemenangan militer Belanda
dalam agresi militer pertama semakin tidak berarti dan sia-sia, sebab akhirnya Belanda harus menarik pasukan
kedaerah-daerah yang didudukinya. Dengan demikian Pemerintahan Darurat Republik Indonesia berhasil
mempertahankan keberadaan Republik Indonesia dalam situasi yang amat kritis.
Berbagai macam cara dilakukan Belanda untuk menguasai Indonesia kembali diantaranya pembentukan Negara-
negara boneka. Pihak Belanda membentuk pemerintahan Federal dengan Van Mook sebagai kepala
pemerintahannya. Dalam Konferensi Federal di Bandung pada tanggal 27 Mei 1948 lahirlah Badan
Permusyawaratan Federal (BFO: Bijeenkomst voor Federal Overleg) didalam BFO terhimpun Negara-negara boneka
ciptaan Belanda
1. Negara Indonesia Timur, terbentuk pada Desember 1946 dengan wali negara Cokorda Gde Raka Sukarwati.
2. Negara Sumatra Timur, terbentuk pada 24 Maret 1948 dengan wali negara Dr. Mansyur.
3. Negara Sumatra Selatan, terbentuk pada 30 Agustus 1948 dengan wali negara Abdul Malik.
4. Negara Jawa Timur, terbentuk pada 26 November 1948 dengan kepala negara RT. Kusumonegoro.
5. Negara Pasundan, terbentuk pada 26 Februari 1948 dengan wali negara RAA. Wiranatakusumah.
Karena adanya faktor pendukung diatas maka di Indonesiapun mulai muncul semangat nasionalisme. Semangat
nasionalisme ini digunakan sebagai ideologi/paham bagi organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi Nasional
di Indonesia diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno. PNI bertujuan untuk
memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya adalah
mencapai Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan pemerintahan Belanda di Indonesia. Dengan
Nasionalisme dijadikan sebagai ideologi maka akan menunjukkan bahwa suatu bangsa memiliki kesamaan budaya,
bahasa, wilayah serta tujuan dan cita-cita. Sehingga akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam
terhadap kelompok bangsa tersebut.
Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Tanjung Perak, Surabaya. Tentara Sekutu di bawah pimpinan
Brigadir Jendral Mallaby. Kedatangan tentara tersebut diikuti oleh NICA. Mula-mula tentara NICA melancarkan
hasutan sehingga menimbulkan kekacauan di Surabaya. Hal tersebut menimbulkan bentrokan antara rakyat
Surabaya dengan tentara Sekutu. Tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat.
Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan perdamaian. Tentara Sekutu mendatangkan pemimpin-pemimpin
Indonesia untuk mengadakan gencatan senjata di Surabaya. Tentara Sekutu tidak menghormati gencatan senjata.
Dalam insiden antara rakyat Surabaya dan tentara Sekutu, Brigjen Mallaby terbunuh. Letnan Jendral Christison
Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai
membunuh Jendral Mallaby. Permintaan tersebut diikuti ultimatum dari Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum
tersebut: Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal 9
November 1945 pukul 18.00 WIB. Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari
darat, laut, dan udara. Gubernur Suryo, diberi wewenang oleh pemerintah pusat untuk menentukan
kebijaksanaannya. Beliau bermusyawarah dengan pimpinan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan para pemimpin
perjuangan rakyat di Surabaya. Hasil musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya menolak ultimatum dan siap
melawan ancaman Sekutu. Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur Surabaya dari
darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau
menyerahkan sejengkal tanah pun kepada tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar
semangat rakyat. Dalam pertempuran yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur beribu-ribu pejuang
Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untuk
memperingati jasa para pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat
Indonesia.
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kurang lebih 2000 pasukan Jepang berhadapan dengan TKR
dan para pemuda. Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi menjadi salah satu
korban sehingga namanya diabadikan menjadi nama salah satu Rumah sakit di kota Semarang sampai sekarang.
Untuk memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
1. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada
tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang, karena Sekutu
diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan Belanda secara sepihak maka terjadilah perlawanan dari
TKR dan para pemuda. Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut Letkol
Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa. Kemudian Kolonel Sudirman terjun langsung dalam pertempuran tersebut
dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul mundur Sekutu sampai Semarang. Karena
jasanya maka pada tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan
berpangkat Jendral. Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infantri.
Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang
oleh TKR diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota Bandung
dikosongkan. Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut diulang tanggal 23 Maret
1946. Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi pimpinan TRI di
Yogyakarta mengintruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati TRI mengosongkan
kota Bandung. Sebelum keluar Bandung pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu
dan membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki
mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu Hallo-hallo bandung
Ir. Soekarno
Ir. Soekarno adalah tokoh proklamator Indonesia. Bung Karno yang membaca teks proklamasi
pada tanggal 17 Agustus 1945. Bung Karno lahir di Surabaya pada tanggal 6 Juni 1901. Bung Karno
putra kedua dari Bapak Raden Sukemi Sosrodiharjo, seorang kepala sekolah, dan ibunya seorang putri
dari Bali.
