BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cedera uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga
menyebabkan ruptur pada uretra. Cidera uretra dibedakan menjadi cedera uretra
anterior dan cedera uretra posterior berdasarkan etiologi trauma, tanda klinis,
pengelolaan, serta prognosisnya berbeda.
Ruptur uretra posterior akan didapatkan pada kondisi patah tulang pelvis,
pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jelas, hematom
perivesika, dan nyeri tekan.
Pada kondisi parah terjadi ruptur uretra total bisa ditemukan tanda
rangsangan peritoneum, klaen mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi
trauma. Klien biasanya mengalami syok hivopolamik akibat perdarahan dalam
dari praktur pelvis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda khas, meliputi (1)
perdarahan per-uretram, (2) retensi urine, dan (3) pemeriksaan colok dubur
didapatkan kelembutan prostat dan terasa organ prostat seperti melayang didalam
suatu hematom dan adanya darah yang menetes pada sarung tangan
mengindikasikan adanya perdarahan masif akibat trauma pada panggul.
Ruptur pada uretra anterior mekanisme cedera yang paling sering
meneyebabkan kerusakan uretra anterior adalah cedera selangkangan (straddle
injuri) terutama pada saat bersepeda yaitu uretra terjepit diantara tulang pelvis dan
benda tumpul.
Pada pengkajian, klien mengeluh nyeri, adanya perdarahan per-uretram atau
hematuria. Jika terdapat robekan pada korpus spongiosum terlihat adanya
hematom pada penis atau hematoma kupu-kupu. Pada keadaan ini seringkali
pasien tidak dapat miksi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya daerah memar atau hematom
pada penis dan skrotum. Oleh karena kerusakan uretra, saat urine melewati uretra,
proses berkemih dapat menyebabkan ekstravasasi saluran urine yang
menimbulkan pembengkkan pada skrotum atau area inguinal dengan memberikan
gambaran butterfly haematome.
3
4
2.5 Patofisiologi
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa.Lapisan
mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosabuli-buli, ureter dan
ginjal.Mukosanya terdiri dari epitelkolumnar, kecuali pada daerah dekatorifisium
eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis.Submukosanya terdiri dari lapisan
erektil vaskular.
Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara
epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringanikat)
yang tidak sama dengan semula.
Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas dan memperkecil lumen
uretra, sehingga terjadi striktur uretra.
2.8.1 Pengkajian
Pengkajian Diagnostik
1. Pantau nadi dan tekanan darah, serta 1. Takikardi dan hipertensi terjadi
central Venous pressure(CVP) karena kegagalan ginjal
2. Batasi cairan sesuai indikasi mengeluarkan urin; pemberian
3. Rencanakan pengantian variasi cairan cairan berlebihan selama
daalam pemberian. Berikan minuman pengobatan
yang disukai. hipovolemia;perubahan fase
4. Auskultasi paru dan bunyi jantung. oliguri.
5. Pasang atau pertahankan kateter 2. Manajemen cairan diukur untuk
sesuai indikasi. menggantikan pengeluaran dari
6. Pantau hasil-hasil pemeriksaan semua sumber
laboratorium seperti BUN, kreatinin, ditambah insensible water loss.
elektrolit, Hb/Ht. 3. Membantu menghindari periode
7. Kolaborasi pemberian obat diuretic ( tanpa cairan; menurunkan rasa
furosemid/lasix ) haus.
8. Kolaborasipemberian obat 4. Kelebihan cairan dapat
antihipertensi(catapres,metildopa, menimbulkan edema paru dan
prazosin) gagal jantung yang dibuktikan
9. Kolaborasi pemberian obat adanya suara paru tambahan
antihipertensi (catapres, metildopa, dan bunyi jantung ekstra.
prazosin). 5. Kateterisasi mengeluarkan
obstruksi saluran bawah dan
memudahkan pengawasan
akurat pengeluaran urin.
6. Mengkaji adanya disfungsi
ginjal, hipo/hipernatremia,
hipo/hiperkalemia, dan adanya
11
anemia.
7. Untuk melebarkan lumen
tubular, menurunkan
hiperkalemia, dan
meningkatkan pengeluaran
urine.
8. Untuk melebarkan lumen
tubular, menurunkan
hiperkalemia, dan
meningkatkan pengeluaran
urine.
9. Diberikan untuk mengatasi
hipertensi akibat dari kelebihan
volume cairan
6. Meningkatkan relaksasi
otot,penurunan edema,dan dapat
meningkatkan upaya berkemih.
7. Menghilangkan / mencegah
retensi urin
8. Mempertahankan patensi aliran
urine.
hidroureter
Penebalan dinding VU
Gg. Rasa nyaman:nyeri hidronefrosis
Perubahan pola
Sistostomi
berkemih Gg. Rasa nyaman:nyeri
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cedera uretra adalah suatu cedera yang mengenai uretra sehingga
menyebabkan ruptur pada uretra. Cidera uretra dibedakan menjadi cedera uretra
anterior dan cedera uretra posterior berdasarkan etiologi trauma, tanda klinis,
pengelolaan, serta prognosisnya berbeda.
Ruptur uretra posterior akan didapatkan pada kondisi patah tulang pelvis,
pada daerah suprapubik dan abdomen bagian bawah dijumpai jelas, hematom
perivesika, dan nyeri tekan.
Ruptur pada uretra anteriormekanisme cedera yang paling sering
meneyebabkan kerusakan uretra anterior adalah cedera selangkangan (straddle
injuri) terutama pada saat bersepeda yaitu uretra terjepit diantara tulang pelvis dan
benda tumpul.
3.2 Saran
Diharapkan pada Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit
perlu memiliki pemahaman dasar mengenai Cedera Uretra. Pemahaman yang
tepat sangat membantu perawat dalam memberikan pelayanan secara optimal.
15