PEMBIMBING:
dr. Trie Hariweni, Sp.A BTCLC
DISUSUN OLEH :
Irene Fausta Wijono
406152029
IDENTITAS PASIEN
AYAH
Usia : 31 tahun
Pendidikan : STM
IBU
Usia : 34 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
RIWAYAT PENYAKIT
Allo anamesis dilakukan kepada ibu pasien pada tanggal 25 Agustus 2016 Agustus .
Keluhan tambahan : Nafsu makan menurun, nyeri kepala, nyeri pada perut,
mimisan, dan lemas.
Ibu pasien mengatakan pasien panas sejak 4 hari SMRS (Sabtu, 20 Agustus
2016). Panas yang dialami pasien naik turun, selain itu panas tidak turun ketika sudah
diberikan obat Paracetamol selama 3 hari.
Selain demam, pasien memiliki keluhan nyeri kepala dan nyeri perut sejak 3
hari SMRS (Minggu, 21 Agustus 206), dimana nyeri kepala dirasakan pada seluruh
kepala. Pada perut nyeri dirasakan terutama dibagian ulu hati.
Pada hari hari Rabu 24 Agustus 2016 pasien mengalami perdarahan pada
hidung sebanyak 2 kali sebelum akhirnya dibawa ke IGD RSPJ. Ibu pasien
mengatakan bahwa nafsu makan anaknya berkurang, tidak ada keluhan mual maupun
muntah. BAB dan BAK dalam batas normal.
RIWAYAT KELUARGA
Corak Reproduksi
AYAH IBU
Perkawinan ke- 1 1
Konsanguitas - -
Keadaan kesehatan/ - -
penyakit bila ada
Ayah dan ibu pasien tidak memiliki riwayat HT, DM, maupun alergi.
DATA PERUMAHAN
Kehamilan
Kelahiran
3. Menangis langsung : Ya
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Psikomotor
1. Senyum : 2 bulan
2. Miring : 3 bulan
3. Tengkurap : 4 bulan
4. Duduk : 8 bulan
5. Merangkak : 9 bulan
6. Berdiri : 10 bulan
7. Berjalan : 1 tahun
8. Berbicara : 1 tahun
9. Membaca dan menulis : 4 tahun
Perkembangan pubertas
Laki-laki
1. Rambut pubis : -
2. Perubahan suara : -
RIWAYAT MAKANAN
02 V - - - -
24 V - - - -
46 V V - - -
68 V V V - -
8 10 V V V - V
10 - 12 V V V - V
Sayur -
Telur -
Ikan -
Tahu Tempe -
Otitis, Radang Paru, TBC, Kejang, Ginjal, Jantung, Difteri, Morbili, Parotitis, Demam
berdarah, Demam tifoid, Cacingan,Alergi, Trauma, Operasi, dan Kecelakaan :Tidak
ada
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 25 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB
Pemeriksaan umum
Suhu : 36,5 c
Napas : 22 x / menit
Data Antropometri
BB : 22 kg
TB : 122 cm
Lingkar kepala : 50 cm
Lingkar dada : 63 cm
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
Bibir : Sianosis
Leher
Pembesaran KGB : -
Thoraks
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, mengikuti pergerakan ketika inspirasi, tidak
terdapat massa ataupun deformitas.
Jantung
Irama : Reguler
Abdomen
Genitalia : dbn
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematokrit : 31 ( 40 - 52)
Widal : Negatif
RINGKASAN
Seorang pasien anak berusia 6 tahun, datang ke IGD RSPJ dengan keluhan
demam tinggi sejak 4 hari SMRS (20 Agustus 2016). Demam dirasakan pasien
sepanjang hari, demam tidak turun walaupun pasien telah mengkonsumsi Paracetamol
selama 3 hari. Selain demam, pasien juga memiliki keluhan pada hidung pasien
mengeluarkan darah (mimisan ) sebanyak 2 x pada tanggal 24 Agustus 2016.Keluhan
lainnyanyeri kepala, nyeri perut, lemas, nafsu makan berkurang. Keluhan mual dan
muntah disangkal oleh pasien. Riwayat BAB dan BAK dalam batas normal.Pada hasil
pemeriksaan fisik (pada tanggal 25 Agustus) didapatkan adanya nyeri tekan pada
epigastrium dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Leukosit: 3,61 (5,00
10,0), Eritrosit : 4,35 (4,5 5,5) ,Hb :10,5(13 16), Hematokrit : 30,8 ( 40 -
48), dan Trombosit: 71 ( 150 - 400 ).
DIAGNOSIS KERJA : DHF stadium III
PROGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Ranitidin
PENDAHULUAN
Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun
1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke sebagian
besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. (WHO, 2011)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etilogi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan
virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain
seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus (Suhendro,
Nainggolan, Chen).
2.3 Patogenesis
Respon imun yang diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah :
a) Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berparan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimeasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi
antibody. Antibody terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi
virus pad monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut
antibody dependent enhancement (ADE);
b) Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berepran dalam respon
imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi
IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10;
c) Monosit dan makrolag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan
sekresi sitokin oleh makrofag;
d) Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya
C3a dan C5a.
2.4 Diagnosis
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang
dan perasaan lelah.
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
Nyeri kepala.
Nyeri retro-oebital.
Mialgia / artralgia.
Ruam kulit.
Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif).
Leukopenia.
Selain itu, pada pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien
DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal ini
di bawah ini dipenuhi :
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik. Terdapat minimal
satu dari manifestasi perdarahan berikut :
Uji bendung positif. Petekie, ekimosis, atau purpura. Perdarahan mukosa (tersering
epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain. Hematemesis atau
melena.
Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul). Terdapat minimal satu tanda-
tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut :
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD
adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma. (WHO, 1997)
Tabel 2.1. Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue (WHO, 1997).
2.5. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes
serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody
total, IgM maupun IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru
(LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8. Hematokrit:
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit 20%
dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3
demam.
Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan
darah.
Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM: terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah
60-90 hari.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder
IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
Uji III: Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. (WHO, 2006)
2.7 Tatalaksana
DAFTAR PUSTAKA