Disusun Oleh:
Muhammad Syarifudin Zain
21070114120052
1
Dalam proses distribusi BBM melalui kapal di Pelabuhan Wayame Maluku
terdapat kendala yaitu waktu yang dihabiskan kapal untuk menunggu delay di
pelabuhan bahkan dapat melebihi waktu yang dihabiskan kapal di lautan. Dalam
rentang waktu bulan Januari September 2016 total waktu tunggu seluruh kapal
selama 723,40 hari. Waktu menunggu kapal dianggap menjadi sebuah kerugian
karena banyak kapal yang dioperasikan merupakan kapal sewa yang mana kapal
tersebut disewa dengan biaya yang mahal. Harga sewa kapal perhari bekisar
antara $ 1.500 - $ 43.500. Jika dikonversi dalam rupiah dengan kurs Rp 13.200,
maka sewa kapal perhari berkisar antara Rp 20.000.000,00 Rp 580.000.000,00.
Dengan begitu utilitas kapal menjadi tidak maksimal dan perusahaan mengalamai
potensi kerugian yang besar
Untuk menanggulangi permasalahan lamanya waktu delay kapal, hal yang
dilakukan adalah pertama harus dicari terlebih dahulu hal apa saja yang dapat
menyebabkan hal tersebut dapat terjadi dan mengapa penyebab tersebut dapat
terjadi, hal tersebut dapat diselesaikan dengan menerapkan root cause analysis
untuk mencari akar dari penyebab masalah banyaknya defect serta analisisnya.
Failure Mode Effect and Analysis merupakan tools yang digunakan untuk
mengidentifikasi moda kegagalan potensial pada suatu produk atau proses
sebelum terjadi, mempertimbangkan resiko yang berkaitan dengan moda
kegagalan tersebut, mengidentifikasi serta melaksanakan tindakan korektif untuk
mengatasi masalah yang paling penting. Tools ini akan sangat berguna untuk
mengetahui penyebab apa yang paling berpengaruh atau yang paling perlu
diperhatikan terhadap penyebab terjadinya waktu delay yang lama.
Setelah diketahui hal-hal apa saja yang berpengaruh terhadap lamanya waktu
delay kapal di pelabuhan, maka langkah selanjutnya adalah mencari tahu mengapa
hal tersebut dapat terjadi dengan mencari akar permasalahan dari masing-masing
penyebab utama delay dengan menggunakan Failure Tree Analysis (FTA). FTA
merupakan teknik untuk mengindentifikasi kegagalan (failure) dari suatu system.
FTA berorientasi pada fungsi atau yang lebih dikenal dengan top down
approach karena analisa ini berawal dari system level (top) dan meneruskannnya
ke bawah.
2
1.2 Perumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah yang akan dibahas adalah mencari akar penyebab dari masalah lamanya
waktu delay kapal pengankut BBM di Pelabuhan Wayame Maluku dan
memberikan saran perbaikan terhadap masalah tersebut.
4
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Severity adalah sebuah penilaian pada tingkat keseriusan suatu efek atau
akibat dari potensi kegagalan pada suatu komponen yang berpengaruh pada suatu
hasil kerja mesin yang dianalisa/diperiksa.
6
regulasi yang ada.
Kegagalan akan terjadi tanpa ada peringatan
sebelumnya.
7
line, tapi diluar stasiun kerja. Penyesuaian kecil
yang tidak sesuai.
Kecacatan diketahui oleh pelanggan.
Reprinted from the FMEA manual (Chrysler, Ford, General Motors Supplier
Quality Recruitments Task Force). (Besterfield. Dale. H, dkk, Total Quality
Management).
8
yang hampir identik
Reprinted from the FMEA manual (Chrysler, Ford, General Motors Supplier
Quality Recruitments Task Force). (Besterfield. Dale. H, dkk, Total Quality
Management).
9
Sangat tinggi kemungkinan kontrol sekarang
Sangat tinggi 2
mampu mendeteksi modus kegagalan
Reprinted from the FMEA manual (Chrysler, Ford, General Motors Supplier
Quality Recruitments Task Force). (Besterfield. Dale. H, dkk, Total Quality
Management).
10
Output variabel sistem pengambilan keputusan adalah RPC untuk masing-
masing penyebab kegagalan. Nilai RPN yang berkisar antara 1 sampai 1000
diubah ke dalam bentuk kelas-kelas seperti tabel.
