Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia adalh pembanguna manusia

seutuhnya yang meliputi semua aspek kehidupan. Pembangunan kesehatan

dalam upaya mencapai Indonesia Sehat 2010 ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatanyang optimal. Salah satu upaya kesehatan untuk

mencapai Indonesia Sehat 2010 yaitu pengendalian penyakit infeksi, salah

satunya adalah penyakit diare.

Masalah diare pada anak berusia dibawah lima tahun ( Balita ) masih

merupakan penyebab utama kematian dan malnutrisi di Negara berkembang

termasuk di Indonesia ( WHO, 1997 ). Sebagian besar kasus diare pada anak

merupakan kasus yang akan sembuh sendiri, tetapi diare yang berlangsung

terus menerus dengan jumlah tinja yang banyak seringkali menyebabkan

keadaan dehidrasi yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian

pada anak.

Golongan Balita merupakan golongan yang rentan terhadap penyakit,

sehingga anak dengan usia dibawah lima tahun adalah faktor resiko yang

paling tinggi untuk terjadinya diare ( WHO, 1997 ). Angka kesakitan diare di

Indonesia saat ini diperkirakan antara 2004 4000 kejadian per 10.000

penduduk pertahun. Kira-kira 60 80 % dari angka kesakitan diare tersebut


2

adalah kelompok Balita. Di Indonesia akibat diare masih cukup sendiri angka

kematian pada anak tinggi meski ada penurunan jika dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2005,

baik di Jawa-Bali maupun di luar Jawa-Bali,diare merupakan penyebab

kematian nomor 2 pada anak setelah pneumonia. Batasan angka kematian

diare Case Fatality Rate (CFR) berdasarkan DKK Provinsi Jawa tahun 2004

adalah sebesar < 1 kejadian per 10.000 penduduk. Balita yang tidak mendapat

pengobatan dengan benar akan mengalami dehidrasi di mana 25-30% dari

mereka akan meninggal.

Kasus penyakit di Jawa Barat 2004 terdapat 422.062 kasus, dan

yang mati 19 jiwa, sedangkan pada tahun 2005 ada 300.712 kasus dan yang

mati 10 orang. Jumlah kasus Diare pada Balita di Kabupaten Indramayu

tahun 2010 tercatat sebanyak 26.937 kasus.

Berdasarkan data 10 besar penyakit Diare diwilayah Puskesmas Bugis

Kabupaten Indramyu dapat diketahui bahwa penyakit Diare pada Balita

merupakan penyakit yang mempunyai jumlah penderita sebanyak 99

penderita pada bulan juni sampai juli 2010. Dari jumlah tersebut penderita

balita. Perilaku negatif masyarakat seperti jajan sembarangan, minum air

mentah, buang air besar di sungai, kebun dan sawah dapat membantu

penyebaran kuman diare, sehingga penanggulangan diare merupakan

prioritas dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup balita yang dapat

diwujudkan dengan penurunan angka kematian dan pencegahan diare yaitu

melalui pengelolaan klinik yang benar atau pengobatan kasus diare.


3

Keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan diare menurut

keikutsertaan para ibu sebagai salah satu warga yang cukup besar perannya

dalam memonitor kesehatan segenap anggota keluarga. Langkah pertama

pengelolaan diare dapat dilakukan dengan memberikan cairan yang tersedia

di rumah seperti larutan gula garam.

Peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan dalam pencegahaan

diare diperlukan suatu pengetahuan, karna pengetahuan merupakan salah satu

komponen faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak

selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan prilaku tetapi

mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan peningkatan pengetahuan

maka terjadinya perubahan prilaku akan cepat. Pengetahuan yang baik dan

benar dari ibu untuk membantu mengurangi kejadian diare pada Balita.

Diare dapat terjadi pada Balita bila tidak segera ditangani dengan baik dapat

menimbulkan dehidrasi yang dapat menyebabkan kematian. Sampai saat ini

masih banyak ibu yang tidak tahu bagaimana cara memperlakukan anak yang

sedang menderita diare.

