Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak awal 2011, dunia dikejutkan dengan gejolak politik yang
semakinmemanas, yang mana gejolak ini tidak hanya terjadi di satu atau dua negara
saja,tapi layaknya seperti sebuah permainan domino, satu kotak tumbang, kotak
lainmenyusul secara bergantian. Berawal dari Tunisia, kemudian gejolak politik
punmenyebar ke negara-negara tetangga di Timur Tengah dan Afrika Utara,
sepertiMesir, Yaman, Libya, dan Aljazair.
Revolusi sporadik yang terjadi di wilayah Timur Tengah pada Januari2011
yang dikenal dengan nama Revolusi Melati atau Jasmine Revolution1memicu
terjadinya ketidakstabilan politik di banyak negara yang berada di RegionTimur
Tengah. Revolusi tersebut dimulai dari tuntutan reformasi pemerintahan diTunisia
yang menyebar secara masif ke Mesir, Bahrain, Libya dan banyak negaraTimur
Tengah lainnya. Revolusi yang terjadi di Tunisia dan Mesir berhasilmenurunkan
Presiden Ben Ali dan Husni Mubarak. Permasalahan yang berbedaterjadi pada negara
Libya dimana Libya merupakan negara yang dipimpin olehpemimpin otoritarian dan
represif yang telah berkuasa selama lebih dari 40 tahun, dia adalahMuammar Khadafi.
Semula Libya adalah sebuah kerajaan yang didirikan pada 24 Desember
1951yang dipimpin oleh raja Idris yang awalnya menjadi bagian dari Imperium
OttomanTurki. Kemudian dijajah oleh Italia sampai Perang Dunia II. Pada 1969,
setelahmemimpin kudeta militer, Moammar Khadafi menjalankan sistem politik
yangmengombinasikan Sosialisme dengan islam, yang dilakukan melalui demokrasi
langsung,tidak ada pemisahan antara legislatif,eksekutif, dan yudikatif dengan segala
kebijakan dan tindakan harus merupakan hasilarahan dan persetujuan komite
revolusioner.2
Ketika angin revolusi berhembus ke dunia Arab dari Tunisia pada bulan
Desember 2010, Libya bukan berada dalam negara urutan teratas daftar negara
berikutnya. Khadafi termasuk penguasa yang otoriter karena berkuasa selama puluhan
tahun, tatapi dia tidak dipandang sebagi boneka barat seperti layaknya pemimpin
negara-negara Arab lain yang cenderung untuk tunduk pada Barat dan mementingkan

1
Apriadi Tamburaka, Revolusi Timur Tengah,Kejatuhan Para Penguasa Otoriter di Negaranegara Timur Tengah,
2011, (Jakarta: Narasi), hlm. 9.
2
Norani Soyomukti: Pergolakan Politik Jazirah Arab Abad 21( cet 1; Bandung MEDIUM, 2011) hlm 143

1
kepentingan Barat daripada kepentingan rakyatnya sendiri. Khadafi membagi-
bagikan kekayaan untuk rakyat, namun sulit dibantah bahwa Khadafi selalu membagi-
bagikan kekayaan yang lebih besar demi untuk membeli kesetiaan rakyatnya daripada
untuk mendorong persamaan. Beliau mensponsori pekerjaan umum yang besar seperti
proyek pengadaan air buatan manusia yang terkenal bernama Klik Great Man- Made
River yang memasok air segar ke negara gurun Libya3
Di awal tahun 2011 terjadi gelombang demonstrasi di beberapa negara di
Timur Tengah untuk menggulingkan rezim pemerintahan diktator yang telah lama
memimpin demi melakukan reformasi politik, seperti di Mesir dan Tunisia.
Gelombang protes di kedua negara tersebut berhasil menjatuhkan rezim diktator yang
lama dan memberikan kemenangan bagi rakyat Mesir dan Tunisia. Masyarakat Libya
yang melihat fenomena yang terjadi di dua negara tetangganya kemudian tidak hanya
tinggal diam. Masyarakat Libya kemudian menggunakan momentum ini untuk
menjatuhkan rezim diktator yang ada di negara mereka.
Perang sipil yang terjadi di Libya atau yang dikenal dengan Gerakan Revolusi
Libya merupakan perang yang terjadi di Libya antara tentara yang pro terhadap rezim
Khadafi melawan masyarakat Libya yang anti terhadap rezim Khadafi. Perang yang
terjadi di Libya merupakan perang yang berlatar Demokrasi, dimana masyarakat
Libya menginginkan adanya perubahan sistem politik yang ada di Libya yang
kemudian berubah menjadi sebuah gerakan pemberontakan bersenjata untuk
menurunkan rezim Khadafi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya revolusi Libya?
2. Bagaimana kondisi Libya pascarevolusi?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses terjadinya revolusi Libya.
2. Mengetahui kondisi Libya pasca revolusi.