(Javier, 2002)
12
Adalah jumlah waktu yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan bongkar
muat di pelabuhan.
10. Allowed Laytime
Adalah waktu yang diijinkan oleh pihak kapal dan pihak pemilik/ penerima kargo
untuk melaksanakan kegiatan muat dan bongkar pelabuhan tanpa biaya tambahan.
11. Actual Laytime
Adalah waktu yang sebenarnya digunakan untuk melaksanakan kegiatan bongkar
muat dipelabuhan.
12. Demmurrage
Adalah jumlah kelebihan waktu actual laytime terhadap allowed time.
13. Berthing/ Unberthing
Adalah waktu yang dipergunakan oleh kapal untuk olah gerak kapal sandar dari
kolam pelabuhan ke dermaga/SPM/CBM atau lepas sandar dari dermaga/
SPM/CBM ke kolam pelabuhan.
14. All Fast
Adalah saat kapal dinyatakan sudah sandar dan terikat dengan sempurna di
dermaga.
15. Hose Connect/ Disconnect
Adalah saat selang muatan/cargo hose sudah terikat/ terlepas ke/ dari manifold
kapal.
16. Commence Loading/ Discharging
Adalah saat dimulainya pemuatan/ pembongkaran kargo.
17. Complete Loading/Discharging
Adalah saat selesainya pemuatan/ pembongkaran kargo.
18. NOR (Notice of Readiness)
Adalah pernyataan tertulis dari Nakhoda/ Master yang menyatakan bahwa kapal
sudah siap untuk muat/ bongkar.
19. NOR Tendered
Adalah waktu pengajuan NOR kepada petugas pelabuhan.
20. NOR Accepted
Adalah persetujuan terhadap NOR yang diajukan.
21. RTD (Round Trip Days)
13
Adalah waktu yang diperlukan oleh kapal terhitung dari ATA pelabuhan muat
sampai dengan ATA pelabuhan muat selanjutnya.
22. Sea Time
Adalah waktu yang dipergunakan kapal berlayar terhitung mulai ATD sampai
dengan ATA pelabuhan yang dituju.
23. Pumping Rate
Adalah kecepatan pemompaan sebenarnya atau yang direncanakan diukur sesuai
dengan satuan KL per jam.
24. Document on Board
Adalah saat seluruh kelengkapan dokumen kapal (ships paper dan document
cargo) diserahkan ke atas kapal oleh agen atau petugas pelabuhan.
25. Ships Unreadiness
Adalah kapal dalam keadaan tidak siap beroperasi.
26. Deviation
Adalah perubahan tujuan, muatan, ALD/ADD kapal saat kapal dalam pelayaran.
27. Terminal khusus
Adalah terminal yang dioperasikan Pertamina untuk bongkar muat minyak dan
gas Pertamina.
28. Kapal Milik (Own Fleet)
Adalah kapal yang dimiliki oleh Pertamina untuk mendistribusikan BBM ke
seluruh wilayah nusantara
29. Kapal Charter (Charter Fleet)
Adalah kapal yang disewa (charter) untuk mengangkut BBM ke seluruh wilayah
nusantara dengan periode waktu tertentu, yaitu < 2 tahun (short term time charter)
dan < 10 tahun (long term time charter)
30. Kapal Spot
Adalah kapal yang disewa (charter) untuk mengangkut BBM (cargo) dalam satu
kali voyage
31. Alur Pelayaran
Adalah bagian dari perairan yang digunakan untuk alur masuk dan keluar kapal
dari dan ke Terminal Khusus/ DUKS.
32. Peralatan Bongkar Muat
14
Adalah peralatan yang digunakan untuk kegiatan bongkar/muat dapat berupa
Loading Arm, Cargo Hose, sistem pemipaan dan lain-lain.
33. Kapal-kapal Ringan
Adalah kapal-kapal dengan tonase kecil atau non BKI yang bertugas membantu
proses sandar/lepas Kapal Tanker/Non Tanker dari dan ke Pelabuhan antara lain
Mooring Boat, Pilot Boat, Tug Boat dan Service Boat.
34. ALD (Accepted Loading Date)
Adalah tenggang waktu yang diterima kapal untuk melakukan kegiatan muat.
35. ADD (Accepted Discharging Date)
Adalah tenggang waktu yang diterima kapal untuk melakukan kegiatan bongkar.
