Anda di halaman 1dari 5

Pemikiran Politik Ekonomi Mohammad Hatta

a. Menaikkan Daya Beli dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar bagi Rakyat


Tujuan politik perekonomian dalam pandangan Hatta ialah menaikkan tenaga beli rakyat
secara berangsur-angsur.1 Karena menurut Hatta rakyat tidak akan pernah terlepas dari
kesengsaraan hidup, apabila tenaga beli rill-nya tidak bertambah dan perkembangan ekonomi
suatu negara akan tetap tertahan, kalau rakyat didalamnya tetap miskin, oleh karena itu rencana
pembangunan harus didasarkan atas kenaikan tenaga beli yang meningkat.2
Dalam menyelengarakan kepentingan rakyat yang pertama yaitu menyempurnakan
makanan rakyat, hal itu dilakukan dengan cara mencocokan upah bagi rakyat dengan keperluan
hidup yang lebih atas dasar minimum, peningkatan produksi. Selain itu perlu memajukan
pendidikan secepat mungkin dengan memperbanyak sekolah. Bukan hanya memperbanyak
sekolah tetapi juga didikan koperasi yang menjadi tiang perekonmian Indonesia di masa datang.
b. Pembangunan Infrastruktur
Dalam memandang politik perekonomian, Hatta menaruh perhatian pada masalah
Distribusi. Distribusi adalah sambungan daripada produksi untuk menyampaikan yang dihasilkan
kepada si pemakai.3 Atau konsumen oleh karena itu pembangunan ekonomi yang bersifat
infrastruktur seperti jalan raya, pelabuhan dan lain-lainnya dalam pandangan Hatta adalah
pembangunan yang bersifat tidak terelakan.4
c. Politik Industrialisasi dan Transmigrasi
Mohammad Hatta berpendapat industry mestinya bertempat tinggal di daerah ramai akan
tetapi kalau penduduknya terlalu banyak seperti di jawa, maka pasar untuk menjual barangnya
akan semakin berkurang.5 Sehingga perlu mangadakan tranmigrasi besar-besaran yang disertai
dengan politik industrialisasi.
d. Penguasaan Cabang-Cabang Produksi Oleh Negara yang Menyangkut Hajat Hidup Orang
Banyak

1
Mohammad Hatta. (2004). Demokrasi Kita, Bebas Aktif. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm 213
2
Mohammad Hatta. (1963). Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia. Jakarta: Djambatan. Hlm 34
3
Ibid. Hlm 43
4
Mohammad Hatta. Demokrasi Kita, Bebas Aktif. Op Cit. Hlm 214
5
Mohammad Hatta.(1960). Beberapa Falsafah Ekonomi Jilid 1. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm 213
Hatta menyatakan bahwa air, listrik, gas atau bahan bakar minya lainnya harus cukup
bagi rakyat dan murah harganya6 sehingga cabang-cabang produksi yang menyangkut hajat
hidup orang banyak harus dikuasai negara.
e. Pembangunan Bank untuk Membangun Roda Perekonomian
Organisasi dan kedudukan bank pada satu negeri adalah cermin dari pada keadaan dan
kemajuan ekonominya. Pembangunan nasional yang dipaparka diatas, mau tidak mau
memerlukan modal yang tidak sedikit karenanya diperlukan bank untuk menyokong kemajuan
perekonomian Indonesia.

Penerapan Pemikiran Politik Ekonomi Mohammad Hatta

Pemikiran politik dan ekonomi Mohammad Hatta telah diterapkan di Indonesia namun
pada perkembangannya penerapan pemikiran Mohammad Hatta dilaksanakan secara tidak
professional sehingga hasil yang dicapai tidak optimal. Misalnya kondisi koperasi di Indonesia
saat ini yang memprihatinkan, sebanyak 27 persen dari 177.000 atau sekitar 48.000 koperasi di
Indonesia tidak aktif akibat pengelolaan koperasi yang kurang professional. Politik
Industrialisasi di Indonesia memang diterapkan namun pada umunya pemilik modal dan pegawai
professionalnya justru orang luar negeri dengan buruh penduduk Indonesia sehingga uang hasil
Industri banyak yang keluar. Program transmigrasi dan pemerataan pembangunan tidak berjalan
dengan optimal karena pelatihan para tranmigran yang kurang baik dan pembangunan yang
difokuskan pada wilayah Jawa, akibatnya penduduk tetap pulau Jawa tetap padat dan wilayah
terluar Indonesia tetap tertinggal pembangunannya.