Pada tahun 1927 Ir. Soekarno bersama dengan Mr. Iskaq Cokrodisuryo, dr. Cipto Mangunkusumo,
Mr. Budiarto, Mr. Sunaryo mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Bung Karno sering keluar masuk
penjara namun hatinya tetap teguh. Bung Karno pernah berkata, Seorang pemimpin tidak berubah karena
hukuman. Saya masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan dan saya meninggalkan penjara
dengan pikiran sama.
Pada masa pendudukan Jepang, Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas
Mansyur memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Mereka dikenal sebagai Empat Serangkai. Setelah
Indonesia merdeka, PPKI memilih Ir.Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia.
Pada tanggal 21 Juni 1970, Ir. Soekarno meninggal dunia di RS Gatot Subroto, Jakarta.
Jenazahnya dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Ir. Soekarno adalah salah seorang pemimpin Indonesia
yang sangat besar jasanya kepada bangsa dan negara.
Drs. Moh. Hatta dan Ir. Soekarno disebut Dwitunggal Indonesia. Bung Hatta lahir pada tanggal 12
Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Sebagai mahasiswa di Belanda, Bung Hatta sering
mengadakan pertemuan dengan para pemuda Indonesia yang belajar di sana. Mereka bergabung dalam
Perhimpunan Mahasiswa. Mereka terdiri atas Moh. Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali Sastroamijoyo,
dan Abdul Majid. Perhimpunan Mahasiswa kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan
Indonesia. Drs. Moh. Hatta menjabat sebagai ketua redaksi majalah Indonesia Merdeka yang
dikeluarkan oleh Perhimpunan Indonesia.
Pada tahun 1932, Drs. Moh. Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan PNI-Baru yang
dipimpin Mr. Sartono. Drs. Moh. Hatta kemudian ditangkap dan diasingkan ke Boven Digul, Papua. Drs.
Moh. Hatta kemudian dipindahkan ke Banda Neira, Pulau Banda. Pada tahun 1942, Drs. Moh. Hatta
kembali ke Jawa.
Ketika Ir. Soekarno, menjabat presiden, Drs. Moh Hatta menjabat wakil presiden. Pada tahun
1956, Drs. Moh. Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden.
Drs. Moh. Hatta adalah pelopor usaha bersama di bidang koperasi. Karena jasanya itu, Drs. Moh.
Hatta diberi julukan Bapak Koperasi Indonesia. Pada tanggal 14 Maret 1980, Drs. Moh. Hatta
meninggal dunia dan dimakamkan di Jakarta.
Sutan Syahrir
Sutan Syahrir lahir pada tanggal 5 Maret 1909 di Padangpanjang, Sumatera Barat. Sutan Syahrir
putra dari Moh. Rasad Gelar Maharaja Soetan. Sutan Syahrir gemar membaca dan menimba ilmu
pengetahuan. Sebagai mahasiswa di Amsterdam (Belanda), Sutan Syahrir ikut aktif dalam Partai Sosial
Demokrat. Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1932-1934, Sutan Syahrir bergabung dengan
Gerakan Merdeka. Sutan Syahrir menjabat sebagai ketua Umum PNI-baru. Kegiataanya dalam bidang
berpolitik, mengakibatkan Sutan Syahrir sering keluar masuk penjara. Tahun 1935-1942, Sutan Syahrir
bersama Bung Hatta diasingkan ke Boven Digul, kemudian dipindahkan ke Banda Neira.
Untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, Sutan Syahrir ikut aktif bersama para pemuda
revolusioner yang dipimpin oleh Chaerul Saleh. Pada masa awal kemerdekaan, Sutan Syahrir menjadi
anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat). Sutan Syahrir pernah menjabat sebagai perdana
menteri. Sutan Syahrir meninggal dunia pada tanggal 19 April 1966.
Sultan Hamengkubuwono IX
Sultan Hamengkubowono IX lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 April 1912. Ibunya bernama
R.A Kustilah atau R. Ayu Adipati Anom, putri Pangeran Mangkubumi. Ayahnya bernama Gusti Pangeran
Haryo Purboyo (Sultan Hamengkubuwono VIII). Nama Sultan Hamengkubuwono IX pada masa kecil
adalah Dorojatun. Dorojatun adalah putra mahkota yang bergelar G.P.A.A. Mangkunegara. Dorojatun
menjadi Raja Yogyakarta dengan gelar Sultan Hamengkubowono IX (1940-1988).
Ahmad Soebarjo lahir di Teluk Jambe dekat Karawang, Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1896.
Ahmad Soebarjo mengawali pendidikannya di ELS (Europhesche Lagere School), di Jakarta.
Ahmad Soebarjo melanjutkan pendidikannya keHBS (Hoogere Burger School), Jakarta. Ahmad Soebarjo
kemudian melanjutkan sekolahnya ke sekolah jurusan hukum di Belanda dan lulus pada tahun 1933.
Pada peristiwa Rengasdengklok, Mr. Ahmad Soebarjo berperan dalam melakukan perundingan
dengan tokoh pemuda yang membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Mr. Ahmad
Soebarjo berhasil meyakinkan para tokoh pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilakukan
secepatnya dengan syarat Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Jakarta.