Berikut adalah jenis jenis waiting yang mengakibatkan delay dalam proses
bongkar muat di seluruh pelabuhan milik Pertamina :
1. Waiting Jetty
Kapal datang dipelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty dikarenakan jetty tidak bisa digunakan baik itu sedang
mengalami perbaikan ataupun kerusakan.
Kapal datang di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty dikarenakan jetty masih digunakan oleh kapal lain.
Kapal datang di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty dikarenakan jetty masih digunakan oleh kapal lain akibat
dari perencanaan planner pusat (ISC) yang kurang tepat
Kapal charter/milik datang di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi
kapal harus menunggu jetty dikarenakan jetty masih digunakan oleh kapal
pihak ketiga (industri) akibat dari perencanaan Pemasaran BBM Industri
& Marine yang kurang tepat
Kapal Gas datang di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty dikarenakan jetty masih digunakan oleh kapal lain akibat
dari perencanaan Pemasaran Gas Domestik yang kurang tepat
15
Kapal Pelumas datang di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal
harus menunggu jetty dikarenakan jetty masih digunakan oleh kapal lain
akibat dari perencanaan Pemasaran pelumas yang kurang tepat.
Kapal datang di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty dikarenakan jetty masih digunakan oleh kapal lain akibat
dari kapal lain mengalami kerusakan di jetty
Kapal tiba di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty diakibatkan ada skala prioritas penyandaran atas perintah
dari planner pusat fungsi.
Kapal tiba di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty diakibatkan ada skala prioritas penyandaran atas perintah
dari fungsi pemasaran BBM Industri & Marine.
Kapal tiba di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty diakibatkan ada skala prioritas penyandaran atas perintah
dari fungsi Pemasaran Gas Domestik
Kapal tiba di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty diakibatkan ada skala prioritas penyandaran atas perintah
dari fungsi Pemasaran Pelumas
Kapal tiba di pelabuhan dalam range ALD/ADD tetapi kapal harus
menunggu jetty diakibatkan ada skala prioritas penyandaran atas perintah
dari fungsi perkapalan
2. Waiting ALD/ADD
Kapal datang diluar range ALD/ADD akibat dari perencanaan di fungsi
ISC yang tidak sesuai dengan update terakhir master program.
Kapal datang diluar range ALD/ADD akibat dari perencanaan di fungsi
S&D (planner region) yang tidak sesuai dengan update terakhir master
program.
Kapal datang melewati range ALD/ADD disebabkan kesalahan kapal itu
sendiri (slow speed, trouble)
Kapal crude datang sebelum range ADD disebabkan jadwal loading
dilapangan minyak lebih cepat waktunya. (contoh : Kapal crude
melakukan kegiatan loading dilapangan minyak arjuna dengan ALD tgl 2-
16
3 tujuan pelabuhan RU IV cilacap, sementara ADD tgl 10-11 RU IV
Cilacap, namun kapal tiba di cilacap tgl 7-8 sehingga kapal harus
menunggu selama 2 hari (catatan : waktu tempuh normal 4 hari dari
lapangan minyak arjuna ke cilacap)
Kapal BBM datang di pelabuhan Wayame dengan ALD tgl. 7-8 sedangkan
kapal selesai melakukan kegiatan dipelabuhan sebelumnya (sorong) tgl 4
sementara jarak tempuh normal 2 hari antara pelabuhan wayame dan
sorong, pada saat kapal tiba tgl 6 ternyata jetty masih digunakan kapal lain
yang akan keluar tgl. 7 sehingga kapal harus menunggu
3. Waiting Ullage
Kapal menunggu ullage di pelabuhan RU disebabkan oleh keterbatasan
kapasitas tanki darat.
Kapal menunggu ullage di pelabuhan S&D disebabkan oleh keterbatasan
kapasitas tanki darat.
4. Waiting Cargo
Kapal menunggu di pelabuhan Refinery yang disebabkan karena
ketidaktersedian cargo.
Kapal menunggu di pelabuhan back loading, main depo disebabkan
karena ketidaktersedian cargo.
5. Waiting Ship Unready
Kapal menunggu di pelabuhan disebabkan ketidaksiapan kapal untuk
melakukan kegiatan loading maupun discharging cargo.