Pemikiran Liberal Kapitalis Karl Marx


Karl Marx sangat benci dengan sistem perekonomian liberal yang digagas oleh Adam
Smith. Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam.
Ketidakadilan ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis ke arah kondisi ekonomi dan
social yang tidak bisa dipertahankan, walaupun ada pengakuan bahwa sistem yang didasarkan
pada mekanisme pasar ini akan lebih efisien akan tetapi sistem ini tetap dikecam sebab sistem
liberal tidak perduli tentang masalah kepincangan dan kesenjangan sosial.

6
Mohammad Hatta. Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia. Op Cit. Hlm 32
Sistem upah besi yaitu kaum buruh dalam sistem perekonomian liberal tidak akan pernah
mampu mengangkat derajatnya lebih tinggi karena pasar bebas telah mentakdirkannya demikian.
Marx menganjurkan agar sistem liberal yang menyebabkan kaum buruh menderita tersebut harus
diperbaiki atau diganti dengan sistem sosialis yang lebih berpihak pada golongan buruh.
Alasan mengapa sistem perekonomian liberal harus diganti adalah karena sistem liberal
cenderung menciptakan masyarakat berkelas kelas yaitu kelas kapitalis yang kaya raya dan kelas
buruh. Marx tidak menginginkan bentuk masyarakat berkelas kelas seperti ini dan obat satu
satunya yang dapat dilakukan dalam usaha menciptakan masyarakat tanpa kelas dengan
memperjuangkan sistem sosialis/komunis.
Dari segi ekonomi Marx melihat bahwa akumulasi kapital di tangan kaum kapitalis
memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi akan tetapi pembangunan
dalam sistem kapitalis sangat bias terhadap pemilik modal.7 Untuk bias membangun secara nyata
bagi seluruh lapisan masyarakat perlu dilakukan perombakan structural melalui revolusi social.
Langkah berikutnya adalah penataan kembali hubungan produksi khususnya dalam sistem
kepemilikan tanah, alat alat produksi dan modal.
Marx meramal bahwa suatu masa sistem kapitalis akan hancur. Menurutnya sistem
kapitalis hancur bukan disebabkan oleh faktor-faktor lain melainkan keberhasilannya sendiri.
Sistem kapitalis mewarisis daya self destruction suatu daya dari dalam yang akan membawa
kehancuran bagi sistem perekonomian liberal itu sendiri.

Penerapan Pemikiran Liberal Kapitalis Karl Marx


Kritik Karl Marx terhadap pemikiran liberal kapitalis tidak membuat masyarakat dunia
sadar untuk membendung pemikiran dan penerapan liberal kapitalis. Negara berkembang
memang berusaha membendung pengaruh kapitalis namun akibat kekurangan modal pengaruh
kapitalis masuk melalui modal dari pengusaha asing. Sehingga terjadi perbedaan pengaruh
kapitalisme dimana di Eropa modal berasal dari dalam negeri akibatnya laba tetap berputar
dalam negeri sedangkan di negara berkambang modal berasal dari luar negeri akibatnya
keuntungan perusahaan banyak yang keluar.
Penerapan sistem kapitalis seperti pembahasan diatas membuat negara hanya berperan
sebagai aktor pelengkap atau sebagai memfasilitasi produk yang dipasarkan para kapitalis.

7
Listiono Santoso dkk. (2007). Seri Pemikiran Epistemologi Kiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Hlm 39
Keadaan ekonomi seperti ini membuat tokoh yang tidak setuju dengan pemikiran dan penerapan
liberal kapitalis akan tergiur oleh keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan sisitem
kapitalis dan mengembangkan sistem ekonomi liberal.