3
Agung DH. “ Khadafi Anjing Gila Dari Sahara ‘’( cet 1; Jakarta – ARUS TIMUR, 2011) hlm 13

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Revolusi Libya
Konflik di Libya disebabkan oleh rakyat yang ingin menurunkan rezim
pemerintahan khadafi yang telah memerintah selama puluhan tahun. Sebab
pemerintahan khadafi dianggap telah membatasi demokrasi dan juga partisipasi
politik rakyat Libya di pemerintahan. Penggulingan rezim kekuasaan khadafi ini lebih
dikenal dengan nama revolusi Libya. Revolusi Libya ini di tunjukan untuk
menggulingkan sistem pemerintahan otoriter dan tidak sesuai dengan keinginan
rakyat Libya.
Khadafi menjalankan sistem pemerintahannya dengan menggunakan sistem
pemerintahan tangan besi dengan mengedepankan campur tangan Militer dalam peran
membentuk dan mengatur pemerintahan di Libya. Dalam pemerintahannya, Khadafi
melarang dibentuknya Partai Politik hal ini beradasarkan berdasarakan Undang-
Undang (UU) Pelarangan Partai Politik Nomor 71 pada tahun 1972 Libya. Tindakan
ini kemudian mengekang kebebasan masyarakat Libya dalam berpendapat serta
berorganisasi, dan kebebasan pers senantiasa dibungkam oleh rezim Khadafi untuk
menghindarkan pemerintahan Khadafi dari pemberitaan-pemberitaan kritis terhadap
pemerintah yang dianggap menyesatkan masyarakat Libya.
Kronologi revolusi di Libya dimulai pada malam hari, tanggal 15
Februari2011 dimana sekitar 200 orang penduduk Libya melakukan demonstrasi di
depanmarkas polisi di kota Benghazi dan selanjutnya meluas diberbagai kota seperti
Tripoli, Tajaura, Zawiyah, Zintan, Ajdabiyah, Ras Lanuf, Sirte, Al Bayda, Bin Jawed,
Bani Walid, Ar Rajban, dan Misratah.4Aksi demonstrasi ini dipicu karena
pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, dan sistem pemerintahan otoriter yang
dilakukan Muammar al-Khadafi. Kejadian tersebut disusul dengan
penangkapanaktivis HAM bernama Fathil Terbil.5Para demostrankian bertambah atas
protes pemblokiranfacebook hingga menyebabkan kekerasan oleh polisi.
Aksi demonstrasi masyarakat Libyasemakin menguat sehingga aksi yang
semula hanyalah internal tensionberkembang menjadi aksi konflik bersenjata antara
para pemberontak yangmenginginkan kebebasan dan reformasi di Libya melawan

4
ttp://www.dw-world.de/dw/article/0,,15335165,00.html. diakses pada 17 Desember 2014 pukul 20:28 WIB.
5
Apriadi Tamburaka, Revolusi Timur Tengah,Kejatuhan Para Penguasa Otoriter di Negaranegara Timur Tengah,
2011, (Jakarta: Narasi), hlm. 9.