Penelitian di Indramayu menunjukan bahwa masyarakat terutama ibu

baik yang tinggal didesa, perkotaan dan nelayan menganggap bahwa diare

biasa diderita oleh anak dan diare merupakan proses alami dalam masa

pertumbuhan anak akan semakin pintar seperti bisa duduk, merangkak atau

jalan. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang diare baik di desa ,

perkotaan dan nelayan masih kurang, padahal peranan ibu dalam pencarian
4

diare pada Balita didasari oleh pengetahuan ibu. Penyebabnya adalah

beberapa kuman usus penting yaitu rotravirus, Escherichia, cryptosporidium,

viberio cholera dan salmonella.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian diare adalah

sanitasi lingkungan yang buruk, keadaan sosial ekonomi, sarana air bersih

yang kurang dan penanganan sampah yang tidak baik.Hygiene perorangan

yang buruk seperti kebiasaan ibu mengasuh balita ketika memberi makan dan

minum yang tidak sehat, tidak mencuci tangan terlebih dahulu dipengaruhi

oleh tingkat pengetahuan ibu yang kurang. Selain faktor tersebut,faktor sosial

budaya berupa pendidikan, pekerjaan, dan tradisi masyarakat juga

berpengaruh terhadap insidensi diare. Faktor sosial masyarakat dapat

membentuk prilaku positif maupun negatif terhadap perkembangan

perkembangan diare. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui

fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan

atau kontak langsung dengan tinja. Diare juga merupakan salah satu penyakit

berbasis lingkungan. Dua faktor dominan yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja akan berinteraksi bersama dengan prilaku manusia. Bila

lingkungan tidak sehat ( karena tercemar kuman diare ) dan berakumulasi

dengan prilaku manusia yang tidak sehat ( melalui makanan dan minuman ),

maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

Desa Bugis adalah salah satu desa dalam wilayah kerja Puskesmas

Bugis, dengan jumlah balita 839 yang terdapat di 9 posyandu yang ada di

Desa Bugis. Berdasarkan data dari profil Puskesmas Bugis bulan juni 2011
5

diperoleh data rumah tangga yang berperilaku hidup bersih sehat sebanyak

17,2 %, sedangkan target dari puskesmas adalah 90 %.

Dengan memperhatikan hal resebut peneliti tertarik untuk meneliti

lebih lanjut tentang Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan

Kejadian Penyakit Diare Pada Balita di UPTD Puskesmas Bugis

Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun 2011

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan permasalahan :

Adakah hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian penyakit diare

pada balita di UPTD Puskesmas Bugis Kecamatan Anjatan Kabupaten

Indramayu Tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian

penyakit diare pada di UPTD Puskesmas Bugis Kecamatan Anjatan

Kabupaten Indramayu Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mendiskripsikan pengetahuan ibu tentang penyakit diare pada

balita di UPTD Puskesmas Bugis Kecamatan Anjatan

Kabupaten Indramayu Tahun 2011.


6

1.3.2.2 Mendeskripsikan kejadian penyakit diare pada balita di Desa


Bugis wilayah kerja Puskesmas Bugis Kabupaten Indramayu
Tahun 2011.

1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian


penyakit diare di Desa Bugis wilayah kerja Puskesmas Bugis
Kabupaten Indramayu Tahun 2011.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian / Kegunaan Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis (Ilmu Keperawatan)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi


disiplin ilmu keperawatn dalam mengembangkan keilmuan
khususnya ilmu keperawatan komunitas dan keperawatan anak
tentang pengetahuan ibu dengan kejadian penyakit diare.

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi (STIKes Cirebon)

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian


selanjutnya tentang pengetahuan ibu dengan kejadian penyakit diare
pada balita serta sebagai referensi dan masukan proses belajar
mengajar penatalaksanaa diare.

1.4.3 Manfaat Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi


kepada Kepala Puskesmas Bugis dan sebagai bahan pertimbangan
dalam meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas salah satunya
upaya peningkatan program P2P diare dan pendidikan kesehatan
mengenai
7

pencegahan, perawatan, dan penatalaksanaan penyakit diare guna

menurunkan angka kesakitan dan kematian diare pada balita akibat

diare khususnya di wilayah kerja Puskesmas Bugis Kabupaten

Indramayu.

1.5 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup

pembahasannya adalah hubungan antara pengetahuan ibu dengan

kejadian penyakit diare pada balita di Desa Bugis Kecamatan Anjatan

Kabupaten Indramayu Tahun 2011.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Diare

2.1.1 Pengertian

Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang

lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer.

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali dalam sehari

dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja.

Diare ialah keadaan frekuensi buang air lebih besar dari 4 kali

pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak ; konsistensi feses encer,

dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau

lendir saja.

2.1.2 Penyebab Diare

2.1.2.1 Infeksi : Virus ( Fotavirus, Adenovirus, Norwalk ), bakteri (

Shingella, Salmonella, E. Coli, Vibrio,), parasit ( protozoa:

E.Histofytica, G lamblia, Balantidium Coli, Cacing perut ;

Ascaris, Trikuris, strongiloideus, dan jamur ; Kandida )

2.1.2.2 Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa) lemak atau

protein.

