Anda di halaman 1dari 28

BAB 1 Refleks Primitif

1.1 Refleks

Dalam beberapa minggu pertama kehidupannya bayi akan mempertahankan posisi tubuhnya
seperti posisi dalam kandungan (posisi janin), yaitu fleksi penuh pada sendi lengan, siku,
panggul, dan lutut dan memposisikan anggota gerak untuk dekat dengan bagian depan tubuh
bayi. Posisi ini akan berubah bila bayi dapat mengontrol gerakannya. Bayi baru lahir memiliki
berbagai macam refleks alamiah. Memakai refleks ini akan membantu memahami penyebab
beberapa perilaku bayi.1

Seorang bayi baru lahir memiliki berbagai refleks yang membantu melindungi dirinya dari
sinar yang berlebihan rasa sakit dan rangsangan lainnya. Di samping itu, refleks juga
diperlukan untuk dapat bertahan hidup. Untuk beberapa hari sesudah lahir, refleks tersedak
membantu bayi meludahkan mukus atau lendir sehingga bisa bernapas lebih baik. Refleks
berkedip yang kuat melindungi mata dari cahaya berlebihan. Bila perut dipegang maka bayi
akan mengangkat kepala dan menengok ke salah satu sisi. Dia juga akan menghindari rasa sakit
dengan membalikkan tubuhnya. Otak bayi akan mempelajari semua pengalaman-pengalaman
ini.1

1.2 Refleks Primitif

Refleks primitif merupakan salah satu metode awal, sederhana, dan paling sering digunakan
untuk membantu pemeriksaan kelainan neurologis yang terjadi pada anak. Pada kelainan
seperti serebral palsi, refleks ini dapat ditemukan menetap, terlambat, atau tidak muncul.
Refleks ini dimediasi di mediasi oleh batang otak, dan merupakan refleks kompleks dan
terbentuk pada usia gestasi sekitar 25 minggu, terlihat saat bayi bayi lahir cukup bulan, dan
akan menghilang seiring perkembangan sistem saraf pusat.2

Refleks primitif atau disebut juga refleks primer, sudah mulai muncul sejak di dalam
kandungan dan akan membantu infant dalam menavigasi jalan lahir, membantu
keberlangsungan hidup selama bulan-bulan pertama kehidupan, dan untuk bergerak. Refleks
ini mulai terbentuk sejak awal perkembangan otak dan muncul di waktu tertentu seiring
perkembangan anak. Refleks ini merupakan prekusor perkembangan otot volunter.
! 1!
Pertumbuhan yang baik dan mielinisasi saraf yang baik berperan penting dalam perkembangan
dari fungsi sistem saraf pusat dalam perkembangan fungsi kognitif.3

Pemeriksaan refleks primitif penting untuk bayi, terutama pada bayi dengan risiko tinggi.
Refleks primitif merupakan refleks-refleks yang terjadi secara spontan akihat dari stimulus
lingkungan sekitar. Terdapat lebih dari 50 macam refleks primitif . Refleks primitif muncul
dan hilang pada waktu yang spesifik selama perkembangan, dan ketiadaan atau persistennya
refleks ini dari waktu tertentu menandakan adanya disfungsi sistem saraf pusat. Walaupun ada
banyak sekali jenis-jenis refleks primitif, refleks moro, grasp reflex, tonic neck reflex, dan
parachute reflex adalah refleks yang paling memberikan hasil klinis yang relevan.4,5

Refleks primitif yang persisten berhubungan dengan terjadinya kelainan neurobehavior dan
berkaitan dengan keterlambatan perkembangan pada anak. Hal ini juga akan berkaitan dengan
munculnya clumsiness (ceroboh) pada anak, inkoordinasi, kelainan postur tubuh, dan gangguan
motorik lainnya, Gangguan kemampuan motorik ini nantinya juga akan mempengaruhi
kemampuan perkembangan kognitif, seperti misalnya yang terjadi pada ADHD, autisme,
diseleksia, dan lain sebagainya.6

