ABSTRAK
Bakteriuria asimtomatik seringkali dijumpai pada kehamilan. Bila tidak mendapatkan pengobatan, sebanyak
20-30% kasus bakteriuria asimtomatik akan mengarah pada pielonefritis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
prevalensi bakteriuria asimtomatik pada ibu hamil. Sebanyak 184 sampel urine dari ibu hamil dengan berbagai
usia kehamilan yang datang untuk pemeriksaan rutin di Puskesmas Kecamatan Tambora, diuji secara bakteriologis.
Hasil penelitian menunjukkan, 65 ibu hamil (35,3%) memberikan hasil hitung koloni sebesar >100.000 cfu/mL.
Identifikasi dari isolat menunjukkan bahwa seluruhnya adalah Escherichia coli. Proporsi terbesar didapatkan
pada wanita berusia 20-30 tahun sebesar 72,3%. Usia kehamilan >28 minggu merupakan kelompok dengan
bakteriuria yang paling banyak 48,7%. Ditinjau dari frekuensi kehamilan, pada kehamilan 3 ditemukan paling
banyak kasus bakteriuria. Sedangkan piuria banyak didapatkan pada ibu hamil dengan bakteriuria pada usia
kehamilan >28 minggu. Uji kepekaan terhadap isolat E. coli menunjukkan bahwa antibiotika yang masih efektif
adalah golongan quinolon sedangkan terhadap obat-obat yang termasuk golongan betalaktam banyak yang resisten.
Asymptomatic bacteriuria is common in pregnancy. If left untreated, asymptomatic bacteriuria will lead to
acute pyelonephritis in 20-30% of cases.The objective of the study was to determine the prevalence of asymptomatic
bacteriuria ini pregnancy. A total of 184 urine samples from pregnant mothers at various weeks of gestation who
visited Tambora Health Center for antenatal care examinations were cultured. Colony count showed 65 subjects
(35.3%) with colonial growth of >100,000 cfu/mL and the organisms were identified as Escherichia coli.
Bacteriuria was found predominant (72.3%) in pregnant mothers 20-30 years of age. High frequency of bacteriuria
was found in multi para mothers 3 and more. Pyuria was found frequently in pregnant mothers after 28 weeks of
gestation. Antibiotic susceptibility test performed on E. coli showed that quiniolone was the group of antibiotics
against which still susceptible while against beta-lactam most of them were resistant.
127
Bukitwetan, Salim, Surjawidjaja, dkk. Bakteriuria pada kehamilan
128
J Kedokter Trisakti Oktober-Desember 2004, Vol. 23 No. 4
Kepada subyek dijelaskan mengenai cara yang masing-masing dijumlahkan kemudian dirata-
layak untuk mengumpulkan urine. Sebelum ratakan; dengan demikian didapatkan angka jumlah
berkemih penderita diminta untuk membersihkan kuman per mililiter urine. Terhadap isolat dilakukan
genitalia eksterna terlebih dahulu dengan air sabun identifikasi dengan menggunakan metode baku yang
kemudian dibilas dengan air. Air kemih awal berlaku.(7)
dibiarkan tidak ditampung, tetapi air kemih di
tengah-tengah (arus tengah) ditampung sebanyak Interpretasi hitung koloni
20-30 mL di dalam tempat steril yang telah Jika pada lempeng agar darah didapatkan
disediakan. Subyek juga diminta untuk menjaga jumlah koloni <10.000 cfu/mL maka dianggap
agar tempat tampung urine tidak menyentuh paha, bukan bakteriuria; bila 10.000 sampai 100.000 cfu/
genitalia eksterna, pakaian dan tidak memegang mL mungkin karena kontaminasi; dan bila jumlah
bagian dalam dari tempat tampung tersebut. Setelah kuman 100.000 cfu/mL, ini dianggap bermakna
diperoleh, urine segera dimasukkan ke dalam sebagai suatu bakteriuria.(7)
kantong plastik yang berisi potongan-potongan es
dan dibawa ke Puskesmas. Dari Puskesmas urine Jumlah lekosit urine
segera ditansport di dalam kotak pendingin ke Sepuluh mililiter sampel urine yang telah
Laboratorium Mikrobiologi FK USAKTI untuk dikocok merata dengan menggunakan vorteks