6. Waiting Nominasi
Kapal menunggu di pelabuhan disebabkan belum adanya nominasi dari
programmer pusat (ISC) untuk kapal tersebut melakukan kegiatan loading
maupun discharging di pelabuhan.
Kapal menunggu di pelabuhan disebabkan belum adanya nominasi dari
programmer region (S&D) untuk kapal tersebut melakukan kegiatan
loading maupun discharging di pelabuhan.
Kapal Gas menunggu di pelabuhan disebabkan belum adanya nominasi
dari programmer gas domestik (fungsi pemasaran gas domestik) untuk
17
kapal tersebut melakukan kegiatan loading maupun discharging di
pelabuhan
7. Waiting Order
Kapal menunggu di pelabuhan RU disebabkan belum adanya perintah atau
order untuk kapal tersebut dalam melakukan kegiatan loading maupun
discharging
Kapal menunggu di pelabuhan S&D disebabkan belum adanya perintah
atau order untuk kapal tersebut dalam melakukan kegiatan loading
maupun discharging.
8. Waiting Pilot
Kapal menunggu di pelabuhan disebabkan oleh ketidaksiapan pilot
(personel pilot yang kurang) dalam penyandaran (berthing)maupun lepas
(unberthing) kapal di pelabuhan.
9. Waiting Ship Slow Pumping
Keterlambatan waktu kapal dalam melakukan kegiatan pumping yang
disebabkan negosiasi rate yang diajukan oleh pihak kapal tidak sesuai dengan
charter party kapal yang telah ditetapkan.
10. Waiting Shore Slow Pumping
Keterlambatan waktu kapal untuk kegiatan loading dimana disebabakan
oleh rate pompa darat yang tidak sesuai dengan rate negosiasi yang telah
disepakati antara loading master dan chief officer kapal
11. Waiting Line
Kapal menunggu di pelabuhan RU disebabkan ketidaksedian line (pipa),
maupun flow meter yang akan digunakan.
Kapal menunggu di pelabuhan S&D disebabkan ketidaksedian line (pipa),
maupun flow meter yang akan digunakan.
12. Waiting Lab Analysis
Keterlambatan waktu kapal yang disebabkan menunggu proses
pemeriksaan laboratorium melebihi waktu sandar yang ditetapkan.
13. Waiting Tug Boat
Kapal menunggu di pelabuhan disebabkan oleh keterlambatan,
ketidaksiapan tugboat baik dari Pelindo maupun tug boat Pertamina.
18
14. Waiting Man Power
Keterlambatan waktu disebabkan oleh keterbatasan SDM di terminal
seperti pergantian shift loading master yang telat.
15. Waiting Daylight
Keterlambatan kapal di pelabuhan S&D disebabkan oleh penetapan
kegiatan operasi pelabuhan hanya 12 jam sehingga kapal tidak di izinkan
melakukan kegiatan loading maupun discharging pada waktu malam hari
Keterlambatan kapal di pelabuhan RU disebabkan oleh penetapan kegiatan
operasi pelabuhan hanya 12 jam sehingga kapal tidak di izinkan
melakukan kegiatan loading maupun discharging pada waktu malam hari.
Kapal datang di pelabuhan dalam range ALD/ADD namun masih terjadi
waiting daylight
Kapal datang di pelabuhan sesudah range ALD/ADD namun masih
terjadi waiting daylight
16. Waiting Bad Weather
Keterlambatan waktu disebabkan kondisi cuaca yang buruk sehingga
tidak memungkinkan kapal untuk melakukan kegiatan penyandaran, loading/
discharging, maupun lepas di pelabuhan
17. Waiting Tide
Keterlambatan waktu yang disebabkan pasang surut alur dalam kapal
melakukan proses sandar lepas di pelabuhan
18. Waiting Channel Crossing
Keterlambatan waktu disebabkan oleh sempitnya alur dan aktivitas
nelayan yang menggangu kegiatan kapal sandar maupun lepas dipelabuhan
RU.
19. Waiting Hose Connected
Keterlambatan waktu disebabkan oleh pemasangan hose kapal dan
manifold darat tidak sesuai dengan standar waktu yang ditetapkan, dimana
pelaksanaanya dibawah tanggung jawab Terminal
Keterlambatan waktu disebabkan oleh pemasangan hose kapal dan
manifold darat tidak sesuai dengan standar waktu yang ditetapkan, dimana
pelaksanaanya dibawah tanggung jawab Marine
19
20. Waiting Cargo Calculation
Kapal menunggu hasil perhitungan cargo yang dimuat/dibongkar di
loading/discharging port
21. Waiting Cargo Document
Keterlambatan waktu disebabkan belum selesainya proses document cargo
baik itu BL, Cargo manifest, CQD, CQL dll.