Refleks primitif ini sebenarnya diperlukan agar anak dapat berdiri, berjalan, untuk
keseimbangan tubuh, dan lain sebagainya. Bila anak mengalami refleks primitif yang persisten
dan tidak matang, maka ia juga akan mengalami gangguan pembelajaran di kemudian hari.
Refleks primitif persisten akan mempengaruhi refleks postural yang akan mengganggu selain
kemampuan motorik, juga akan berakibatkan terganggunya kemampuan berbicara dan
artikulasi yang diperlukan dalam proses perkembangan membaca dan menulis. 3

Ada banyak faktor yang mempengaruhi keutuhan dari refleks primitif, seperti faktor genetik,
kerusakan neurologis, penyakit, trauma, atau gangguan perkembangan neurologis. Refleks
primitif yang menetap dapat diakibatkan oleh keadaan seperti trauma lahir, atau kelahiran
dengan sectio caesaria juga dapat menyebabkan menetapnya refleks ini. Penyebab lainnya juga
dapat diakibatkan oleh trauma, prematur, infeksi kronis pada telinga, trauma kepala, atau
subluksasi vertebra.3,7

! 2!
1.3 Beberapa Reflex Primitif :

1.3.1 Refleks Moro

Refleks moro adalah refleks protektif involunter yang berasal dari respin motorik akibat
rangsangan yang terjadi secara tiba-tiba, atau ketidakseimbangan tubuh yang terjadi tiba-tiba.
Refleks ini timbul dengan cara memposisikan infant pada posisi setengah duduk (semierect
position) dan kemudian kepala bayi dijatuhkan tiba-tiba ke tangan pemeriksa. Respon normal
dapat dilihat dengan adanya ekstensi simetris dan abduksi dari jari-jari dan ekstremitas atas,
diikuti dengan fleksi ekstremitas atas dan infant akan menangis. Respon pada pasien dapat
dibagi menjadi 2 fase, Fase pertama, kepala yang di jatuhkan tiba-tiba akan mengakibatkan
abduksi dan ekstensi dari tungkai atas. Pada fase kedua, respon dari fase 1 akan diikuti aduksi
dan refleksi dari tangan.5,8,9

Respon asimetrik dapat menandakan adanya fraktur clavikula, kerusakan pada plexus
brachialis, atau terjadi hemiparesis atau dapat terjadi spastic hemiplegic cerebral palsy.
Ketiadaan refleks ini dapat juga menjadi tanda disfungsi dari sistem saraf pusat. Refleks ini
juga akan lemah pada infant preterm karena tonus otot yang lemah. Refleks ini mulai ada di
usia gestasi 28 - 32 minggu dan berkembang sepenuhnya pada usia gestasi 37 minggu. Refleks
ini akan bertahan 5-6 bulan postnatal.5,8,9

Gambar 1. Fase 1 Refleks Moro.9

! 3!
Gambar 2. Fase 2 Refleks Moro.9
1.3.2 Reflex Memegang (Grasp)

Refleks menggenggam timbul dengan meletakan jari pemeriksa di tangan kiri dan kanan dari
infant, reflex ini disebut palmar grasp. Bila punggung tangan dilakukan pembelaian, maka
bayi akan membuka tangannya. Pada usia gestasi 37 minggu, refleks ini cukup kuat membuat
pemeriksa dapat mengangkat infant dengan traksi yang lembut. Apabila dilakukan pembelaian
pada permukaan plantar kaki neonatus, maka bayi akan merespon dengan melakukan fleksi
pada jari kaki dan reflex ini disebut sebagai plantar grasp. Menetapnya refleks ini menandakan
adanya kerusakan pada otak. Refleks ini mulai muncul di usia gestasi 28 minggu, dan
berkembang sepenuhnya pada usia gestasi 32 minggu dan bertahan 2-3 bulan postnatal.5,9

Gambar 3. Grasp Reflex.9


1.3.3 Tonic Neck Reflex

Dapat diperiksa dengan mengarahkan kepala bayi ke 1 sisi dan diobservasi. Apabila terjadi
ekstensi lengan yang searah dengan arah kepala bayi, dan fleksi pada lengan yang kontralateral,

! 4!
maka refleks dikatakan positif. Refleks ini mulai muncul pada usia gestasi 35 minggu, dan
berkembang sepenuhnya pada usia gestasi 1 bulan postnatal, kemudian akan bertahan selama
6 7 bulan postnatal. Refleks yang menetap dapat menandakan adanya cerebral palsy.5,9

