Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Irian barat adalah bagian konflik antara bangsa Indonesia - Belanda yang
telah berlangsung lebih dari tiga abad sejak kedatangan mereka sekitar abad
ke-16 hingga pertengahan abad ke-20. Dalam kurun waktu itu telah banyak
korban nyawa melayang dan harta yang hancur. Untuk mengakhiri konflik ini,
atas jasa baik PBB diadakanlah Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag,
Belanda 23 Agustus-2 November 1945. Dari konferensi ini dihasilkan
keputusan antara lain pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh Belanda
atas seluruh wilayah bekas Hindia Belanda. Selain itu, disepakati pula bahwa
masalah Irian Barat yang juga menjadi bagian dan wilayah Hindia Belanda
akan dibicarakan dan diselesaikan satu tahun setelah pengakuan kedaulatan1.
Dalam perkembangan selanjutnya, permasalahan tentang Irian Barat tidak
kunjung selesai. Belanda selalu menolak ketika diajak berunding untuk
membicarakan masalah Irian Barat. Berbagai cara diplomatik dilakukan
pemerintah Indonesia agar Belanda segera membebaskan Irian Barat namun
selalu gagal. Hal ini berlangsung hingga tahun 1969 ketika Belanda akhirnya
menyerahkan Irian Barat setelah terjadi berbagai insiden bersenjata.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang
telah diuraikan pada bagian awal dapat dirumuskan permasalahan pokok
sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang konflik Irian Barat ?
2. Bagaimana upaya pembebasan Irian Barat oleh Pemerintah Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1
Syamsul Hadi. Disintegrasi Pasca Orde Baru Negara, Konflik Lokal dan
Dinamika Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2007. hlm 13.

1
Secara umum penelitian ini untuk mengetahui beberapa Hal berikut :
1. Mengetahui latar belakang konflik Irian Barat
2. Mengetahui upaya-upaya pembebasan Irian Barat melalui diplomasi

BAB II

2
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Konflik Irian Barat
Irian barat yang sekarang dikenal dengan nama Papua adalah salah
satu wilayah Hindia Belanda yang berdasarkan fakta sejarah merupakan
tempat pengasingan beberapa tokoh seperti Mohammad Hatta, Sutan
Syahrir. Pasca kemerdekaan Indonesia dan konferensi Meja Bundar
(KMB) wilayah ini menjadi salah satu wilayah sengketa karena pihak
Belanda dan Indonesia. Berdasarkan perjanjian KMB wilayah Irian Barat
akan diselesaikan setahun setelah kemerdekaan2. Berdasarkan perjanjian
tersebut Indonesia mengartikan bahwa tahun 1950 Irian barat akan
diberikan kepada Indonesia, namun persepsi pihak Belanda berbeda
dengan Indonesia yaitu setelah setahun dari perjanjian KMB tahun 1950
akan diadakan perundingan kembali. Perbedaan persepsi inilah yang
membuat sengketa Irian barat berlarut-larut hingga tahun 1963. Rentan
waktu yang lumayan panjang antara tahun 1950 hingga 1963 bagi sebuah
negara yang baru merdeka untuk melakukan politik luar negeri yang
sifatnya sedikit radikal yaitu Indonesia melakukan politik konfrontatif
dengan pihak Belanda.
Keinginan Soekarno untuk menyatukan seluruh wilayah Indonesia
inilah yang mendasari adanya politik konfrontasi Indonesia. Pendudukan
Belanda di Irian Barat membuat rencana untuk menyatukan NKRI sedikit
mengalami tantangan. Keterikatan sejarah Irian Barat dengan Indonesia itu
yang mebuat politik Konfrontatif ini dilakukan3. Berdasarkan Sejarah
meskipun berbeda ras dengan beberapa wilayah di Indonesia Irian Barat
merupakan wilayah kesultanan Tidore di Maluku dan juga wilayah ini juga
masuk dalam wilayah jajahan Belanda yang dianggap oleh Soekarno
adalah semua wilayah yang dijajah ketika myerdeka menjadi wilayah dari
Negara Kesatuan Indonesia.