2.1.2.3 Makanan : makanan basi, beracun,alergi terhadap makanan.

2.1.2.4 Imunodefisiensi..

2.1.2.5 Psikologis : rasa takut dan cemas.


9

Berdasarkan patologisnya, maka penyebab diare dapat dibagi menjadi :

1. Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogen

dan apatogen, hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau

makanan, gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi,dan

defisiensi imun.

2. Diare osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan,

kekurangan kalori protein (KKP) atau bayi lahir dengan berat badan

rendah dan bayi baru lahir.

Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya diare yaitu :

1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari

kehidupan. Bayi yang tidak diberi ASI resiko menderita diare yang lebih

besar dari pada yang diberi ASI penuh dengan kemungkinan menderita

dehidrasi berat juga lebih besar.

2. Menggunakan botol susu. Karena botol susu sudah dibersihkan.

3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Dalam beberapa jam

makanan akan tercemar dan kuman akan berkembang biak.

4. Air minum tercemar bakteri tinja.

5. Menggunakan air minum yang tercemar dari sumbernya atau pada saat

penyimpanan dirumah tidak tertutup atau tanga tercemar menyentuh air

pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

6. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

atau sebelum menjamah makanan.


10

7. Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar. Sering

dianggap tinja bayi tidak berbahaya, padahal sesungguhnya

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu

tinja binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

Penjamu juga dapat meningkatkan insden beberapa penyakit dan

lamanya diare yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Tidak memberikan ASI selama 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang

dapat melindungi kuman penyebab diare seperti shingella dan V.

Cholerae.

2. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan resiko kematian diare

meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama

pada penderita gizi buruk.

3. Campak. Sering terjadi dan berakibat berat pada anak yang menderita

campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini disebabkan karena adanya

penurunan kekebalan tubuh.

4. Imunodefisiensi / imunosupresi. Pada anak imunosupresi berat, diare

terjadi karena kuman yang tidak patogen.

2.1.3 Macam Diare

Menurut pedoman dari laboratorium kesehatan anak, Universitas

Airlangga (2004) diare dapat dikelompokan menjadi :

1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung

paling lama 3-4 hari.


11

2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.

3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.

Sedangkan menurut pedoman MTBS (2001), diare dapat

dikelompokkan atau diklasifikasi menjadi :

1. Diare akut terbagi atas :

a. Diare tanpa dehidrasi .

b. Diare dengan dehidrasi ringan / sedang.

c. Diare dengan dehidrasi berat.

2. Diare persisten bila berlangsung 14 hari atau terbagi atas :

a. Diare persisten dengan dehidrasi.

b. Diare persisten tanpa dehidrasi.

c. Disentri bila diare berlangsung disertai dengan darah. Jenis diare

dapat dibagi menjadi :

1. Diare akut

Yaitu diare yang berlangsung dari 14 hari (umumnya kurang

dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi yang merupakan

penyebab utama kematian.

2. Disentri

Yaitu diare disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah

anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan

terjadinya komplikasi pada mukosa.


12

3. Kholera

Adalah diare dengan bentuk konsistensi air tinja seperti air cucian

beras dengan bau yang spesifik (amis).

4. Diare persisten

Yaitu diare yang berlangsung lebih 14 hari secara terus-menerus.

Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan

metabolisme.

5. Diare Diare Masalah Lain

Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin

juga disertai dengan penyakit lain seperti demam, gangguan gizi

atau penyakit lainnya.

2.1.4 Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi

sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit ke dalam rongga

usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus


13

dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi

rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaiknya jika

peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

2.1.5 Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan

gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic,

hipokalemia)

2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran

bertambah)

3. Hipoglikemia.

4. Gangguan sirkulasi darah.

2.1.6 Tanda dan gejala Diare

Gejala utama : berak cair lebih dari 3 kali atau lebih dari biasanya

dan atau disertai muntah berulang-ulang, mules, sakit perut, demam,

tinja berdarah atau tinja seperti air cucian beras.

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul


14

diare. Tinja makin cair mungkin mengandung darah dan lender, warna

tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Anus

dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila

telah kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan

menurun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit

berkurang. Selapur lender mulut dan bibir kering.

2.1.7 Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana penderita diare

1. Mencegah terjadinya diare

Dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih

banyak dengan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air

sup, air matang.

2. Mengobati dehidrasi

Penderita harus dibawa ke petugas kesehatan untuk mendapatkan

pengobatan yang cepat dan tepat yaitu dengan oralit bila dehidrasi

berat berikan cairan secara intravena dengan Ringer lactate sebelum

dilanjutkan terapi oral.

