Akibat adanya infeksi maka terjadi infiltrasi pada lapisan epitel, yang apabila
epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial akan mengadakan reaksi, terjadi
pembendungan radang dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Jika iritasi terus
terjadi maka terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring, tampak mukosa
menebal serta terjadi pembengkakan dan hipertrofi kelenjar limfe dibawahnya
gambaran granuler
Bilateral:
1. Tonsilitis bakterial
2. Tonsilitis viral
3. Tonsilitis Difteri
4. Tonsilitis kronis
Unilateral:
1. Abses peritonsil
2. Limfoma
3. Keganasan
i
Methylprednisolone memberikan efek samping sebagai berikut:
Insufisiensi adrenokortikal :
Dosis tinggi untuk periode lama dapat terjadi penurunan sekresi endogeneous
kortikosteroid dengan menekan pelepasan kortikotropin pituitary insufisiensi
adrenokortikal sekunder.
Efek muskuloskeletal :
Nyeri atau lemah otot, penyembuhan luka yang tertunda, dan atropi matriks
protein tulang yang menyebabkan osteoporosis, retak tulang belakang karena
tekanan, nekrosis aseptik pangkal humerat atau femorat, atau retak patologi
tulang panjang.
Efek endokrin :
Menstruasi yang tidak teratur, timbulnya keadaan cushingoid, hambatan
pertumbuhan pada anak, toleransi glukosa menurun, hiperglikemia, bahaya
diabetes mellitus.
Efek dermatologi :
Atropi kulit, jerawat, peningkatan keringat, hirsutisme, eritema fasial, striae,
alergi dermatitis, urtikaria, angiodema.
ii
Daftar Pustaka
iii
1. Adam GL, Boies LR, Higler PA. Penyakit Nasofaring dan Orofaring.
Dalam: Boies Buku Ajar Penyakit Teling Hidung Tenggorok. Edisi
Keenam. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 1997
2. Rahmawati Y. Peta Kuman Dan Resistensinya Terhadap Antibiotika Pada
Pasien Faringitis Di Rsud Dr. Moewardi Tahun 2014 (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
3. Djuanda A. Pengobatan Dengan Kortikosteroid Sistemik Dalam Bidang
Dermatovenereologi. Dalam: Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi Ketujuh. Jakarta: KFUI; 2015
iv