3
Pemerintah Libya yangdipimpin oleh Muammar Khadafi. Muammar Khadafi
menjawab tuntutanmasyarakat Libya dengan penggunaan kekerasan baik oleh tentara
milik Pemerintah Libya sendiri maupun dengan membayartentara bayaran.
Pemerintah Libya menggunakan tentara bayaran (mercenaries)Afrika, sebagaian
besar tentara berasal dari Chad untuk menambah kekuatanpasukan pemerintah.
BBC melaporkan pada 23 Februari 2011 bahwa selama seminggu sebelumnya
(13-19 Februari) telah terjadi pertempuran antara demonstran dan loyalis pemerintah
sehingga Benghazi jatuh ke tangan oposisi. Dimulai pada tanggal 21 Februari 2011 di
Benghazi, para demonstranberhasil mengambil alih jalan- jalan di kota tersebut dan
berhasil menjarahsenjata-senjata dari markas keamanan Pemerintah Libya. Para
demonstran juga menurunkan bendera Libya dari atas gedung pengadilan utama dan
menggantinyadengan bendera tua monarki negara tersebut. Atas hal tersebut,
PemerintahLibya melaksanakan aksi penyerangan melalui Angkatan Udara Libya,
pesawatpesawattempur beserta helikopter-helikopter diarahkan secara langsung
kepadapara demonstran, peningkatan aksi kekerasan oleh Pemerintah Libya
semakinmenjadi- jadi.
Maka tanggal 24 Februari 2011, para politisi, mantan perwira militer,
pemimpin suku, akademisi dan pengusaha mengadakan pertemuan di kota timur
Bayda. Dipimpin oleh mantan menteri kehakiman Mustafa Abdul Jalil,Para delegasi
membahas proposal untuk pemerintahan sementara.Kemudian disepakati untuk
membentuk pemerintahan sementara Libya, National Transitional Council atau
Dewan Transisi Nasional Libya, yaitu pemerintah de facto Libya yang didirikan oleh
pasukan anti-Khadafi selama perang sipil Libya. Kelompok ini adalah penentang yang
mengadu kekuatan melawan pemerintah Kolonel Muammar al-Khadafi. NTC
mengeluarkan Deklarasi Konstitusi di mana ia mendirikan sebuah peta untuk transisi
negara ke demokrasi konstitusional dengan pemerintahan terpilih.6 NTC telah
mendapat pengakuan internasional sebagai otoritas pemerintahan yang sah di Libya
dan menempati kursi negara Libya di PBB sampai otoritas terpilih. Namun,
pembentukan NTC tidak disetujui oleh sebagian rakyat Libya.
Sebagai organisasi internasional terbesar di dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) memutuskan untuk mengeluarkan mandat terkait konflik di Libya. PBB
kemudian membentuk sebuah badan, yaitu United Nation Support Mission in Libya

6
Tamburaka, op. cit., hal 237
4
(UNSMIL) yang bekerja fokus untuk terlibat dalam menyelesaikan konflik Libya
Dalam konferensi menyambut kontribusi dan mempersilahkan NATO untuk
mengambil perintah dan kontrol dari semua operasi militer untuk menegakkan
embargo senjata, larangan zona terbang, dan tindakan lainnya yang diperlukan, seperti
yang berwenang dalam UNSCR (United Nation Security Council Resolution) 1973
(2011), untuk melindungi warga sipil Libya. Sementara operasi lain diluar operasi
militer, seperti pembekuan aset Khadafi dan keluarganya, menyatakan pelarangan
bepergian dari Libya bagi Khadafi dan keluarganya, menyiapkan pertolongan
kemanusian, serta berkomitmen untuk terus menindaklanjuti sampai konflik di Libya
selesai adalah tetap menjadi tugas UNSMIL yang juga bertindak dibawah mandat
PBB.7
Kehadiran NATO di Libya adalah bentuk kerjasama dari operasi serangan
sekutu yang telah disepakati oleh NATO dan negara-negara yang ikut berpartisipasi
dalam menangani konflik di Libya, dimana operasi tersebut adalah mandat dari
piagam ke tujuh PBB yang disepakati dibawah United Nation Support Mission in
Libya (UNSMIL). Terdapat 17 negara yang bergabung dalam operasi serangan
sekutu, diantaranya: Belgia, Bulgaria, Kanada, Denmark, Perancis, Yunani, Italy,
Belanda, Norwagya, Qatar, Romania, Spanyol, Swedia, Turki, Uni Emirat Arab,
Amerika Serikat, dan Inggris.8
Operasi bertujuan untuk menggunakan kekuatan militer didukung oleh
peningkatan upaya politik dengan menciptakan suatu Kelompok Kontak internasional
di Libya atau Libyan Contact Group. Konferensi London tersebut dihadiri lebih dari
40 Menteri Luar Negeri dan perwakilan dari organisasi-organisasi internasional dan
regional, termasuk NATO. Dalam operasi tersebut, NATO disepakati untuk
mengambil alih kendali operasi yang bersifat militer untuk menangani konflik Libya
di bawah Resolusi Keamanan PBB 1970 & 1973 pada Maret 2011. Operasi Serangan
Sekutu terdiri dari tiga unsur, yaitu:
1. Embargo senjata yang dimulai pada tanggal 23 Maret 2011.