2
Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. Sejarah Nasional Indonesia;
Zaman Jepang dan Zaman Republik.. Jakarta: Balai Pustaka.2009.hlm.33.
3
Ibid.hlm.42

3
Pihak Belanda dalam rentan tahun tersebut juga melakukan beberapa
tindakan provokasi diantara dengan mendirikan negara papua dan dalam
dokumen resmi pemerintah belanda wilayah Papua disebut sebagai negara
bagian diseberang lautan selain itu juga pemerintah memperkuat Angkatan
bersenjata dengan mendatangkan kapal Induk Kareel Doorman dengan
basis utama di Biak. Selain itu kegagalan Indonesia membawa kasus Irian
Barat ini kedalam forum PBB juga membuat Seokarno melakukan
tindakan yang cukup radikal dalam melakukan politik luar negeri terhadap
kerajaan Belanda4.
B. Upaya Pembebasan Irian Barat oleh Pemerintah Indonesia
1. Konfrontasi Ekonomi
Sejak tahun 1957 Indonesia melancarkan aksi konfrontasi dalam
upaya pembebasan Irian Barat. Jalan konfrontasi yang pertama
ditempuh adalah konfrontasi bidang ekonomi. Bentuk konfrontasi
ekonomi dilakukan dengan tindakan-tindakan berikut ini: Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia tahun 1951, pemerintah
Indonesia melarang maskapai penerbangan Belanda (KLM) melakukan
penerbangan dan pendaratan di wilayah Indonesia, pemerintah
Indonesia melarang beredarnya terbitan berbahasa Belanda,
Pemogokan buruh secara total pada perusahaan-perusahaan Belanda di
Indonesia yang memuncak pada tanggal 2 Desember 1957. Semua
perwakilan konsuler Belanda di Indonesia dihentikan mulai 5
Desember 1957. Pada saat itu juga dilakukan aksi pengambilalihan
atau nasionalisasi secara sepihak terhadap perusahaan-perusahaan
Belanda di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain
Netherlandsche Handel Maatscappij (NHM) menjadi Bank Dagang
Negara, Bank Escompto, dan percetakan de Unie.
Tindakan Indonesia yang mengambil alih seluruh modal dan
perusahaan Belanda menimbulkan kemarahan Belanda, bahkan negara-
negara Barat sangat terkejut atas tindakan Indonesia tersebut.

4
Sutjibto. Irian Barat Mengenal Indonesia Eds X. Jakarta: Projek Penerbitan
Sekertariat Khusus Irian Barat. 1964. hlm. 61

4
Akibatnya hubungan Indonesia-Belanda semakin tegang, bahkan PBB
tidak lagi mencantumkan masalah Irian Barat dalam agenda sidangnya
sejak tahun 1958.
2. Konfrontasi Politik
Dalam upaya membebaskan wilayah Irian Barat dari cengkeraman
Belanda Pemerintah RI pertarna mengambil langkah diplomasi
dilakukan secara bilateral baik dengan pemerintah Belanda maupun
dengan dunia Internasional. Perundingan dengan pemerintah Belanda
terjadi pertama kali pada masa kabinet Natsir tahun 1950 tetapi gagal,
bahkan pada tahun 1952 secara sepihak Belanda memasukkan Irian
Barat dalam wilayah kerajaan Belanda. Upaya diplomasi internasional
dilakukan oleh kabinet Sastroamijoyo yaitu dengan membawa masalah
Irian Barat ke forum PBB, tapi tidak membawa hasil. Pada masa
kabinet Burhanuddin, Belanda menanggapi bahwa masalah Irian Barat
merupakan masalah antara Indonesia-Belanda dan mengajukan usul
yang berisi tentang penempatan Irian Barat di bawah Uni Indonesia-
Belanda. Disamping membawa masalah Irian Barat ke forum PBB
Indonesia juga melakukan pendekatan dengan negara-negara Asia
Afrika dan ini membawa hasil yang positif, antara lain sebagai berikut:
a. Dalam Konferensi Pancanegara II di Bogor lima negara peserta
sepakat mendukung Indonesia dalam mengembalikan Irian
Barat ke dalam wilayah Indonesia
b. Dalam KAA para peserta mengakui bahwa wilayah Irian Barat
merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Karena Belanda tidak pernah menunjukkan etikad baik dalam


menyelesaikan masalah Irian Barat maka pemerintah RI mengambil
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Hubungan Indonesia-Belanda diubah dari united status menjadi
hubungan biasa.
b. Pada tanggal 3 Mei 1956 melakukan pembatalan hasil-hasil
KMB Pada tanggal 17 Agustus 1956 membentuk Provinsi Irian