Mr. Ahmad Soebarjo adalah kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang yang dipimpin oleh
Laksamana Tadashi Maeda. Karena kedekatan Mr. Ahmad Soebardjo dengan Laksamana Tadashi Maeda,
maka rumah Laksamana Tadashi Maeda dapat digunakan untuk menyusun teks proklamasi, sehingga
luput dari perhatian pasukan Jepang di Jakarta. Mr. Ahmad Soebarjo meninggal dunia di Jakarta pada
bulan Desember tahun 1978.
B. Mempertahankan Kemerdekaan
Pada pagi hari tanggal 10 November 1945, suasana kota Surabaya tampak tegang. Bung Tomo
melalui siaran radio menyerukan kepada para pemuda Surabaya agar tetap semangat dan siap siaga
menghadapi segala kemungkinan. Bung Tomo menghimbau kepada para pemuda dari berbagai kota di
Jawa Timur dan Madura agar membantu perjuangan rakyat Surabaya.
Pasukan Sekutu segera mendatangkan sekitar 15 ribu tentaranya untuk menggempur kota
Surabaya. Saling tembak mulai terjadi di Perak. Gerakan pasukan Sekutu disertai dengan pemboman yang
ditujukan pada tempat-tempat strategis. Pada pertempuran tersebut rakyat Surabaya hanya dilengkapi
persejataan yang sederhana. Pertempuran berlangsung tidak seimbang. Korban berjatuhan dikedua belah
pihak. Rakyat Surabaya berhasil mempertahankan kota selama hampir 3 minggu. Dalam pertempuran itu
Bung Tomo membakar semangat para pejuang Surabaya melalui radio. Pekik perjuangan Bung Tomo
adalah maju terus pantang mundur.
Dalam pertempuran yang heroik itu, rakyat Surabaya dengan gigih mempertahankan
kemerdekaan. Untuk menghormati dan menghargai perjuangan rakyat Surabaya yang mencerminkan
tekad perjuangan seluruh bangsa Indonesia, maka setiap tanggal 10 November diperingati sebagai hari
Pahlawan.
Pada tanggal 14 Oktober 1945, 400 orang veteran tentara Jepang akan bekerja untuk mengubah
pabrik gula Cepiring, sebelah barat Semarang, menjadi pabrik senjata. Ketika dipindahkan ke Semarang,
mereka menyerang polisi Indonesia yang mengawalnya. Keadaan semakin memanas karena veteran
tentara Jepang tersebut bergabung dengan pasukan Jepang di Jatingaleh. Pertempuran pecah pada tanggal
15 Oktober 1945. Kurang lebih 2 ribu pasukan Jepang dibantu oleh batalion Jepang yang lain yang
bersenjata lengkap menghadapi TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan pemuda pelajar.
Pertempuran berlangsung 5 hari (15 20 Oktober 1945) dan baru berakhir setelah pemimpin TKR
berunding dengan pemimpin pasukan Jepang. Usaha perdamaian dipercepat karena kedatangan pasukan
Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Sekutu datang untuk melucuti pasukan Jepang dan
menawan mereka. Diperkirakan ada 2 ribu rakyat Indonesia dan 100 orang pasukan Jepang tewas dalam
pertempuran tersebut. Kegigihan rakyat Semarang dalam berjuang menjadi teladan bagi generasi penerus.
Untuk menghormati perjuangan rakyat Semarang maka di tengah Kota Semarang dibangun sebuah tugu
peringatan yaitu Tugu Muda.
Sulitnya komunikasi, transportasi, serta sensor yang ketat dari pihak Jepang,mengakibatkan berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia baru sampai di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945. Berita tersebut
dibawa oleh Mr. Teuku M.Hassan yang diangkat menjadi gubernur di Sumatera. Setelah menerima berita
proklamasi,para pemuda yang di pimpin oleh Achmad Taher bekas perwira tentara sukarela
(giyugun),membentuk barisan pemuda Indonesia pada tanggal 13 September 1945. Tindakan pertama
yang dilakukan adalah mengambil alih gedung-gedung pemerintahan pada tanggal 4 Oktober 1945 dan
merebut senjata dari tangan Jepang. Pasukan sekutu yang diboncengi oleh sedadu Belanda (NICA)
dipimpim oleh brigjen T.E.D.Kelly mendarat di Medan pada tanggal 9 Oktober 1945. Untuk menghadapi
segala kemungkinan,para pemuda segera membentuk TKR(Tentara Keamanan Rakyat) di Medan.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi pertempuran pertama pemuda dan pasukan Belanda yang
dikenal dengan Pertempuran Medan Area. Pada tanggal 18 Oktober 1945, tentara Sekutu di Medan
mengeluarkan maklumat yang melarang rakyat membawa senjata dan semua senjata harus diserahkan
kepada tentara Sekutu. Pada tanggal 10 Desember 1945 tentara Sekutu melancarkan serangan besar-
besaran dengan pesawat tempur dan kapal perang. Rakyat Indonesia menghadapi dengan gigih.