22. Waiting Ship Document
Keterlambatan waktu disebabakan belum selesainya proses document
kapal yang berhubungan dengan perizinan kapal untuk dapat berlayar.
23. Waiting CIQP Clearance
Kapal menunggu disebabkan belum selesainya proses perizinan custom,
imigration, quarantine dan port authorithy kapal dalam melakukan kegiatan
loading/discharging di pelabuhan
24. Waiting Fresh Water Supply
Keterlambatan waktu disebabkan kapal menunggu supply fresh water
dimana pelaksanaan supply dibawah tanggung jawab marine
Keterlambatan waktu disebabkan kapal menunggu supply fresh water
dipelabuhan RU dimana pelaksanaan supply dibawah tanggung jawab
terminal
Keterlambatan waktu disebabkan kapal menunggu supply fresh water di
pelabuhan S&D dimana pelaksanaan supply dibawah tanggung jawab
terminal
25. Waiting Bunker Supply
Keterlambatan waktu disebabkan kapal menunggu supply bunker dari
terminal akibat persetujuan marine yang terlambat
Keterlambatan waktu disebabkan kapal menunggu supply bunker di
pelabuhan RU akibat pelaksanaan bunker yang terlambat dari terminal
Keterlambatan waktu disebabkan kapal menunggu supply bunker di
pelabuhan S&D akibat pelaksanaan bunker yang terlambat dari terminal
26. Waiting Mooring Boat
Keterlambatan waktu yang disebabkan oleh ketidaksiapan mooring boat.
27. Waiting Ballasting/Deballasting
20
Keterlambatan waktu disebabkan kapal melakukan proses
ballasting/deballasting
21
BAB III
TINJAUAN SISTEM
MISI
Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara
Terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
3.3 Rantai Pasok BBM
Rantai Pasok BBM dimulai dari proses penambangan minyak yang
dilakukan di daerah penambangan milik Pertamina sendiri atau juga ada beberapa
yang diimpor dari luar negeri karena hasil minyak dari sumur Pertamina belum
dapat memenuhi kapasitas dari refinery. Setelah proses penambangan crude oil
selesai, maka crude oil akan dibawa ke tempat refinery untuk diproses menjadi
produk siap pakai.
22
Proses distribusi crude oil dilakukan melalui transportasi laut yaitu kapal.
Crude oil akan diproses dalam refinery dan akan didistribusikan ke main depot
yang telah ditentukan. Produk siap pakai pun tidak semua berasal dari refinery
yang dimiliki oleh Pertamina, namin juga diimpor dari negara lain karena hasil
produk yang dihasilkan refinery tidak dapat mencukupi permintaan konsumen
Pertamina.
23
3.5 Pelabuhan Wayame Maluku
Pelabuhan Wayame merupakan pelabuhan milik Pertamina yang berada di
Maluku. Pelabuhan ini merupakan main depot bagi daerah Indonesia Timur
sehingga terjadi tidak hanya proses muat saja tetapi proses bongkar juga.