3. Memberi makanan

Bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak

agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan berikan Oralit dan cairan sesuai yang dianjurkan.


15

- Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI.

- Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari

biasanya.

- Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat

makanan padat harus diberikan makanan yang sudah dicerna

tetapi sering.

4. Mengobati masalah lain bila ditemukan penderita disertai dengan

penyakit lain, berikan pengobatan sesuai dengan mengutamakan

rehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk

menghentikan diare.

5. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa

melihat etiologinya.

6. Makanan harus diteruskan bahkan harus ditingkatkan selama diare

untuk menghindari efek buruk pada status gizi.

7. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin tidak

ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan

diare dengan panas, kecuali pada :

- Disentri bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis.

- Suspek kolera dengan dehidrasi berat.

- Diare persisten.

2.1.8 Pencegahan Diare

Pencegahan diare dapat dilakukan dengan :

1. Meningkatkan pemberian ASI ( Air Susu Ibu ) selama 2 tahun.


16

ASI adalah makanan yang terbaik untuk membantu bayi

tumbuh sehat dan kuat. ASI melindungi bayi terhadap penyakit dan

ifeksi seperti diabetes, kanker, diare dan pneumonia. Kekebalan ibu

terhadap penyakit ini akan diteruskan kepada bayinya melalui ASI.

ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang

melindungi bayi terhadap infeksi, terutama bila kebersihan

lingkungan tidak baik.

2. Memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI.

Walaupun ASI makanan yang terbaik bagi bayi, dengan

bertambahnya umur pada suatu saat bayi yang sedang bertumbuh

cepat memerlukan sehari-harinya energy dan zat-zat gizi yang

melebihi jumlah yang didapati dari ASI. Pemberian makanan

pendamping ASI dianjurkan mulai usia 6 atau 7 bulan. Untuk

mencegah kurangnya masukan nutrisi dan membantu menaikan

daya tahan tubuh, penderita diare harus segera diberi makanan

setelah dehidrasi teratasi dan makanan harus mengandung cukup

kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi ntidak menimbulkan diare

kembali.

3. Menggunakan air bersih yang cukup.

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk

minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Yang sangat


17

penting adalah untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan

minum ( termasuk untuk masak ) air harus mempunyai persyaratan

khusus agar air tidak menimbulkan penyakit. Syarat-syarat air

minum yang sehat antara lain :

a. Syarat fisik : bening ( tak berwarna ), tidak berasa, suhu

dibawah suhu udar diluarnya.

b. Syarat bakteriologis : air untuk keperluan minum harus bebas

dari bakteri, terutama bakteri pathogen.

c. Syarat kimia : air minum yang sehat harus mengandung zat-zat

tertentu didalam jumlah yang tertentu pula.

d. Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan maka air

minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam adalah dapat

diterima sebagai air sehat, dan memenuhi ketiga persyaratn

tersebut diatas, asalkan tidak tercemar oleh kotoran manusia dan

binatang.

4. Mencuci tangan dengan sabun.

5. Menggunakan jamban dengan benar.

Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi

kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran

manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan

kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.

6. Membuang tinja bayi dan anak-anak dijamban.

7. Kebersihan lingkungan untuk menghindari adanya lalat.


18

8. Makanan harus selalu tertutup jika di atas meja.

9. Air minum harus selalu dimasak.

10. Imunisasi campak.

Penyakit campak dapat menyebabkan diare sehingga perlu

adanya imunisasi.

11. Menjaga kebersihan perorangan pada anak. Mencuci tangan sebelum

makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di

tanah.

12. Membiasakan anak buang air besar di jamban dan harus selalu bersih

agar tidak ada lalat.

13. Anak yang sudah dapat membeli makanan sendiri agar diajarkan

untuk tidak membeli makanan yang dijajakan terbuka.

2.2 Balita

Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Upaya

kesehatan yang dilakukan sejak anak masih didalam kandungan sampai lima

tahun yang pertama kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar

mencapai tumbuh kembang yang optimal baik fisik,mental emosional maupun

sosial serta memiliki inteleransi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.

Berbeda dengan otak dewasa, otak balita lebih plastis. Plastisitas otak

pada balita mempunyai sisi positif dan negative. Sisi positifnya, otak balita

lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan pengkayaan. Sisi negatifnya, otak
19

balita lebih peka terhadap lingkungan utamanya lingkungan yang tidak

mendukung seperti asupan gizi yang kurang, kurang stimulasi dan tidak

mendapat pelayanan yang ,memadai. Oleh karena itu masa lima tahun

pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan

dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka

masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period), jenaka

kesempatan(window of oppurtinity) dan masa kritis (critical period).