Akibatnya, jatuh korban cukup banyak diekdua belah pihak.
Kota Bandung dibumihanguskan oleh pejuang Indonesia pada tanggal 23 Maret 1946 setelah
pihak Indonesia mengeluarkan perintah untuk mengosongkan kota. Pada awalnya Sekutu menuntu agar
senjata hasil rampasan dari Jepang diserahkan kepada sekutu. Pada tanggal 21 November 1945, tentara
Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama agarmengosongkan Kota Bandung bagian utara, selambat-
lambatnya pada tanggal 29 November. Sejak saat itu sering terjadi kontak senjata antara penjuang
Indonesia dengan Sekutu. Batas kota bagian utara dan bagian selatan adalah relkereta api yang melintas di
Kota Bandung. Ultimatum kedua dikeluarkan pada tanggal 23 Maret 1946 oleh sekutu. Kali ini pejuang
Indonesia mengosongkan seluruh Kota Bandung. Namun, sebelum meninggalkan Bandung pejuang
Indonesia melakukan serangan serentak kearah pos-pos sekutu dan Sekutu dan membumihanguskan Kota
Bandung bagian selatan.Peristiwa ini disebut Bandung Lautan Api. Selain di Bandung,pertempuran
juga terjadi di Sukabumi Jawa Barat. Walaupun para pejuang Indonesia mundur dari Kota Bandung
namun semua itu dilakukan untuk kepentingan dan strategi yang lebih besar.
Peristiwa Bandung Lautan Api oleh seniman Ismail Marzuki diabadikan dalam lagu perjuangan
yang terkenal dengan judul Halo-halo Bandung dan Bandung Selatan.
Pertempuran Margarana
Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946, Belanda mendaratkan kurang lebih 2.000 tentara di Bali.
Mereka disambut oleh tokoh-tokoh Bali yang bersahabat dengan Belanda. Berdasarkan perjanjian
Linggajati, wilayah Indonesia hanyalah Sumatra,Jawa, dan Madura. Jadi Bali tidak termasuk wilayah
Indonesia. Ini membuat sedih Letkol I Gusti Ngurah Rai, pemimpin tentara Indonesia di Bali. Sementara
itu daerah-daerah Indonesia di bagian timur sedang giat mendirikan Negara boneka(Negara buatan
Belanda).
Pada tanggal 18 November 1946, pasukan I Gusti Ngurah Rai mulai melancarkan serangan kepada
pasukan Belanda. Kekuatan Belanda di Bali dan Lombok dikerahkan utuk menghadapi pasukan perang
puputan (pertempuran habis-habisan) yang terjadi di Margarana pada tanggal 29 November 1946 dan
sebelah utara Tabanan. I Gusti Ngurah Rai gugur bersama seluruh anak buahnya. Gugurnya I Gusti
Ngurah Rai melicinkan jalan bagi Belanda untuk mendirikan Negara boneka atau negara buatan Belanda
di Indonesia timur. Perjuangan I Gusti Ngurah Rai mencerminkan tekad bangsa Indonesia yang ingin
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasukan Sekutu mendarat di Palembang (Sumatra Selatan) pada tanggal 12 Oktober 1945
dipimpin oleh Letkol Carmichael yang diikuti oleh tentara NICA. Kekuatan Sekutu ditambah terus
sampai bulan Maret 1946. Akibatnya, kontak senjata dengan pejuang Indonesia sering terjadi. Belanda
menuntut agar kota Palembang dikosongkan. Para pejuang Indonesia menolak tuntutan tersebut.
Akibatnya, perang besar terjadi pada tanggal 1 Januari 1947. Pertempuran hebat tersebut berlangsung
selama 5 hari. Seperlima kota Palembang hancur, korban berjatuhan dikedua belah pihak. Pada tanggal 6
Januari 1947 dicapai persetujuan gencatan senjata antara Belanda dan pihak Indonesia. Isi perjanjian
mengharuskan indonesia mundur 20km dari kota Palembang. Mundurnya pasukan Indonesia adalah untuk
melaksanakan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Tanggal 1-5 Januari 1947 TKR (Tentara Keamanan Rakyat) melakukan latihan di Teluk Cirebon
yang melibatkan angkatan darat dan angkatan laut. Belanda campur tangan dengan melakukan serangan
dan terjadilah serangan di Teluk Cirebon. Kapal Indonesia GAJAH MADA mendapat serangan hebat dari
Belanda sehingga rusak dan tenggelam. LetnanSamadikun Komandan Kapal GAJAH MADA gugur.
Walaupun banyak kerugian yang ditanggun oleh TKR namun pejuang tersebut memperlihatkan behwa
bangsa Indonesia tidak kenal menyerah.
Untuk mendukung proklamasi kemerdekaan, komite Van Actie Menteng 31 melopori gerakan
pemuda untuk mengerahkan masyarakat dalam rapat di lapangan Ikada, Jakarta. Rapat yang dilaksanakan
tanggal 19 September 1945, dihadiri oleh ribuan massa dari sekitar Jakarta, juga dihadiri oleh presiden
Soekarno dan wakil presiden Drs. Moh. Hatta. Dalam pidatonya yang singkat presiden Soekarno
berpesan kepada rakyat agar tetap percaya kepada pimpinan serta kembali dengan tertib dan tenang
sambil menunggu perintah selanjutnya. Hal ini dilakukan presiden Soekarno untuk menghindari insiden
dengan tentara Jepang yang melakukan pengawasan.
Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Di masa penjajahan Hindia Belanda, Kasultanan Yogyakarta merupakan salah satu pecahan
Kasultanan Mataram berdasarkan Perjanjian Giyanti 1755 dan Perjanjian Salatiga 1757. Kasultanan
Yogyakarta memiliki andil yang cukup besar dalam kancah perjuangan bangsa. Di sekitar tahun 1945
Kasultanan Yogyakarta berada dibawah kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Tak kala berita proklamasi mulai tersebar di seluruh pelosok tanah air Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dengan spontan menyatakan Yogyakarta bergabung dengan RI. Dukungan spontan
diumumkan pada 5 September 1945. Adapun bunyi pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah
sebagai berikut.
1. Bahwa Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan adalah Daerah Istimewa dari Negara
Republik Indonesia.
2. Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat, dan oleh karena itu berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala urusan pemerintahan
dalam Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat mulai saat ini berada di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan
lainnya kami pegang seluruhnya.
3. Bahwa perhubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Negara Republik
Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas Negeri kami langsung kepada Presiden
Republik Indonesia.
(5 September 1945)
Hamengkubuwono IX
Presiden sebagai kepala pemerintahan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh sebuah dewan
menteri yang disebut kabinet. Berkenaan dengan hal itu presiden Soekarno menugaskan sebuah panitia
kecil yang terdiri dari Achmad Subarjo (ketua), Sutarto Kartohadikusumo, dan Kasman Singodimedjo
untuk membentuk susunan kementrian rancangan susunan kementrian selanjutnya disampaikan dalam
rapat pleno PPKI. Pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI kemudian menetapkan 12 menteri yang
memimpin Departemen dan 4 menteri negara dalam lingkungan pemerintahan. Pengumuman
pembentukan kabinet pertama pada 12 September 1945.
1. Keadaan Politik
Pasca proklamasi kemerdekaan, para tokoh tokoh Indonesia
berusaha untuk membenahi tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Seperti yang kita ketahui suatu negara yang baru merdeka
pastinya memerlukan suatu dasar negara dan pemempin yang
mampu melaknakan dan memimpin pemerintahan.selain itu juga
perlunya membentuk bdan badan atau lembaga yang berpungsi
membantu pemimpin negara untuk menjalankan tugasnya. Hal ini
dapat kita lihat dalam rapat PPKI pada tangal 18 Agustus 1945 yang
hasilnya adalah mengesahkan Undang- Undang Negara, mengangkat
Presiden dan wakil presiden. Adapun hasil hasil rapat PPKI
selanjutnya adalah membentuk alat alat perlengkapan negaraseperti
membentuk komite nasional, kabinet pertama RI, d.l.l. pokoknya
membahas mengenai hal hal yang berkaitan dengan politik
Indonesia. Namun keadaan politik Indonesia pada masa ini belum
dapat dikatakan stbil atau baik hal ini dapat dilihat dari seringnya
perubahan kabinet dan masih terdapat penyimpangan
penyimpangan dalam pelaksanaan pemerintahan.
2. Keadaan Ekonomi
Bagi bangsa yang baru merdeka selain bidang politik yang perlu
ditata ada lagi bidang ekonomi yang juga tak luput dari perhatian para
pembesar atau tokoh tokoh bangsa indonesia. Namun tak mudah
dalam hal ini karena bansa indoneia dihadapkan pada hal yang rumit
yaitu mengenai masih adanya campur tangan dari bangsa kolonial.
Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dari
segi ekonomi pada masa tersebut:
a. Masalah menentukan mata uang yang diberlakukan
b. Adanya blokade yang dilakukan oleh Belanda terhadap ekspor RI
c. Masalah rendahnya penghasilan rakyat sehingga tingkat
kemiskinan angat tinggi
Hal hal di atas merupakan msalah yang dihadapi dan perlu
dipecahkan oleh bangsa Indonesia. Untuk menghadapi masalah di
atas bansa Indonesia mengeluarkan mata uang kertas pertama dan
melakukan hubuangan luar negeri dengan negara negara maju di
dunia.
5. Historiografi di Indonesia
Penulisan sejarah pada masa pasca kemerdekaan didominasi oleh
penulisan mengenai peristiwa-peristiwa yang masih hangat waktu itu,
yaitu mengenai perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan
dan mempertahankan kemerdekaan. Pada masa ini penulisan sejarah
meliputi beberapa peristiwa di Indonesia yang ditulis oleh orang
Indonesia sendiri. Tentu saja objektivitasnya dapat dipertanggung
jawabkan karena menulis sejarah adalah orang yang berada pada saat
peristiwa tersebut terjadi. Sehingga dapat dilihat perkembangan
Indonesia-sentris yang mulai beranjakDan tentu saja hal ini sangat
berpengaruh bagi perkembangan sejarah itu sendiri.
