Anda di halaman 1dari 36

PENGANTAR AKUNTANSI

1. Persamaan Akuntansi
adalah persamaan untuk menggambarkan hubungan antara elemen-elemen dalam laporan
keuangan. Elemen-elemen laporan keuangan yang utama ada 5, yaitu aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, dan beban. Ketiga elemen laporan keuangan yang pertama (aset, kewajiban ekuitas)
berada di laporan laporan posisi keuangan (dulu dikenal dengan nama "neraca"). Kedua elemen
berikutnya (pendapatan dan beban) berada di laporan laba rugi (dulu dikenal dengan nama "laporan
rugi laba").

Persamaan akuntansi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu persamaan akuntansi dasar dan persamaan
akuntansi ekstensi. Persamaan akuntansi dasar sangat sederhana, yaitu "Aset = Liabilitas + Ekuitas".
Sementara itu, persamaan akuntansi ekstensi ada 2, yaitu persamaan akuntansi perspektif sejarah
dan perspektif IFRS. Persamaan akuntansi ekstensi perspektif sejarah adalah "Aset + Beban =
Liabilitas + Ekuitas + Penghasilan". Persamaan akuntansi ekstensi perspektif IFRS adalah "Aset =
Liabilitas + Ekuitas + (Penghasilan - Beban)".

2. Siklus Akuntansi
merupakan proses penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan
serta diterima secara umum prinsip-prinsip dan kaidah akuntansi, prosedur-prosedur, metode-
metode, serta teknik-teknik dari segala sesuatu yang dicakup dalam ruang lingkup akuntansi dalam
suatu periode tertentu.
Siklus akuntansi jika di lihat dari kegiatannya maka akan di peroleh beberapa poin sebaagai berikut

1. Pencatatan

2. Penggolongan

3. Pengiktisaran

4. Laporan Keuangan

3. Jenis Badan Usaha


1. Dagang
2. Jasa
3. Manufaktur

4. Bentuk bentuk badan usaha


4. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang sebagian besar atau seluruh
modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan Negara yang dipisahkan, kecuali ada ketentuan lain berdasarkan Undang-Undang.
5. Perusahaan perseorangan ini merupakan suatu badan usaha yang dimiliki oleh satu
orang dan orang tersebut yang menanggung seluruh resiko secara pribadi.
6. Firma merupakan sebuah perusahaan yang didirikan minimal dua orang atau lebih.
Untuk mendirikannya dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan akta resmi atau
akta dibawah tangan. Untuk akta resmi, prosesnya harus sampai diberita Negara.
Sedangkan untuk akta di bawah tangan prosesnya tidak sampai ke sana.
Kepemimpinannya dipegang sepenuhnya oleh pemilik sekaligus bertanggung jawab
terhadap segala resiko yang mungkin timbul.
7. CV adalah suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang
berbeda-beda di antara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara
aktif yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja
tanpa harus melibatkan harta pribadi ketika krisis finansial. Yang aktif mengurus
perusahaan cv disebut sekutu aktif, dan yang hanya menyetor modal disebut sekutu
pasif.
8. Perseroan terbatas adalah perseroan antara dua orang atau lebih, dengan modal yang
terdiri atas saham-saham. Modal diperoleh dengan cara mengeluarkan saham-saham
dan kemudian dijual kepada masyarakat. Setiap persero mempunyai satu atau lebih
saham,serta tanggung jawabnya terbatas hanya pada modal yang ditanamkan pada PT.
Badan Usaha yang berbentuk PT, kekayaan pribadi para pemegang saham dipisahkan
dari kekayaan perusahaan. Saham yang dimiliki pemilik modal terdiri atas berbagai
jenis. Berikut ini jenis-jenis saham berdasarkan perbedaan hak.
a. Saham biasa
b. Saham preferen
c. Saham bonus
d. Saham pendiri
e. Saham kosong

5. Klasifikasi Perkiraan (Ril dan Nominal)


Macam-macam Akun :
1. Akun Riil/Permanen
Akun-akun yang terdapat dalam Neraca yaitu Aktiva, Utang dan Modal.
Akun ini menyatakan posisi saldo keuangan pada neraca.
2. Akun Nominal/Sementara
Adalah akun-akun yang terdapat dalam perhitungan Rugi laba yaitu akun Pendapatan dan
Beban/biaya. Akun-akun pada akhir periode akuntansi harus ditutup sehingga saldonya nol
pada awal periode.

6. Saldo Normal Perkiraan

Berikut saldo normal untuk beberapa akun umum:

Aktiva: Debit
Kewajiban: Kredit
Modal: Kredit
Pendapatan: Kredit
Beban: Debit
Laba ditahan: Kredit
Dividen: Debit

7. Dasar-dasar pencatatan akuntansi

Basis Akrual
Basis ini merupakan dasar pengakuan atas suatu transaksi atau peristiwa ketika ia terjadi
tanpa memperhatikan diterima atau dikeluarkannya kas atau setara kas yang terkait. Dasar
akuntansi ini membenarkan bagi pelaku pembukuan untuk mencatat transaksi yang sebenar
terjadi apabila memiliki kemungkinan atau kepastian akan adanya peristiwa masuk atau
keluarnya kas atau setara kas.

Konsep dasar basis akrual diterapkan dalam dua hal berikut ini:

1. Pengakuan Pendapatan
Hal ini diakui ketika perusahaan memiliki kewenangan untuk melakukan penagihan atas
kegiatan usahanya seperti penjualan jasa/ barang. Pengakuan pendapatan ini tidak menunggu
masa ketika kas/ bank betul-betul diterima sehingga akan mungkin terjadinya piutang tak
tertagih.

2. Pengakuan Beban
Hal ini diakui ketika perusahaan sudah memiliki kewajiban untuk membayar meskipun
perusahaan belum melakukan pembayaran sama sekalipun.

Basis Kas

Basis ini merupakan dasar pengakuan atas suatu transaksi atau peristiwa ketika kas atau
setara kas betul-betul sudah diterima atau dikeluarkan. Basis kas biasanya masih sering
diterapkan oleh usaha-usaha seperti toko kecil, dokter, warung, dsb.