1.3.4 Parachute Reflex

Refleks ini muncul pada infant yang sedikit lebih tua, dan dapat ditimbulkan dengan memegang
bayi di daerah dadanya, dan secara tiba-tiba diturunkan seolah-olah infant akan jatuh. Infant
akan secara spontan meluruskan kedua tangannya untuk mencegahnya agar tidak jatuh. Refleks
ini mulai muncul saat 7 8 bulan postnatal, berkembang sepenuhnya pada usia 10 11 bulan
postnatal, dan akan bertahan sepanjang hidup.5

1.3.5 Rooting & Suckling Reflex

Stimulasi pada bibir atau sudut mulut dengan menggunakan ujung jari atau puting payidara,
akan menyebabkan bayi mencari asal stimulus (rooting reflex) dan menggerakkan bibir dan
lidah ke arah stimulus untuk menghisap (suckling reflex). Suckling reflex dapat juga dievaluasi
dengan meletakkan jari ke dalam mulut bayi dan mencatat kekuatan dan ritme dari menyusui.
Pemeriksaan rooting reflex berguna untuk memeriksa integritas dari jalus sensoris nervus
trigeminal dan jalur motorik nervus trigeminal, nervus fasialis, dan nervus hipoglosus. Reflex
akan kuat dan bersinkronisasi dengan baik dengan menelan pada usia gestasi 32 minggu. Pada
usia gestasi 28 minggu, reflex ini lemah dan tidak bersinkronisasi dengan menelan. Pada infant
yang sakit, reflex ini juga melemah.9,10

Refleks menghisap akan beroeran dalam pemberian makanan untuk bayi secara oral dan biasa
akan dikoordinasikan dengan bernafas dan gerak menelan, sehingga refleks ini berfungsi untuk
membantu intake nutrisi demi kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi. Apabila ditemukan
terlambat, fapat diakibatkan karena bayi mengalami kesulitan bernafas dan penurunan status
mental. Bayi prematur yang diventilasi juga akan menurun refleksnya. Penggunaan nasal
CPAP atau endotrakeal tube juga dapat mengganggu aktivitas refleks menghisap. Habituasi
penggunaan alat ini dapat membantu tidak adanya refleks ini pada bayi.8

! 5!
Gambar 4. Rooting Reflex.9

Gambar 5. Suckling Reflex.9

1.3.6 Stepping Reflex

Neonatus akan menunjukkan gerakan seperti berjalan ketika dipegang dalam posisi tegak
dengan dasar telapak kaki menyentuh permukaan yang rata.9

Gambar 6. Stepping Reflex.9


! 6!
1.3.7 Gallant Reflex

Refleks ini timbul dengan menggosok punggung inci dari garis paravertebra, mulai dari
bawah bahu hingga bokong. Badan infant akan bergerak ke arah sisi yang di stimulasi. Refleks
ini akan ada sejak lahir hingga usia 3 9 bulan. Refleks Gallant yang persisten pada usia
sekolah juga berhubungan dengan terjadinya ADHD pada anak. Hal ini diduga akibat
ketidakseibangan antara kemampuan kognitif dan motorik selama proses perkembangan otak
anak. 7,11

1.3.8 Landau Reflex

Ketika neonatus dipegang secara horizontal dengan wajah menghadap ke bawah dengan tangan
pemeriksa di bawah abdomen, maka bayi akan merespon dengan melakukan ekstensi pada
kepala, badan, dan pinggulnya. Hal ini dilakukan karena bayi mencoba mengangkat kepalanya.
Ketika kepala difleksikan, maka kepala, badan, dan pinggul juga akan melakukan fleksi.
Refleks ini mulai ada sejak usia 3 bulan dan berkembang secara utuh pada usia 1 tahun. Apabila
persisten, maka kemungkinan akan menyebabkan terjadinya gangguan pada memori jangka
pendek, perkembangan motorik yang buruk, dan tonus otot yang menurun..7,9

1.3.9 Refleks Ketuk Glabella

Dapat dengan melakukan pengetukan pada daerah glabella (titik pertemuan antara dahi dan
hidung). Neonatus akan bereaksi dengan menutup mata atau berkedip.9