Pada masa ini penulisan sejarah meliputi beberapa peristiwa penting,
misalnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dan pembentukan
pemerintahan Republik Indonesia. Kejadian kejadian sekitar
proklamasi kemerdekaan Indonesia yang meliputi sebab-sebab serta
akibatnya bagi bangsa ini merupakan sorotan utama para penulis
sejarah. Fokus penulisan sejarah pada masa ini biasanya mengangkat
tentang tokoh-tokoh pahlawan nasional yang telah berjasa dalam
memperjuangkan kemerdekaan dan tokoh-tokoh politik yang
berpengaruh pada masa itu. Bahkan banyak biografi-biografi tokoh
pahlawan nasional yang diterbitkan misalnya saja Teuku Umar,
Pangeran Diponegoro, atau Imam Bonjol. Selain biografi tentang
pahlawan nasional, banyak juga ditemui tulisan mengenai tokoh
pergerakan nasional seperti Kartini, Kiai Haji Wahid Hayim. Biografi-
biografi tersebut diterbitkan dimungkinkan karena alasan untuk
menumbuhkan rasa nasionalisme diantara kalangan masyarakat.
Pada kondisi dimana sebuah Negara baru berdiri, nasionalisme
sangatlah penting mengingat masih betapa rapuhnya sebuah Negara
tersebut seperti bayi yang baru lahir, sangat rentan terhadap penyakit
baik dari dalam maupun dari luar. Dan nasionalisme menjaga
keutuhan sebuah Negara tersebut agar tetap tegar dan tumbuh
menjadi sebuah Negara yang makmur dikemudian hari.Tetapi pada
masa ini juga terdapat terobosan baru, yaitu munculnya peranan-
peranan rakyat kecil atau wong cilik sebagai pelaku sejarah yang
dipelopori oleh Prof. Sartono Kartodirjo. Semenjak itu khasanah
historiografi Indonesia bertambah luas.
Perkembangan yang terlihat pada penulisan sejarah Indonesia adalah
kata-kata "pemberontakan" yang dahulu sering ditulis oleh para
sejarawan Eropa, kini berganti menjadi "perlawanan" atau
"perjuangan". Hal tersebut logis karena sebagai bangsa yang terjajah
tentu saja harus melawan untuk mendapatkan kemerdekaan dan
kebebasan. Histtoriografi pasca kemerdekaan yang Indonesia-sentris
merupakan antitesis dari sejarah Neerlandosentris. Apabila versi arus
utama Belanda mengenai sejarah Hindia-Belanda mengagung-
agungkan pasifikasi dan kemajuan. Sebaliknya, narasi nasionalis
berpusat pada perjuangan untuk mewujudkan negara demokrasi
sekuler yang berakar dalam identitas bersama (dan baru). Sementara,
dari sisi hal yang ditekankan dan struktur, sebenarnya kedua
perspektif sejarah itu sebagian besar identik satu sama lain. Hal yang
dilukiskan sebagai keburukan (kejahatan atau fanatik) dalam narasi
Belanda menjadi kepahlawanan dalam versi nasionalis (perjuangan
tanpa pamrih). Namun, fokus utama tetap sama, yakni negara dan
pengalaman kolonial (Sutherland, 2008:40). Sebagaimana visi
Neerlandosentris, visi Indonesiasentris juga mencari legitimasi
2 . Puputan Margarana
Isi dari perundingan Linggarjati pada tanggal 10 november 1946 adalah Belanda
mengakui secara de facto wilayah Indonesia yaitu JAWA, SUMATRA, dan
MADURA, namun Bali tidak termasuk yang menyebabkan rakyat bali kecewa
berat. Kemudian Belanda membujuk I GUSTI NGURAH RAI untuk membentuk
Negara Indonesia Timur (NIT). Namun ajakan tersebbut ditolak dengan tegas
dan dijawab dengan perawanan senjata. Kemudian pada tanggal 29 November
1946 Di Margarana,Tabanan,Bali terjadi peperangan besar dan hebat, disana
Igusti Ngurah Rai mengobarkan perang PUPUTAN. Akan tetapi I Gusti Ngurah
Rai beserta kelompoknya gugur sebagai bunga bangsa dalam pertempuran
karena kalah dalam persenjataan. Perang tersebut akhirnya disebut dengan
Puputan Margarana (Perang mati-matian demi membela nusa dan bangsa).
3. Peristiwa Westerling di Makassar
Pada bulan Desember 1946 Belanda mendaratkan pasukannya di wilayah Sulawesi Selatan yang
dipimpin oleh Raymond Westerling untuk membersihkan wilayah tersebut dari orang yang
memberontak pembentukan NIT serta pejuang disana. Kemudian pasukannya mulia meneyran
kea rah desa pada tanggal 7-25 Desember dan pada tanggal 10 Desember 1946 wilyah tersebut
dinyatakan sebagai wilayah perang. Korban peristiwa tersebut mencapai kurang lebih 40.000
orang, coba kalian bayangkan betapa sadisnya dia!