Konsep dasar basis kas diterapkan dalam dua hal berikut ini:

1. Pengakuan Pendapatan
Hal ini diakui ketika perusahaan betul-betul telah menerima kas. Jika transaksi penjualan,
perusahaan tidak perlu melakukan penagihan akan hal ini karena setiap transaksi dilakukan
secara tunai.

2. Pengakuan Beban
Hal ini diakui ketika perusahaan betul-betul telah mengeluarkan kas.

8. Perkiraan akun yang membutuhkan penyesuaian

1. Penyusutan Aset Tetap

Ciri-ciri aset tetap yaitu digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, bukan
digunakan untuk dijual, masa manfaat lebih dari satu tahun, dan disusutkan tiap tahun.
Karena aset tetap memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun maka logikanya nilai
tiap tahunnya pasti akan berkurang sehingga perlu dibuatkan jurnal penyesuaian untuk
mencatat penyusutan pada akhir tahun.

Jurnal Penyesuaian:

Beban Penyusutan xxxx

Akumulasi Depresiasi xxxx


2. Beban Dibayar Dimuka (Termasuk semua akun yang dibayar dimuka)

Beban dibayar dimuka merupakan pembayaran beban secara tunai untuk jangka
waktu tertentu, misalnya untuk 2 tahun. Nah yang seharusnya diakui sebagai beban
tahun berjalan adalah dari tanggal transaksi sampai akhir tahun berjalan. sedangkan
untuk tahun selanjutnya harus dikeluarkan sebagai beban.(pendekatan beban)
Jurnal ketika mencatat beban dibayar dimuka:

Pendekatan Beban (saat transaksi):

Beban ABC xxxx


Kas xxxx

Jurnal Penyesuaian:

Beban dibayar dimuka xxxx*


Beban xxxx*
*Nominal sejumlah beban yang belum terjadi/beban tahun berikutnya

Pendekatan Asset (saat transaksi):

Beban dibayar dimuka xxxx


Kas xxxx

Jurnal Penyesuaian:

Beban xxxx*
Beban dibayar dimuka xxxx*
*Nominal sejumlah beban yang terjadi pada tahun berjalan

3. Beban Yang Masih Harus Dibayar

Pada intinya kita harus mengakui beban yang seharusnya dibayarkan pada tahun
berjalan namun pada hingga akhir tahun belum terbayarkan
Jurnal Penyesuaian:

Beban xxxx
Hutang xxxx

4. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima

Pada intinya kita harus mencatat pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan
pada akhir tahun.

Jurnal penyesuaian:
Piutang xxxx
Pendapatan xxxx

5. Pendapatan Diterima Dimuka


Ketika perusahaan menerima uang kas sebagai tanda diterimanya pendapatan namun
perusahaan belum melakukan kewajibannya maka pada akhir tahun harus disesuaikan.
Pendekatan Beban (saat transaksi):
Kas xxxx
Pendapatan xxxx

Jurnal Penyesuaian:
Pendapatan xxxx *
Pendapatan Diterima Dimuka xxxx *
*Nominal sejumlah pendapatan yang seharusnya belum diakui

Pendekatan Asset (saat transaksi):


Kas xxxx
Pendapatan Diterima Dimuka xxxx

Jurnal penyesuaian:
Pendapatan Diterima Dimuka xxxx *
Pendapatan xxxx *
*Nominal sejumlah pendapatan yang harus diakui

6. Pemakaian Barang Habis Pakai

Barang habis pakai misalnya adalah perlengkapan, jika dicatat sebagai aset berupa
perlengkapan maka ketika barang tersebut habis karena pemakaian maka harus
disesuaikan pada akhir tahun.

Pendekatan Beban (saat transaksi):

Beban Perlengkapan xxxx


Kas/Hutang xxxx

Jurnal Penyesuaian:

Perlengkapan xxxx*
Beban Perlengkapan xxxx*
*Nominal sejumlah perlengkapan yang tersisa pada akhir tahun

Pendekatan Asset (saat transaksi):

Perlengkapan xxxx
Kas/Hutang xxxx
Jurnal Penyesuaian:

Beban Perlengkapan xxxx*


Perlengkapan xxxx*
*Nominal sejumlah perlengkapan yang terpakai selama tahun berjalan

7. Persediaan
Pada akhir tahun akun persediaan harus menunjukan saldo persedian akhir sehingga perlu
adanya jurnal penyesuaian.

Jurnal Penyesuaian:

Ikhtisar Laba rugi xxxx


Persediaan (Awal) xxxx
Persediaan (Akhir) xxxx
Ikhtisar laba rugi xxxx

8. Piutang Tak Tertagih

Dalam bisnis adanya piutang yang tidak dapat tertagih merupakan suatu resiko yang harus
diterima. Maka dari itu, biasanya pada akhir tahun perusahaan akan mengestimasi berapa
jumlah kemungkinan piutang yang tidak dapat ditagih. Untuk metode pencatatan ada 2
yaitu, metode langsung (writte off) dan metode cadangan (allowance).
Jurnal Penyesuaian:

Metode Langsung:

Beban Kerugian Piutang xxxx


Piutang xxxx

Metode Cadangan:

Beban Kerugian Piutang xxxx


Cadangan Kerugian Piutang xxxx
9. Ayat Jurnal Penutup

10. Komponen Laporan Keuangan


1. Laporan posisi keuangan
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif lain
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan Arus kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan

11. Karakteristik Operasional Perusahaan Dagang


Bentuk laporan laba rugi bertahap disiapkan dengan komponenkomponen
sebagai berikut:
1. Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada para pelanggan
atas barang yang dijual perusahaan ke pelanggan yang
bersangkutan, baik secara tunai maupun kredit. Untuk mendapatkan
nilai penjualan bersih, retur dan pengurangan harga serta diskon
penjualan dikurangkan pada nilai penjualan kotor.
2. Retur dan potongan harga diberikan kepada pelanggan untuk
barang yang rusak atau cacat. Retur dan potongan harga diakui
ketika barang dagangan dikembalikan atau ketika potongan diberikan
oleh penjual
3. Diskon penjualan diberikan penjual kepada pelanggan untuk
pembayaran lebih awal dari jumlah terutang. Diskon penjualan diakui
pada saat pelanggan membayar tagihan penjualan.
4. Penjualan bersih diperoleh dengan mengurangkan retur dan
potongan harga serta diskon penjualan terhadap penjualan
5. Harga pokok penjualan adalah harga barang yang terjual ke
pelanggan. Besarnya harga pokok penjualan bisa ditetapkan setiap
kali penjualan barang dagangan terjadi atau pada akhir periode akuntansi. Harga pokok
penjualan bisa ditentukan setiap kali penjualan terjadi, apabila perusahaan menggunakan
sistem persediaan perpetual. Namun jika harga pokok penjualan baru dapat
ditentukan pada akhir periode akuntansi, dikatakan bahwa
perusahaan menggunakan sistem persediaan periodik.

12. Syarat-syarat Jual Beli


Syarat penyerahan barang:

a. FOB Shipping Point (franco gudang penjual)


artinya beban angkut barang sejak dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli
menjadi tanggung jawab pembeli. Sehingga syarat ini akan menimbulkan beban angkut
pembelian artinya beban angkut yang timbul akibat pembelian barang dagangan dari penjual.
b. FOB Distinationt Point (franco gudang pembeli)
artinya beban angkut barang sejak dari gudang penjual sampai dengan gudang pembeli
menjadi tanggung jawab penjual. Sehingga syarat ini akan menimbulkan beban angkut
penjualan artinya beban angkut yang timbul akibat penjualan barang dagangan kepada
pembeli.

Syarat pembayaran:

a. Tunai atau kontan


artinya pembayaran dilakukan saat terjadi transaksi, baik secara langsung (dengan uang tunai)
maupun pembayaran dengan cek atau giro bilyet.
b. n/30 (n adalah singkatan dari netto)
artinya pembayaran dilakukan paling lambat 30 hari setelah terjadinya transaksi.
c. n/EOM (End of Month)
artinya pembayaran dilakukan paling lambat akhir bulan.
d. n/10 EOM
artinya pembayaran dilakukan paling lambat 10 hari setelah akhir bulan.
e. 2/10, n/30
artinya bila pembayaran dilakukan dalam waktu kurang atau sama dengan 10 hari setelah
tanggal transaksi, terdapat potongan 2%, jangka waktu kredit 30 hari.

13. Metode Pencatatan Persediaan (Metode Periodik dan Perpetual)


Ada 2 sistem penghitungan hpp

1. perpetual= metode buku adalah sistem dimana setiap persediaan yang masuk dan
keluar dicatat di pembukuan.

Sistem Perpetual :
Saat terjadi
pembelian :
Persediaan 50.000.000
Utang
Dagang 50.000.000

Saat terjadi
penjualan
Piutang Dagang 30.000.000
Penjualan 30.000.000

HPP 25.000.000
Persediaan 25.000.000

Penyesuaian pada akhir periode

tidak diperlukan jurnal penyesuaian, rekening


persediaan menunjukkan saldo yang ada pada
akhir
periode yaitu Rp 35.000.000
(10.000.000 *+50.000.000-25.000.000)

* misal persediaan awal Rp 10.000.000

2. periodik= mendebet rekening pembelian dan mengkredit kas atau utang dagang.
Jika terjadi penjualan maka jurnalnya adalah mendebet rekening kas/ piutang dagang dan
mengkredit rekening penjualan. Untuk mengetahui persediaan akhir dilakukan inventarisasi
atau stock opname pada akhir periode.

Sistem Periodik :
Saat terjadi pembelian
Pembelian 50.000.000
Utang
Dagang 50.000.000

Saat terjadi penjualan


Piutang Dagang 30.000.000
Penjualan 30.000.000

Penyesuaian pada akhir periode


HPP 10.000.000
Persediaan 10.000.000

HPP 50.000.000
Pembelian 50.000.000

Persediaan 35.000.000
HPP 35.000.000

14. Jurnal Khusus


1. Jurnal Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)

Suatu transaksi keuangan yang sering terjadi berkaitan dengan penerimaan uang tunai yang
berasal dari berbagai sumber perusahaan, perlu dibuatkan kolom khusus untuk akun Kas
(debit), sehingga pencatatannya dilakukan pada jurnal penerimaan kas. Jurnal penerimaan kas
adalah buku jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi penerimaan uang atau
uang tunai.

Transaksi yang dicatat dalam jurnal penerimaan kas antara lain sebagai berikut.
a. Penjualan tunai.
b. Penerimaan pelunasan piutang.
c. Penerimaan pendapatan (Pendapatan bunga, dividen, sewa, dan lain-lain).
d. Retur pembelian secara tunai.

Bentuk Jurnal penerimaan kas adalah:


2. Jurnal Pengeluaran Kas (Cash Payment Journal)

Suatu transaksi keuangan yang sering terjadi berkaitan dengan pengeluaran uang tunai untuk
berbagai kegiatan perusahaan, perlu dibuatkan kolom khusus untuk akun Kas (kredit),
sehingga pencatatannya dilakukan pada jurnal pengeluaran kas. Jurnal pengeluaran kas
adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi pengeluaran uang
kas/pembayaran uang tunai.

Transaksi yang dicatat dalam jurnal pengeluaran kas antara lain sebagai berikut.
a. Pembelian secara tunai.
b. Pembayaran atau pelunasan utang dagang.
c. Pembayaran beban-beban.
d. Retur penjualan secara tunai.
e. Pengambilan uang tunai untuk pribadi.

Bentuk jurnal pengeluaran kas adalah:

3. Jurnal Pembelian (Purchases Journal)


Jurnal pembelian digunakan untuk mencatat semua transaksi pembelian secara kredit.
Transaksi pembelian yang sering dilakukan oleh perusahaan adalah pembelian barang
dagangan, pembelian perlengkapan, pembelian peralatan, inventaris, dan sebagainya. Jadi,
jurnal pembelian adalah buku jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi
pembelian secara kredit, baik pembelian barang dagangan maupun bukan barang dagangan.