Gambar 7. Refleks Ketuk Glabella.9

! 7!
1.3.10 Refleks Babinski

Refleks ini ditimbulkan dengan cara merangsang bagian lateral dari telapak kaki, mulai dari
tumit kaki hingga ke dasar dari ibu jari kaki dengan menggunakan objek yang keras tetapi tidak
tajam, seperti ibu jari tangan pemeriksa. Respon positif ditandai dengan ekstensi dari ibu jari
dan jari-jari kaki lainnya menyebar terbuka. Sebelum ekstensi, biasanya pada kebanyakan bayi
akan ditemukan fleksi terlebih dahulu pada ibu jari.9

Refleks ini akan menghilang di usia kurang lebih 1 2 tahun. Apabila refleks ini menetap pada
usia lebih dari 2 tahun, atau menetap pada orang dewasa, maka dapat menunjukkan adanya
kelainan pada otak atau sistem saraf tepi, seperti amytrophic lateral sclerosis (Lou Gehrig
Disease); tumor otak/kerusakan otak; meningitis; multiple sclerosis; kerusakan, defek atau
tumor medulla spinalis; dan stroke.12

Gambar 8. Refleks Babinski.9

1.4 Refleks yang Menetap Hingga Dewasa

Beberapa refleks ada yang menetap hingga dewasa, tetapi bukan termasuk keasaan patologik.
Beberapa dari refleks ini, misalnya adalah :13

-! Refleks Berkedip : terjadi ketika mata disentuh atau terkena cahaya terang secara tiba-
tiba.
-! Refleks Batuk : terjadi ketika saluran nafas atas di stimulasi.

! 8!
-! Refleks Muntah/Gag Reflex : terjadi ketika tenggorokan atau mulut bagian belakang
di stimuulasi.
-! Refleks Bersin : terjadi ketika rongga hidung teriritasi.
-! Refleks Menguap : terjadi ketika tibuh membutuhkan lebih banyak oksigen.

! 9!
BAB 2 Klasifikasi Bayi Berdasaekan Berat Lahir dan Masa Getasi

2.1 Pendahuluan

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata berat bayi
normal (usia gestasi 37 41 minggu) adalah 3200 gram. Secara umum, bayi berat lahir rendah
dan bayi dengan berat berlebih ( 3800 gram) lebih besar risikonya untuk mengalami masalah.
Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup
masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep bayi berat lahir rendah tidak sinonim
dengan prematuritas telah diterima secara luas pada akhir tahun 1960-an. Tidak semua BBL
yang memiliki berat lahir kurang dari 2500 gram lahir BKB. Demikian pula tidak semua BBL
dengan berat lahir lebih dari 2500 gram lahir aterm. Dokumentasi fenomena penelitian oleh
Gruenwald (1960), menunjukkan bahwa sepertiga bayi berat lahir rendah sebenarnya adalah
bayi aterm.14

Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan
intrauterin. Penentuan hubungan ini akan mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas
selanjutnya. Hubungan antara berat lahir dan umur kehamilan juga sangat membantu dalam
meramalkan masalah klinis BBL. Identifikasi antenatal teradap penyimpanan pertumbuhan
intrauterin mempermudah perencanaan persalinan dan resusitasi neonatal bila diperlukan.14

Kepentingan klinis klasifikasi BBL menurut umur kehamilan dan berat lahir berawal dari fakta
bahwa baik bayi yang mengalami gagal tumbuh maupun makrosomia dengan umur kehamilan
dan berat lahirnya berbeda, mempunyai masalah klinis yang serupa yaitu, gangguan
perkembangan fisik, gangguan perkembangan mental dan neurologik, peningkatan insiden
kelainan kongenital, serta gangguan beberapa parameter metabolik, terutama keseimbangan
glukosa.14

Penentan umur kehamilan bisa dilakukan mulai dari antenatal sampai setelah persalinan. Pada
masa antenatal, ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan menghitung HPHT dan
kejadian-kejadian selama kehamilan yang penting. Grafik pertumbuhan terhadap usia
kehamilan digunakan untuk menentukan apakah berat badan lahir bayi sesuai untuk usia
kehamilan atau tidak. Setelah persalinan, penentuan umur kehamilan dilakukan dengan