7
http://www.nato.int/natostatic/assets/pdf/pdf2011/10/20111005111005-
factsheetprotectioncivilians.pdf, diakses pada 17 Desember 2014 pukul 22:01 WIB
8
http://www.nato.int/cps/en/SID3EE2F3D69C69FEF9/natolive/topics_71652.htm?selectedLocal
e=en,diakses pada 17 Desember 2014 pukul 23:51 WIB
5
Embargo ini bertujuan untuk mencegah pasokan senjata dan tentara bayaran ke
dan dari Libya, yang dilakukan di laut, di udara, dan juga di lepas pantai
Mediterania Libya.
2. Zona larangan terbang yang dimulai pada tanggal 25 Maret 2011.
NATO juga bertanggung jawab untuk mendeteksi setiap pesawat yang memasuki
zona larangan terbang tanpa izin sebelumnya. Pesawat tempur NATO siap untuk
mencegat setiap pesawat yang melanggar zona larangan terbang dan untuk
melibatkan mereka jika mereka dianggap memberikan ancaman.
3. Perlindungan warga sipil Libya yang dimulai pada tanggal 31 Maret 2011.
Tujuan dari tindakan NATO adalah untuk melindungi warga sipil dan daerah
dengan populasi sipil dari serangan atau ancaman serangan. Pada tanggal 1 Juni
2011, NATO dan negara mitra telah sepakat untuk memperpanjang misi selama
90 hari mulai 27 Juni 2011. NATO membuat setiap usaha untuk mencegah
kerusakan pada populasi sipil dan selalu berpedoman pada prinsip menggunakan
kekuatan minimum yang diperlukan.
Kendala NATO dalam menjalankan misi di Libya dipengaruhi oleh
pertumbuhan isu-isu ideologi, peningkatan kerusakan akibat perang, dan kebangkitan
nasionalisme rakyat dalam hubungan luar negeri. Salah satu perkembangan dengan
konsekuensi yang sama besarnya terhadap struktur dan proses politik internasional.
Ini adalah kepentingan politik yang mendasari perselisihan Amerika Serikat melalui
NATO dengan pemerintahan Libya dibawah Rezim Muammar al-Khadafi yang
sebelumnya terjadi dis-integrasi di dalam negara Libya sendiri.
Sebagai organisasi internasional, NATO menyatakan bahwa mereka
menjalankan misi-misi di Libya dengan sebaik-baiknya di bantu oleh para negara
sekutu yang terlibat. Seperti pasukan menyerang udara NATO yang membantu secara
bertahap dalam mempersempit kemampuan rezim Khadafi, maka menteri pertahanan
NATO bertemu di Brussels pada tanggal 6 Oktober untuk membahas prospek
berakhirnya OUP dan penghentian operasi dengan PBB dan pemerintahan
transisiLibya.
Menurut laporan dari Al-jazeera, Khadafi telah mengajukan pertemuan dengan
parlemen Libya untuk menyetujui periode pengalihan kekuasaan guna membuka jalan
bagi Khadafi untuk turun dari kursi kepresidenan Libya. Khadafi akan menyampaikan
pengajuan penyerahan jabatan dengan syarat diberikan kekebalan hukum terhadap
gugatan pidana serta tidak dilucuti dari kekayaan. Namun, menurut NTC, mereka