Transaksi yang dicatat dalam jurnal pembelian antara lain sebagai berikut.
a. Pembelian barang dagangan secara kredit
b. Pembelian perlengkapan, peralatan, dan aktiva lain secara kredit.

Bentuk jurnal pembelian adalah:


4. Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Suatu perusahaan dagang sering melakukan transaksi penjualan barang dagangan, terutama
penjualan barang dagangan secara kredit. Untuk itulah diperlukan pencatatan khusus atas
transaksi tersebut dalam jurnal penjualan. Jurnal penjualan adalah buku jurnal yang
digunakan untuk mencatat semua transaksi penjualan barang dagangan secara kredit.

Bentuk jurnal penjualan adalah:

5. Jurnal Umum (General Journal)

Suatu transaksi yang tidak dapat dimasukkan ke dalam jurnal penerimaan kas, jurnal
pengeluaran kas, jurnal pembelian dan jurnal penjualan, akan dicatat dalam jurnal umum.
Jurnal umum (jurnal memorial) adalah buku jurnal yang digunakan untuk mencatat semua
transaksi yang tidak dapat dicatat dalam keempat jurnal khusus di atas,

Transaksi yang dicatat dalam jurnal umum antara lain sebagai berikut.

a. Transaksi lain yang tidak dapat dicatat dalam jurnal khusus, misalnya: retur pembelian
kredit, retur penjualan kredit, perubahan utang atau piutang menjadi wesel, dan lain-lain.
b. Ayat jurnal penyesuaian (adjustment entry)
c. Ayat jurnal koreksi (correcting entry)
d. Ayat jurnal penutup (closing entry)
e. Ayat jurnal pembalikan (reversing entry)

Bentuk jurnal umum atau jurnal memorial adalah:


15. Sistem Pencatatan Kas Kecil

1. Sistem dana tetap adalah sistem yang menetapkan dan menyisihkan dana kas kecil
dengan nilai yang tetap atau tidak berubah tiap periode pengisiannya. Kecuali jika
perusahaan menghendaki perubahan jumlah dana kas kecil. Kondisi tersebut mungkin
terjadi ketika perusahaan merasakan kas kecil yang sudah disisihkan ternyata tidak
dapat memenuhi semua keperluan operasional kecil, sehingga perlu ditambah lagi
nilaiya. Atau bisa juga perusahaan merasa dana kas kecil terlalu besar untuk
operasional kecil perusahaan, sehingga perlu dikurangi jumlahnya.
Dengan adanya perubahan kebijakan atas nilai dana kas kecil tersebut, maka
perusahaan (akuntan) harus melakukan catatan penyesuaian atas penambahan atau
pengurangan nilai tersebut. Yang perlu diingat dalam sistem dana tetap adalah
pencatatan pengeluaran kas kecil tidak dicatat seketika terjadi pengeluaran. Melainkan
dicatat ketika terjadi pengisian kembali kas kecil.
Contoh kasus, pimpinan perusahaan A menetapkan kebijakan membentuk dana kas kecil
untuk keperluan pengeluaran rutin sebesar Rp 1.000.000. Pada akhir bulan, dana tersebut
telah digunakan Rp 750.000. Maka sisa pada akhir bulan (saldo) adalah Rp 250.000. Pada
awal bulan berikutnya, dana yang diterima adalah Rp 750.000. Jadi pada awal bulan jumlah
dana kas kecil yang ada adalah tetap sebesar Rp 1.000.000.
2. Sistem dana fluktuasi adalah sistem yang menetapkan nilai dana kas kecil sesuai
dengan kebutuhan operasional. Artinya, saldo akun kas kecil ini tidak tetap atau
berfluktuasi sesuai dengan jumlah transaksi kas kecil. Jadi nominal saldonya akan
berubah tiap-tiap periode sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan.
Misal, ketika menetapkan kebijakan kas kecil pertama kali, perusahaan menetapkan
jumlah kas kecil sebesar Rp. 1.000.000 (saldo awal). Kemudian kas kecil tersebut
digunakan untuk keperluan operasional perusahaan hingga akhir periode. Pada awal
periode berikutnya, kas kecil diisi kembali dengan jumlah yang sama atau berbeda
dengan saldo awal. Berbeda dalam arti bisa kurang atau lebih dari nilai saldo awalnya.
Hal ini disesuaikan apakah kebutuhan perusahaan memerlukan tambahan dana kas
kecil atau pengurangan atau pun tidak perlu ada keduanya.
Dalam sistem fluktuasi, setiap terjadi perubahan jumlah uang kas kecil harus langsung
dibukukan, baik itu penambahan maupun pengeluaran. Jadi buku pengeluaran kas
kecil memiliki fungsi sebagai buku jurnal dan menjadi dasar untuk proses
pemostingan ke buku besar.

16. Rekonsiliasi Bank

Rekonsiliasi bank adalah aktivitas rekonsiliasi (merinci perbedaan dan menyesuaikan


perbedaan tersebut) terhadap catatan transaksi bank yang dilakukan oleh perusahaan dengan
catatan pihak bank yang berupa rekening koran (bank satatement). Pada rekonsiliasi bank,
akan dirinci pemasukan, pengeluaran dan transaksi lainnya yang mempengaruhi saldo bank.
Jika terdapat perbedaan antara catatan perusahaan dengan catatan di bank, akuntan akan
melakukan jurnal penyesuaian berdasarkan bukti-bukti yang valid yang ada. Sebagai contoh,
pada akhir periode, perusahaan biasanya belum mencatat biaya administrasi bank, pendapatan
bunga, maupun pajak atas bunga yang dikenakan oleh bank.

Tujuan rekonsiliasi bank adalah untuk menyesuaikan atau mencocokkan antara catatan transaksi
yang dilakukan oleh perusahaan dengan catatan yang dilakukan oleh bank di rekening koran.