! 10!
pemeriksaan. Bagian dari pemeriksaan ini didasarkan pada kriteria perkembangan saraf yang
spesifik serta berbagai sifat fisik luar yang terus-menerus berubah seiring dengan berlanjutnya
kehamilan. Bagian dari pemeriksaan ini dan kemaknaannya dikembangkan dan diuraikan oleh
beberapa peneliti, diantaranya Dubowitz, Usher, dan Farr. Penerapan klinis yang praktis dan
dapat dipercaya digambarkan oleh Dubowitz, dkk tahun 1970. Selanjutnya modifikasinya
disederhanakan tetapi dengan akurasi yang hampir sama untuk memperkirakan umur
kehamilan secara klinis di lapiorkan oleh Ballard dkk.14

Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat dikelompokkam
menjadi : Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK), dan Besar Masa
Kehamilan (BMK) dengan cara yang sama berdasarjab umur kehamilan, bayi dapat
digolongkan menjadi kurang bulan, cukup bulan atau lebih bulan.14

2.2 Klasifikasi dan Definisi pada Bayi Baru Lahir

Klasifikasi dan definisi menurut berat lahir, yaitu :14


1.! Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) : bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi.
2.! Bayi Berat Lahir Cukup/Normal : bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500
4000 gram.
3.! Bayi Berat Lahir Rendah : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram.
Pada pengukuran berat badan, dilakukan dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir, sedangkan
bayi yang dilahirkan di rumah, waktu pengukuran dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.

Klasifikasi dan definisi menurut masa gestasi atau umur kehamilan, yaitu :
1.! Bayi Kurang Bulan (BKB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259
hari).
2.! Bayi Cukup Bulan (BCB) : Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 42
minggu (259 293 hari).
3.! Bayi Lebih Bulan (BLB) : Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari)

Bayi akan disebut Bayi Kecil Masa Kehamilan / Small for gestational age/SGA bila bayi
dilahirkan dengan berat lahir (< 10 persentil) menurut grafik Lubchenco. Bayi akan disebut

! 11!
Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan / Large for gestational age/LGA bila bayi dilahirkan
dengan berat lahir > 90 persentil menurut grafik Lubchenco.14

Gambar 9. Grafik Lubchenco.9


2.3 Penilaian Usia Gestasi
2.3.1 Antenatal

Ada beberapa cara penentuan umur kehamilan antenatal mulai dari cara sederhana yang telah
digunakan dan terus digunakan, yaitu Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan kejadian-
kejadian selama kehamilan penting misalnya gerakan janin, munculnya suara jantung janin,
dan tinggi fundus. HPHT biasanya tidak jelas, dan kejadian-kejadian selama kehamilan
biasanya tidak tercatat bila pasien tidak menjalani perawatan antenatal. Metode kebidanan yang
paling umum digunakan untuk mengukur umur kehamilan adalah ukuran McDonald. Ukuran
ini menggunakan tinggi fundus uteri dalam sentimeter di atas simfisis pubis. Penentuan umur
kehamilan antenatal yang lebih mutakhir dengan menggunakan serangkaian pemeriksaan USG
pada janin.14

! 12!
2.3.2Postnatal

Pada pemeriksaan ini, dapat dilakukan penilaian dengan sistem nilai yang menggabungkan
penilaian ciri fisik luar dan evaluasi secara neurologis. Metode ini disebut The New Ballard
Score. Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan
usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular
meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear
maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara,
mata/telinga, dan genitalia.15

1.! Penilaian Maturitas Neuromuskular


a.! Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan (Gambar 10). Ketika pematangan berlangsung,
berangsur-angsur janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah
sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas.
Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi
bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti
dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor
tidak mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur
menunjukkan perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif.15,16

Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu


sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan
terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan
memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi
menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi
memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok. 15,16

! 13!
Gambar 10. Postur Bayi.15
b.! Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan
jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut.
Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga
posterm diperkirakan berturut-turut > 90 , 90 , 60 , 45 , 30 , dan 0 (Gambar
11). 15,16

