Anda di halaman 1dari 2

Failure Mode Effect Analysis (FMEA) adalah salah satu tool yang paling sering

digunakan dalam praktek perbaikan performa dalam bisnis, dan merupakan


teknik yang pertama diciptakan untuk mengidentifikasi dan menganalisa
kesalahan (failure) pada proses.

Pertama dirumuskan pada tahun 1950-an, FMEA melibatkan sebanyak


mungkin komponen, sub-sistem, dan perangkat untuk mengidentifikasi
kesalahan, termasuk penyebab dan efek yang ditimbulkannya dalam proses.
Setiap komponen, kesalahan, dan efek yang ditimbulkan dalam sistem akan
dituliskan dalam lembar kerja khusus . Metode ini diterapkan dalam
product development, system engineering dan manajemen operasional.

FMEA di rumah sakit memiliki fungsi yang sama, hanya saja fokusnya adalah
pencegahan kesalahan atau malpraktek dalam proses pelayanan kesehatan
dan penanganan pasien. FMEA dalam pelayanan kesehatan disebut juga
HFMEA (Healthcare Failure Mode & Effect Analysis),

Beberapa langkah untuk melakukan FMEA

FMEA seringkali disebut dengan HFMEA (Healthcare Failure Mode & Effect
Analysis), dilakukan dalam 5 langkah, yaitu:

Langkah 1 – definisikan topik yang akan menjadi bahan analisa

Langkah 2 – bentuk tim yang akan melakukan analisa

Langkah 3 – deskriprikan proses secara grafis (process mapping)

Langkah 4 – lakukan analisa

Langkah 5 – identifikasi langkah pencegahan masalah dan standar


pengukuran untuk merancang ulang proses.

Mulai melakukan FMEA (atau HFMEA):

LANGKAH 1

Buat definisi lingkup FMEA dengan jelas, dan jabarkan proses-proses yang
akan menjadi bahan studi. Lakukan secara tertulis dan sertakan bagan atau
grafik bila perlu.

LANGKAH 2

Bentuklah tim yang multidisipliner; terdiri atas para ahli dalam subyek yang
menjadi fokus dalam analisa, orang-orang yang terlibat langsung dalam proses
yang menjadi bahan analisa, dan beberapa konsultan yang ahli di bidang lean
healthcare (atau FMEA di rumah sakit), yang akan memberikan panduan
selama dan setelah dilakukannya FMEA.

LANGKAH 3
Definisikan proses dalam bentuk grafis:

 Buat dan verifikasi sebuah diagram (Flow Diagram) yang


menggambarkan aliran proses (diagram proses vs. kronologis).
 Buat penomoran untuk setiap langkah dalam proses yang teridentifikasi
dalam flow diagram secara berurutan.

 Jika prosesnya kompleks, identifikasi area tertentu yang akan menjadi


fokus analisa.

 Identifikasi semua sub-proses dari setiap proses dalam flow diagram,


lalu urutkan.

 Buatlah flow diagram yang terdiri atas beberapa sub-proses tersebut.

LANGKAH 4

 Lakukan analisa masalah (hazard analysis)


 Buat daftar failure mode, yaitu proses atau sub-proses yang berpotensi
untuk gagal memenuhi fungsinya dan memberikan hasil yang maksimal.

 Temukan tingkat severity (kerugian) dan probability (kemungkinan)


terjadinya kesalahan.

 Gunakan fishbone diagram

 Buat daftar hal yang menjadi penyebab failure mode.

LANGKAH 5

 Tentukan tindakan dan pengukuran untuk melakukan tindakan:


 Buat keputusan, apakah harus “mengeliminasi”, “mengontrol” atau
“menerima” penyebab dari failure mode.

 Deskripsikan aksi yang dilakukan untuk setiap failure mode yang akan
mengeliminasi atau mengontrolnya.

 Identifikasi ‘ukuran tindakan’ yang akan digunakan untuk menganalisa


dan menguji proses yang akan dirancang ulang.

 Tentukan siapa orang  atau tim yang akan bertanggung jawab untuk
melakukan aksi lanjutan untuk mencegah terjadinya kesalahan.

 Lakukan konfirmasi kepada top-management untuk mengetahui apakah


mereka menyetujui rencana tindakan tersebut. Dukungan dari
manajemen sangatlah penting untuk keberhasilan program improvement
apapun, di organisasi manapun.

Anda mungkin juga menyukai