Istilah-Istilah Dalam Rekonsiliasi Bank

Beberapa istilah dalam rekonsiliasi bank antara lain:

Deposit in transit. Yaitu kas dan atau cek (cheque) yang telah diterima oleh perusahaan
tetapi belum didepositokan dan dicatat oleh bank. Deposit in transit ini biasanya terjadi
pada akhir bulan, baik dikarenakan deposit datang terlambat ke bank karena adanya sistem
cut off di bank atau pun karena perusahaan belum menyerahkan deposit tersebut ke bank.
Outstanding check. Yaitu cek yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan kepada pihak ketiga
(misalnya vendor) tetapi belum dikeluarkan pada catatan bank. Hal ini dikarenakan pihak
ketiga belum mencairkan cek tersebut sehingga belum dicatat oleh bank.
NSF (nor sufficient fund) check. Yaitu sebuah cek yang dikeluarkan perusahaan tetapi tidak
diakui oleh bank dikarenakan dana yang ada di rekening bank perusahaan tidak mencukupi.
Dengan demikian, NSF cek ini harus dikoreksi pada catatan perusahaan.

Contoh Rekonsiliasi Bank

Kasus #1

Bank ARTHA mengeluarkan rekening koran per tanggal 31 Desember 2017 yang dikirim
untuk PT. BIMA menunjukkan saldo sebesar Rp. 1.550.000,- .

Bila dibandingkan dengan saldo kas di bank yang tercatat di buku besar PT. BIMA terdapat
perbedaan saldo yaitu menunjukkan jumlah sebesar Rp. 1.035.000,-.

Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata perbedaan saldo tersebut disebabkan karena adanya
transaksi-transaksi berikut:

1. Transfer (kiriman uang) dari langganan untuk pelunasan utangnya sebesar Rp.750.000,-

2. Setoran Dalam Perjalanan (Deposit In Transit) sebesar Rp. 2.500.000,-

3. Cek yang ditarik PT. BIMA sebesar Rp. 815.000,- untuk dicairkan ke Bank sudah dicatat
dalam pembukuan perusahaan. Ternyata masih belum diuangkan ke Bank oleh pegawai PT.
BIMA karena terlambat.

4. Wesel tagih yang ditagihkan melalui Bank ARTHA telah dapat tertagih dan dikreditkan
dalam rekening PT BIMA sebesar Rp. 500.000,-

5. Setoran dana dari PT. BIMA ke bank sudah dibukukan sebesar Rp. 1.250.000,-namun
belum disetorkan oleh petugas perusahaan.
6. Cek dari pelanggan yang dikliringkan ke Bank sebesar Rp. 825.000,- ternyata kosong (Non
Sufficient Cheque).

7.Bank ternyata salah mencatat pada pembukuan atas transaksi penarikan dana melalui cek
yang ditarik PT. BNTANG pada rekening PT. BIMA sebesar Rp. 525.000,-

8. Cek-cek yang ditarik PT. BIMAsebagai berikut:

Ternyata belum diuangkan oleh penerima cek tersebut.

9. Bank telah mendebit rekening PT. BIMA untuk beban cetak buku cek sebesar Rp.
100.000,-

10. Bank mengkredit rekening PT. BIMA atas pendapatan jasa giro bulan Agustus 2017
sebesar Rp. 250.000,-

11. Beban administrasi bank telah dicatat oleh Bank sebesar Rp. 50.000 namun belum dicatat
PT. BIMA.

Dari data di atas anda diminta:

1. Buatlah laporan rekonsiliasi bank PT. BIMA pada tanggal 31 Desember 2017 untuk
mengetahui saldo yang benar.

2. Buatlah jurnal penyesuaian untuk mencatat transaksi yang terjadi dalam PT. BIMA.

Berikut ini laporan rekoniliasi


.

Berikut ini Jurnal Penyesuaiannya.


Kasus #2

PT. AKUN telah menerima rekening koran dari Bank DEBET per 31 Juli 2016 yang
menunjukkan jumlah saldo sebesar Rp. 1.220.000.

Pada tanggal 1 Juli 2016 perkiraan bank di buku besar PT. AKUN menunjukkan saldo
sebesar Rp. 2.303.000. Pada bulan Juli 2016 buku penerimaan kas menunjukkan jumlah
sebesar Rp. 4.730.000. sedangkan buku pengeluaran kas menunjukkan jumlah sebesar Rp.
6.572.725. Data yang berhubungan rekonsiliasi bank adalah sebagai berikut:

1. Cek-cek yang beredar :

2. Telah dikredit oleh bank, jasa giro bulan Juli 2016 sebesar Rp. 7.425

3. Cek Nomor 10203 sebesar Rp. 157.000 dicatat dalam laporan buku pengeluaran sebesar
Rp.175.000.

4. Sedangkan cek nomor 10217 sebesar Rp. 240.000 dibukukan sebesar Rp.24.000.
Seluruhnya untuk pembelian barang dagangan.
5. Setoran kas sebesar Rp.925.000 pada tanggal 31 Juli 2016 belum dicatat dalam rekening
koran bank karena kas bank sudah tutup.

6. Bank telah membebankan biaya administrasi bulan Juli 2016 sebesar Rp. 1.000 dan ongkos
buku cek sebesar Rp, 650. Jumlah tersebut belum dibukukan oleh PT. AKUN .

7. Bank telah mengkredit rekening PT. AKUN atas kiriman uang sebesar Rp. 199.950 yang
diterima dari pelanggan untuk melunasi hutangnya.

8. Setoran cek yang diterima dari PT. AKUN sebesar Rp. 120.000 pada tanggal 28 Juli 2016
telah ditolak karena saldo tidak mencukupi.

Diminta :

1. Buatlah Bank Rekonsiliasi per 31 Juli 2016 untuk menyesuaikan/ mencocokkan saldo
menurut rekening koran dengan saldo menurut perkiraan bank.

2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan.

Berikut laporan rekonsiliasi nya


Berikut ini adalah Jurnal Penyesuaiannya.
17. Penyisihan dan Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Ada dua metode dalam melakukan pengakuan Piutang tak tertagih, yaitu Metode Penghapusan
(write-off) dan Metode Penyisihan (Pencadangan) - Bad debt allowance.