Pelabuhan ini menjadi salah satu pelabuhan Pertamina yang terpadat jika dilihat
dari data aktivitasnya
24
Gambar 3.3 Subproses Integrated Port Time
25
BAB IV
METODE PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
26
4.2 Pengumpulan Data
Objek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah durasi waktu delay
oleh kapal yang akan melakukan aktivitas bongkar dan muat di Pelabuhan
Wayame Maluku pada bulan Januari-September 2016
Tabel 4.1 Jumlah kapal yang mengalami antri
Jenis Waiting Jumlah kejadian
Ship Unready 5
Slow Pumping Shore 8
Slow Pumping Vessel 1
Waiting Bunker Supply 5
Waiting Cargo 13
Waiting Cargo 10
Calculation
Waiting Cargo Document 34
Waiting for Hose 1
Connected
Waiting Jetty 312
Waiting Lab Analysis 1
Waiting Man Power 2
Waiting Pandu 1
Waiting Ullage 1
TOTAL 394
Berikut merukapan grafik dari data jumlah kapal yang antri pada bulan
Januari-September 2016
Jumlah Kejadian
Waiting Ullage
Waiting Man Power
Waiting Jetty
Waiting Cargo Document
Waiting Cargo
Slow Pumping Vessel
Ship Unready
0 50 100 150 200 250 300 350
27
Berikut merukapan grafik dari data total waktu seluruh kapal yang antri
pada bulan Januari-September 2016
Lama waktu
Waiting Ullage
Waiting Pandu
Waiting Man Power
Waiting Lab Analysis
Waiting Jetty
Waiting for Hose Connected
Waiting Cargo Document
Waiting Cargo Calculation
Waiting Cargo
Waiting Bunker Supply
Slow Pumping Vessel
Slow Pumping Shore
Ship Unready
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00
Gambar 4.3 Grafik durasi delay kapal pada Januari-September 2016 dalam hari
28
4.3 Failure Mode Effect Analysis
Dalam perhitungan FMEA, terdapat 3 jenis variabel yang mempengaruhi
hasil dari perhitungan RPN. Hasil RPN dipengaruhi oleh hasil perkalian antara
severity, occurance, dan detection. Berikut tabel yang menunjukkan parameter
yang digunakan untuk menentukan nilai bobot pada pengisian tabel FMEA
29
Tabel 4.2 Perhitungan FMEA
Deskripsi Potensi Efek Proses kontrol
No Penyebab S Penyebab potensi kegagalan O D RPN
Cacat Kegagalan saat ini
Disebabkan Kondisi kapal
ketidaksiapan kapal diperiksa secara
Keterlambatan waktu
Ship untuk Kesalahan dari teknisi kapal yang tidak periodik namun
1 bongkar/muat yang 7 1 3 21
Unready melakukan kegiatan menyiapkan tepat waktu menyeluruh
lama
loading maupun ketika terjadi
discharging cargo. gangguan
Rate pompa darat
yang tidak sesuai Pengecekan
Slow dengan rate negosiasi setiap sebelum
Proses pumping
2 Pumping yang telah disepakati 5 Ketahanan pipa pompa menurun 2 proses 4 40
melambat
Shore antara loading master pemompaan
dan chief officer dilakukan
kapal
Slow Negosiasi rate yang Pengecekan
Proses pumping
3 Pumping diajukan oleh pihak 5 Kekuatan pompa kapal menurun 1 kondisi pompa 4 20
melambat
Vessel kapal tidak sesuai kapal sebelum
30
dengan charter party melakukan
kapal yang telah pumping
ditetapkan.
kapal menunggu
Pengecekan
Waiting supply bunker dari Proses persetujuan marine mengalami
Kepergian kapal dari volume bungker
4 Bungker terminal akibat 2 kendala yang perlu di selesaikan terlebih 1 4 8
pelabuhan terlambat melalui bunker
Supply persetujuan marine dahulu
meter
yang terlambat
Kapal menunggu di
pelabuhan Refinery Kontrol oleh
Waiting yang disebabkan Kepergian kapal dari Proses pengisian cargo melebihi waktu bagian RU
5 6 3 4 72
Cargo karena pelabuhan terlambat yang ditentukan sebelum kapal
ketidaktersedian datang
cargo.
Kapal menunggu
Kontrol oleh
Waiting hasil perhitungan
Proses bongkar/muat Terjadi ketidaksesuaian spesifikasi cargo bagian RU dan
6 Cargo cargo yang 2 3 3 18
terlambat yang dibawa S&D sebelum
Calculation dimuat/dibongkar di
penghitungan
loading/discharging
31
port
belum selesainya
Waiting proses document Kontrol oleh
Proses kepergian Terjadi ketidaksesuaian dokumen cargo
7 Cargo cargo baik itu BL, 2 4 bagian RU dan 3 24
kapal terlambat yang dibawa
Document Cargo manifest, S&D
CQD, CQL dll.
