Fmea 4
Fmea 4
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada.
II.2 Dasar FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) FMEA merupakan salah satu
alat dari Six Sigma untuk mengidentifikasi sumber-sumber atau penyebab dari suatu
masalah kualitas. Menurut Chrysler (1995), FMEA dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengenali dan mengevaluasi kegagalan potensi suatu produk dan efeknya.
2. Mengidentifikasi tindakan yang bisa menghilangkan atau mengurangi kesempatan
dari kegagalan potensi terjadi.
3. Pencatatan proses (document the process).
Sedangkan manfaat FMEA adalah sebagai berikut :
Hemat biaya. Karena sistematis maka penyelesaiannya tertuju pada
potensial causes (penyebab yang potential) sebuah kegagalan / kesalahan.
Hemat waktu ,karena lebih tepat pada sasaran.
Kegunaan FMEA adalah sebagai berikut :
Ketika diperlukan tindakan preventive / pencegahan sebelum masalah
terjadi.
Ketika ingin mengetahui / mendata alat deteksi yang ada jika terjadi
kegagalan.
Pemakaian proses baru
Perubahan / pergantian komponen peralatan
Pemindahan komponen atau proses ke arah baru
FMEA (failure mode and effect analysis) adalah suatu prosedur terstruktur untuk
mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode).
FMEA digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari
suatu masalah kualitas. Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam
kecacatan/kegagalan dalam desain, kondisi diluar batas spesifikasi yang telah
ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi
dari produk itu.
Terdapat dua penggunaan FMEA yaitu dalam bidang desain (FMEA Desain) dan
dalam proses (FMEA Proses). FMEA Desain akan membantu menghilangkan
kegagalan-kegagalan yang terkait dengan desain, misalnya kegagalan karena kekuatan
yang tidak tepat, material yang tidak sesuai, dan lain-lain. FMEA Proses akan
menghilangkan kegagalan yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam variabel
proses, misal kondisi diluar batas-batas spesifikasi yang ditetapkan seperti ukuran
yang tidak tepat, tekstur dan warna yang tidak sesuai, ketebalan yang tidak tepat, dan
lain-lain. Penelitian tugas akhir ini menggunakan metode FMEA Proses.
Para ahli memiliki beberapa definisi mengenai failure modes and effect analysis,
definisi tersebut memiliki arti yang cukup luas dan apabila dievaluasi lebih dalam
memiliki arti yang serupa. Definisi failure modes and effect analysis tersebut
disampaikan oleh :
Menurut Roger D. Leitch, definisi dari failure modes and effect analysis
adalah analisa teknik yang apabila dilakukan dengan tepat dan waktu yang
tepat akan memberikan nilai yang besar dalam membantu proses pembuatan
keputusan dari engineer selama perancangandan pengembangan.
Analisa tersebut biasa disebut analisa bottom up, seperti dilakukan
pemeriksaan pada proses produksi tingkat awal dan mempertimbangkan
kegagalan sistem yang merupakan hasil dari keseluruhan bentuk kegagalan
yang berbeda.
Menurut John Moubray, definisi dari failure modes and effect analysis
adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan
yang mungkin menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk memastikan
pengaruh kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk kegagalan.
mencapai :
proses.
lingkup.
pertanyaan seperti :
yaitu :
linkup pekerjaan.
- Mengurangi severity.
- Mengurangi occurance.
sebagai berikut :
identifikasi dokumen.
2. Jenis (item)
Berisi nama dan kode nomer sistem, subsistem atau
revisi terkini.
Failure)
subsistem tersebut.
kegagalan.
RPN = S * O * D
19. Tindakan yang direkomendasikan (Recommended Action)
penyelesaian.
21. Tindakan yang Diambil (Action Taken)
tersebut.
23. Tindak Lanjut (Follow Up)
kebutuhan perusahaan.