Metode Penghapusan Piutang (Write-off)

Metode ini langsung menghapus piutang yang dinilai tidak dapat tertagih lagi, yaitu dengan langsung
membebankan piutang yang dihapus dan mengkreditkan Piutang tersebut.

Contoh:

Manajemen Perusahaan menghapus Piutang Usahanya sebesar 1.000.000 karena sudah benar-benar
tidak dapat tertagih lagi. Maka jurnalnya adalah:

Beban penghapusan piutang [D] 1.000.000

Piutang [K] 1.000.000

Untuk melakukan ini Perusahaan harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-undang
Pajak Penghasilan (UU No.36 tahun 2008)

Metode penghapusan langsung piutang tak tertagih dalam Pajak Penghasilan diatur dalam Pasal 6
Ayat (1) huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan. Dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, termasuk di antaranya adalah piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan
syarat:

Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;


Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat
Jenderal Pajak; dan
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur
bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak
tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU PPh.

Sebagai ketentuan pelaksanaan dari Pasal 6 Ayat (1) huruf h ini adalah Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 105/PMK.03/2009 Tentang Piutang Yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih Yang Dapat
Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 57/PMK.03/2010.

Metode Cadangan Piutang (Bad debt allowance)


Metode ini dilakukan dengan cara membentuk cadangan atas piutang yang diperkirakan tidak akan
tertagih. Berbeda dengan metode penghapusan piutang langsung, metode ini tidak langsung
"membuang" piutang yang diperkirakan tidak tertagih tersebut. Dengan metode ini maka di laporan
keuangan akan muncul saldo Cadangan Kerugian Piutang, biasanya disajikan dengan angka minus di
bawah Piutang Usaha, atau bisa juga disajikan secara net-off dengan Piutang Usaha.

Contoh:
Manajemen mencadangkan Piutang Usaha sebesar 1.000.000 atas Piutang Usaha yang kemungkinan
besar tidak dapat tertagih lagi.
Beban cadangan piutang tak tertagih [D] 1.000.000

Cadangan piutang tak tertagih [K] 1.000.000

Dalam menentukan besaran pencadangan piutang, manajemen memiliki beberapa cara antara lain:

Persentase penjualan, dari pengalaman yang dimiliki perusahaan biasanya mereka memiliki
persentase atas piutang usaha yang tidak tertagih.
Analisa Umur, cara ini dilakukan dengan menganalisa umur dari masing-masing Piutang.
Manajemen biasanya membuat batasan untuk umur piutang. Misal: Perusahaan akan
mencadangkan Piutang yang berumur lebih dari 2 tahun.

Penghapusan Piutang yang di cadangkan, Misal dari yang dicadangkan sebesar 1.000.000, ada
piutang sebesar 400.000 yang benar-benar tidak tertagih dan harus dihapus, jurnal yang dibuat:
Cadangan piutang tak tertagih [D] 400.000

Piutang [K] 400.000

Piutang Yang Dihapus Dibayar (Tertagih)

Bagaimana jika Piutang yang sudah terhapus ternyata dibayarkan oleh customer? Maka Piutang
harus dimunculkan lagi terlebih dahulu baru kemudian dibuat jurnal pembayaran Piutangnya.

Contoh:

Dari 400.000 Piutang yang telah dihapuskan oleh Perusahaan ternyata dilunasi 200.000, jurnal yang
muncul adalah sebagai berikut:

Piutang [D] 200.000

Cadangan piutang tak tertagih [K] 200.000

Kas / Bank [D] 200.000

Piutang [K] 200.000

18. Metode Penetapan Harga Pokok (FIFO, LIFO, Average)


Pengertian FIFO (First in First Out)

Metode ini menerapkan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal / pertama masu akan
digunakan / dijual terlebih dahulu, jadi yang tersisa di persediaan akhir dinilai dengan nilai
perolehan persediaan yang terakhir dibeli (masuk). Metode FIFO dianggap berdampak pada
nilai aktiva yang dibeli perusahaan dan cenderung menghasilkan persediaan yag nilainya
tinggi.

Pengertian LIFO (Last In First Out)

Metode ini menerapkan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir (masuk) akan
dijual/digunakan lebih dulu, sehingga perolehan persediaan akhir dinilai berdasarkan nilai
perolehan yang pertama (awal) masuk (dibeli). Metode LIFO dianggap berdampak pada nilai
aktiva yang rendah pada perusahaan dan cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang
rendah.

Pengertian Metode Rata-rata (average method)


Metode rata-rata atau juga disebut metode average, metode ini menyatakan bahwa nilai
persediaan akhir akan menghailak amtara nilai persediaan dengan metode FIFO. Dengan
menggunakan metode ini maka akan berdampak pada laba kotor dan harga pokok penjualan.

Contoh Soal I

PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018 adalah
sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga

2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000

10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000

5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000

7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000

21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000

18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000

20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000

10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

Diminta :

1. Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan
Average.
2. Hitung Laba Kotor dan Harga Pokok Penjualanya.
1. FIFO (masuk pertama keluar pertama)

2. LIFO (masuk terakhir keluar pertama)


3. Rata-rata (average)

4. Harga Pokok Penjualan

1. Sistem Periodik

FIFO LIFO Rata-rata


Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000
Barang tersedia utk
10.400.000 10.400.000 10.400.000
dijual
Persediaan akhir (3.400.000) (2.800.000) (3.120.000)
Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.600.000 7.280.000

2. Sistem Perpetual

FIFO LIFO Rata-rata


Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000
Barang tersedia utk
10.400.000 10.400.000 10.400.000
dijual
Persediaan akhir (3.400.000) (2.900.000) (3.224.000)
Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.500.000 7.176.000

Laba Kotor

1. Sistem Periodik

FIFO LIFO Rata-rata


Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000
Harga Pokok (7.000.000) (7.600.000) (7.280.000)
Penjualan
Laba Kotor 4.500.000 3.900.000 4.220.000