Pemikiran Materialisme Karl Marx


Materialisme dalam arti sempit adalah adalah teori yang mengatakan bahwa semua
bentuk dapat diterangkan menurut hukum yang mengatur materi dan gerak. Materialisme selalu
memberikan titik tekan bahwa materi merupakan ukuran segalanya, melalui paradigma materi ini
segala kejadian dapat diterangkan. Keseluruhan perubahan dan kejadian dapat dijelaskan melalui
prinsip-prinsip sains alam semata-mata, karena kenyataan sesungguhnya bersifat materi dan
harus dijelaskan dalam frame material juga. Sedangkan satu-satunya dunia yang diketahui atau
dapat diketahui adalah dunia yang sampai pada kita melalui indera.8
Menurut filsafat materialisme Marx, di dalam hidup kemasyarakatan satu-satunya yang
nyata adalah adanya masyarakat. Oleh karena itu jikalau kita ingin mengerti mengenai daya
pendorong yang ada di dalam hidup kemasyarakatan, kita jangan berpangkal daripada ide-ide
atau teori-teori, karena semuanya itu hanya gambaran-gambaran hanya lapisan atas ideologis dari
hal yang nyata. Manusia harus mencari landasan material hidup kemasyarakatan yaitu dengan
cara berporoduksi barang-barang material.9
Marx menjelaskan, masyarakat yang asli tidak mengenal pertengatangan kelas. Adanya
kelas-kelas di masyarakat disebabkan karena pengkhususan pekerjaan dan karena timbulnya
gagasan tentang milik pribadi. Hal ini menyebabkan adanya kelas pemilik (kaum kapital) dan
kelas yang tanpa milik (kaum proletar), yang saling bertentangan. Jurang di antar yang kaya dan
yang miskin di antara kaum kapitalis dan kaum proletar makin melebar. Maka tidak dapat
dielakkan lagi timbullah krisis yang hebat. Sebab penawaran barang-barang di pasar makin
bertambah, karena produksi makin berlimpah-limpah, akan tetapi daya beli tidak ada.
Masyarakat yang demikian akan runtuh. Maka inilah waktunya kaum proletar bersatu merebut
kekuasaan dengan suatu revolusi, suatu masyarakat yang tanpa kelas. Pada waktu itu alat-alat
produksi akan ditutup dengan suatu negara bahagia, yang adalah sintese dari zaman awal, ketika
tiada kelas serta milik dan zaman kapitalis.

8
Listiono Santoso dkk. Op Cit. Hlm 43
9
Harun Hadiwijono. (1980). Sari Sejarah Filsafat Barat2. Jogjakarta: Kanisius. Hlm 121
Sedangkan proses dialektika adalah suatu contoh yang ada di dalam dunia. Dialektika
adalah suatu fakta empiris, manusia mengetahuinya dari penyelidikan tentang alam, dikuatkan
oleh pengetahuan lebih lanjut tentang hubungan sebab-akibat yang dibawakan oleh ahli sejarah
dan sains. Maka berpikir dialektis adalah memahami kenyataan sebagai totalitas, dalam artian
bahwa keseluruhan yang ada di dalamnya memiliki unsur-unsur yang saling bernegasi
(mengingkari dan diingkari), saling berkontradiksi dan saling bermediasi. Pemahanan ini
mengisyarakatkan suatu bukti bahwa kehidupan yang nyata ini saling berkontradiksi, bernegasi
dan bermediasi.10 Dapar disimpulkan dialektika adalah suatu fakta empiris, manusia
mengetahuinya dari penyelidikan tentang alam, dikuatkan oleh pengetahuan lebih lanjut tentang
hubungan sebab-musabab yang dibawakan oleh ahli sejaran dan sains.11
Penyebutan filsafat Marx dengan materialisme dialektis terletak pada asumsi dasar yang
mengatakan bahwa benda merupakan sesuatu kenyataan pokok yang selalu terjadi dalam proses
perubahan dan pertentangan di dalamnya. Perubahan dan pertentangan tersebut terjadi dalam
dunia nyata yang dapat diamati indra. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa materialisme
dialektis selalu betitik tolak dari materi sebagai satu-satunya kenyataan. Karl Marx mengartikan
materialisme dialektik sebagai keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus-menerus. Dari
proses perubahan tersebut memunculkan suatu keadaan akibat adanya pertentangan-
pertentangan. Materi yang dimaksud menjadi sumber keberadaan benda-benda alamiah tersebut,
sehingga senantiasa bergerak dan berubah tanpa henti-hentinya.

Penerapan Pemikiran Materialisme Karl Marx

Pemikiran materialisme Karl Marx menjadi inspirasi pada masyarakat untuk


meningkatkan taraf kehidupan masyarakat disekitarnya. Salah satunya dilakukan pemerintah atau
lembaga dengan mengadakan pelatihan keterampilan masyarakat agar dapat menghasilkan
produk yang layak diperjual-belikan. Pemerintah di Indonesia melaksanakannya dengan
memberi pinjaman modal pada rakyat Indonesia agar usaha kecil dan mengenah masyarakat
berkembang dan memunculkkan kemandirian bangsa Indonesia.

10
Frans Magnis Suseno. (1999). Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme.
Jakarta: Gramedia. Hlm 61-63
11
Harold Titus. (1984). Persoalan-Persoalan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang. Hlm 303

Anda mungkin juga menyukai