Detik-detik menjelang diproklamasikan kemerdekaa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak terjadi
beberapa peristiwa yang sangat penting :
Tanggal 9 Agustus 1945,Marsekal Terauchi, Panglima besar tentara Jepang di Asia Tenggara memanggil Ir.
Soekarno, Moh. Hatta dan Dr. Radjiman Wedyodiningrat kemarkasnya di Dalat (Saigon). Ia kemudian
menyampaikan keputusan pemerintah Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan ini
dilatar belakangi keinginan menarik dukungan dan simpati lebih banyak dari bangsa Indonesia yang saat itu tentara
Jepang semakin terdesak oleh sekutu.Sebenarnya, pertemuan di Dalat tersebut merupakan momentum penting bagi
bangsa Indonesia. Akan tetapi, peristiwa ini merupakan pemicu dari terjadinya perbedaan pendapat antara
tokoh golongan tua dan golongan muda.
2. Peristiwa Rengasdengklok.
Berita peristiwa pemboman kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 serta Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945,
disusul jepang menyerahkan diri kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, meskipun berita tersebut di tutupi,
pada akhirnya sampai juga kepada telinga pada pemuda melalui siaran radio BBC di Bandung. Hal ini memperkuat
tekada dan semangat para pemuda untuk segera bergerak memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Setelah mendengar kekalahan Jepang tersebut, tanggal 15 Agustus 1945 para pemuda berkumpul diruang
belakang gedung Bakteriologi, Jalan Pegangsaan Timur no.13, Jakarta, dibawah pimpinan Chaerul
Saleh.Pertemuan ini membahas kekalahan Jepang dan persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hasil
keputusannya adalah bahwa kemerdekaan Indonesia adalah masalah bangsa Indonesia sendiri yang tidak dapat
digantungkan pada bangsa lain. Oleh karena itu proklamasi kemerdekaan harus dilakukan oleh bangsa Indonesia
sendiri.
Para pemuda segera mengirimkan utusan (Wikana dan Darwis) untuk segera menghadap Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta agar segera menyampaikan hasil rapat tersebut. Namun kedua tokoh tersebut menolak gagasan para pemuda
dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan mempunyai tugas untuk memelihara status quo sebelum
pasukan sekutu datang ke Indonesia. Selain itu, Soekarno-Hatta baru akan membicarakan masalah kemerdekaan
Indonesia dalam sidang PPKI pada tangal 16 Agustus 1945.
Namun kedua tokoh ini menolak gagasan pemuda tersebut dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan
mempunyai tugas memelihara status quo sebelum pasukan sekutu datang ke Indonesia. Selain itu Soekarno-Hatta
baru akan membicarakan masalah kemerdekaan Indonesia dalam sidang PPKI tanggal 16 Agustus 1945.
Wikana dan Darwis melaporkan hasil pembicaraan dengan Soekarno-Hatta kepada para pemuda yang telah
berkumpul di Asrama Menteng 31 pada pukul 24.00 wib. Para pemuda tersebut antara lain Chaerul Saleh, Yusuf
Kunto, Surachmat, Johan Nur, Singgih, Mandani, Sutrisno, Sampun, Subadio, Kusnandar, Abdurrahman dan Dr.
Muwardi.
Setelah para pemuda mendengar hasil laporan tersebut, para pemuda merasa kecewa sehingga suasana rapat
menjadi panas. Akhirnya diputuskan perlunya untuk mengamankan Soekarno-Hatta keluar kota yang jauh dari
pengaruh Jepang. Persoalan Soekarno-Hatta selanjutnya diserahkan kepada Syudanco Singgih dan kawan-kawan
dari Peta Jakarta.
Dalam melaksanakan tugasnya, Syudanco Singgih didampingi Sukarni dan Yusuf Kunto. Menurut Singgih
Soekarno-Hatta akan dibawa ke Rengasdengklok sebagai tempat untuk mengamankan Soekarno-Hatta dengan
alasan:
1. Rengasdengklok dilatar belakangi laut Jawa, sehingga jika ada serangan dari tentara Jepang dapat segera pergi
melalui laut.
2. Didaerah sekitar Rengasdengklok, di Purwakarta, Cilamaya (barat), Kedung Gedeh (selatan), dan Bekasi (Timur)
telah siap pasukan Peta untuk menjaga segala kemungkinan.
Setelah rapat selesai, dengan mengendarai mobil, Singgih bersama Sutrisno, Sampun dan Surachmat menuju rumah
Ir. Soekarno dan menjemput Moh. Hatta untuk membawa mereka beserta keluarga ke Rengasdengklok.
Setelah sampai di rengasdengklok, Soekarno-Hatta tetap tidak bersedia menyatakan kemerdekaan sebelum ada surat
pernyataan resmi menyerah dari Jepang. Namun ditengah perdebatan itu, Ahmad Subarjo muncul dan
memberitahukan kepada Soekarno-Hatta bahwa Jepang memang telah menyerah kepada sekutu. Mendengar kabar
itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya, diadakan perundingan dengan kelompok pemuda dan Ahmad Subarjo memberikan jaminan kepada
para pemuda bahwa Soekarno-Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di
Jakarta. Setelah tercapai, pada sore harinya Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta bersama Ahmad Subarjo dan Sudiro.