5
Barat yang berkedudukan di Saosiu dan menunjuk Sultan
Tidore, Zaenal Abidin Syah sebagai gubernurnya.
c. Pada tanggal 18 November 1957 diadakan rapat umum
penbebasan Irian Barat.
d. Pada tanggal 5 Desember 1957 melarang semua film yang
berbahasa Belanda, kapal terbang Belanda juga dilarang
mendarat dan terbang di wilayah RI.
e. Pada tanggal 5 Desember 1958 melakukan penghentian semua
kegiatan konsuler Belanda di Indonesia.
f. Dengan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1958 dilakukan
pengambilalihan modal Belanda di Indonesia.
g. Pada tanggal 19 Februari 1958 dibentuk Front Nasional
Pembebasan Irian Barat.
h. Pada tanggal 17 Agustus 1960 memutuskan hubungan
diplomatik dengan Belanda.
i. Menasionalisasi 700 perusahaan milik Belanda di Indonesia
Sementara itu pemerintah Belanda meningkatkan kekuatan
militernya dengan mengirimkan Kapal Induk Karel Doorman ke Irian
Barat. Situasi semakin memanas dan pada sidang majelis umum PBB
tahun 1961 kembali dibicarakan masalah Irian Barat kepada Indonesia
dengan perantara PBB. Pemerintah Indonesia menyetujui usul tersebut
dengan syarat waktunya dipercepat. Sedangkan Belanda menyatakan
akan melepaskan Irian Barat untuk dilanjutkan di Dewan Perwakilan
PBB kemudian membentuk Negara Papua. Pemerintah berkesimpulan
Belanda tidak ingin menyerahkan Irian Barat pada Indonesia,
sehingga tidak ada jalan lain dan harus diselesaikan dengan kekerasan
senjata.
3. Konfrontasi Militer
Kesabaran Indonesia pun sudah habis. Pada tanggal 19 Desember
1961, Presiden Soekarno dalam suatu rapat raksasa di Yogyakarta

6
mengeluarkan komando yang terkenal sebagai Tri Komando Rakyat
(Trikora)5 yang isinya sebagai berikut.
1. Gagalkan pembentukan Negara Papua buatan Belanda kolonial.
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan
kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Dengan dikeluarkannya Trikora maka mulailah konfrontasi total
terhadap Belanda dan pada bulan Januari 1962 pemerintah
membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang
berkedudukan di Makasar. Adapun tugas pokok dan Komando
Mandala Pembebasan Irian Barat ini adalah pengembangan operasi-
operasi militer dengan tujuan pengembangan wilayah Irian Barat ke
dalam kekuasaan negara Republik Indonesia. Sebagai Panglima
Komando Mandala adalah Mayor Jenderal Soeharto.
Sebelum Komando Mandala melakukan operasi sudah dilakukan
penyusupan ke Irian Barat. ada tanggal 15 Januari 1962 ketika waktu
menunjukkan pukul 21.15 di angkasa terlihat dua buah pesawat
terbang pada ketinggian 3000 kaki melintasi formasi patroli ALRI.
Diperkirakan pesawat tersebut adalah milik Belanda jenis Neptune
dam Firefly. Waktu itu terlihat juga dua buah kapal perusak yang
sedang melepaskan tembakan ke arah kapal Motor Torpedo Boat
(MTB) yang di situ turut pula para pejabat tinggi dan Markas Besar
Angkatan Laut yaitu Komodor Yos Sudarso. Dalam insiden di Laut
Aru tersebut Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Pertama
Komodor Yos Sudarso, bersama Komandan KRI Macan Tutul, Kapten
Laut Wiratno, dan beberapa prajurit TNI-AL gugur sebagai pahlawan.
Sebelum gugur Komodor Yos Sudarso sempat mengucapkan pesan
terakhir Kobarkan Semangat Pertempuran. Adapun operasi-operasi
yang direncanakan Komando Mandala di Irian Barat dibagi dalam tiga
fase, yakni sebagai berikut.
1. Fase Infiltrasi (sampai akhir 1962)

5
Adang S. Operasi Trikora. Jakarta: Rosdakarya. 1985. hlm 73

7
Memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaran- sasaran tertentu
untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan mi
harus dapat mengembangkan penguasaan wilayah dengan
membawa serta rakyat Irian Barat dalam perjuangan fisik untuk
membebaskan wilayah tersebut.
2. Fase Eksploitasi (mulai awal 1963)
Mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan,
menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting.
3. Fase Konsolidasi (awal 1964)
Menegakkan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di
seluruh Irian Barat. Selanjutnya antara bulan Maret sampai Agustus
1962 Komando Mandala melakukan operasi-operasi pendaratan
baik melalui laut maupun udara.
Beberapa operasi tersebut adalah Operasi Banteng di Fak-Fak dan
Kaimana. Operasi Srigala di sekitar Sorong dan Teminabuan, Operasi
Naga di Merauke, serta Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana, dan
Merauke. Selain itu juga direncanakan serangan terbuka merebut Irian
Barat dengan Operasi Jayawijaya.
Dunia pun cemas dengan operasi militer yang dilakukan oleh
Indonesia, Sekjen PBB U Thant menunjuk Duta Besar AS Elsworth
Bunker untuk menjadi mediator Indonesia dengan Belanda. Pada 15
Agustus 1962, ditandatangani oleh Perjanjian yang dikenal dengan
Perjanjian New York yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri
Indonesia, Soebandrio dan delegasi Belanda Van Royen. Isi dari
Perjanjian New York adalah:
1. Pemerintah Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada
Penguasa Pelaksana Sementara PBB (UNTEA: United Nations
Temporary Executive Authority) pada tanggal 1 Oktober 1962.
2. Pada tanggal 1 Oktober 1962 bendera PBB akan berkibar di
Irian Barat berdampingan dengan bendera Belanda, yang
selanjutnya akan diturunkan pada tanggal 31 Desember untuk
digantikan oleh bendera Indonesia mendampingi bendera PBB.

