Anda di halaman 1dari 5

5.

4 Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)

Failure modes and effects analysis (FMEA) merupakan salah satu teknik yang sistematis untuk
menganalisa kegagalan. Teknik ini dikembangkan pertama kali sekitar tahun 1950-an oleh para
reliability engineers yang sedang mempelajari masalah yang ditimbulkan oleh peralatan militer yang
mengalami malfungsi. Teknik analisa ini lebih menekankan pada hardware-oriented approach atau
bottom-up approach. Dikatakan demikian karena analisa yang dilakukan dimulai dari peralatan dan
meneruskannya ke sistem yang merupakan tingkat yang lebih tinggi. Proses ini mencoba menjawab
pertanyaan “Apa dampak yang akan terjadi jika terjadi kegagalan pada ……….?”.
FMEA sering menjadi langkah awal dalam mempelajari keandalan sistem. Kegiatan FMEA
melibatkan banyak hal - seperti me-review berbagai komponen, rakitan, dan subsistem - untuk
mengidentifikasi mode – mode kegagalannya, penyebab kegagalannya, serta dampak kegagalan yang
ditimbulkan. Untuk masing – masing komponen, berbagai mode kegagalan berikut dampaknya pada
sistem ditulis pada sebuah FMEA worksheet.

Sebuah FMEA akan berubah menjadi FMECA (failure mode, effects, and criticallity analysis)
jika kekritisan atau prioritas akan dikaitan dengan dampak dari mode kegagalan yang ditimbulkan oleh
sebuah komponen.
Secara umum tujuan dari penyusunan FMEA (IEEE Std. 352) adalah sebagai berikut.
1. Membatu dalam pemilihan desain alternatif yang memiliki keandalan dan keselamatan potensial
yang tinggi selama fase desain.
2. Untuk menjamin bahwa semua bentuk mode kegagalan yang dapat diperkirakan berikut
dampak yang ditimbulkannya terhadap kesuksesan operasional sistem telah dipertimbangkan.
3. Membuat list kegagalan potensial , serta mengidentifikasi seberapa besar dampak yang
ditimbulkannya.
4. Men-develop kriteria awal untuk rencana dan desain pengujian serta untuk membuat daftar
pemeriksaaan sistem.
5. Sebagai basis analisa kualitatif keandalan dan ketersediaan.
6. Sebagai dokumentasi untuk referensi pada masa yang akan datang untuk membantu
menganalisa kegagalan yang terjadi di lapangan serta membantu bila sewaktu – waktu terjadi
perubahan desain.
7. Sebagai data input untuk studi banding.
8. Sebagai basis untuk menentukan prioritas perawatan korektif.

FMEA merupakan salah satu bentuk analisa kualitatif, dan FMEA harus dilakukan oleh seorang
desainer pada tahap desain sistem. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi desain di area mana yang
masih memerlukan perbaikan agar persyaratan keandalan dapat dipenuhi.

5.4.1 Prosedur Penyusunan FMEA

FMEA sangat sederhana untuk dilakukan. FMEA tidak membutuhkan ketrampilan yang
canggih bagi seorang personel untuk melakukan analisa. Hal yang diperlukan dalam menganalisa
adalah untuk mengetahui dan memahami fungsi dari sistem dan beberapa constrain dimana sistem itu
harus dapat beroperasi. Berikut ini beberapa pertanyaan dasar yang yang harus dijawab oleh seorang
analis dalam melakukan analisa FMEA (IEEE Std. No. 352).
1. Bagaimana masing – masing komponen mengalami kegagalan ?
2. Mekanisme apa yang mungkin menghasilkan suatu mode kegagalan tertentu ?
3. Apa dampak dari kegagalan yang terjadi ?
4. Apakah kegagalan yang terjadi ada kaitannya dengan keselamatan atau tidak ?
5. Bagaiman kegagalan itu dapat dideteksi ?
6. Apa yang harus disediakan desain untuk mengkompensasi kegagalan ?

Pertanyaan – pertanyaan tersebut di atas akan ditabelkan dalam sebuah spread sheet. Gambar 5.7
menunjukkan contoh tipikal dari sebuah FMEA. Berikut ini penjelasan dari masing – masing kolom
yang ada di FMEA worksheet.
Reference (kolom 1)
Menunjukkan nama unit atau gambar.
Function (kolom 2)
Mendiskripsikan fungsi dari komponen yang sedang di analisa.