Sekitar pukul 02.00 wib dini hari, soekarno-Hatta tiba di Jakarta. Atas usaha Ahmad Subarjo diperoleh sebuah
tempat, yaitu dirumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, seorang perwira Jepang dengan jabatan Wakil
Komandan Angkatan Laut Jepang di Jakarta. Rumah tersebut terletak dijalan Imam Bonjol No.1 Jakarta Pusat.
Tempat tersebut dianggap sebagai tempat paling aman dari ancaman pemerintah militer.
Sebelum Soekarno-Hatta merumuskan teks Proklamasi, ia menghadap dulu Jendral Nishimura yang menyatakan
bahwa Jepang tetap akan mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Soekarno-Hatta akhirnya memutuskan
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan Jepang. Mereka kemudian menuju rumah
laksamana Muda Tadashi Maeda. Disana ternyata telah berkumpul para pemuda dan beberapa tokoh PPKI. Ketika
para pemimpin nasional sedang merumuskan teks proklamasi. Laksamana muda Tadashi Maeda mengundurkan diri
dan pergi keruang tidurnya. Sementara itu datang orang kepercayaan Nishimura, yaitu Miyosi bersama Sukarni,
Sudiro dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno-Hatta dan ahmad Subarjo merumuskan naskah teks proklamasi.
Setelah selesai dirumuskan, Ir. Soekarno membacakan naskah teks proklamasi dihadapan hadirin. Moh. Hatta
menyarankan agar semua yang hadir menandatanganinya. Namun, usul ini ditentang golongan
muda. Sukarni kemudian mengusulkan agar naskah tersebut hanya ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Usul tersebut diterima oleh semua pihak. Ir Soekarno kemudian meminta Sayuti Melik untuk
mengetiknya.
Setelah diketik naskah teks Proklamasi mengalami beberapa perbaikan, yaitu mengubah kata tempoh
menjadi tempo, wakil bangsa Indonesia menjadi atas nama bangsa Indonesia, Djakarta 17-8-
05 menjadi Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05. Naskah yang telah diketik kemudian ditandatangani oleh
Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Sukarni mengusulkan agar naskah proklamasi kemerdekaan dibacakan didepan massa di lapangan
Ikada. Namun usul tersebut ditolak karena Ir. Soekarno menganggap lapangan Ikada adalah lokasi yang bisa
menimbulkan bentrokan antara rakyat dan pihak militer Jepang. Ir. Soekarno kemudian menyarankan dirumahnya
di jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. Saran ini disetujui semua pihak.
Sudiro, Sekretaris Ir. Soekarno menugasi S. Suhud (Komandan pengawal rumah Bung Karno dan pemimpin barisan
pelopor) agar menyiapkan tiang bendera dari bambu. Bendera merah putih yang dijahit ibu Fatmawatitelah
disiapkan. Pasukan PETA dibawah komandan Syudanco Latief Hendraningrat dan Syudanco Abdurrahman, dengan
senjata lengkap telah berjaga disekitar rumah tersebut.
Menjelang pukul 10.00, tokoh-tokoh nasional telah hadir ditempat upacara. Diantaranya Dr. Buntaran, M. Sam
Ratulangi, A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, Mr. Sartono, S.K. Trumurti, M. Tabrani, Dr.
Muwardi, Sayuti Melik, A.G. Pringgodigdo, Pandu Kartawiguna dan para tokoh pemuda.
Para hari Jumat, bulan Ramadhan tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 wib dilaksanakan upacara Proklamasi
kemerdekaan indonesia dengan susunan acara :
Dengan suara yang mantap, Ir. Soerkarno menyampaikan pidato pendahuluan yang singkat dilanjutkan dengan
membacakan teks proklamasi kemerdekaan.
Setelah pembacaan proklamasi, Syudanco Latief Hendraningrat mengerek bendera merah putih diiringi lagu
Indonesia raya oleh seluruh peserta upacara. Upacara kemudian ditutup dengan sambutan walikota Jakarta Suwirjo
dan Dr. Muwardi. Setelah itu para hadirin berpelukan dan kemudian menyalami Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Dengan proklamasi kemerdekaan itu, berakhirlah penjajahan Jepang di Indonesia selama kurang lebih 3,5 tahun.
DAFTAR PUSTAKA NYA Y VIR
http://www.markijar.com/2016/10/4-peristiwa-penting-menjelang.html
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=IMQBWd_7CoSt0gTCpZGoCA#q=peristiwa+peristiwapenting+
setelah+proklamasi
http://snfworld.blogspot.co.id/2013/08/peristiwa-peristiwa-penting.html
http://bimawidya.blogspot.co.id/2011/11/peristiwa-peristiwa-sesudah-proklamasi.html
http://prabumandvi.blogspot.co.id/2012/12/huuft-kali-ini-saya-bakalan-posting.html
http://jasmerah-indonesia.blogspot.co.id/2013/03/peristiwa-penting-sekitar-proklamasi.html