6
menolak tawaran tersebut karena khawatir akan memicu kemurkaan para korban
rezim Khadafi. Khadafi dilaporkan telah mengirim Jadallah Azzouz Talhi, mantan
perdana menteri untuk menyusun kesepakatan yang dapat disetujui kedua pihak.
Proposal Khadafi mencakup usulan penyerahan kekuasaan ke komite yang dibentuk
oleh kongres.
Sehari setelah pasukan oposisi ditangkap oleh kubu rezim Khadhafi di Sirte
dan disusul oleh kematian Kolonel Khadafi pada tanggal 20 Oktober 2011, Dewan
Atlantik Utara mengambil keputusan awal untuk mengakhiri OUP pada akhir bulan
Oktober. Sebuah AWACS NATO meluncurkan tembakan tanpa amunisi terakhir
sebagai tanda berakhirnya misi di Libya setelah 222 hari operasi tersebut dimulai.
Hari berikutnya, aset maritime NATO meninggalkan perairan Libya untuk kembali ke
port mereka.Misi ini berakhir pada tanggal 31 Oktober 2011 pukul 23.59 setempat
waktu Libya.
Rangkaian misi-misi yang dijalankan oleh NATO selama kurang lebih 7
bulanakhirnya dapat menjatuhkan rezim Khadafi. Misi-misi ini kemudian dinilai
sangatefektif oleh peneliti karena dapat menyempitkan kekuasaan dan tindakan
Khadafisampai rezim ini jatuh pada Oktober 2011. Perjuangan Khadafi yang
berhadapandengan milisi anti-Khadafi serta kekuatan NATO yang disokong oleh
negaranegarabesar terbukti menyulitkan pergerakan Khadafi untuk tetap
bertahansebagai presiden Libya. Perjuangan Khadafi tersebut semakin berat ketika
tidakada bantuan dari negara ataupun organisasi internasional lain yang
bersediamembantu mempertahankan rezim Khadafi, sekalipun negara-negara yang
tidaksetuju dengan tindakan NATO di Libya, negara-negara tersebut
hanyamenyampaikan keberatan terhadap PBB atas tindakan NATO, namun
tidakmelakukan tindakan yang signifikan sebagai bentuk penolakan.

B. Libya Pasca Revolusi


Jatuhnya rezim Khadafi disambut gembira oleh para milisi anti Khadafi, hal
tersebut terlihat dengan dikibarkannya bendera revolusi oleh para milisi anti-Khadafi
setelah mengetahui bahwa rezim tersebut telah jatuh dan Libya akanmenjalani sebuah
fase baru sebagai sebuah negara. Namun, pasca kematiandiktator tersebut, kericuhan
masih sering terjadi di Libya. Perang antar dua kubu,yaitu, milisi anti Khadafi dan
pro-Khadafi yang tetap ingin mempertahankan pendapat masing-masing kelompok
tidak dapat di elakkan begitu saja. Masing-masing kelompok tidak mau menyerahkan

7
senjata yang mereka dapat selama konflik karena satu dengan yang lain takut untuk
diserang ketika mereka sudah menyerahkan senjata tersebut. Hal ini tentu
menyebabkan konflik masih sering memanas yang berujung pada jatuhnya korban
jiwa.
Gambaran lain dari kejadian revolusi warga Libya adalah dengan terdapatnya
sekitar 200 warga Libya pada hari Senin tanggal 12 Desember 2011, sebulan setelah
kematian Khadafi. Rakyat Libya berkumpul di kota timur Benghazi –salah satu kota
yang menjadi titik awal penentangan diktator Muammar al-Khadafiuntuk menentang
Dewan Transisi Nasional (NTC) dan kepalanya, Mustafa Abdul Jalil. Para
demonstran terlihat geram dan meneriakkan sejumlah slogan melawan Abdul Jalil dan
menyatakan bahwa NTC tidak transparan dalam menjalankan pemerintahan.
Pemilihan umum untuk menggantikan pemerintahan sementara Libya juga
dihadapkan dengan banyak kendala, karena yang merasa memperjuangkan
kemerdekaan Khadafi mulai menuntut hak mereka agar suara mereka didengarkan
oleh NTC. Ratusan bahkan mungkin ribuan Muslim Libya turun ke alun-alun
lapangan pembebasan Benghazi untuk menuntut penerapan Syari'at Islam di negara
Mediteranian Afrika Utara itu.9