! 14!
Gambar 11. Square Window.15

c.! Arm Recoil

Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur
sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil
dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi,
fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan
kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0:
tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 , Skor 2:
fleksi parsial 110-140 , Skor 3: fleksi parsial 90-100 , dan Skor 4: kembali ke
fleksi penuh (Gambar 12). 15-17

! 15!
Gambar 12. Arm Recoil. 15

d.! Popliteal Angle


Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang,
dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk
penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi
dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan
yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat
mengganggu interpretasi. 15-17

Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut
yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa
pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum
melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver
ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor

! 16!
berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi
(Gambar 13). 15-17

Gambar 13. Popliteal Angle. 15


e.! Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring
telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan
mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari
dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu
diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan
meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan
dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila
kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting
ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4) (Gambar 14). 15,16,18

! 17!
Gambar 14. Scarf Sign.15

f.! Heel to Ear


Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan
memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul.
Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk,
tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada
permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat
ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat
lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit
ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2);
daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4) (Gambar 15).15,18

! 18!
Gambar 15. Heel to Ear.15

2.! Penilaian Maturitas Fisik


a.! Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan
dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa.
Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau
mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa
terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada
pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.15

Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak


transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya
kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang
menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin
dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat
proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi,
sepeti sebuah perkamen.15
! 19!
b.! Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity
kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi
24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung
atas ketika memasuki minggu ke 28.15,16

Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah. Daerah yang tidak
ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas
terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak
ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi
tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta
pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo
yang sangat banyak. 15,16

Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang mewakili
jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi
(Gambar 16). 15,16

Gambar 16. Lanugo.15

! 20!
c.! Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan
berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit
putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada
bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga
timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian
penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis
tertentu.15,18

Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada
telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan
permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit.
Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50
mm diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di tabel
(Gambar 17). 15,18

Gambar 17. Permukaan Plantar. 15

d.! Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi
esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin.
Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat
pertumbuhan papila Montgomery (Gambar 18). Kemudian dilakukan palpasi
! 21!
jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur
diameternya dalam milimeter.15,16

Gambar 18. Payudara Neonatus.15

e.! Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring
perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi
ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah
kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga
ketika dilepaskan ke posisi semulanya (Gambar 19).15-17

Gambar 19. Pemeriksaan Daun Telinga.15

! 22!
Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan.
Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan
palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan
inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely
premature palpebara akan menempel erat satu sama lain (Gambar 20). Dengan
bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu
sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya. 15-17

Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor dalam tabel.


Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu
dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stres
intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan
palpebra. 15-17

Gambar 20. Palpebra Neonatus Prematur.15

f.! Genital (Pria)


Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang
lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni
pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis
inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan.

! 23!
Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae
(Gambar 21) .15,16,19

Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae.
Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum
bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga
posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika
berbaring. 15,16,19

Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan
rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia
kehamilan yang sama. 15,16,19

Gambar 21. Pemeriksaan Genitalia Neonatus laki-laki.15

g.! Genital (wanita)


Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan
telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o dari garis horisontal. Abduksi
yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih
menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora.
15,16,19

Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan
menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi

! 24!
tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia
kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh
labia majora yang membesar (Gambar 22). 15,16,19

Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi
intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi
besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia
majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan
labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol. 15,16,19

Gambar 22. Penilaian Genitalia Neonatus Wanita.15

3.! Interpretasi Hasil 15


Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun fisik
disesuaikan dengan skor di dalam tabel (Tabel II.2) dan dijumlahkan hasilnya.
Interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel skor.

! 25!
Tabel 1. The New Ballard Score.15

! 26!
BAB 3 Kesimpulan

Perkembangan sistem saraf pusat pada bayi dapat dinilai dengan pemeriksaan refleks primitif.
Refleks-refleks ini berkembang selama dalam kandungan dan umumnya muncul setelah lahir
dan menghilang pada umur tertentu. Kelainan pada refleks-refleks ini menandakan penyakit
neurologis dan mengindikasikan investugasu yang lebih lanjut.