8
3. Pemerintah UNTEA berakhir pada tanggal 1 Mei 1963,
pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada pihak Indonesia.
4. Pemulangan orang-orang sipil dan militer Belanda harus sudah
selesai pada tanggal 1 Mei 1963.
5. Pada tahun 1969 rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk
menyatakan pendapatnya tetap dalam wilayah RI atau
memisahkan diri dan RI melalui Penentuan Pendapat Rakyat
(Pepera).
Sebagai bagian dan Persetujuan New York bahwa Indonesia
berkewajiban untuk mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat
(Ascertainment of the Wishes of the People) di Irian Barat sebelum
akhir tahun 1969 dengan ketentuan bahwa kedua belah pihak,
Indonesia dan Belanda, akan menghormati keputusan hasil Penentuan
Pendapat Rakyat Irian Barat tersebut. Pada tahun 1969
diselenggarakanlah Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Irian
Barat dan hasilnya adalah bahwa rakyat Irian Barat tetap menghendaki
sebagai bagian dan wilayah Republik Indonesia. Selanjutnya hasil dari
Pepera tersebut dibawa ke New York oleh utusan Sekjen PBB Ortizs
Sanz untuk dilaporkan dalam Sidang Umum PBB ke-24 pada bulan
November 1969. Penyelesaian sengketa masalah Irian Barat antara
Indonesia dengan Belanda melalui Persetujan New York dilanjutkan
dengan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) merupakan cara yang
adil. Dalam persoalan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat: Plebisit)
menurut Persetujuan New York, pihak Belanda juga menunjukkan
sikapnya yang baik, kedua belah pihak menghormati hasil dan
pendapat rakyat Irian Barat dalam menentukan pilihannya6.
Hasil dan Pepera yang memutuskan secara bulat bahwa Irian Barat
tetap merupakan bagian dan Republik Indonesia. Hasil Pepera ini
membuka jalan bagi persahabatan RI-Belanda, Lebih-lebih setelah
tahun 1965, hubungan RI-Belanda sangat akrab dan banyak sekali

6
Marwati Djoened Poesponegoro. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.
Jakarta: Balai Pustaka. 1993. hlm 55.

9
bantuan dari Belanda kepada Indonesia baik melalui IGGI (Inter
Governmental Group for Indonesia) atau di luarnya.
Akhirnya Sidang Umum PBB tanggal 19 November 1969
menyetujui hasil-hasil Pepera tersebut sehingga Irian Barat tetap
merupakan bagian dan wilayah Republik Indonesia.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah tidak berhasil memperjuangkan Irian Barat dalam forum
internasional, Indonesia kemudian melaksanakan rencana selanjutya yaitu
melalui jalur konfrontasi dalam bidang ekonomi dan politik. Hal ini
direalisasikan dengan pengambilalihan perusahaan milik Belanda.

10
Sementsra itu untuk mendukung konfrontasi militer diadakan beberapa
misi untuk memukul kekuatan Belanda di Irian Barat.
Akhirnya usaha-usaha yang dilakukan Indonesia ini berhasil dengan
diadakannya perjanjian New York dan sebagai bagian dan Persetujuan
New York Indonesia berkewajiban untuk mengadakan Penentuan Pendapat
Rakyat (Ascertainment of the Wishes of the People) atau disebut Peperadi
Irian Barat sebelum akhir tahun 1969 dengan ketentuan bahwa kedua
belah pihak, Indonesia dan Belanda, akan menghormati keputusan hasil
Penentuan Pendapat Rakyat Irian Barat tersebut. Hasil dan Pepera yang
memutuskan secara bulat bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dan
Republik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Adang S. 1985. Operasi Trikora. Jakarta: Rosdakarya.

Marwati Djoened Poesponegoro. 1993. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI.


Jakarta: Balai Pustaka.

Sutjibto. 1964. Irian Barat Mengenal Indonesia Eds X. Jakarta: Projek


Penerbitan Sekertariat Khusus Irian Barat.

11
Syamsul Hadi. 2007. Disintegrasi Pasca Orde Baru Negara, Konflik Lokal
dan Dinamika Internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2009. Sejarah Nasional


Indonesia; Zaman Jepang dan Zaman Republik.. Jakarta: Balai Pustaka.

12

Anda mungkin juga menyukai