Keterlambatan waktu
disebabkan oleh
pemasangan hose
Waiting for
kapal dan manifold Proses pompa Pemasangan terhambat oleh kondisi pipa Kontrol oleh
8 Hose 2 1 3 6
darat tidak sesuai terlambat yang mulai usang bagian Terminal
Connected
dengan standar
waktu yang
ditetapkan
jetty masih Kapal harus
Waiting Kontrol oleh
9 digunakan oleh kapal menunggu di 8 Kapasitas jetty terbatas oleh jumlah jetty 8 4 256
Jetty bagian terminal
lain anchoring
Waiting menunggu proses Kapal tidak dapat Terjadi perbedaan standar yang ditetapkan Kontrol oleh
10 Lab 2 2 4 16
pemeriksaan meninggalkan oleh lab dan produk yang dibawa kapal bagian lab
32
Analysis laboratorium pelabuhan
melebihi waktu
sandar yang
ditetapkan.
keterbatasan SDM di
terminal Proses yang
Waiting Pekerja tidak masuk sesuai jadwal kerja Melakukan
11 Man Power seperti pergantian melibatkan pekerja 2 1 3 6
yang ditetapkan absensi pekerja
shift loading master menjadi melambat
yang telat.
Waiting Kepergian
Pandu Tidak tersedianya Pengawasan
kapal/Kedatangan
12 pandu untuk 2 Pandu sedang digunakan oleh kapal lain 1 jadwal pandu 3 6
kapal untuk bersandar
memandu kapal oleh Terminal
terhambat
Waiting Tidak tersisanya Kapal menunggu
Ullage Mengecek
ruang untuk kapal sampai kapasitas Tangki timbun belum dimuat oleh truk atau
13 6 1 tangki meter 4 24
melakukan proses mencukupi untuk angkutan BBM lainnya
tangki timbun
bongkar proses bongkar
33
4.4 Failure tree analysis (FTA)
Berikut adalah FTA dari waiting jetty yang menjadi penyebab utama delay
34
BAB V
ANALISIS
35
Keterlambatan waktu disebabkan oleh
Waiting for
pemasangan hose kapal dan manifold
8 Hose 2 1 3 6
darat tidak sesuai dengan standar waktu yang
Connected
ditetapkan
Waiting
9 Jetty masih digunakan oleh kapal lain 8 8 4 256
Jetty
Waiting menunggu proses pemeriksaan
10 Lab laboratorium melebihi waktu sandar yang 2 2 4 16
Analysis
ditetapkan.
keterbatasan SDM di terminal
Waiting
11 Man Power seperti pergantian shift loading master yang 2 1 3 6
telat.
Waiting Tidak tersedianya pandu untuk memandu
12 Pandu 2 1 3 6
kapal
Waiting Tidak tersisanya ruang untuk kapal melakukan
13 Ullage 6 1 4 24
proses bongkar
Berdasarkan hasil rekap, nilai RPN yang didapatkan oleh Waiting Jetty memiliki
nilai yang paling tinggi sangat dipengaruhi oleh faktor severity dan occurance. Waiting
jetty memiliki nilai severity 8 diakibatkan oleh waktu rata-rata yang harus ditanggung
(antri) oleh kapal ketika terjadi delay akibat waiting jetty adalah 2,17 jam atau 52 jam.
Sedangkan kita tahu bahwa range harga sewa kapal sehari adalah Rp 20.000.000,00
Rp 580.000.000,00. Jika diambil dengan harga terendah kapal saja, perusahaan sudah
mengalami potensi kerugian Rp 43.400.000,00 setiap harinya akibat kapal tersebut
hanya menghabiskan waktunya untuk menunggu.
Sedangkan untuk nilai occurence dari waiting jetty juga memiliki nilai tinggi,
yaitu delapan. Angka ini disebabkan oleh tingginya frekuensi kejadian waiting jetty
dalam kurun waktu Januari-September 2016. Frekuensinya mencapai 312 dari 394
kejadian. Ini menandakan bahwa 79,18 % adanya delay disebabkan oleh waiting jetty.
Apabila nilai terendah dari harga sewa kapal dikalikan dengan frekuensi kejadian.
36
Maka, dalam rentang waktu Januari-September 2016 perusahaan mengalami potensi
kerugian sebesar Rp 13.540.800.000,00.
Maka dari itu, waiting jetty dapat dikategorikan menjadi penyebab utama dalam
masalah delay yang dialami oleh perusahaan. Sehingga, penggunaan FTA diterapkan
pada waiting jetty saja. Menurut prinsip 80-20 diagram pareto, waiting jetty bisa
dikategorikan pula sebagai akar permasalahan karena hampir memiliki nilai 80% pada
frekuensi kejadian. Selanjutnya, dari waiting jetty ini akan dianalisis akar permasalahan
dari terjadinya waiting jetty dengan FTA.
37