diproses. dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan dipusing
dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit. Cairan
Pemeriksaan mikroskopis supernatan dibuang dan endapannya (sedimen)
Pemeriksaan mikroskopis langsung dilakukan diambil. Satu tetes sedimen diletakkan di atas gelas
dengan sediaan hapus sampel urine yang tidak alas, ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di
disentrifugasi dan dipulas dengan pewarnaan Gram. bawah mikroskop. Pembacaan dilakukan sedikitnya
Dihitung jumlah kuman yang tampak per lapangan pada 3 lapangan pandangan mikroskopis dengan
pandangan besar (LPB) serta dicatat ada atau menggunakan LPB dan hasil yang didapat dirata-
tidaknya lekosit. Bilamana pada pemeriksaan ratakan. Bila ditemukan lekosit >5/LPB, maka
mikroskopis urine ditemukan banyak sel epitel dan dapat dikatakan piuria.(7)
flora normal vagina, sampel urine tidak diproses
dan tidak dipakai dalam studi karena keadaan Analisis data
tersebut menggambarkan adanya kontaminasi Perangkat lunak Epi Info versi 6 (Center
for Disease Control and Prevention, Atlanta, GA)
Hitung koloni dan biakan kuman dipakai untuk pengolahan data. Pengujian statistik
Perhitungan jumlah koloni bakteri di urine untuk menentukan perbedaan prevalensi bakteriuri
dilakukan dengan menggunakan sengkelit yang asimtomatik berdasarkan usia kehamilan digunakan
terkalibrasi yaitu yang dapat memindahkan cairan uji chi-square. Tingkat kemaknaan yang gunakan
sebanyak 0,01 mL dan 0,001 mL. Sengkelit secara untuk menguji hipotesis adalah 0,05.
tegak lurus dimasukkan ke dalam sampel urine yang
tidak disentrifugasi dan urine dipindah tanamkan HASIL
pada lempeng agar darah dan agar MacConkey,
kemudian disebar secara merata menggunakan Sebanyak 184 sampel urine yang diperoleh dari ibu
sengkelit yang sama. Lempeng agar kemudian hamil yang datang untuk pemeriksaan kehamilan
diinkubasi secara aerobik pada suhu 35-37 0C di Puskesmas Tambora, Jakarta Barat, telah
selama 24-48 jam. Koloni-koloni yang tumbuh dilakukan pemeriksaan bakteriologis berupa biakan
dihitung dan hasil hitungan yang diperoleh urine dan hitung koloni. Dari 184 sampel tersebut,
digandakan 1000 kali (untuk biakan yang 65 (35,3%) memberi hasil hitung koloni >100,000
menggunakan sengkelit 0,001 mL) dan 100 kali cfu/mL dan identifikasi kuman menunjukkan
(untuk sengkelit 0,01 mL). Hasil yang didapat dari keseluruhannya adalah spesies Escherichia coli.
129
Bukitwetan, Salim, Surjawidjaja, dkk. Bakteriuria pada kehamilan
Dari 65 ibu hamil yang hitung koloni dari Uji kepekaan antibiotika terhadap isolat E. coli
biakan urinenya >100,000 cfu/mL tersebut, yang dilakukan dengan menggunakan metode difusi
paling banyak adalah dari kelompok usia antara 20- cakram mnunjukkan bahwa kuman yang menjadi
30 tahun dengan prevalensi sebesar 47 (72,3%), penyebab bakteriuria banyak resisten terhadap
sisanya 17 orang (26,2%) dijumpai pada kelompok antibiotika yang lazim digunakan untuk pengobatan,
usia >30 tahun dan 1 orang (1,5%) pada kelompok yaitu ampisilin, amoksisilin, dan kloramfenikol
usia <20 tahun. (Tabel 3). Lebih dari separuh isolat E.coli
Sebanyak 6 (20,7%) pada ibu hamil dengan menunjukkan resistensi terhadap ketiga obat
usia kehamilan <12 minggu menunjukkan biakan tersebut (66 - 88,7%).
urine dengan hitung koloni >100,000 cfu/mL. Pada
kelompok usia kehamilan 13-24 minggu besarnya Tabel 3. Uji kepekaan antimikrobial terhadap
30,6% menjadi 41,5% pada usia kehamilan lebih 65 isolat Escherichia coli
dari 24 minggu. Uji chi-square menunjukkan adanya
perbedaan prevalensi bakteriuria yang bermakna
secara statistik (p<0,05) menurut usia kehamilan
(Tabel 1).