Untuk menentukan klasifikasi dari bayi baru lahir, dapat digunakan grafik Lubchenco. Untuk
mengetahui usia kehamilan bayi prematur, dapat dilakukan penilaian antenatal dan postnatal.
Salah satu penilaian postnatal adalah dengan skor The New Ballard yang terdiri atas
pemeriksaan maturitas fisik dan neuromuskular.

Daftar Pustaka

1.! Kosim MS. Perilaku Bayi Baru Lahir. In : Kosim MK, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI,
Usman A. Buku ajar neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta : Badan Penerbit IDAI; 2014 ; h.
254-5.
2.! Zafeiriou DI. Primitive reflex and postural reactions in the Neurodevelopmental
Examination. Pediatric Neurology: 2004: 31, No 1 : p. 1-7.
3.! Hoag JK. Developing the Brain Through Movement. University of Victoria : 2015; p.
21 4.
4.! Colson SD, Meek JH, Hawdon JM. Optimal positioms for the release of primitive
neonatal reflexes stimulating breastfeading. Early Human Development : 2008; p. 441-
9.
5.! Lehman RK, Schor NF. Neurologic evaluation. In : Kliegman Retar, Stanton BF, St.
Geme JW, Schor NF, eds. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia, PA :
Elsevier; 2016; p. 2798
6.! Melilo R. Primitive reflexes and their relationship to delayed cortical maturatuon,
under connectivity and functional disconnection in childhood neurobehavioral
disorders. Funct Neurol Rehabil Ergon : 2011; 1(2) : 279-314.
7.! Brain Balance Achievement Center. Retainded primitive reflexes as a sign of brain
imbalance. (Dikutip tanggal 8 April 2017). Didapatkan dari :
! 27!
https://www.brainbalancecenters.com/blog/2014/09/retained-primitive-reflexes-sign-
brain-imbalance/
8.! Sohn M, Ahn Y, Lee S. Assesment of primitive refexes in high risk newborns. J Clin
Med Res : 2011; 3 (6) : p. 285-90.
9.! Gupte S. The short textbook of pediatrics. 11th Edition. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) LTD; 2009 : p. 199-206
10.!Polin RA, Spitzer AR. Fetal and neonatal secrets. Philadelphia : Elsevier Saundersp;
2014. p. 76.
11.!Konicarova J, Bob P. Retained primitive reflexes and ADHD in children. Activitas
Nervosa Superior : 2012; 54, No 3-4 : p.135-7.
12.!Shelat AM, Zieve D. Babinski reflex. Medline; 2015 Maret 02 (dikutip tanggap 8 April
2017). Didapatkan dari : https://medlineplus.gov/ency/article/003294.htm
13.!Kaneshiro NK, Zieve D. Infant reflexes. Medline; 2015 November 19 (dikutip tanggal
8 April 2017). Didapatkan dari : https://medlineplus.gov/ency/article/003292.htm
14.!Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. In : Kosim MK,
Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku ajar neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI; 2014 ; h. 11-28
15.!New Ballard Score & Maturational Assessment of Gestational Age. 2007 December
[dikutip tanggal 14 April 2017]; Didapatkan dari :!
/www.ballardscore.com/Pages/mono_neuro_posture.aspx.
16.!Mupanemunda R and Watkinson M. Key Topics in Neonatology. 2nd Ed. New York:
Taylor & Francis Group; 2005.
17.!Von Der Pool B A. Preterm Labor: Diagnosis and Treatment. American Fam Physic
[Serial Online] 1998 May [Dikutip tanggal 14 April 2017]; Didapatkan dari :
http://www.aafp.org/online/en/home/publications/journals/Preterm Labor: Diagnosis
and Treatment/htm.
18.!Sanders M, Allen M, Alexander G R, Yankowitz J, Graeber J, Johnson T R B, and
Repka M X. Gestational Age Assessment in Preterm Neonates Weighing Less than
1500 Grams. PEDIATRICS 1991; 88: 542-45.
19.!Bernbaum J C, Umbach D M, Ragan N B, Ballard J L., Archer J I, Schmidt-Davis H,
and Rogan W J. Pilot Studies of Estrogen-Related Physical Findings in Infants.
Environmental Health Perspectives 2008; 116: 416-19.

! 28!

Anda mungkin juga menyukai