2. Sistem Perpetual

FIFO LIFO Rata-rata


Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000
Harga Pokok
(7.000.000) (7.500.000) (7.176.000)
Penjualan
Laba Kotor 4.500.000 4.000.000 4.324.000

Jurnal

1. Periodik (FIFO)

Saat Mencatat Pembelian:

Pembelian Rp. 8.600.000


Utang usaha/Kas Rp. 8.600.000

Saat Mencatat Penjualan:

Piutang Usaha/Kas Rp. 11.500.000


Penjualan Rp. 11.500.000

Saat Penyesuaian untuk Persediaan:

Ikhtisar Rugi Laba Rp. 1.800.000


Persediaan Rp. 1.800.000
Persediaan Rp. 3.400.000
Ikhtisar Rugi Laba Rp. 3.400.000

2. Perpetual (FIFO)

Saat Mencatat Pembelian:

Persediaan Rp. 8.600.000


Utang Usaha/Kas Rp. 8.600.000

Saat Mencatat Penjualan:

Piutang Usaha Rp. 11.500.000


Penjualan Rp. 11.500.000
Harga Pokok Penjualan Rp. 7.000.000
Persediaan Rp. 7.000.000

Contoh Soal II

Berikut adalah transaksi PT. Dipa Jaya selama Bulan Juli 2017.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga

1 Juli Persediaan awal 100 unit Rp.10.000

5 Juli Pembelian 500 unit Rp.12.000

12 Juli Pembelian 100 unit Rp.15.000

22 Juli Penjualan 300 unit Rp.25.000

27 Juli Pembelian 100 unit Rp 20.000

30 Juli Penjualan 50 unit Rp.30.000

Diminta:

1. Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, Bila di
asumsikan perusahaan menggunakan Sistem periodik FIFO dan Sistem Perpetual
LIFO.

Jawab:

1. Sistem periodik FIFO

Persediaan barang yang siap dijual (unit) adalah :

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga (Rp.)


1 Juli Persediaan awal 100 unit @ Rp.10.000 1.000.000
5 Juli Pembelian 500 unit @ Rp.12.000 6.000.000
12 Juli Pembelian 100 unit @ Rp.15.000 1.500.000
27 Juli Pembelian 100 unit @ Rp 20.000 2.000.000
800 unit 10.500.000

Persediaan yang siap di jual (harga) adalah Rp. 10.500.000.

Unit persediaan akhir adalah :

= persediaan (unit) yang siap dijual Unit yang terjual

= 800 unit 350 unit = 450 unit


Nilai unit akhir.

= 100 unit @ Rp. 20.000 = Rp. 2.000.000


= 100 unit @ Rp. 15.000 = Rp. 1.500.000
= 250 unit @ Rp. 12.000 = Rp. 3.000.000
450 unit = Rp. 6.500.000

Harga pokok penjualan:

= Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual nilai persediaan (harga) unit akhir

= 10.500.000 Rp. 6.500.000 = 4.000.000

Laba Kotor:

= Hasil penjualan Harga pokok penjualan

= 9.000.000 Rp. 4.000.000 = 5.000.000

Melalui metode perpetual LIFO kita dapat mengetahui hal-hal berikut ini :

Nilai persediaan akhir Rp. 5.600.000


Harga Pokok penjualan Rp. 4.900.000
Laba kotor = Rp. 9.000.000 Rp. 4.900.000
= Rp. 4.100.000
19. Penyusutan dan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Metode #1. Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Cara ini membebankan nilai
depresiasi dengan jumlah yang sama untuk tiap periode, tidak menghiraukan kegiatan dalam
periode tersebut.

Misalnya Anda membeli mesin produksi seharga Rp 60.000.000. Taksiran nilai residu
sebesar Rp. 4.000.000. Umur manfaat ditaksir selama 4 tahun. Perhitungan nilai depresiasi
tiap tahunnya adalah ;

Metode #2. Jam Jasa (Service Hours Method)

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (mesin) akan lebih cepat rusak bila
digunakan sepenuhnya (full time) dibanding dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya (part
time).

Beban depresiasi dalam metode ini dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi
tiap periode-nya tergantung pada jam jasa yang digunakan.

Misalnya, mesin dengan harga perolehan Rp 60.000.000, nilai sisa Rp 4.000.000 ditaksir
akan dapat digunakan selama 80.000 jam. Cara menghitung nilai depresiasi per jam adalah :

Apabila dalam tahun pertama, mesin tersebut digunakan selama 8000 jam maka beban
depresiasinya adalah :
8.000 x Rp 700 = Rp. 5.600.000

Metode jam jasa paling tepat jika digunakan untuk kendaraan. Dengan anggapan kendaraan
itu lebih banyak aus karena digunakan dibandingkan dengan tua karena waktu.

Metode #3. Hasil Produksi (Productive Output Method)

Umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi
dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan
berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi.

Dasar teori yang digunakan adalah suatu aktiva dimiliki untuk menghasilkan produk sehingga
depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.

Untuk dapat menghitung beban depresiasi tiap periode, harus dihitung tarif depresiasi tiap
unit produk. Selanjutnya tarif ini dikalikan dengan jumlah produk yang dihasilkan dalam
periode tersebut.

Misalnya, mesin dengan harga perolehan Rp 60.000.000, nilai sisa Rp 4.000.000 ditaksir
selama umur penggunaannya akan menghasilkan 56.000 unit produk.

Cara menghitung nilai depresiasi per unit produk

.
Apabila dalam tahun penggunaan pertama, mesin tersebut menghasilkan 18.000 unit produk,
maka beban depresiasi untuk tahun itu sebesar:

18.000 x Rp 1000 = Rp 18.000.000

Metode ini sebaiknya digunakan untuk aktiva-aktiva yang bisa diukur hasil produksinya,
seperti mesin. Beban depresiasi yang dihitung dengan metode hasil produksi, jumlah tiap
periode tergantung pada jumlah produksi.

Sehingga biaya depresiasi yang dihitung dengan cara ini bersifat variabel.