9
http://blogs.aljazeera.com/blog/africa/canlibyas-ntc-secure-country diakses pada 17 Desember
2014 pukul 22:44 WIB
8
BAB III
SIMPULAN
Pada mulanya Revolusi Libya terjadi akibat pengaruh dari negara- negara arab lainya
yang mengalami revolusi. Rakyat Libya yang selama berpuluh- puluh tahun hidup didalam
pemerintahan otoriter rezim khadafi, menjadi terbuka matanya setelah melihat revolusi-
revolusi di negara arab lainya. Revolusi Libya ini dimulai pada tanggal 16 februari 2011.
Gerakan revolusi ini berawal dari unjuk rasa di kota Benghazi dipicu oleh aksi pemerintahan
Khaddafy yang penuh dengan pelanggaran HAM, sistem pemerintahan yang otoriter serta
korup yang dipenuhi dengan pertumpahan darah.
Masa revolusi rakyat Libya terbagi menjadi dua Kubu, yaitu kubu loyalis Khadaffi
dan kubu oposisi yang di mobilisasi oleh NTC ( National Transition Council). NTC ini
merupakan sebuah pemerintahan transisi yang didirikan oleh pasukan anti Khadaffi selama
perang sipil di Libya. Kelomok NTC ini merupakan penentang yang melakukan adu kekuatan
dengan melawan pemerintahan Khadaffi.
Pada tanggal 21 februari pengunjuk rasa mengambil alih jalan- jalan di Bengazi dan
menjarah senjata dari markas besar pemerintahan. Terjadilah pertempuran sengit antara pihak
oposisi demonstran dengan loyalis Khadafi. Pesawat tempur angkatan udara Libya dan
helicopter melakukan serangan kearah demonstran. Dewan keamanan PBB pun akhirnya
mengeluarkan Resolusi 1970 dan resolusi 1973 yang mengizinkan DK PBB untuk
melakukan langkah apapun yang diperlukan dalam melindungi warga sipil di Libya dari
kekerasan pasukan pemerintahan Khadaffi. Dengan munculnya resolusi itu berarti telah
memberikan kewenangan terhadap NATO untuk melancarkan serangan udara malawan
Khadafi.
Perlawanan Khaddafi pun akhirnya berakhir pada tanggal 20 Oktober 2011, Khadaffy
dinyatakan tewas oleh NTC setelah NATO berhasil membombardir tempat persembinyianya
di kota Sirte. Dengan kematian Khadaffy ini maka berahirlah pemerintahan rezim otoriter
dari seorang Moammar Khadaffy di Lbya. Dengan berakhirnya rezim Khadaffy maka rakyat
Libya sedang ada pada tahap pembenahan negara. Dimana rakyat Libya yang selama 42
tahun hidup dalam kediktatoran seoranga Khadaffy, menjadi rakyat yang demokratis dan
terbebas dari rezim otoriter. Namun kemenangan ini merupakan sebuah awal bagi rakyat
Libya untuk masuk kedalam demokrasi yang sesungguhnya.

9
Daftar Pustaka

Agung DH. 2011. “Khadafi Anjing Gila Dari Sahara‘’cet 1; Jakarta: – ARUS TIMUR.

Apriadi Tamburaka. 2011. Revolusi Timur Tengah,Kejatuhan Para Penguasa Otoriter di


Negaranegara Timur Tengah. Jakarta: Narasi

Norani Soyomukti. 2011.Pergolakan Politik Jazirah Arab Abad 21. cet 1.Bandung:
MEDIUM.

http://blogs.aljazeera.com/blog/africa/canlibyas-ntc-secure-country diakses pada 17


Desember 2014 pukul 22:44 WIB

http://www.dw-world.de/dw/article/0,,15335165,00.html. diakses pada 17 Desember 2014


pukul 20:28 WIB.

http://www.nato.int/cps/en/SID3EE2F3D69C69FEF9/natolive/topics_71652.htm?selectedLo
cal e=en,diakses pada 17 Desember 2014 pukul 23:51 WIB

http://www.nato.int/natostatic/assets/pdf/pdf2011/10/20111005111005factsheetprotectioncivi
lians., diakses pada 17 Desember 2014 pukul 22:01 WIB

10

Anda mungkin juga menyukai