Tabel 5.5 Mode Kegagalan (Failure mode)

Operational mode (kolom 3)


Menunjukkan mode pengoperasian dari komponen. Sebagai contoh, sebuah komponen mungkin
memiliki lebih dari satu mode pengoperasian seperti pengoperasian normal atau standby.
Failure mode (kolom 4)
Untuk masing – masing fungsi komponen dan mode pengoperasiannya, semua mode kegagalan
diidentifikasi dan direcord pada kolom ini. Sebuah mode kegagalan dapat didefinisikan sebagai
kegagalan komponen untuk memenuhi salah satu fungsi dari komponen tersebut.
Cara praktis untuk mendapatkan mode kegagalan yang signifikan adalah dari pengalaman
pengoperasian komponen dan menanyakan kepada personel yang menangani perawatan komponen.
Tabel 5.5 menunjukkan beberpa tipikal mode kegagalan yang dialami oleh peralatan mekanik dan
elektrik.
Failure mechanism (kolom 5)
Semua mekanisme kegagalan yang mungkin yang dihasilkan oleh mode kegagalan yang sudah
diidentifkasi direcord dalam kolom ini. Tabel 5.6 menunjukkan beberpa tipikal mode kegagalan
yang dialami oleh peralatan.
Detection of failure (kolom 6)
Berbagai kemungkinan pendeteksian dari berbagai mode kegagalan direcord pada kolom ini. Tabel
5.7 menunjukkan beberpa tipikal metode pendeteksian mode kegagalan yang mungkin dialami oleh
peralatan.

Tabel 5.6 Mekanisme kegagalan (Failure mechanism)


Tabel 5.7 Metode pendeteksian kegagalan

Effects on other components in the same subsystem (kolom 7)


Semua dampak dari mode kegagalan yang telah teridentifikasi pada komponen lain pada subsistem
direcord pada kolom ini.
Effects on the primary function of the system (kolom 8)
Semua dampak utama yang dari semua mode kegagalan yang telah teridentifikasi terhadap fungsi
utama sistem direcord pada kolom ini.
Failure rate (kolom 9)
Laju kegagalan dari masing – masing mode kegagalan direcord pada kolom ini. Untuk kasus yang
tidak memiliki data kuantitatif, maka klasifikasi pada tabel 5.8 dapat digunakan untuk mengisi
kolom ini.

Tabel 5.8 Data kualitatif failure rate


Severity ranking (kolom 10)
Kolom ini berisikan penjelasan dampak potensial yang terburuk yang diakibatkan oleh suatu
kegagalan, dampak ini ditentukan berdasarkan tingkat cedera yang dialami oleh personel, tingkat
kerusakan properti, atau tingkat kerusakan sistem yang terjadi. Tabel 5.9 menunjukkan tingkat
kerusakan yang sering dipakai.
Risk Reducing Measures (kolom 11)
Kolom ini berisikan berbagai kemungkinan kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan atau
mencegah akibat serius dari sebuah kegagalan.
Comments (kolom 12)
Kolom ini dapat dipakai untuk merecord informasi – informasi lain yang tidak terekam pada kolom
– kolom yang lain.

Tabel 5.9 Pengelompokan tingkat kerusakan

Dengan mengombinasikan failure rate (kolom 9) dan severity (kolom 10), kita bisa
mendapatkan rangking kekritisan dari failure mode yang berbeda. Tabel 5.10 menunjukkan apa yang
disebut dengan criticallity matrix. Pada contoh ini, failure rate dikelompokkan dalam lima kelas seperti
yang sudah dijelaskan pada kolom 9. Demikian juga dengan pengelompokkan severity yang
dikelompokkan menjadi empat kelas seperti yang dijelaskan pada kolom 10. Mode kegagalan yang
paling kritis ditunjukkan dengan tanda (x) pada pojok kanan atas dari matrix sedangkan yang paling
tidak kritis ditunjukkan dengan tanda (x) pada pojok kiri bawah matrix.

Tabel 5.10 Pengelompokan tingkat kerusakan

Anda mungkin juga menyukai