Metode #4. Beban Berkurang (Reduce Charge Method)

Perhitungan depresiasi dengan menggunakan metode ini beban depresiasi tahun pertama
lebih besar daripada tahun berikutnya.
Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan dengan lebih
efisien dibanding aktiva yang tua.

Demikian juga dengan biaya perbaikan dan pemeliharaannya. Aktiva yang baru akan
memerlakukan akan memerlukan biaya pemeliharaan dan perbaikan yang lebih sedikit
dibanding aktiva lama.

Dengan metode ini diharapkan jumlah beban depresiasi dan biaya pemeliharaan serta
perbaikan dari tahun ke tahun akan relatif stabil. Di tahuan pertama, bila depresiasinya besar
maka biaya pemeliharaannya kecil.

Sebaliknya di tahun terakhir beban depresiasi kecil sedangkan biaya pemeliharaannya besar.

Ada 4 cara untuk menghitung beban depresiasi yang menurun dari tahun ke tahun, yaitu :

Jumlah angka tahun (sum of years digits method)


Depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang (reducing fraction) yang
setiap tahunnya selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu.

Saldo menurun (declining balance method)


Depresiasi dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku aktiva. Karena
nilai aktiva ini setiap tahunnya selalu menurun maka beban depresiasi tiap tahunnya juga
selalu menurun.

Double declining balance method


Beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi
dengan cara garis lurus.

Persentase ini dikalikan dua dan setiap tahunnya, dilakukan pada nilai buku aktiva tetap.
Karena nilai buku selalu menurun maka beban depresiasi juga selalu menurun.

Tarif menurun (declining rate on cost method)


Cara menghitung depresiasi dengan menggunakan tarif (persen/%) yang selalu menurun.
Tarif ini setiap periode dikalikan dengan harga perolehan.

Penurunan tarif di setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tapi
ditentukan berdasarkan kebijaksanaan manajemen perusahaan.

Karena tarifnya selalu menurun dalam setiap periode maka beban depresiasinya juga selalu
menurun.

Metode Penyusutan Garis Lurus

Jumlah penyusutan tahunan:


Sebagai contoh:

Pembelian satu unit mesin pada awal tahun dengan harga Rp. 50.000.000 dengan nilai sisa
sebesar Rp. 5.000.000 dan umur ekonomis diperkirakan selama 5 tahun.

Metode jumlah angka tahun

Misalnya, pembelian suatu aktiva pada awal tahun seharga Rp 50.000.000,- dengan nilai sisa
Rp 5.000.000,- dan perkiraan umur ekonomis diperkirakan 5 tahun.

Jumlah penyebut dilakukan dengan menjumlahkan angka tahun : 5+4+3+2+1 = 15


Metode saldo menurun

Misalnya pembelian suatu aktiva pada awal tahun seharga Rp 50.000.000,- dengan nilai sisa
Rp 5.000.000,- dan taksiran umur ekonomis diperkirakan 5 tahun.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, ada perbedaan selisih sebesar 1.112.000 (5.000.000
3.888.000).

20. Metode Pencatatan Surat Berharga (Cost and Equity Method)

1. Metode Biaya

PT. A (investor) membeli Rp. 150.000.000,- untuk 15.000 lembar saham (15%)
saham berhak suara PT. B (investee). Pada tangal pelaporan keuangan (umumnya
tgl.31 des) PT B memperoleh laba Rp. 50.000.000.- dan PT. B membagikan
dividen sebesar Rp. 40.000.000,-.
Dengan kepemilikan 15% (kurang dari 20%), maka secara akuntansi PT. A wajib
menggunakan metode biaya untuk mempertanggungjawabkan investasinya, jurnal
yang dibuat investor (PT.A) adalah sebagai berikut :

a. Pada saat perolehan investasi

Investasi pada PT.B Rp. 150.000.000

Kas/bank Rp. 150.000.000

(jurnal untuk mencatat investasi 15% saham PT.B)

b. Pada saat PT.B memperoleh laba

-tidak ada jurnal-

c. Pada saat PT. B membagikan dividen

Kas/Bank Rp. 6.000.000

Penghasilan Dividen Rp. 6.000.000

(jurnal untuk mengakui penerimaan dividen dari PT.B, (15% X Rp.40.000.000 =


Rp. 6.000.000))

PT. A harus mengakui penghasilan dividen dari PT.B sebesar Rp. 6.000.000,-
dalam laporan laba rugi, Untuk investasi dilaporkan dalam neraca dan disajikan
sebagai aktiva lancar atau aktiva tidak lancar tergantung dari jenis investasinya,
juga perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang investasi
yang dilakukan pada PT.B.

2. Metode Ekuitas

PT. A (investor) membeli Rp. 300.000.000,- untuk 30.000 lembar saham (30%)
saham berhak suara PT. B (investee). Pada tangal pelaporan keuangan (umumnya
tgl.31 des) PT B memperoleh laba Rp. 50.000.000.- dan PT. B membagikan
dividen sebesar Rp. 40.000.000,-.

Dengan kepemilikan 30% (lebih dari 20%), maka secara akuntansi PT. A wajib
menggunakan metode ekuitas untuk mempertanggungjawabkan investasinya.
Jurnal yang dibuat oleh investor (PT.A) adalah sebagai berikut :
a. Pada saat perolehan investasi

Investasi pada PT.B Rp. 300.000.000

Kas/bank Rp. 300.000.000

(jurnal untuk mencatat investasi 30% saham PT.B)

b. Pada saat PT.B memperoleh laba

Investasi pada PT.B Rp. 15.000.000

Penghasilan Investasi dari PT.B Rp. 15.000.000

(jurnal untuk mengakui bagian PT.A atas laba PT.B (30% X Rp. 50.00.000 = Rp.
15.000.000))

c. Pada saat PT. B membagikan dividen

Kas/Bank Rp. 12.000.000

Investasi pada PT.B Rp. 12.000.000

(jurnal untuk mengakui penerimaan dividen dari PT.B (30% X Rp.40.000.000))

Anda mungkin juga menyukai