Gangguan kesehatan yang biasa sering terjadi pada balita adalah diare

pada diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja

encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

2.3 Pengetahuan ( Knowledge )

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagai manusia di peroleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang ( over behavior ).

2.3.1 Tingkat pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

5 tingkatan :
20

1) Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali ( recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab

itu tahu itu merupakan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

2) Memahami ( comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan senagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi ( application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya

). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.
21

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tatapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

5) Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek penilaian atau responden. Keadaan pengetahuan yang


22

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan di atas.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diperngaruhi oleh hal-hal sebagai

berikut :

a. Pengalaman dan informasi

Seseorang mendapatkan pengalaman dan informasi bisa dari

guru, teman, orang tua, surat kabar, buku, televisi dan lain-lain.

b. Jumlah keluarga, umur, pekerjaan dan pendapatan keluarga

Beberapa faktor tersebut mempengaruhi pengetahuan seseorang

kaitannya dengan biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan

suatu pengetahuan serta kemampuan usia seseorang dalam

menyerap suatu pengetahuan.


23

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Balita merupakan golongan yang rentan terhadap berbagai penyakit

Anda mungkin juga menyukai

  • Lembar Bimbingan
    Lembar Bimbingan
    Dokumen2 halaman
    Lembar Bimbingan
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • 4 Buku 4 Pedoman Evaluasi Diri Aipt 2011
    4 Buku 4 Pedoman Evaluasi Diri Aipt 2011
    Dokumen24 halaman
    4 Buku 4 Pedoman Evaluasi Diri Aipt 2011
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Abdul Hanan
    Abdul Hanan
    Dokumen17 halaman
    Abdul Hanan
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Budi
    Budi
    Dokumen6 halaman
    Budi
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Lembar Bimbingan
    Lembar Bimbingan
    Dokumen1 halaman
    Lembar Bimbingan
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen23 halaman
    Bab I
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Surat Permohonan Pengunduran Diri
    Surat Permohonan Pengunduran Diri
    Dokumen1 halaman
    Surat Permohonan Pengunduran Diri
    GunturAdhiRahmawan
    Belum ada peringkat
  • Ade Racim
    Ade Racim
    Dokumen20 halaman
    Ade Racim
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Karsih
    Karsih
    Dokumen9 halaman
    Karsih
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Anton
    Anton
    Dokumen5 halaman
    Anton
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Abdul Hanan
    Abdul Hanan
    Dokumen17 halaman
    Abdul Hanan
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Suhernawati
    Suhernawati
    Dokumen8 halaman
    Suhernawati
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Baik
    Baik
    Dokumen11 halaman
    Baik
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Budi
    Budi
    Dokumen6 halaman
    Budi
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Elli Hayati
    Elli Hayati
    Dokumen9 halaman
    Elli Hayati
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Blangkomodeln 1
    Blangkomodeln 1
    Dokumen2 halaman
    Blangkomodeln 1
    Sdn Cikande Permai
    Belum ada peringkat
  • Surat Pengantar 75610
    Surat Pengantar 75610
    Dokumen1 halaman
    Surat Pengantar 75610
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Yamah Nursopa
    Yamah Nursopa
    Dokumen8 halaman
    Yamah Nursopa
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Somadijaya
    Somadijaya
    Dokumen8 halaman
    Somadijaya
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Dedi Dermawan
    Dedi Dermawan
    Dokumen19 halaman
    Dedi Dermawan
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Niar Zulfah Mansyuriah
    Niar Zulfah Mansyuriah
    Dokumen9 halaman
    Niar Zulfah Mansyuriah
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Karsih
    Karsih
    Dokumen9 halaman
    Karsih
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Anita Wulandari
    Anita Wulandari
    Dokumen8 halaman
    Anita Wulandari
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Blangkomodeln 1
    Blangkomodeln 1
    Dokumen2 halaman
    Blangkomodeln 1
    Sdn Cikande Permai
    Belum ada peringkat
  • Teti Nurnaningsih
    Teti Nurnaningsih
    Dokumen11 halaman
    Teti Nurnaningsih
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Yanti Sri Mulyanti
    Yanti Sri Mulyanti
    Dokumen12 halaman
    Yanti Sri Mulyanti
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Yunita Herviana
    Yunita Herviana
    Dokumen11 halaman
    Yunita Herviana
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Pasal 33 Ayat 1
    Pasal 33 Ayat 1
    Dokumen1 halaman
    Pasal 33 Ayat 1
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat
  • Amat
    Amat
    Dokumen11 halaman
    Amat
    Ryan Sigarantang Panimoe
    Belum ada peringkat