RPN
II.7.1 Severity
Effect
Rating
Tidak Ada
. Bentuk kegagalan tidak memiliki
pengaruh
Sangat
Minor
tersebut
Minor
sesuai
tersebut
3
Sangat
Rendah
dikerjakan ulang
sesuai
defect tersebut
4
Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk
Effect
Rating
Rendah
Sedang
berfungsi
Tinggi
performansinya berkurang
Sangat
Tinggi
Berbahaya
dengan
peringatan
didahului peringatan
9
Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk
Effect
Rating
Berbahaya
tanpa adanya
peringatan
pemerintah
10
Tabel severity diatas merupakan adopsi dari Automotive
severity rating
Effect
Tidak Ada
pengaruh
Sangat
Minor
diterima
tersebut
Minor
diterima
tersebut
3
Tabel 2. 2 Modifikasi Automotive Industry Action Group (AIAG)
Effect
Rating
Sangat
Rendah
defect tersebut
Rendah
Sedang
berikutnya
proses berikutnya
Tinggi
berikutnya
proses berikutnya
Sangat
Tinggi
berikutnya
proses berikutnya
8
Tabel 2. 2 Modifikasi Automotive Industry Action Group (AIAG)
Effect
Rating
Berbahaya
dengan
peringatan
operator
. Kegagalan langsung menjadi waste
didahului peringatan
Berbahaya
tanpa adanya
peringatan
10
II.7.2 Occurrence
rating (lanjutan)
Probability of Failure
Occurrence
Cpk
Rating
Sangat tinggi :
1 in 2
< 0.33
10
dihindari
1 in 3
= 0.33
Tinggi :
1 in 8
= 0.51
8
Tabel 2. 3 Automotive Industry Action Group (AIAG) Occurrence
rating (lanjutan)
Probability of Failure
Occurrence
Cpk
Rating
mengalami
1 in 20
= 0.67
Sedang:
1 in 80
= 0.83
= 1.00
1 in 2000
= 1.17
Rendah :
1 in 15,000
= 1.33
proses serupa
Sangat rendah:
1 in
150,000
= 1.50
hampir identik
Remote:
1 in
1,500,000
= 1.67
rating
Detection
Likelihood of
Detection
R&R
% Repeatability &
Rank
% Reproducibility
Hampir
Tidak
Mungkin
pengontrol yang
mampu mendeteksi
= 80 %
% Repeatability =
10
% Reproducibility
Sangat
Jarang
mendeteksi bentuk
atau penyebab
kegagalan
= 80 %
% Repeatability <
% Reproducibility
Jarang
kegagalan
= 60 %
% Repeatability =
8
% Reproducibility
Sangat
Rendah
Kemampuan alat
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
dan penyebab
kegagalan sangat
rendah
= 60 %
% Repeatability <
7
% Reproducibility
Rendah
Kemampuan alat
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
dan penyebab
kegagalan rendah
= 40 %
% Repeatability =
6
% Reproducibility
Tabel 2. 4. Automotive Industry Action Group (AIAG) detection
rating (lanjutan)
Detection
Likelihood of
Detection
R&R
% Repeatability &
Rank
% Reproducibility
Sedang
Kemampuan alat
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
dan penyebab
kegagalan sedang
= 40 %
% Repeatability <
% Reproducibility
Agak
Tinggi
Kemampuan alat
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
dan penyebab
kegagalan sedang
sampai tinggi
= 20 %
% Repeatability =
4
% Reproducibility
Tinggi
Kemampuan alat
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
dan penyebab
kegagalan tinggi
= 20 %
% Repeatability <
% Reproducibility
Sangat
Tinggi
Kemampuan alat
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
dan penyebab
kegagalan sangat
tinggi
< 20 %
% Repeatability =
2
% Reproducibility
Hampir
Pasti
Kemampuan alat
kontrol untuk
mendeteksi bentuk
dan penyebab
kegagalan hampir
pasti
< 20 %
% Repeatability <
1
% Reproducibility
II.8 Risk Priority Number (Angka Prioritas Resiko)
sebagai berikut :
RPN = S * O * D
Analysis)
BAHANMETODEKERJAPENGUKURANPERALATAN
II.9.2 Pareto Diagram