Ditinjau dari frekuensi dan usia kehamilan,
prevalensi bakteriuria paling banyak ditemukan
pada kehamilan 3 dengan usia kehamilan >24
minggu sebesar 21,7% (Tabel 2) .
Gejala piuria (adanya lekosit di urine) dijumpai Terhadap seftriakson yang merupakan
pada 54 (83,1%) ibu hamil dari antara 65 dengan antibiotika yang relatif baru, 40% isolat E. coli yang
bakteriuria positif. Keadaan piuria lebih banyak didapatkan dari ibu hamil juga menunjukkan
banyak dijumpai pada wanita yang usia resistensi. Hanya terhadap obat-obat yang termasuk
kehamilannya mencapai >24 minggu, yaitu 36 di dalam golongan quinolon, seperti siprofloksasin
(66,7%) sedang pada kehamilan <12 minggu dan dan norfloksasin, masih banyak isolat E. coli yang
antara 13-24 minggu, jumlahnya masing-masing menunjukkan kepekaan yaitu 92,5% terhadap
adalah 4 (7,4%) dan 14 (25,9%). norfloksasin dan 100% terhadap siprofloksasin.
130
J Kedokter Trisakti Oktober-Desember 2004, Vol. 23 No. 4
131
Bukitwetan, Salim, Surjawidjaja, dkk. Bakteriuria pada kehamilan
dengan berat badan rendah yang merupakan salah menunjukkan tingkat resistensi yang tinggi terhadap
satu akibat dari pyelonefritis pada kehamilan, ampisilin dan amoksisilin.
diduga disebabkan oleh karena kelahiran yang Resistensi terhadap seftriakson yang
belum cukup bulan dan juga karena retardasi ditunjukkan oleh 40% isolat E. coli dari penderita
pertumbuhan janin. (4) Pada ibu hamil yang di Puskesmas Kecamatan Tambora kemungkinan
menunjukkan gejala infeksi saluran kemih, besar adalah karena organisme ini memproduksi
komplikasi berupa prematuritas dapat dijumpai enzim beta-laktamase yang berspektrum lebih luas
pada 20-50% kehamilan.(4) (extended spectrum betalactamase). Lagipula
Model eksperimental pada mencit hamil seftriakson kurang disukai untuk digunakan sesaat
mendukung teori yang mengemukakan bahwa sebelum kelahiran karena dapat menyebabkan
kuman E. coli berkembang biak melalui jalan kernikterus sebagai akibat dari derajat pengikatan
transplasental dan menginduksi kelahiran prematur; protein yang tinggi dari obat ini.(2)
tetapi teori ini belum terbukti pada manusia.(11) Fluoroquinolon dapat mencapai konsentrasi
Infeksi di daerah saluran kemih bagian bawah yang jaringan yang tinggi di ginjal dan telah digunakan
menjalar ke atas (ascending) adalah kejadian yang sebagai antibiotika alternatif dalam pengobatan
paling mungkin sebagai penyebab kelahiran pielonefritis untuk menggantikan obat lapis pertama
prematur tersebut, tetapi sekali lagi hal ini masih yang telah tidak efektif lagi karena adanya resistensi
perlu pembuktian.(11) Kebanyakan pyelonefritis yang kuman.(2) Akan tetapi pemakaiannya pada ibu hamil
merupakan komplikasi bakteriuria asimtomatik
banyak dipersoalkan(2) dan dianggap merupakan
terjadi pada usia kehamilan lanjut, umumnya pada
kontraindikasi oleh karena ada kemungkinan
akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga.(1)
terjadinya artropati. Oleh karena itu, dianjurkan
Oleh karena terbukti bahwa bakteriuria
agar menggunakan obat golongan nitrofurantoin
asimtomatik pada kehamilan yang tidak diberi terapi
atau golongan betalaktam tertentu, seperti
akan berlanjut dan menimbulkan berbagai kelainan
sefaleksin, untuk terapi bakteriuria pada kehamilan.
dan komplikasi maka di negara-negara barat seperti
Kedua obat ini dianggap memenuhi persyaratan
Amerika, Kanada dan Inggris, diambil kebijakan
dalam hal keamanannya dan efikasinya untuk ibu
untuk memberikan antibiotika jangka pendek.(4)
Akan tetapi untuk masing-masing negara jenis hamil dengan bakteriuria.(2)
antibiotika yang digunakan berbeda-beda, meskipun Dari berbagai laporan (4,5,6,12) dapat
demikian karena E. coli merupakan patogen yang disimpulkan bahwa pada infeksi saluran kemih
predominan sebagai kausa bakteriuria(3,4,11,12) maka waktu hamil, sering ditemukan E. coli sebagai
pengobatan ditujukan terhadap organisme ini. penyebab utamanya. Karena bakteriuria
Dari hasil uji kepekaan (Tabel 3) yang asimtomatik pada kehamilan sudah jelas ada
dilakukan, dapat dilihat bahwa hanya golongan hubungannya dengan risiko terjadinya pielonefritis
quiniolon (siprofloksasin dan norfloksasin) pada usia kehamilan yang lanjut serta berkaitan pula
menunjukkan efektivitas yang tinggi terhadap E. dengan komplikasi maternal maupun fetal, maka
coli, sedangkan untuk seftriakson efektivitasnya pemeriksaan bakteriologis untuk mendeteksi adanya
hanya 40% saja. Hasil ini berbeda dengan yang bakteriuria pada kehamilan perlu dilakukan dalam
dilaporkan di negara-negara Barat di mana upaya preventif.
antibiotika seperti ampisilin, amoksisilin dan
trimetoprim masih efektif dan banyak digunakan KESIMPULAN
untuk terapi bakteriuria.(2,4,12) Namun demikian,
Christensen(2) juga mengakui bahwa penggunaan Prevalensi bakteriuria asimtomatik pada ibu
obat-obat betalaktam seperti ampisilin dan hamil sangat tinggi (35,3%). Bakteri penyebab E.
amoksisilin menimbulkan masalah di dalam coli ternyata sudah resisten terhadap antibiotika
pengobatan karena banyaknya kuman E. coli yang lazimnya digunakan untuk pengobatan.
132
J Kedokter Trisakti Oktober-Desember 2004, Vol. 23 No. 4
UCAPAN TERIMA KASIH 6. Santos JF, Ribeiro RM, Rossi P, Haddad JM, Guidi
HG, Pacette AM, et al. Urinary tract infections
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada in pregnant women. Int Urogynecol J Pelvic Floor
Dysfunct 2002; 13: 204-9.
Kepala Puskesmas Kecamatan Tambora beserta staf
7. Thomson RB, Miller JM. Specimen collection,
atas bantuannya dan kerjasamanya dalam penelitian transport, and processing: Bacteriology. In:
ini. Kami ucapkan terima kasih juga kepada Dr. Murray P, Baron EJ, Jorgensen JH, Pfaller MA,
Hasrul D. Biran dan Dr. Raditya Wratsangka untuk Yolken RH, editors. Manual of Clinical
dukungan dan saran-sarannya. Microbiology, 8th ed. Washington DC: ASM Press;
2003. p. 286-330.
Daftar Pustaka 8. Akerele P, Abhulimen F, Okonofua J. Prevalence
of asymptomatic bacteriuria among pregnant
1. Millar LK, Cox SM. Urinary tract infections women in Benin City, Nigeria. J Obstet Gynaecol
complicating pregnancy. Infect Dis Clin North 2001; 21: 141-4.
Am 1997; 11: 13-26. 9. Andriole VT, Patterson TF. Epidemiology, natural
history, and management of urinary tract
2. Christensen B. Which antibiotics are appropriate
infections in pregnancy. Med Clin North Am
for treating bacteriuria in pregnancy? J
1991; 75: 359-73.
Antimicrob Chemother 2000; 46 (suppl.1): 29-
10. Stenqvist K, Dahlen-Nilsson I, Lidin-Janson G,
34.
Lincoln K, Oden A, Rignella S, et al. Bacteriuria
3. Gilstrap LC, Ramin SN. Urinary tract infections in pregnancy. Am J Epidemiol 1989; 129: 372-9.
during pregnancy. Obstet Gynecol Clin North Am 11. Ovalle A, Levancini M. Urinary tract infrctions
2001; 28: 581-91. in pregnancy. Curr Opin Urol 2001; 11: 55-9.
4. Patterson TF, Andriole VT. Bacteriuria in 12. Winstanley TG, Limb DI, Eggington R, Hancock
pregnancy. Curr Treatment Options Infect Dis F. A 10 year survey of the antimicrobial
2003; 5: 81-7. susceptibility of urinary tract isolates in the UK:
5. MacLean AB. Urinary tract infection in the micro base project. J Antimicrobiol
pregnancy. Br J Urol 1997; 80 (Suppl.1): 10-3. Chemother 1997; 40: 591-4.
133